• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGI PRATAMA NST /AKT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANGGI PRATAMA NST /AKT"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PADA PEMERINTAHAN KOTA

BINJAI DENGAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SEBAGAI VARIABEL MODERATING

TESIS

Oleh

ANGGI PRATAMA NST 1107017043/AKT

MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PADA PEMERINTAHAN KOTA

BINJAI DENGAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SEBAGAI VARIABEL MODERATING

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam

Program Studi Ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

Oleh

ANGGI PRATAMA NST 1107017043/AKT

MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015

(3)
(4)

Telah Diuji Pada

Tanggal : 11 Februari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA,Ak,CPA Anggota : 1. Drs. Arifin Akhmad, M.Si,Ak, CA

2. Dr. Murni Daulay, M.Si 3. Dr. HB Tarmizi, SU

4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis.,M.Si, Ak, CA

(5)
(6)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PADA PEMERINTAHAN KOTA BINJAI

DENGAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SEBAGAI VARIABEL MODERATING

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Peran Manajer, Komunikasi, Kualitas SDM, Sarana Pendukung terhadap kinerja SKPD dan pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai variabel moderating terhadap hubungan antara Peran Manajer, Komunikasi, Kualitas SDM, Sarana Pendukung dengan Kinerja SKPD. Penelitian ini dilakukan di lingkungan Pemerintahan Kota Binjai Sumatara Utara dengan populasi dan sampel sebanyak 46 SKPD menggunakan metode sensus. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dan analisis uji residual untuk menguji pengaruh variabel moderating.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menyimpulkan bahwa Peran Manajer, Komunikasi, Kualitas SDM, Sarana Pendukung secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja SKPD. Sedangkan secara parsial menyatakan bahwa Peran Manajer, Komunikasi, Kualitas SDM, Sarana Pendukung berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja SKPD dan Pengelolaan Keuangan Daerah tidak dapat memoderasi hubungan antara Peran Manajer, Komunikasi, Kualitas SDM, Sarana Pendukung dengan Kinerja SKPD.

Kata Kunci : Peran Manajer, Komunikasi, Kualitas SDM, Sarana Pendukung, Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kinerja SKPD

(7)

THE FACTORS

WITH FINANCIAL MANAGEMENT

WHICH INFLUENCE THE PERFORMANCE OF REGIONAL WORK UNIT IN BINJAI CITY ADMINISTRATION

AS MODERATING VARIABLE ABSTRACT

The Objective of the research was to khow and to analyze the influence of Managerial Role, Communication, Human Resources, Quality, and Reinforcing Facility on SKPD (Regional Work Unit) Performance and the influence of Regioal Management as moderating variable on the correlation of Managerial Role, Communication, Human Resources Quality, and Reinforcing Facility with SKPD Performance. The research was conducted in Binjai City Admnistration of North Sumatera. The population and samples were 47 SKPD, taken by using census method. The data were gathered by using questionnaires and the hypothesis was tested by using multiple linear regression analysis and residual test analysis which were aimed to examine the influence of moderating variable.

The result of the reseacrh showed that, simultaneously, Managerial Role, Communication, Human Resources Quality, and Reinforcing Facility had positive and significant influence on the performance of SKPD. Partially, managerial role, human resources quality, communication and reinforcing facility had postive and significant influence on SKPD Performance. Regional Financial Management could not moderate the coorelation of Managerial Role, Commonication, Human Resources Quality, and Reinforcing Facility with SKPD Performance. Regional Financial Management could not moderate the correlation of Managerial Role, Communication, Human Resources Quality, and Reinforcing Facility with SKPD Performance.

Keywords : Managerial Role, Communication, Human Resources Quality, Reinforcing Facility, Regional Financial Management, SKPD Performance

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamudullilah Rabbil Alamin

Puji dan Syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Pada Pemerintahan Kota Binjai Dengan Pengelolaan Keuangan Daerah Sebagai Variabel Moderating”.

Penulisan tesis ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan Program Magister Ilmu Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Tesis ini dapat selesai atas bantuan dan bimbingan dari berbagi pihak. Dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D, selaku Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof.Dr.Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA,Ak,CPA, selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan bertindak sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

(9)

4. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si,Ak,CA selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.

