BAB V PENUTUP
B. Saran
Mencermati hasil penelitian yang dilakukan, ada beberapa hal yang mungkin
perlu mendapat perhatian sebagai bahan masukan pemikiran dakwah Muhammad
Ismail Yusanto dalam merubah perilaku asusila. Oleh karena itu, ada beberapa saran
yang ingin penulis sampaikan, yaitu:
1. Jika melihat aktivitas dakwah yang dilakukan H. Muhammad Ismail Yusanto
sejak muda hingga kini usianya menginjak 52 tahun,penulis berpendapat
bahwa dakwah beliau adalah fokus pada perjuangan melanjutkan kehidupan
Islam. Kehidupan yang adil dan sejahtera dibawah naungan Khilafah,
kehidupan minim kriminalitas dan kemaksiatan, karena maraknya berbagai
problematika umat saat ini seperti kemiskinan, kebodohan, kerusakan moral
budaya dan pendidikan adalah akibat dari tidak diterapkannya system Islam
dalam kehidupan.
2. Penulis menyarankan agar dakwah beliau juga mengingatkan kepada
masyarakat akan dampak negative perilaku maksiat khususnya perilaku
asusila. Mengingatkan agar meninggalkan kemaksiatan tidak hanya berbentuk
system, tapi juga bentuk nyata dalam masyarakat. Karena kemaksiatan yang
ada di masyarakat adalah kewajiban kita untuk mencegah dan merubahnya
merubahnya adalah dengan mengerahkan para kader dakwah untuk
menerapkan amar ma’ruf nahi munkar kepada semua lapisan masyarakat.
3. Penulis juga menyarankan dan mendo’akan semoga Ustadz H. Muhammad
Ismail Yusanto senantiasa terjaga kesehatan dan dimudahkan segala urusan
dakwah. Istiqomah memimpin kader dakwah dan pantang menyerah sebelum
perjuangan tegaknya kembali Khilafah. Tekankan selalu keyakinan bahwa
aturan Islam akan menyelessaikan dengan tuntas semua permasalahan umat,
tidak gentar terhadap pihak yang menghalangi dan menghujat perjuangan
Islam ini. Sebelum dunia ini berakhir Islam pasti akan bangkit dan Berjaya,
bangkit dan berjayanya Islam yaitu dengan diterapkannya syariah Islam dalam
seluruh aspek kehidupan dibawah naungan Negara Khilafah Rosyidah ala
81
A.N, Firdaus. Panji-Panji Dakwah. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1991. Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: AMZAH, 2009.
AnNabhani, Taqiyuddin. Peraturan Hidup dalam Islam. Jakarta : HTI Press, 2013.
AnNabiry, Fathul Bahri. Meniti Jalan Dakwah; Bekal Perjuangan Para Da’i.
Jakarta: AMZAH, 2008.
AlWa’iy, Taufik. Dakwah ke Jalan Allah. Jakarta: Robbani Press, 2012. . Fiqih Dakwah Ilallah. Jakarta: AlI’tishom, 2011.
Ardani, Moh. Memahami Permasalahan Fikih Dakwah. Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2006.
Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
Arifin, H.M. Pokok-pokok tentang Bimbingan Penyuluhan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Arnold, W Thomas. Sejarah Dakwah Islam. Jakarta: PT. Bumi Restu, 1981. AS, Enjang dan Aliyudin, Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya
Padjajaran, 2009.
Aziz, Jum’ah Amin Abdul. Fiqih Dakwah. Solo: Intermedia, 2005. Aziz, Moh Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: kencana, 2004.
Badruttamam, Nurul. Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher. Jakarta: Grafindo, 2005.
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997. Buletin Dakwah AlIslam, edisi 678. Tanggal 1November 2013
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Faizah, Lalu Muchsin Efendi, Psikologi Dakwah. Kencana Prenada Media, 2006 Faqih, Ainur Rahim. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII
Press, 2001.
G, Corey. Theori and Practice of Counceling and Psychoterapy 1998, (terjemah :E. Kuswara), Jakarta : Eresco
Gilarso, W. Poesporodjo, EK. T . Logika Ilmu Menalar; Dasar-dasar Berpikir Tertib, Logika, Kritis, Analitis, Dialektis. Bandung: Pustaka Grafika, 1999. Habib, M Syafaat. Buku Pedoman Dakwah. Jakarta: Widjaya, 1982.
Hafidhudin, Didin. Dakwah Aktual. Jakarta: GIP, 1999.
Hasanudin, Manajemen Dakwah, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.
Imarah, Muhammad. Karakteristik Metode Islam. Jakarta: IIT dan Media Dakwah, 1994.
J, McLeod. An Introduction to Counseling, (terjemah : A.K Anwar), Jakarta : Kencana, 2008.
