• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran dakwah dalam merubah perilaku asusila menurut H.Muhammad Ismail Yusanto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemikiran dakwah dalam merubah perilaku asusila menurut H.Muhammad Ismail Yusanto"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM MERUBAH PERILAKU ASUSILA

MENURUT H. MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Adnan Nur Hanafi

NIM : 109052000035

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

DALAM MERUBAH PERILAKU ASUSILA

MENURUT H. MUHAMl\1AD ISMAIL YUSANTO

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dim Komunikasi   Untuk Memenuhi Persyaratan Memperolch GelRr Smjana Komunika::i Islam  

(S.Kom.l)  

Oleh:

Adnan Nur Hanafi

NIM: 109052000035

JURUSAN BIivlBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIFHIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

... 

Skripsi berjlldul P'::::MIKIRAN DAKWAH DALAM MERUBAH PERlLAKU

ASUSILA MENURUT H. MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO telah diujikan dalam

siding munaqosyah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari senin tanggal 12 Mei 2014 M bertepatan dengan 12 Rajab 1435 H. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh geiar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada program studi Bimbingan dan penyuluhan Islam.

Jakarta, 12 Mei 2011

Sidang Munaqasyab

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris セ@

Suparto, M.Ed, Ph. D Drs. SUg1harto, MA

NIP: 19710330 1991:)03 1 004 NIP: 196 0806 ! 99603 I 001

Anggota,

セM

セᆬMB

...­

 

Drs. Jumroni, M.Si lahmud Jalal. MA

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya /

merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(5)

ADNAN NUR HANAFI, 109052000035, Pemikiran Dakwah Dalam Merubah Perilaku Asusila menurut H. Muhammad Ismail Yusanto.

Seiring perkembangan zaman dan media massa, informasi dari berbagai belahan dunia dapat dengan mudah diakses baik itu informasi bersifat positif ataupun negatif, situs­situs yang menyajikan hal­hal yang terkait masalah sex dapat mudah diakses oleh remaja­remaja ataupun orang dewasa. Apa yang dilakukan tersebut berpengaruh pada perilaku sehari­hari, seperti yang banyak terjadi dalam masyarakat yang dikenal sebagai perilaku asusila yang menyimpang dari norma agama dan masyarakat. Perilaku asusila dapat merusak tatanan kehidupan yang bersih.

Dakwah merupakan kebutuhan manusia, tanpa adanya dakwah bagaikan berjalan tanpa petunjuk sehingga memungkinkan seseorang berjalan pada jalan yang salah. Fenomena perilaku asusila pada masyarakat harus mendapat perhatian yang serius, karena fenomena ini adalah salah satu penyakit masyarakat yang apabila dibiarkan terus menerus akan merusak tatanan kehidupan. Para pelaku tindakan asusila harus segera diajak dan disadarkan menuju kebaikan, dakwah adalah seruan menuju kehidupan sesuai aturan Islam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemikiran dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto dalam merubah perilaku asusila. H. Muhammad Ismail Yusanto adalah aktifis dakwah dan politik bersama Hizbut Tahrir Indonesia dan saat ini beliau menjabat sebaga Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia. Materi dakwah beliau berhubungkait dengan problematika umat yang ada, beliau sangat peduli dengan keterpurukan umat saat ini baik itu segi sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan budaya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif yang bersifat analisis, yaitu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata­kata tertulis atau lisan dari orang­orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini, penelitian ini menggunakan teori pemikiran dakwah dan perilaku asusila, dengan membahas teori tersebut maka akan mengetahui pemikiran dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto dalam merubah perilaku asusila.

Dari hasil penelitian ini diperoleh, bahwa pemikiran dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto dalam merubah perilaku asusila adalah dengan 3 cara yaitu, pendidikan aqidah dan syariah, masyarakat sebagai pengawas dan Negara.

(6)

ADNAN NUR HANAFI, 109052000035, Proselytizing Thought of H.

Muhammad Ismail Yusanto in Changing Immoral Behavior.

Along with the times and the mass media, information from different parts of the world either positive or negative can be easily accessed.The websites which present things that isrelated to the sex problems can be easily accessed by adolescents or adults. It effects on day­to­day behavior, as is the case in the community known as immoral and deviant behavior of the norms of religion and society.

Proselytizing is a human need. Without proselytizing, it seems like running without instructions so as to enable a person to walk on the wrong path. The phenomenon of immoral behavior in society should receive serious attention because this phenomenon is one of the social ills that will destroy the livelihood. The perpetrators of immoral acts should be encouraged and made aware to the goodness. Proselytizing is a call to a life which is appropriate with Islamic rules.

This study aims to find out how the proselytizing ideas of H. Muhammad Ismail Yusanto in immoral behavior change. H. Mohammed Ismail Yusanto is a proselytizing and political activist of Hizbut Tahrir Indonesia and currently he serves as a spokesman for Hizbut Tahrir Indonesia. His proselytizing material is related to the existing problems of the people.

He was very concerned with the downturn of people today in terms of social, economic, political, educational and cultural field.

In this study, the authors used a qualitative approach which is analysis, the method of research that produces descriptive data in the form of written or spoken words from the people and behaviors that is observed. This study uses the theory of proselytizing thought and immoral behavior.By discussing those theories, it would know the proselytizing thought of H. Muhammad Ismail Yusanto in changing the immoral behaviors.

From the results of this study, it showed that the proselytizing thought of H. Muhammad Ismail Yusanto in changing the immoral behaviors is conducted by three ways; education,aqidah and syariah, control society and role goverment.

(7)

مسب ها نمحرلا ميحرلا

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh…

Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke

hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia­Nya yang

tak terhingga, karena dengan karunia­Nya pula sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir perkuliahan di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam selalu

tercurahkan kepada Rasulullah Muhammmad SAW, keluarga, sahabat

dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

sebesar­besarnya kepada :

1. Rektor UIN Syarif Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr.

Komarudin Hidayat

2. Dr. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi. Wadek I Dr. Suparto, M.Ed, Ph. D. Wadek

II Drs. Jumroni, M.Si dan Wadek III Dr. Wahidin Saputra, MA.

3. Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Dra. Rini

Laili Prihatini M.Si

4. Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Drs.

Sugiharto, MA

5. Fauzun Jamal, Lc. MA, selaku dosen pembimbing penulis.

Ucapan terima kasih tak terhingga kepada beliau yang telah

(8)

membimbing penulis memberikan arahan, masukan dan

memberi motivasi agar segera dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

khususnya yang mengajar di jurusan BPI yang telah ikhlas

memberikan ilmunya kepada penulis dan semoga ilmu­ilmu

yang telah diberikan dapat bermanfaat nantinya dan menjadi

amal shaleh yang tidak terputus pahalanya bagi dosen­dosen.

7. Segenap staf Akademik dan petugas Perpustakaan Fakultas dan

Perpustakaan Utama yang memberikan pelayanan terbaik

kepada mahasiswa.

8. H. Muhammad Ismail Yusanto, selaku nara sumber dalam

penelitian. Terima kasih atas kesediaan waktunya untuk

wawancara di tengah­tengah kesibukan beliau.

9. Khusus Ayah dan Bunda, Bapak Sayan, Ibu Murtini dan Ibu

Sulastri. Berkat do’a, motivasi dan bimbingannya saya bisa

menjalani hidup dengan semangat dan optimis.