5. Ibu Dra. Hj. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, CA selaku sebagai dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

6. Dr. HB. Tarmizi, SU selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.

7. Dr. Murni Daulay, M.Si selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.

8. Bapak Walikota Binjai beserta Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Lingkungan Pemerintah Kota Binjai yang telah banyak membantu peneliti dalam proses penelitian.

9. Teman-temanku Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak membantu pada masa perkuliahan.

10. Kepada kedua orang tuaku Alm. Budi Hanafiah Nst dan Siti Arifah serta istri Ikha Malikha, SE yang telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini.

Akhir kata, peneliti Menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna namun besar sekali harapan, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan yang menggunakannya dan penulis menghaturkan terima

(10)

kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam memberikan dukungan baik moril, materil dalam penyelesaian tesis ini.

Medan, Februari 2015 Peneliti,

Anggi Pratama Nst NIM 1107017043

(11)

CURRICULUM VITAE

Nama : Anggi Pratama Nst Tempat/tanggal lahir : Medan, 24 Maret 1987 Jenis Kelamin : Laki – Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Samanhudi No. 330 Binjai Selatan, Binjai Tinggi : 172 Cm

Berat : 90 Kg

Telp / HP : 081361912761

Email : tamaanggi@yahoo.com

Pekerjaan : Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Pembangunan Panca Budi

ORANG TUA

1. Ayah : Alm. Budi Hanafiah Nst 2. Ibu : Siti Arifah

SAUDARA

1. Abang : Ashari Firdaus Nst, SE ISTRI

1. Istri : Ikha Malikha, SE

1. SD : SD Negeri 020583 Binjai PENDIDIKAN

2. SMP : SLTP Negeri 8 Binjai 3. SMA : SMA Negeri 5 Binjai

4. S – 1 : Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Panca Budi Jurusan Akuntansi

Medan, Februari 2015 Hormat Saya,

Anggi Pratama Nst

(12)

Halaman DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Originilitas ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 10

2.1.1. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja SKDP ... 10

2.1.1.1. Peran Manajer ... 10

2.1.1.2. Komunikasi ... 12

2.1.1.3. Kualitas SDM ... 13

2.1.1.4. Sarana Pendukung ... 16

2.1.1.5. Pengelolaan Keuangan Daerah ... 17

2.1.1.5.1. Sifat Akuntabilitas Pemerintah ... 18

2.1.1.5.2. Karakteristik Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 21

2.1.1.5.3. Kendala Informasi Yang Relevan dan Andal ... 24

2.1.1.6. Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ... 25

2.2. Riview Penelitian Terdahulu ... 29

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konseptual ... 37

3.2. Hipotesis Penelitian ... 39

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 40

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

(13)

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 42

4.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 43

4.5.1. Peran Manajer ... 44

4.5.2. Komunikasi ... 44

4.5.3. Kualitas SDM ... 44

4.5.4. Sarana Pendukung ... 44

4.5.4. Pengelolaan Keuangan Daerah SKPD ... 45

4.5.5. Kinerja SKPD ... 45

4.6. Instrumen Penelitian ... 46

4.6.1. Uji Validitas ... 46

4.6.2. Uji Reabilitas ... 47

4.7 Metode Analisa Data ... 47

4.7.1. Statistik Deskriptif ... 48

4.7.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 48

4.7.2.1. Uji Normalitas ... 49

4.7.2.2. Uji Multikolinieritas ... 49

4.7.2.3. Uji Heterokedastisitas ... 50

4.7.3. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 50

4.7.3.1. Uji Signifikan Simultan (Uji – F) ... 51

4.7.3.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji –t) ... 51

4.7.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R2 4.7.3.4 Uji Residual ... 52