Kartono, Kartini. Patologi Sosial2. Jakarta: Rajawali Pers, 1992.
Lanur, Alex. Dasar-dasar Logika dan Pemikiran Kritis. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004.
Luthfi, Atabik. Tafsir Da’awi. Jakarta: AlI’tishom, 2011.
Mahmud, Ali Abdul Hakim. Jalan Dakwah Muslimah. Solo: Era Intermedia, 2007.
Malaikah, Musthafa. Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qaradhawi. Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1997.
Maleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Rosdakarya, 2007.
Muhdlor, Atabik Ali Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab Indonesia. Yogyakarta: Multi Karya Grafika Ponpes Krapyak, 1998.
Munir. M dan Wahyu Ilaihi. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.
Nuh, Sayyid Muhammad. Dakwah fardiyah. Solo: Era Intermedia, 2004.
Permana, Dede. Tuhan Ingin Aku Kembali. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008.
Purwodarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1976.
Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Sahrani, Sohari. Ulumul Hadits. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Saputra, Munzier dan Harjani Hefni. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2003.
Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2009.
Shihab, Quraish. Membumikan al-Qur’an:Fungsi dan Peran Wahyu dalam
kehidupan. Bandung: Mizan, 1998.
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3S, 1989.
Surya, Muhammad. Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003. Syamsuri, Pendidikan Agama Islam SMA 2. Jakarta: Erlangga, 2007.
Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah. Surabaya: AlIkhlas, 1986 Takariawan, Cahyadi. Prinsip-Prinsip Dakwah. Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005. Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta : Gaya Media Pertama, 1997.
Tebba, Sudirman. Nikmatnya Taubat. Banten: Pustaka irVan, 2007.
Terjesen & Kurasaki, R., 2009, “Rational emotive behavior therapy: applications
for working with parents and teachers”, dalam Estudos de Psicologia Campinas, Vol 26(1), 314, Janeiro –Março, 2009.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka, 2002.
Tim Penyusun, Pendidikan Agama Islam SMA Kelas XI. Depok: Dongpong Karya, 2010.
Weliangan, H & Taganing N.M., 2009, “Efektifitas Terapi Rasional Emotif (TRE) dalam Mengurangi Pikiran tidak Rasional dan Stres pada Perempuan
yang mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)”, dalam
Proceeding PESAT(Psikologi, ekonomi, Sastra, Arsitektur, &Sipil) Vol 3 Oktober 2009 UniversitasGunadarmaDepok 2021 Oktober 2009.
Zaidallah, Alwisral Imam. Strategi Dakwah. Jakarta: Kalam Mulia, 2005. .
H. MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO
Nama : H. Muhammad Ismail Yusanto
Jabatan : Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia
Waktu Wawancara : Senin, 06 Januari 2014, 16:00
Tempat Wawancara : Kantor DPP Hizbut Tahrir Indonesia
1. Dapatkah Ust menceritakan tentang riwayat hidup Ust?
Jawaban :
Saya lahir di Yogyakarta, pada tanggal 2 Desember 1962 dari pasangan H.
Sadali dan Hj. Mutamimah dan memiliki 6 saudara. Menikah tahun 1990
dengan Zulia Ilmawati dan tahun 2005 dengan Retno Jayanti. Memiliki 4 anak
dan 1 anak dari Retno Jayanti.
2. Dapatkah Ust menceritakan riwayat pendidikan Ust?
Jawaban :
Saya menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Taman Siswa
Yogyakarta, melanjutkan SMP Negeri 1 Yogyakarta dan pendidikan
Universitas Gadjah Mada pada tahun 1988. Setelah lulus dari UGM, saya
nyantri di Pondok Pesantren Ulil Albaab dibawah bimbingan Ustadz Didin
Hafidhuddin, Bogor hingga tahun 1991. Sebelumnya, semasa kuliah saya
pernah nyantri kalong di Pondok Pesantren Budi Mulia yang dipimpin oleh
mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Amien Rais. Dan semasa
menempuh pendidikan menengah saya juga nyantri kalong di Pondok
Pesantren Krapyak di bawah asuhan KH. Ali Maksum, keduanya di
Jogjakarta. Saya menyelesaikan pendidikan S2 program Magister
Manajemen di STIE – Institut Pengembangan Wiraswasta Indonesia Jakarta pada tahun 2000.
3. Bisa dijelaskan bentukbentuk aktivitas dakwah Ust?
Jawaban :
Aktivitas dakwah saya fokus pada mendakwahkan tegaknya Khilafah dan
diterapkannya syariah Islam secara menyeluruh dalam segala aspek
kehidupan. Namun, ada beberapa aktivitas dakwah lain sesuai problematika
umat saat ini yang biasa saya sampaikan di media cetak ataupun elektronik
dan juga disampaikan dalam bentuk khutbah, ceramah, pengajian, diskusi,
majlis ta’lim, tabligh akbar dan talk show.