10.Untuk ade­ade tersayang Siti Sadewi, Fahmi Al­Kadri, Hasah,

Suyanto, Kusnah Rofi’ah, Rafi Al­Fatah dan Muhammad Faiz

Aulia. Kalian telah memberikan dorongan kuat agar saya pasti

bisa sukses dan memberikan contoh yang baik kepada kalian.

Khusus untuk Saputri Dwi Arini, yang selalu memberikan

motivasi dan mengingatkan diri penulis untuk senantiasa

(9)

Sepupu dan Keponakan. Kalian selalu mengingatkanku akan

pentingnya sebuah perubahan dalam hidup.

12.Teman­teman BPI KOPLAK(Aziz, Hafiz, Akin, Sudin,

Samsul, Sholah, Ihsan, Ubay, Bang Jack Ahmad Ismail, Kohar,

Peppy, Mas Udy, Lili, Laili, Serli, Kokom, Jamiah, Ka Ratna,

Sari, Icha dan Ai. Yang selalu menjadi penyemangat bagi

penulis. Terima kasih atas canda dan tawa yang kalian berikan,

kebersamaan yang akan selalu penulis jadikan kenangan indah.

13.Teman­teman UKM HIQMA, terima kasih atas pembelajaran

berorganisasi dan berseni Islami. Sangat berarti segala

kenangan masa lalu bersama UKM HIQMA.

14.Rekan­rekan seperjuangan dalam dakwah, Ust Andi, Ust Ali,

Ust Hanif DAKWAH NEVER DIE dan semua rekan­rekan

HTI chapter kampus Ciputat Raya. Perjuangan kita akan

menjadi saksi dihadapan Allah bahwa kita sangat mencintai

Allah dan Rasulullah.

15.Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu

yang telah membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini.

Mudah­mudahan pihak yang telah membantu kelancaran dalam

menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan yang lebih baik

dari Allah. Aamiin…

Terimakasih atas semua yang telah meluangkan waktunya dan sharing dan

(10)

Aamiin …

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari sempurna

dan terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, kritik dan ssaran yang bersifat

membangun sangatlah penulis harapkan.

Akhir kata penulis mengharapkan ridha Allah dan semoga penelitian ini

bermanfaat. Aamiin ….

Wassalaamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Jakarta, 21 April 2014

Adnan Nur Hanafi

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pemikiran ... 13

B. Dakwah ... 18

C. Perilaku Asusila ... 32

D. Perubahan Perilaku... 42

BAB III BIOGRAFI H. MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO A. Riwayat Hidup dan Pendidikan H. Muhammad Ismail Yusanto 55 1. Riwayat Hidup Muhammad Ismail Yusanto ... 55

2. Riwayat Pendidikan H. Muhammad Ismail Yusanto ... 57

B. Aktivitas Dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto ... 58

1. Dakwah Bi Al­lisan ... 58

2. Dakwah Bi Al­qalam... 61

3. Dakwah Bi­Al­hal ... 61

C. Karya Tulis H. Muhammad Ismail Yusanto ... 62

D. Pengalaman Organisasi H. Muhammad Ismail Yusanto... 63

BAB IV HASIL TEMUAN PEMIKIRAN DAKWAH DALAM

MERUBAH PERILAKU ASUSILA MENURUT H.

(12)

1. Pengertian Perilaku Asusila ... 65

2. Bentuk­bentuk Perilaku Asusila ... 66

3. Faktor­faktor Penyebab Perilaku Asusila... 71

4. Peran Dakwah Terhadap Gejala Perilaku Asusila ... 75

B. Konsep Pemikiran Dakwah Dalam Merubah Perilaku Asusila .. 75

1. Pendidikan Aqidah dan Syariah ... 75

2. Masyarakat Sebagai Pengawas ... 76

3. Negara ... 76

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan media masa sekarang ini justru bisa menjadi pengaruh

buruk bagi lingkungan, hal tersebut di karenakan madia masa baik itu di internet

(dunia maya), majalah, tabloid, koran ataupun televisi banyak yang menyajikan,

mempertontonkan atau menayangkan gambar­gambar atau tayangan yang memicu

kekerasan dan tindakan asusila. Dari media tersebut yang kemudian berpengaruh

terhadap pola perilaku dalam kehidupan bermasyarakat. Berbagai berita perilaku

menyimpang dalam masyarakat sering kali menjadi sasaran para jurnalis .

Agama Islam yang memiliki nilai­nilai dan aturan hidup untuk umat Islam

khususnya dan umat manusia pada umumnya secara perlahan mulai terkikis dan

digantikan dengan nilai­nilai dan aturan hidup yang lain. Penyebaran gaya hidup

barat dengan segala macam bentuknya menjadikan masyarakat mulai terpengaruh

dengan perilaku barat, padahal perilaku mereka belum tentu sesuai dengan agama

Islam. Berbagai macam perilaku dan kebiasaan yang bertentangan dengan nilai­

nilai luhur Islam yang kemudian membuat masyarakat Islam khususnya

kehilangan identitas sebagai umat terbaik.

Keleluasaan anak­anak dan para remaja dalam mengakses informasi secara

mudah ditambah lagi dengan lingkungan pergaulan yang buruk, maka akan

mengakibatkan kecenderungan anak­anak atau remaja tersebut membuka situs

internet dan melihat sesuatu yang tidak layak ditonton. Apabila kebiasaan

membuka dan menonton situs­situs yang mengandung unsur pornogrfi dan

(14)

mental dan perilaku anak­anak dan remaja di masa depan dalam pergaulan

masyarakat, biasanya hal tersebut dapat berwujud dalam tindakan kriminal dan

perilaku asusila. Perilaku asusila terjadi karena para pelaku tidak mendapatkan

pendidikan agama secara baik sehingga tidak memiliki keimanan yang kuat dan

tidak memahami aturan­aturan hidup dalam Islam yang mendasar.

Dakwah akan senantiasa dibutuhkan sepanjang kehidupan umat manusia,

dakwah merupakan kegiatan yang akan mengarahkan pada kebahagiaan dunia dan

akhirat. Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang beriman kepada

Allah, dakwah bisa dilakukan secara individu maupun berjamaah bagi mereka

yang memahami dan mengamalkan ajaran­ajaran Islam lalu menyerukan kepada

individu ataupun kelompok masyarakat yang belum memahami dan mengamalkan

ajaran Islam.

Dakwah adalah suatu cara bagaimana menyampaikan apa itu Islam dan

ajaran­ajarannya, tujuan utama dakwah adalah objek dakwah tersebut dapat

menjalankan kehidupan dunia ini selaras dengan makna Islam dan ajaran­

ajarannya. Islam adalah agama yang Allah SWT turunkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang mengatur hubungan manusia dengan Khaliq­Nya yang

tercakup dalam perkara aqidah dan ibadah, yang mengatur hubungan manusia

dengan dirinya sendiri tercakup dalam perkara akhlak, makanan, minuman dan

pakaian, juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya tercakup dalam

perkara muamalah dan uqubat.1

Muslim secara individu maupun kelompok apabila tidak sesuai dengan

makna Islam dan ajaran­ajarannya dengan kata lain mereka menyimpang dari

1

(15)

Islam, maka dalam kondisi seperti ini dakwah sangat dibutuhkan, dakwah adalah

sarana menjaga keimanan umat untuk tetap pada koridor Islam atau jalan yang

lurus. Jadi, dakwah tidak hanya dikhususkan kepada manusia yang belum

menganut Islam, tapi untuk umat Islam itu sendiri khususnya mereka umat Islam

yang perilakunya menyimpang dari aturan, kaidah dan norma dalam kehidupan

masyarakat. Perilaku yang bertentangan dengan nilai­nilai ajaran Islam.