) ... 52

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskriptif Data ... 54

5.1.1. Deskripsi Lokal ... 54

5.1.2. Karakteristik Responden ... 55

5.2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ... 57

5.2.1. Uji Validitas ... 58

5.2.2. Uji Reabilitas ... 61

5.3. Statistik Deskriptif ... 61

5.4. Pengujian Asumsi Klasik ... 63

5.4.1. Pengujian Normalitas ... 64

5.4.2. Pengujian Multikolinearitas ... 66

5.4.3. Pengujian Heteroskedastisitas ... 67

5.5. Pengujian Hipotesis ... 69

5.5.1. Uji Signifikansi Simultan (Uji – F) ... 69

5.5.2. Uji Signifikansi Parsial (Uji – t) ... 70

5.5.3. Uji Koefisien Determinasi (R2 5.5.4. Uji Residual ... 73

) ... 72

5.6. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 77

6.2. Keterbatasan Peneliti ... 78

6.3. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Review Peneliti Terdahulu ………... 31

4.1. Daftar SKPD Pemerintah Kota Binjai ………... 41

4.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………... 46

5.1. Distribusi Kuisioner ………... 54

5.2. Tingkat Pendidikan Responden ……… 55

5.3. Jabatan Responden ………... 56

5.4. Pangkat/Golongan Responden ……… 56

5.5. Lama Bekerja Responden ……… 57

5.6. Uji Validitas Variabel... 58

5.7. Uji Reliabilitas Variabel ……….. 61

5.8. Statistik Desktiptif ……… 62

5.9. Pengujian Normalitas Tests of Normality ……… 64

5.10. Uji Multikolinieritas ……….... 66

5.11. Cavariance Matrix ………... 67

5.12. Uji Park ………... 68

5.13. Uji Statistik F ……….. 70

5.14. Hasil Regresi Uji-t ………... 71

5.15. Uji Koefisien Determinasi ………... 72

5.16. Uji Residual Persamaan I ………... 73

5.17. Uji Residual Persamaan II ………... 74

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

3.1. Kerangka Konseptual ...………... 37

5.1. Historgram ……… 65

5.2. Normal P-Plot ………... 65

5.3. Scatterplot ………... 68

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Lampiran A (Kuesioner) ………... 85

2. Lampiran B (Tabulasi Kuesioner) ……….... 92

3. Lampiran C (Uji Kualitas Data dan Uji Asumsi Klasik) ... 94

4. Lampiran D (Kurva Pengujian Normalitas Data) ……… 105

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan diubah dengan Peraturan Perundang-undangan (Perpu) No. 3 Tahun 2005 serta UU No. 25 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang direvisi menjadi UU No. 33 Tahun 2004, menjadi tonggak awal dari otonomi daerah.

Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas, dan potensi daerah tersebut. Dengan pemberian otonomi daerah kabupaten dan kota, pengelolaan keuangan sepenuhnya berada di tangan Pemerintah Daerah.

Pengelolaan keuangan negara/daerah di Indonesia telah banyak mengalami perubahan atau perbaikan seiring dengan semangat reformasi manajemen keuangan pemerintah untuk mencapai keberhasilan otonomi daerah.

Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya paket peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara beserta peraturan-peraturan turunannya yang juga telah banyak mengalami revisi dan penyempurnaan. Beberapa peraturan terkait dengan implementasi otonomi daerah yang telah dikeluarkan adalah paket undang-undang bidang keuangan negara yakni UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,, UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksanaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Dalam rangka mengimplementasikan perundang

(18)

undangan bidang keuangan Negara telah dikeluarkan berbagai aturan pelaksanaan dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP), antara lain PP No. 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah, PP No. 21 tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga, dan PP No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Khusus berkenaan dengan pengelolaan keuangan daerah dikeluarkan Peraturan Pemerintah No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Sebagai tindak lanjut PP No. 58 tahun 2005, Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dan terakhir telah direvisi dengan Permendagri No. 59/2007 tentang Perubahan Atas Permendagri No. 13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan ini khusus mengatur mengenai pedoman pengelolaan keuangan daerah yang baru, sesuai arah reformasi tata kelola keuangan negara/daerah.

Perubahan yang sangat mendasar dalam peraturan ini adalah bergesernya fungsi Ordonancering dari Badan/bagian/biro Keuangan ke setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), dan SKPD sebagai accounting entity berkewajiban untuk membuat laporan keuangan SKPD serta penegasan bahwa Bendahara Pengeluaran sebagai Pejabat Fungsional.