Selain aktif dakwah dalam negeri saya juga pernah aktif dakwah ke luar
(2004).
4. Bisa disebutkan berbagai karya tulis Ust. Muhammad Ismail Yusanto?
Jawaban :
Karya tulis saya sudah banyak dipublikasikan dan ada juga yang belum. Ada
beberapa buku yang saya tulis bersama teman.
5. Bisa dijelaskan pengalaman organisasi Ust?
Jawaban :
Saya sudah aktif berorganisasi sejak di bangku sekolah menengah seperti
OSIS dan organisasi remaja masjid. Saat masuk dunia kampus, saya tambah
aktif di organisasi keislaman. Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Jamaah
Shalahuddin (JS) adalah organisasi yang berperan penting mendidik saya
dalam mengembangkan pengalaman berorganisasi. Saya menjabat sebagai
sekertaris umum saat itu, dan keseharian saya dalam berorganisasi ini adalah
aktifitas dakwah dalam dan luar kampus. Setelah lulus kuliyah saya semakin
sibuk dengan berbagai organisasi, baik itu dalam pemerintahan atau swasta.
6. Bagaimana awal perjuangan dakwah Ust?
Jawaban :
Perjuangan dakwah saya bersama Hizbut Tahrir Indonesia saat saya nyantri di
pesantren ulul albaab. Disinilah awal mula saya mengenal Hizbut Tahrir dan
dibimbing langsung oleh Syaikh Abdurrahman AlBaghdadi. Setelah saya
menyebarkan dakwah ini ke seluruh Indonesia.
7. Metode dakwah apa yang Ust terapkan?
Jawaban :
Metode dakwah yang saya terapkan senantiasa mengikuti cara dakwah Rasul,
bagaimana Rasulullah mendakwahkan Islam ditengahtengah umat jahiliyah itu yang
perlu dicontoh untuk dakwah zaman sekarang yaitu zaman jahiliyah modern. Harus
sabar dan senantiasa berharap pertolongan kepada Allah dalam menyerukan umat
Islam agar menegakkan kembali Khilafah dan diterapkannya syariah dalam segala
sendi kehidupan. Metode dakwah bi allisan, alqalam dan alhal adalah metode
dakwah yang umum biasa dilakukan para aktifis dakwah termasuk saya sendiri.
8. Apa tujuan dakwah yang ust inginkan?
Jawaban :
Tujuan dakwah yang saya inginkan adalah membangkitkan umat Islam dari
keterpurukan. Islam itu untuk dimenangkan bukan dijajah seperti saat ini, yang selalu
berada dalam bayangbayang Negara barat. Rasul membangun dan meninggikan
Islam dengan dakwah, begitu juga sekarang membangkitkan Islam pun dengan
dakwah. Dakwah tidak bisa dipisahkan dari Islam itu sendiri, dakwah yang seperti
apa yang bisa membangkitkan umat. Dakwah yang memperjuangkan tegaknya
Khilafah dan menerapkan hokum Allah dalam kehidupan. Umat Islam dahulu
Berjaya dan memimpin dunia karena menjadikan Islam segalanya, beda dengan
kondisi sekarang yang hanya menjadikan Islam sebatas ritual ibadah namun aturan
hidupnya berkiblat kepada Negara barat. Negara barat senantiasa mencari celah
untuk merusak Islam secara halus, dengan berbagai paham sekuler dan budaya liberal
senjata untuk menghadapi mereka.
9. Apa kunci sukses Ust dalam berdakwah?
Jawaban :
Saya tidak merasakan sukses dakwah apabila Khilafah belum tegak, khilafah tegak
pun saya tidak merasa sukses dalam berdakwah. Pertolongan Allah lah yang
berperan, manusia hanya memiliki kewajiban untuk berdakwah. Hidayah dan
pertolongan adalah hak mutlak milik Allah.
10. Hambatan apa saja yang Ust alami dalam berdakwah?
Jawaban :
Rasul mendakwahkan Islam banyak sekali hambatan dan rintangan, bahkan dari
sanak keluarga Rasul sendiri yang menghalanghalangi dakwah. Begitu juga dengan
zaman sekarang, mereka yang ingin merusak Islam dan menghambat kemajuan Islam
akan melakukan berbagai cara untuk menghambatnya. Media massa dan penganut
paham sekuler dan liberal adalah sebagian dari hambatan dakwah ini, siapa yang
menguasai media dialah yang menguasa media. Melalui media para sekuleris dan
H. MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO
Nama : H. Muhammad Ismail Yusanto
Jabatan : Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia
Waktu Wawancara : Selasa, 18 Februari 2014; 10:00
Tempat Wawancara : Kantor DPP Hizbut Tahrir Indonesia
Apa yang dimaksud perilaku asusila menurut Ust?