Seiring perkembangan zaman, problematika dakwah akan semakin

beragam. Dakwah pada masa kenabian berbeda dengan dakwah zaman sekarang

namun esensinya tetap sama yaitu menyeru pada yang ma’ruf dan mencegah dari

yang munkar. Dari zaman ke zaman dakwah harus selalu dilaksanakan sesuai

esensi dakwah itu sendiri, karena kemunkaran akan tetap ada selama kehidupan

manusia belum berkahir. Fenomena masyarakat yang melakukan tindakan asusila

adalah sebagian dari contoh kemunkaran.

Berdakwah adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim, sampaikanlah

pesan dakwah sesuai pemahaman dan kemampuan yang dimiliki. Menurut Toto

Tasmara dalam bukunya komunikasi dakwah, bahwa kewajiban dakwah suatu

yang bersifat condition sine Quanon, tidak mungkin dihindarkan dari

kehidupannya, dakwah melekat erat bersamaan dengan pengakuan dirinya seorang

muslim sehingga orang yang mengaku dirinya sebagai seorang muslim maka

secara otomatis pula menjadi seorang juru dakwah.2

Seorang juru dakwah harus memahami objek dakwah yang meliputi

pemikiran, persepsi, problem dan kesulitan­kesulitan objek dakwah. Seorang juru

dakwah juga harus bisa menganalisa permsalahan umat dan menyampaikan

2

(16)

bagaimana solusi permasalahan umat tersebut. Dalam menganalisa permasalahan

umat, seorang juru dakwah mencari sebab dan faktor permasalahan tersebut lalu

dicarikan solusi dalam perspektif Islam, karena Islam akan mampu menjawab

semua permasalahan umat sesuai perkembangan zaman.

Nilai­nilai luhur ajaran Islam tidak akan luntur seiring berjalannya waktu,

akan tetap menjadi aturan hidup yang mulia, adil dan sejahtera. Berbagai macam

bentuk perilaku asusila yang ada dalam masyarakat perlu dihadapi dengan bijak

yakni dengan dakwah, dakwah yang akan kembali mengajak pada kebaikan dan

mencegah dari yang munkar. Mengingatkan perbuatan buruk mereka dan

mengajak kepada perubahan yang baik sesuai tuntunan Islam.

H .Muhammad Ismail Yusanto adalah seorang aktivis dakwah yang sangat

peduli dengan masalah sosial masyarakat, dalam berbagai kesempatan

menyampaikan pesan dakwahnya beliau selalu membahas berbagai permasalahan

sosial, agama, pendidikan, ekonomi, budaya dan politik. Dalam pesan dakwahnya

selalu mengedepankan Islam adalah solusi untuk semua masalah yang ada, Islam

adalah agama yang memiliki aturan yang luas, tidak sebatas ritual ibadah tapi

aturan hidup dalam saegala aspek kehidupan.

Pesan dakwah yang disampaikan oleh H. Muahmmad Ismail Yusanto

senantiasa berlandaskan pada syariah Islam. Berbagai permasalahan umat yang

ada dianalisis melalui kacamata syariah Islam, dicari sebab masalah dan solusinya

bagaimana dalam pandangan Islam. Baik itu masalah sosial, ekonomi, pendidikan,

budaya dan politik.

Sosok H. Muhammad Ismail Yusanto sebagai aktivis dakwah sekaligus

(17)

Indonesia menarik untuk diteliti lebih lanjut. Peneliti tertarik untuk mengetahui

siapa sesungguhnya H. Muhammad Ismail Yusanto, bagaimana pemikiran

dakwah beliau tentang perilaku asusila dan hubungannya dengan dakwah.

Kemudian, bagaimana pemikiran dakwah beliau tentang bagaimana merubah

perilaku asusila di masyarakat dan peran Negara untuk mencegah timbulnya

perilaku asusila di masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul

yaitu “PEMIKIRAN DAKWAH DALAM MERUBAH PERILAKU ASUSILA

MENURUT H. MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti membatasi

penelitian ini yaitu mengenai bagaimana pemikiran dakwah H.

Muhammad Ismail Yusanto dalam merubah perilaku asusila.

2. Perumusan Masalah

Adapun masalah yang perlu dirumuskan dalam penelitian ini diantaranya

yaitu:

1. Apa yang dimaksud perilaku asusila menurut H. Muhammad Ismail

Yusanto?

2. Apa bentuk­bentuk perilaku asusila menurut H. Muhammad Ismail

Yusanto?

3. Bagaimana peran dakwah terhadap gejala perilaku asusila menurut H.

(18)

4. Bagaimana cara merubah perilaku asusila menurut H. Muhammad Ismail

Yusanto?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian, yang menjadi tujuan penulis pada wacana pemikiran

dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto dalam merubah perilaku asusila

adalah bagaimana pemikiran dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto

dalam merubah perilaku asusila.

2. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik

secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak.

a. Manfaat akademis

Penelitan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan

dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya

dalam memperkaya wawasan keilmuan, khususnya dalam bidang dakwah

Islam.

b. Manfaat praktis

1) Untuk memenuhi syarat­syarat memperoleh gelar strata satu (S1) pada

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam.

2) Untuk menambah wawasan sekaligus masukan bagi pengkaji sebagai

(19)

masyarakat tentang perilaku asusila dan merubahnya melalui aktifitas

dakwah.

3) Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya studi mengenai perilaku

asusila dan pemikiran dakwah.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode pendekatan kualitatif,

yang bersifat deskriptif analisis, merupakan penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata­kata tertulis atau lisan dari orang­orang yang diamati.3

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode triangulasi, Yaitu

penelitian yang mengumpulkan data dari berbagai sumber buku, media cetak,

informan (wawancara), dan observasi langsung. Kemudian melakukan analisis

yaitu perbandingan antara temuan dengan teori yang ada.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah H. Muhammad Ismail

Yusanto dan yang menjadi objek penelitian adalah pemikiran dakwah dalam

merubah perilaku asusila. Penelitian ini akan mengungkap dan menganalisis

bagaimana pemikiran dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto dalam merubah

perilaku asusila.

3

(20)

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan empat bulan, yakni bulan Desember 2013 sampai

Maret 2014. Penelitian berlangsung di kantor pusat DPP Hizbut Tahrir

Indonesia, Crown Palace No 24, Jl. Prof. Soepomo, Tebet, Jakarta Selatan.

4. Teknik Pengumpulan Data

a) Observasi yaitu suatu pengamatan yang dilakukan secara langsung oleh

peneliti, yakni dengan cara mengumpulkan data, dimana peneliti

mengadakan pengamatan langsung atau berhadapan dengan subyek yang

diteliti. Peneliti mengadakan observasi dengan mengikuti kegiatan dakwah

yang dilakukan oleh H. Muhammad Ismail Yusanto untuk mengetahui

aktifitas dakwah beliau.

b) Wawancara yaitu percakapan yang dilakukan oleh dua pihak,

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewe) yang mana memberikan jawaban atas

pertanyaan tersebut. Tujuan wawancara adalah memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara mengajukan pertanyaan secara

langsung kepada responden, dan jawaban­jawaban responden dicatat dan

direkam dengan alat perekam. Penulis melakukan wawancara dengan H.

Muhammad Ismail Yusanto juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia dan anak

beliau Muhammad Alaudin Azzam.

c) Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan

langsung kepada subjek penelitian. Dalam hal ini penulis mengumpulkan

(21)

data tulisan H. Muhammad Ismail Yusanto melalui media cetak dan

online.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses penyederhanaan kedalam bentuk yang

lebih mudah dan diinterpretasikan.4 Dalam penelitian ini penulis melakukan

pengumpulan data yang berhubungan dengan pemikiran dakwah dalam

merubah perilaku asusila menurut H. Muhammad Ismail Yusanto. Kemudian

menganalisisnya, dengan membuat perbandingan antara data temuan dengan

teori yang telah ada sebelumnya. Dan terakhir disajikan dalam bentuk laporan

hasil penelitian.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti juga mengadakan tinjauan pustaka.Tinjauan

pustaka dilakukan di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Hal ini dilakukan

untuk memastikan apakah ada judul atau tema yang sama dengan skripsi ini.

Setelah dilakukan penelitian, terdapat tulisan sebagai berikut:

Arif Riyadi, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun 2009 dengan judul “Pemikiran

Mulyadhi Kartanegara tentang Dakwah dalam Merespon Modernitas” .

Dalam penelitian tersebut mengungkapkan tiga model dakwah menurut

Mulyadhi Kartanegara yaitu:

4

(22)

a) Menunjukkan keagungan dan kebesaran Islam dengan berbagai cara yang

menarik, ilmiah dan diterima oleh objek dakwah itu dengan baik dan akan

mendatangkan daya tarik kepada Islam.

b) Menjaga kelestarian, menjaga pondasi keimanan, keislaman dari serangan­

serangan luar­dalam hal ini para ilmuwan barat modern­yang tidak sesuai

dengan ajaran­ajaran Islam.

c) Menghadapi tantangan­tantangan para ilmuwan barat modern yang berusaha

menjauhkan manusia dari agama dengan cara­cara rasional, filosofis dan

ilmiah.

Ambo Illang Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun 2012 dengan judul “Pemikiran dan

Aktivitas Dakwah Ustadz Muhammad Nur Maulana”. Dalam penelitian

tersebut mengungkapkan pemikiran dakwah menurut Ustadz M. Nur Mualana

adalah usaha untuk mengajak umat Islam agar mendekatkan diri kepada Allah

SWT dengan menjalankan segala bentuk perintah­Nya dan menjauhi segala

bentuk larangan­Nya. Dengan kata lain konsep amar ma’ruf nahi munkar.

Sedangkan aktivitas ustadz M. Nur Maulana adalah berbentuk tabligh atau

penyampaian dakwah dengan bentuk ceramah. Beliau ceramah diberbagai

tempat dan yang paling popular adalah dalam program televise acara “Islam

Itu Indah”.

Lukmanul Hakim Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun 2010 dengan judul “Pemikiran dan

Aktivitas Dakwah KH. Dasuki Adnan”. Dalam penelitian tersebut

(23)

pada pengalaman hidup beliau dimana kemandirian ekonomi umat dan

perbaikan moral generasi bangsa adalah hal utama. Tujuan dakwah menurut

beliau adalah memberdayakan masyarakat. Aktivitas dakwah beliau berupa

ceramah dan memberikan pelatihan­pelatihan melalui media dakwah.

Penelitian seputar pemikiran dan aktivitas dakwah memamng sudah

banyak yang meneliti. Tapi penelitian tersebut selalu mengangkat tokoh dan

tema yang berbeda­beda, dan dengan pertimbangan yang mendalam peneliti

telah bertemu langsung dengan H. Muhammad Ismail Yusanto dan

menyampaikan tentang bagaiaman pemikiran beliau tentang perilaku asusila

lalu bagaimana cara merubah perilaku asusila. Tema seperti ini belum ada

yang meniliti terhadap beliau, oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti

lebih dalam pemikiran dakwah beliau tentang merubah perilaku asusila.

F. Sistematika Penulisan

Dalam hal sistematika penulisan ini penulis menggunakan Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan

CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universtas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman penulisan skripsi ini.

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini secara sistematika penulis

membagi ke dalam lima bab. Adapun sistematika penulisannya sebagai

berikut:

BAB I : PENDAHULUAN yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,

(24)

Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan

Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS yang terdiri dari Pengertian Pemikiran,

Dakwah, Perilaku Asusila dan Perubahan Perilaku.

BAB III : BIOGRAFI H. MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO yang terdiri

dari Riwayat Hidup dan Pendidikan H. Muhammad Ismail

Yusanto, Aktivitas Dakwah H. Muhammad Ismail Yusanto,

Karya Tulis H. Muhammad Ismail Yusanto dan Pengalaman

Organisasi H. Muhammad Ismail Yusanto.

BAB IV : HASIL TEMUAN PEMIKIRAN DAKWAH DALAM

MERUBAH PERILAKU ASUSILA MENURUT H.

MUHAMMAD ISMAIL YUSANTO yang terdiri dari Pengertian,

Bentuk, Faktor penyebab, Peran dakwah terhadap gejala perilaku

asusila dan Pemikiran Dakwah Dalam Merubah Perilaku Asusila

terdiri dari Pendidikan aqidah dan syariah, Masyarakat sebagai

pengawas dan Negara.

(25)

13

TINJAUAN TEORITIS

A . Pemikiran

1. Pengertian Pemikiran

Akal adalah karunia Allah yang hanya diberikan kepada manusia, manusia

adalah makhluk Allah yang sempurna karena manusia memiliki sesuatu yang

tidak dimiliki makhluk lain yaitu akal. Fungsi akal adalah untuk berpikir tentang

kehidupan ini, aktifitas berpikir akan berlangsung selama manusia berada dalam

kesadaran. Pemikiran manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungannya, seperti

lingkungan keluarga, pergaulan dan sekolah.

Islam sangat memperhatikan umatnya agar berpikir dengan jernih, maksud

jernih disini adalah sesuai nilai­nilai kebenaran Islam. Banyak ayat al­Qur’an

yang menyinggung dengan pertanyaan apakah mereka tidak berpikir dan

pernyataan bagi orang­orang yang berpikir. Al­Qur’an sebagai kitab umat Islam

selain sebagai pedoman hidup juga sebagai referensi paling utama untuk dijadikan

dasar sumber pemikiran.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata “pemikiran” berasal dari

kata “pikir” yang memiliki arti akal budi, ingatan, angan­angan, pendapat

(26)

berarti abstraksi seseorang terhadap sesuatu, atau lebih jauh lagi pemikiran

diartikan sebagai konsepsi, pandangan, nalar akal seseorang atas suatu hal.1

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pemikiran” diartikan

sebagai proses, cara, perbuatan memikir atau hasil pikir.2

Kata pikir sebenarnya berasal dari Bahasa Arab, dalam Kamus

Kontemporer Arab Indonesia terdapat beberapa asal kata dari pemikiran

diantaranya fakkaro berarti berpikir atau memikirkan, fikr jama afkar, tafkir,

tafakur yang berarti pemikiran, pikiran, pendapat, ide, dan opini. Fikr, dzihn juga

memiliki arti yang berkaitan yakni pikiran dan otak. Hablu afkar rangkaian

pemikiran dan fikroh memiliki arti ide, pikiran dan konsepsi.3

Apabila ditinjau dari segi terminologi, kata “pemikiran” memiliki

beberapa pengertian, seperti yang telah dikemukakan oleh para ahli:

Menurut Jalaludin Rahmat, berpikir mempunyai makna memahami realitas

dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan menghasilkan

sesuatu yang baru. Dengan kata lain berpikir merupakan suatu proses penarikan

kesimpulan.4

Walgito mengungkapkan bahwa tujuan dari berpikir adalah memecahkan

masalah yang dihadapi, pendapat berbeda diungkapkan oleh Utsman Najati,

Beliau mengungkapkan bahwa fungsi berpikir adalah pemilah antara kebenaran

1

WJS.Purwodarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 57.