Jawaban :
Asusila adalah perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari normanorma atau
kaidah kesopanan yang saat ini cenderung banyak terjadi kalangan masyarakat. Islam
dengan Al Quran dan sunnah telah memasang bingkai bagi kehidupan manusia agar
menjadi kehidupan yang indah dan bersih dari keruskaan moral.
Apa bentuk-bentuk Perilaku Asusila menurut Ust?
Jawaban : Semua perilaku yang melanggar aturan agama. Seperti pergaulan bebas,
pacaran, perzinaan, pemerkosaan, homoseksual dan liwat.
Sistem kehidupan yang sekularistik yang mengajarkan tentang kebebasan telah
merusak kehidupan masyarkat. Nilai kebebasan yang terdapat dalam sistem
kehidupan sekuler telah meracuni akal dan naluri manusia. Ketika seseorang tak
memiliki pemahaman agama yang dijadikan sebagai tolok ukur dalam berperilaku,
maka dia akan melakukan apa saja sekehendak dirinya, termasuk perilaku asusila.
Juga kontrol masyarakat yang lemah membuat perilaku asusila berlangsung bebas.
Tiadanya hukuman terhadap perilaku asusila membuat masyarakat tidak merasa ada
risiko untuk berbuat seperti itu.
Apa peran dakwah terhadap gejala perilaku asusila di masyarakat menurut ust?
Jawaban :
Inti dari dakwah adalah amar ma’ruf nahi mungkar. Menyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Satu hal yang sekarang ini tidak berjalan dengan baik
dalam kehidupan bermasyarakat adalah kepedulian masyarakat terhadap keterpurukan
umat. Diantaranya adalah munculnya banyak gejala perilaku asusila di tengah
masyarakat. Maka, dakwah menjadi bagian penting sebagai salah satu pilar dalam
mencegah terjadinya perilaku asusila. Lebih jauh lagi, dakwah bagi tegaknya kembali
akan terjaga untuk selalu berbuat makruf dan terhindar dari berbuat mungkar atau
asusila.
Bagaimana cara merubah perilaku asusila menurut ust?
Jawaban :
Pertama adalah dengan memberikan pendidikan berupa penanaman tentang aqidah
dan syariah kepada anak melalui institusi terkecil yaitu keluarga. Keluarga (orang
tua) memiliki peranan yang sangat penting. Keluarga menjadi tempat pertama dalam
pembentukan kepribadian anak. Dasardasar penanaman aqidah dan syariah menjadi
tanggung jawab orang tua untuk mengajarkan, hingga anak memahami aturan Islam
sebagai tolok ukur dalam berpikir dan berbuat. Pahamkan pada anak tentang batasan
perilaku asuila di dalam Islam, seperti dalam hal pergaulan misalnya.
Kedua, Lingkungan (masyarakat) seharusnya menjadi ‘pengawas, sehingga moral masyarakat dapat terjaga melalui aktifitas amar ma’ruf nahi mungkar. Oleh karena itu, tradisi amar makruf nahi munkar yang ada di tengahtengah masyarakat harus
terus ditingkatkan. Secara bersamasama masyarakat harus mengawal lingkungannya
pengaturan dan pengawasan terhadap kandungan siaran/pemberitaan media (cetak,
televisi dan online) yang selama in berpengaruh besar pada maraknya perilaku
asusila. Tempattempat hiburan malam dan berbagai jenisnya yang menjadi sarana
bagi pergaulan bebas harus dibubarkan. Dasardasar kehidupan bermasyarakat dan
bernegara yang sekuleristik tidak akan mampu menghentikan arus liberalisasi budaya,
termasuk maraknya konten porno karena bagi sebagian orang porno adalah bagian
dari kebebasan yang harus dilindungi.
Aturan Islam dalam masalah pergaulan sosial harus ditegakkan. Negara harus
menerapkan sanksi yang tegas bagi pelanggarnya. Jika sistem Islam diterapkan secara
kafah, maka perilaku asusila akan bisa teratasi. Dalam sejarah panjang penerapan
syariah Islam dari masa Rasulullah hingga jatuhnya kekhilafahan Turki Utsmani, kita
tidak pernah mendapatkan persoalan ini mengemuka di tengah masyarakat.
Dalam sistem Islam, pelaku zina misalnya, akan dihukum dengan hukuman cambuk
seratus kali bagi yang belum nikah dan hukuman rajam sampai mati bagi orang yang
menikah. Hukuman ini sebenarnya lebih bersifat preventif (pencegahan) dan pelajaran
berharga bagi orang lain. Hal ini mengingat dampak zina yang sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia, baik dalam konteks tatanan kehidupan individu, keluarga (nasab)