2

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 873.

3

Atabik Ali. Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika Ponpes Krapyak, 1998), Cet. Ke­8, h. 1403.

4

(27)

dan kebatilan, antara kebajikan dan kejahatan, untuk menyikapi realitas,

memperoleh ilmu pengetahuan dan mengangkat manusia pada tingkat

perkembangan dan kesempurnaan, sehingga apabila seseorang sampai pada

keadaan yang demikian ini, maka pemikiran akan besar nilainya dalam

kehidupan.5

Muhammad Imarah mendefinisikan pemikiran sebagai pendayagunaan

pikiran terhadap sesuatu dan sejumlah aktivitas otak berupa berpikir,

berkehendak, dan berperasaan yang bentuk paling tingginya adalah kegiatan

menganalisis, menyusun dan mengkoordinasi.6

Alex Lanur dalam tulisannya Dasat­dasar Logika dan Pemikiran Kritis,

mengungkapkan bahwa berpikir erat kaitannya dengan logika, sebab dalam

berpikir seseorang dibatasi oleh hukum­hukum logika. Logika membantu berpikir

secara logis. Pemikiran yang logis paling tidak mensyaratkan beberapa hal, yaitu

adanya pengertian­pengertian (kata­kata) yang disusun sedemikian rupa sehingga

menjadi keputusan­keputusan (kalimat­kalimat). Keputusan­keputusan tersebut

lalu disusun sehingga menjadi penyimpulan­penyimpulan (pembuktian­

pembuktian).7

Pemikiran adalah pengetahuan manusia yang bermula dari pengalaman­

pengalaman konkret, pengalaman sensitive­rasional: fakta, objek­objek, kejadian­

kejadian atau peristiwa yang dilihat atau dialami. Tetapi akal tidak puas hanya

mengetahui fakta saja. Akal ingin mengetahui mengapa sesuatu itu demikian

5

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2009), Cet. Ke­4, h. 234.

6

Muhammad Imarah, Karakteristik Metode Islam, (IIT dan Media Dakwah,1994), h. 34 7

(28)

adanya. Maka manusia bertanya terus dan mencari bagaimana hak­hal yang

diketahui itu saling berhubungan satu dan lainnya, hubungan apa yang terdapat

antara gejala­gejala yang dialami.8

Dari beberapa definisi pemikiran tersebut, dapat disederhanakan bahwa

pemikiran adalah suatu proses pendayagunaan akal atau pikiran sebagai respon

terhadap sesuatu, kemudian menghasilkan buah pemikiran atau konsep yang

tersusun sistematis yang dijadikan landasan untuk melakukan suatu tindakan.

Pemikiran dakwah adalah pengetahuan manusia tentang unsur­unsur

dakwah kemudian membuat konsep dan rancangan untuk melaksanakan dakwah

berdasarkan pengalaman­pengalaman dan kejadian­kejadian yang diamati dan

dialami. Dari pengalaman­pengalaman dan kejadian­kejadian tersebut kemudian

direnungkan dan dianalisis untuk dijadikan pedoman dalam berdakwah.

Pemikiran dakwah menghasilkan suatu konsep yang dapat diaplikasikan

secara nyata guna menanggapi dan mencari solusi problematika dakwah yang

dihadapi, sehingga dapat memudahkan untuk mencapai keefektifan dakwah.

Pemikiran dakwah sangat penting untuk individu muslim umumnya dan para juru

dakwah pada khususnya.

Sumber pemikiran dakwah yakni pedoman umat Islam itu sendiri, yakni

al­Qur’an dan al­Hadits. Al­Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang paling

sempurna diantara kitab lain yang Allah SWT turunkan. Al­Qur’an sebagai

penyempurna dari kitab­kitab Allah yang lain, Al­Qur’an diturunkan kepada

Rasulullah Muhammad SAW secara berangsur­angsur melalui perantara malaikat

8

(29)

Jibril. Al­Qur’an menjadi sumber hukum, ilmu pengetahuan dan ajaran Islam,

oleh karena itu al­Qur’an menjadi pedoman hidup umat Islam maka tema­tema

dakwah pun disandarkan pada al­Qur’an.Al­Qur’an sebagai sumber pemikiran

dakwah berarti menyampaikan pesan­pesan dakwah berdasarkan al­Qur’an.

Al­Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang menjadi sumber ajaran yang

bersifat sempurna. Karenanya pemikiran manusia harus sesuai dengan pokok­

pokok ajaran Islam yang utama dan tertuang dalam al­Qur’an. Al­Qur’an menjadi

sumber bagi pemikiran dakwah. Menurut Sayyid Quthub, al­Qur’an adalah kitab

dakwah yang diturunkan untuk membimbing manusia ke jalan Allah dan menjadi

sistem hidup bagi selururh manusia.

Sedangkan al­hadits adalah sumber hukum kedua bagi umat Islam, al­

hadits berfungsi menjelaskan isi kandungan­kandungan al­Qur’an agar

memudahkan umatnya dalam memahami makna al­Qur’an.

Umat Islam telah mengambil kesepakatan bersama untuk mengamalkan

sunah. Bahkan, hal itu mereka anggap sejalan dengan memenuhi panggilan Allah

SWT, Rasul­Nya yang terpercaya. Kaum muslimin menerima sunah seperti

mereka menerima al­Qur’an, karena berdasarkan kesaksian dari Allah, sunah

merupakan salah satu sumber syariat.9

9

(30)

B . Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Secara etimologis (bahasa), dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a,

yad’u, da’wan, du’a yang diartikan sebagai mengajak, menyeru, memanggil,

seruan, permohonan dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama

dengan istilah­istilah tabligh, amar ma’ruf dan nahi munkar, mau’idzhoh

hasanah, tabsyir, indzhar, washiyah, ta’lim dan khotbah.10

Sedangkan secara terminologis (istilah), kata dakwah memiliki beberapa

definisi atau pengertian yang berbeda. Dakwah bermakna upaya lewat perkataan

dan perbuatan untuk mengajak serta mengubah manusia untuk berpihak kepada

da’i atau seputar upaya lewat ucapan dan perbuatan untuk Islam, menerapkan

manhajnya, meyakini aqidahnya, dan melaksanakan syariatnya.11

Dakwah adalah sebuah usaha melalui perkataan dan perbuatan untuk

mengajak orang lain kepada da’i, atau kepada perkataan dan perbuatan yang

diinginkan da’i. Secara istilah, dakwah bisa dipahami sebagai sebuah usaha

mengajak orang lain melalui perkataan dan perbuatan agar mereka mau memeluk

Islam, mengamalkan aqidah dan syariatnya.12

Sedangkan para ahli memiliki definisi lain. Berikut adalah beberapa

definisi dakwah menurut para ahli dengan sudut pandangnya masing­masing:

10

M. Munir, Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. Ke­2, h. 17.

11

Taufik al­Wa’iy, Dakwah ke Jalan Allah, (Jakarta: Robbani Press, 2012), Cet. Ke­1, h. 12.

12

(31)

M. Natsir

Dakwah adalah usaha­usaha menyerukan dan menyampaikan kepada

perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang pandangan

dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi al-amar bi al-ma’ruf an

-nahyu al-munkar dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan

akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan bernegara.13

Prof. Dr. M Quraish Shihab

Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah

situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi

maupun masyarakat.14

Dr. Moh. Ali Azis

Dakwah adalah aktifitas dan upaya mengubah manusia, baik individu

maupun kolektif dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik.

Dalam Islam, dakwah adalah tindakan mengkomunikasikan pesan­pesan Islam.

Dakwah adalah istilah teknis yang pada dasarnya dipahami sebagai upaya untuk

menghimbau orang lain kearah Islam.15

13

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH,2009), Cet. Ke­1, h. 3. 14

Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an:Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan, (Bandung: Mizan, 1998), Cet. Ke­17, h. 194.

15

(32)

Drs. K.H Didin Hafidhudin, M.Sc.

Dakwah merupakan proses yang berkesinambungan yang ditangani para

pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke

jalan Allah dan secara bertahap menuju kehidupan yang Islami.16

Ustadz Fathi Yakan

Ustadz Fathi Yakan, seperti yang dikutip Dr. Sayyid Muhammad Nuh.

Dakwah adalah penghancuran dan pembinaan. Penghancuran terhadap jahiliyah

dengan segala macam dan bentuknya, baik jahiliyah pola pikir, moral maupun

jahiliyah pandangan dan hukum. Setelah itu, pembinaan masyarakat Islam dengan

landasan pijak keislaman, baik wujud kandungannya, dalam bentuk dan isinya,

dalam perundang­undangan dan cara hidup, maupun dalam segi persepsi

keyakinan terhadap Islam, manusia dan kehidupan.17

Dari beberapa definisi dakwah tersebut yang dikemukakan oleh para ahli

dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu kegiatan mengajak dan menyeru

pada satu tujuan yakni mensesuaikan kehidupan dengan aturan Islam.

Pada zaman kenabian Islam dapat diterima oleh manusia dengan adanya

aktifitas dakwah, dakwah inilah yang berperan besar menyebarluaskan Islam.

Dengan mengajarkan nilai­nilai keislaman maka manusia yang belum mengenal

Islam akan mengenal, karena kesempurnaan Islam mereka dengan sepenuh hati

menerima Islam sebagai agamanya. Tugas seorang Nabi dan Rasul adalah

mendakwahkan Islam ke seluruh dunia, dan telah terbukti keberhasilan Rasul

16

Didin Hafidhudin, Dakwah Aktual, (Jakarta: GIP, 1999), Cet. Ke­1, h. 77. 17

(33)

Muhammad SAW mendakwahkan Islam ke seluruh dunia yang dilanjutkan oleh

para khalifah dan sekarang oleh para Alim Ulama.

Dakwah akan tetap dibutuhkan oleh Islam, dakwah dan Islam adalah satu

kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Lahir dan berkembangnya Islam dengan

dakwah untuk menjaga dan mengembangkan Islam juga dengan dakwah. Aktifitas

dakwah adalah aktifitas yang mulia di sisi Allah, karena dakwah merupakan

kewajiban bagi individu muslim. Dimanapun melihat kemksiatan, kemunkaran

dan ketidak sesuaian dengan ajaran Islam disitulah wajibnya mengingatkan dan

meluruskan agar sesuai dengan aturan hidup dalam Islam.

Islam adalah agama fitrah (suci) yang berarti keselamatan dan perdamaian

dimana manusia sebagai makhluk Allah mengabdikan dan menyerahkan jiwa

raganya kepada Allah Khalikul alam. Oleh karena itu Islam didakwahkan dan

dikembangkan di muka bumi oleh para Nabi dan Rasul Allah untuk dianut oleh

segenap hamba Illahi secara universal dan menyeluruh.18

Islam disebut juga agama dakwah, maksudnya adalah agama yang di

dalamnya ada usaha menyebarluaskan kebenaran dan mengajak orang­orang yang

belum mempercayainya dan itu dianggap sebagai tugas suci oleh penganutnya.19

Banyak dalil al­Qur’an dan as­Sunah yang menunjukkan anjuran dan kewajiban

dakwah diantaranya sebagai berikut:

18

Firdaus A.N, Panji­Panji Dakwah, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1991), Cet. Ke­1, h. 61.

19

(34)

















Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,

merekalah orang-orang yang beruntung”(QS. Ali Imron:104)













“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan

hatinya, dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”

(QS. Al­Anfaal: 24)









“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk

orang-orang yang menyerah diri?"(QS. Fushilat: 33)

بْلقبف ْعطتْسي ْمل ْ إف اسلبف ْعطتْسي ْمل ْ إف يب ْرِيغيْلف اًركْم ْمكْم ىأر ْ م

فعْضأ كل و

ا يإْلا

Siapa saja yang melihat kemungkaran hendaknya ia mengubah dengan

tangannya. Jika dengan tangan tidak mampu, hendaklah ia ubah dengan lisannya; dan jika dengan lisan tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya; dan

ini adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)

Dari hadits diatas menjelaskan bahwa apabila menjumpai suatu

kemunkaran maka hendaklah merubah dengan kemampuan yang ada, perilaku

asusila merupakan salah satu kemunkaran maka wajib bagi kita untuk

mengingatkan dan mengajak mereka yang melakukan tindakan asusila agar

(35)

Sebagai perintah Allah, sudah tentu jika dilaksanakan akan menyebabkan

lahirnya berbagai kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, jika

ditinggalkan dan diabaikan akan menyebabkan timbulnya keburukan dan

kehinaan, di dunia dan di akhirat.

Dr. Sayyid Muhammad Nuh dalam bukunya “Taujihat Nabawiyah ala

Thoriq” sebagaimana dikutip Dr. H. Atabik Luthfi, M.A. memberi komentar

tentang ayat 103 Ali Imron diatas. Bahwa pengertian amar ma’ruf adalah

mengajak dan memberikan dorongan kepada orang untuk melaksanakan kebaikan

dalam seluruh dimensi dan bentuknya. Sedangkan nahi munkar adalah

memperingatkan, menjauhkan dan menghalangi orang dari melakukan

kemunkaran serta membersihkan kehidupan dari segala bentuk kemunkaran,

sehingga akan lahirlah kemuliaan dan kedamaian hidup.20

Menurut Syaikh Abdul Aziz bin Baz, sebagaimana dikutip Jum’ah Amin

Abdul Aziz, para ulama telah menjelaskanbahwa dakwah itu hukumnya fardhu

kifayah jika dilakukan di Negara­negara yang ada para da’i telah menegakkannya.

Karena setiap Negara membutuhkan dakwah secara kontinu, maka dalam kondisi

seperti ini dakwah menjadi fardhu kifayah, yaitu apabila telah dilakukan oleh

sekelompok orang, beban kewajiban menjadi gugur dan pada saat itu bagi yang

lain dakwah menjadi sunnah muakadah dan merupakan amal sholeh. Dakwah

menjadi fardhu ‘ain apabila di suatu tempat tidak ada orang yang melakukannya.21

Dari penjelasan­penjelasan yang telah dipaparkan maka dapat diambil

kesimpulan bahwa dakwah dan Islam harus sejalan seimbang, dalam kehidupan

20

Atabik Luthfi, Tafsir Da’awi, (Jakarta: Al­I’tishom, 2011), Cet. Ke­1, h. 11. 21Jum’ah Amin Abdul Aziz

(36)

manusia khususnya umat Islam jangan sampai jauh dari ajaran Islam. Begitu juga

dengan dakwah harus bisa menyelesaikan problematika umat yang ada,

kebodohan, kemerosotan akhlak, kesenjangan social, kemiskinan dan masalah

sosial yang lain. Oleh karena itu penulis memberikan kesimpulan bahwa yang

dimaksud dakwah adalah usaha dan ajakan kepada manusia agar sesuai dengan

ajaran Islam dan menjadikan Islam sebagai aturan hidup. Sedangkan tujuan

dakwah adalah untukmelanjutkan dan menjaga kehidupan Islam.

2. Unsur­unsur Dakwah

a. Da’i

Da’i secara etimologis berasal dari bahasa Arab, bentuk isim fa’il (kata

menunjukkan pelaku) dari asal kata da’a yad’u da’wah da’i artinya orang yang

melakukan dakwah, secara terminologis da’i adalah setiap Muslim yang berakal

mukallaf (aqil baligh) dengan kewajiban dakwah. Jadi, Da’i merupakan orang

yang menyampaikan pesan dakwah kepada orang lain (mad’u).22

Da’i merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah. Sebagai

pelaku dan penggerak kegiatan dakwah, da’i menjadi salah satu faktor penentu

keberhasilan dan kegagalan dakwah. Da’i identik dengan dakwah itu sendiri.Da’i

adalah sebutan bagi orang yang berdakwah, artinya orang yang mengajak untuk

kebaikan menuju jalan keislaman.23

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan (bi al-lisan),

tulisan (bi al-qalam) maupun perbuatan (bi al-hal) baik secara individu, kelompok

22

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet. Ke­1, h.261.

23

(37)

atau berbentuk organisasi atau lembaga. Seorang da’i mempunyai peran penting

dalam proses pelaksanaan dakwah. Kepandaian atau kepiawaian seorang da’i akan

menjadi daya tarik tersendiri bagi para objek dakwah. Setiap da’i memiliki

kekhasan masing­masing, tergantung kepada wacana keilmuan, latar belakang

pendidikan, dan pengalaman hidupnya.24

Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah

SWT, alam semestadan kehidupan. Serta apa yang dihadirkan dakwah untuk

memberikan solusi terhadap problem yang dihadapi manusia, juga metode yang

dihadirkannya untuk menjadikan pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan

melenceng.25

Sebagaimana ditegaskan dalam al­Qur’an surat Ali­Imron ayat 110:





















“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh

kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang

fasik”.(QS. Ali Imron:110)

b. Mad’u

Mad’u adalah isim maf’ul dari da’a, yang artinya orang yang diajak, atau

dikenakan perbuatan dakwah. Mad’u adalah obyek dan sekaligus subyek dalam

24

Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo, 2005), Cet. Ke­1, h. 101­102.

25

(38)

dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali. Siapapun mereka, laki­laki

maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi yang baru lahir maupun

orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah Islam. Dakwah

tidak hanya ditujukan kepada orang Islam, tetapi orang­orang di luar Islam, baik

mereka atheis, penganut aliran kepercayaan, pemeluk agama­agama lain, semua

adalah mad’u.26

Mad’u adalah objek dakwah, yaitu sasaran dari kegiatan dakwah, baik

sebagai individu maupun kelompok. Mad’u juga dapat diartikan sebagai orang

yang menerima pesan yang disampaikan da’i. Keberhasilan dakwah tidak hanya

ditentukan seorang da’i tapi juga ditentukan mad’u, karena keberhasilan dakwah

ditentukan oleh kesatuan faktor­faktor atau unsur­unsur dakwah yang saling

membantu, memengaruhi dan berhubungan satu dengan yang lain.27

c. Maudhu’ (Pesan Dakwah)

Menurut Hafi Anshari, sebagaimana dikutip Enjang AS, maudhu’ atau

pesan dakwah adalah pesan­pesan, materi atau segala sesuatu yang harus

disampaiakan oleh da’i kepada mad’u yaitu keseluruhan Islam yang ada di dalam

kitabullah dan sunah Rasul. Atau disebut juga al-haq (kebenaran hakiki) yaitu Al­

Islam yang bersumber dari al­Qur’an. Pendapat tersebut senada dengan pendapat

Endang Saepudin Anshari; materi dakwah adalah Al­Islam (Al­Qur’an dan As­

Sunah) tentang berbagai soal perikehidupan dan penghidupan manusia.

Selanjutnya Muhaemin menjelaskan secara umum pokok isi Al­Qur’an:

26

Cahyadi Takariawan, Prinsip-Prinsip Dakwah, (Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005), Cet. Ke­4, h. 25.

27

(39)

1) Akidah: Aspek ajaran Islam yang berhubungan dengan keyakinan,

meliputi rukun iman, atau segala sesuatu yang harus diimani atau diyakini

menurut ajaran al­Qur’an.

2) Ibadah: Aspek ajaran Islam yang berhubungan dengan kegiatan ritual

dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT.

3) Muamalah: Aspek ajaran Islam yang mengajarkan berbagai aturan dalam

tata kehidupan bersosial (bermasyarakat) dalam berbagai aspeknya.

4) Akhlak: Aspek ajaran Islam yang berhubungan dengan tata prilaku

manusia sebagai hamba Allah, anggota masyarakat, dan bagian dari alam

sekitarnya.

5) Sejarah: peristiwa­peristiwa perjalanan hidup yang sudah dialami umat

manusia yang diterangkan Al­Qur’an untuk senantiasa diambil hikmah dan

pelajarannya.

6) Prinsip­prinsip pengetahuan dan teknologi; yaitu petunjuk­petunjuk

singkat yang memberikan dorongan kepada manusia untuk mengadakan

analisa dan mempelajari isi alam dan perubahan­perubahannya.

7) Lain­lain berupa anjuran­anjuran, janji­janji, ataupun ancaman.28

Apapun materi dakwah yang hendak disampaikan pada dasarnya

bersumber dari al­Qur’an dan Hadits. Materi dakwah yang akan disampaikan

tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Materi yang diperlukan

untuk satu kelompok masyarakat belum tentu cocok untuk kelompok masyarakat

yang lain. Oleh sebab itu pemilihan materi harus tepat, apakah itu untuk pemuda,

mahasiswa, petani, pekerja kasar, pegawai tinggi, juga apakah pendengar itu

(40)

heterogen, artinya berbagai tingkat dan mutu pengetahuannya ataukah

sejenisnya.29

d. Metode Dakwah

Dari segi bahasa “metode” berasal dari dua perkataan yaitu meta (melalui),

hodos (jalan, cara). Dengan demikian, dapat diartikan bahwa metode adalah cara

atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.30 Dapat diambil

pengertian bahwa metode dakwah adalah cara­cara tertentu yang dilakukan oleh

seorang da’i kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan ia berdakwah.

Sedangkan metode dakwah menurut Drs. Abdul Kadir Munsyi, adalah cara

untuk menyampaikan sesuatu atau cara yang digunakan untuk berdakwah. Metode

ini penting untuk mengantarkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Menurut Drs.

Salahudin Sanusi, metode berasal dari kata methodus yang artinya “jalan ke

metode yang telah mendapatkan pengertian yang diterima oleh umum yaitu cara­

cara, prosedur atau rentetan gerak usaha tertentu untuk mencapai suatu tujuan”.

Metode dakwah adalah cara­cara penyampaian ajaran Islam kepada Individu,

kelompok ataupun masyarakat supaya ajaran itu dengan cepat dimiliki, diyakini

serta dijalankan.31

Adapun tujuan diadakannya metode dakwah adalah untuk memberikan

kemudahan dan keserasian, baik bagi pembawa dakwah itu sendiri maupun bagi

penerimanya. Pengalaman mengatakan, bahwa metode yang kurang tepat sering

29

M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Widjaya, 1982), Cet. Ke­1, h. 99. 30

Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2006), Cet. Ke­1, h. 23.

31

(41)

kali mengakibatkan gagalnya aktivitas dakwah. Sebaliknya, apabila diramu

dengan metode yang tepat, dengan gaya penyampaian yang baik, maka respon

yang didapat pun cukup memuaskan.32

Metode dakwah adalah cara­cara tertentu yang dilakukan oleh da’i kepada

mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Adapun

bentuk­bentuk metode dakwah yaitu:

1) Al-Hikmah, yaitu kemampuan da’i dalam memilih dan menyelaraskan

teknik dakwah dengan kondisi objek mad’u.

2) Al-Mauidzatul Hasanah, yaitu suatu ungkapan yang mengandung unsure

bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah­kisah, berita gembira,

peringatan, pesan­pesan positif yang dapat dijadikan pedoman dalam

kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia akhirat.

3) Al-Mujadalah bi al-lati Hiya Ahsan, yaitu bertukar pendapat yang

dilakukan oleh dua belah pihak secara sinergis.33

Dalam kegiatan dakwah, metode dakwah harus disesuaikan dengan

kondisi mad’u baik dari segi pendidikan, ekonomi, dan adat istiadat agar tercapai

keberhasilan dakwah.

e. Media Dakwah

Kata media, berasal dari bahasa Latin, median, yang merupakan bentuk

jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat perantara.34 Wilbur

32

Fathul Bahri An­Nabiry, Meniti Jalan Dakwah; Bekal Perjuangan Para Da’i, (Jakarta: AMZAH,2008), Cet. Ke­1, h. 238.

33

(42)

Schramm, sebagaimana dikutip oleh Samsul Munir Amin mendefinisikan media

sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran. Secara lebih

spesifik, yang dimaksud dengan media adalah alat­alat fisik yang menjelaskan isi

pesan atau pengajaran, seperti buku, film, video kaset, slide dan sebagainya.

Adapun yang dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan yang

dipegunakan untuk menyampaiakan materi dakwah kepada penerima dakwah.

Pada zaman modern seperti sekarang ini, seperti televise, video, kaset rekaman,

majalah dan surat kabar.35

f. Tujuan Dakwah

Ali Abdul Halim Mahmud dalam bukunya Jalan Dakwah Muslimah

menyebutkan 9 tujuan dakwah yaitu:

1) Membantu manusia dalam beribadah kepada Allah sesuai dengan

syariatnya.

2) Membantu manusia menghidupkan sunah taaruf (perkenalan) di antara

mereka.

3) Ikut berperan mengubah kondisi buruk yang dialami kaum muslimin

dewasa ini, menuju kondisi yang lebih baik dan lebih dekat kepada Islam,

sehingga kaum Muslimin dapat mendekatkan diri kepada Allah menuju

kemaslahatan hidup dunia dan akhirat.

4) Melakukan berbagai aktivitas dalam menarbiyah (mendidik) pribadi

Muslim dengan tarbiyah yang benar dan integral, yakni tarbiyah yang

mencakup segi­segi kepribadian, ruhani, akal, akhlak, jasmani dan social.

34

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al­Ikhlas, 1986), h. 17. 35

(43)

5) Turut berperan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan penyiapan

keluarga Muslim dan penarbiyahan seluruh anggota keluarga sesuai

dengan manhaj dan system Islam agar tumbuh dan berkembang dalam

udara yang islami.

6) Turut berperan dalam menyiapkan masyarakat Muslim yang memiliki

komitmen terhadap nilai dan akhlak islami, yaitu masyarakat yang

menjunjung manhaj dan system islam dalam semua aspek kehidupannya,

serta masyarakat yang meninggalkan semua sifat yang dibenci Islam dan

manusia.

7) Ikut berperan membentuk dakwah Islam dalam segala bentuk yang

bermanhaj, sebab unsur terpenting dari dakwah adalah isi manhaj yang

dipakai, bukan sekedar bentuknya.

8) Mengadakan perlawanan terhadap musuh umat Islam yang menduduki

wilayah Islam, menguasai sosial budaya dan politik ekonomi.

9) Melakukan gerakan untuk mengembalikan wihdah (kesatuan) kaum

Muslimin di seluruh dunia ; kesatuan yang diwujudkan dengan cara paling

rasional. Kesatuan itu harus dimulai dengan kesatuan pemikiran, tsaqafah,

kemudian dilanjutkan dengan kesatuan tujuan.36

3. Strategi Dakwah

Strategi berasal dari bahasa Yunani; strategia yang berarti kepemimpinan

atas pasukan atau seni memimpin pasukan. Kata strategia bersumber dari kata

strategos yang berkembang dari kata dari kata statos (tentara) dan kata agein

36

(44)

(memimpin). Istilah strategi dipakai dalam konteks militer sejak zaman kejayaan

Yunani­Romawi sampai awal masa industrialisasi. Kemudian istilah strategi

meluas ke berbagai aspek kegiatan masyarakat, termasuk dalam bidang

komunikasi dan dakwah. Jadi, strategi dakwah adalah keseluruhan keputusan

kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan.

Merumuskan strategi dakwah, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang

dan waktu) yang dihadapi di masa depan, guna mencapai efektifitas atau

mencapai tujuan dakwah.37

Sebelum melakukan kegiatan dakwah, seorang da’i perlu merumuskan

strategi yang tepat untuk keefektifan dakwah. Seorang da’i harus tau kapan waktu

yang tepat menyampaikan pesan inti dakwahnya, karena saat yang tepat itulah

mad’u dalam kondisi yang siap menerima wejangan dari inti pesan dakwah yang

disampaikan oleh da’i.

C. Perilaku Asusila

1. Pengertian Perilaku

Perilaku identik dengan tingkah laku, akhlak, budi pekerti, dari keempat

pengertian di atas pada dasarnya mempunyai makna sama yaitu perbuatan yang

terlihat dalam kenyataan. Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang

dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika,

lingkungan, kekuasaan, persuasi, dan genetika.

37

(45)

Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat

diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku

dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain melainkan

merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak

boleh disalah artikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan

dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara

khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang

diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial

2. Pengertian Perilaku Asusila

”A” artinya “tidak”sedangkan susila menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Modern artinya sopan, beradab, baik budi. Asusila berarti tidak baik

tingkah lakunya.38

Didalam Al Qur’an p

Referensi

Dokumen terkait

Pembahasan pada penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan keilmuan dalam memahami kajian kependidikan Islam (Hakikat dan Tujuan, cara pelaksanaan dan

Berdasarkan kondisi tersebut dilakukan penelitian tentang “apa bentuk mitos, apa metode dakwah yang perlu digunakan da’i dalam merubah mitos budaya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan referensi keilmuan dalam bidang manajemen sumber daya manusia, khususnya bagi program studi Ekonomi Syariah

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan menambah wacana keilmuan pada bidang psikologi dan pendidikan dalam hal

Manfaat teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah, teoritis, kajian referensi, wawasan dan pengembangan keilmuan khususnya yang

Dengan adanya hasil dari penelitian ini diharapkan nantinya dapat menambah wawasan baik dari segi keilmuan, dan sebagai bahan pemikiran untuk membentuk konsep

1.4.1 Hasil kajian yang memaparkan elemen-elemen pemikiran kritis, sebagaimana ditunjukkan dalam al-Quran, dapat menambah dan meluaskan lagi khazanah keilmuan

Peneliti : Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya di bidang akuntansi sektor publik dan wawasan keilmuan dalam bidang akuntansi