Salah satu kebijakan pemerintah pusat terutama kebijakan dalam keuangan Negara sangatlah wajar harus melibatkan peran serta pemerintah pusat. Sebab, kinerja dan pengelolaan daerah saat ini menempati posisi penting dalam strategi pemberdayaan pemerintah daerah terlebih lagi dalam mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah dan mewujudkan desentralisasi yang luas, nyata dan dapat dipertanggungjawabkan. Pengelolaan keuangan yang dikelola secara baik

(19)

merupakan isu pertama yang harus dilakukan pemerintah daerah dalam rangka upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih dan baik, dimana pengelolaan keuangan daerah yang dapat dikatakan baik adalah kemampuan pemerintah daerah dalam mengontrol kebijakan-kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, transparan dan akuntabel. Seiring berjalannya waktu dalam pelaksanaannya dirasakan sangat menyulitkan dalam hal mempelajari dan memahami serta juga ada beberapa kendala yaitu aturan-aturan pelaksanaan yang belum dikeluarkan, baik itu turunan dari Undang-undang maupun peraturan- peraturan pemerintah itu sendiri sampai sekarang belum dapat diwujudkan.

Dalam implementasinya pada Pemerintah Kota Binjai menganggap perubahan ini masih sangat merepotkan dikarenakan belum diadakannya pelatihan-pelatihan yang bersifat optimal dengan mengundang para ahli keuangan untuk mengatasi ketidakpahaman pengelolaan keuangan daerah dimasing-masing satuan kerja perangkat daerah.

Selanjutnya mengenai kebijakan pengelolaan keuangan daerah tidak terlepas dari kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang dilakukan dengan menekankan pada konsekuensi hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Undang – Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagai pengganti Undang-undang No. 22 tahun 1999 memberikan penyegaran terhadap acuan atau arahan penyelenggaraan pemerintah daerah dimana undang-undang tersebut mengacu pada peningkatan efisiensi, efektifitas, akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan sektor publik yang dapat dilihat dari pendapatan maupun belanja.

(20)

Beberapa fenomena yang terjadi pada Pemerintah kota Binjai pada tahun 2007 adalah temuan dari hasil pemeriksaan oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) berdasarkan nomor 1/S/XVIII.MDN/08/2008 untuk tahun anggaran 2007 terdapat ketiadaksesuaian penggunaan dana bantuan sosial. Hal tersebut berupa ketidaksesuaian ketentuan dengan tata cara pemberian bantuan sosial yang ternyata belum diatur dalam peraturan Kepala Daerah dan dari hasil uji juga diketahui terhadap SPJ yang tidak dilengkapi dengan dokumen pendukung seperti proposal kegiatan dan atau penggunaan dana bantuan. Bahkan terdapat pencairan dana bantuan yang hanya didukung dengan bukti kwitansi. Selain itu, terdapat SPJ yang sudah dilengkapi dengan dokumen pendukung, tetapi dokumen pendukung tersebut masih diragukan keabsahannya. Sebagai contoh, surat permohonan bantuan dana tidak ditujukan kepada penanggungjawab kegiatan atau surat permohonan bantuan dana tidak menjelaskan berapa jumlah dana yang diajukan dalam surat permohonan tersebut tetapi mendapatkan pencarian dana bantuan social (www.ksemar.wordpress.com.)

Berikutnya atas pelaporan dari Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) untuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tahun anggaran 2011, pemerintah kota Binjai meraih opini Wajar dengan Pengecualian dan naik satu peringkat dari opini Tidak Wajar atas Laporan Keungan Pemerintah Daerah tahun anggaran 2010. (www.binjai.go.id). Namun di akhir tahun 2011, Badan Pemeriksan Keuangan (BPK) mendapatkan temuan terkait surat keputusan pengahapusan asset Wali Kota Binjai Nomor 028-649/K/2011 tertanggal 28 Desember 2011 sebesar Rp. 17 Miliar yang dinilai oleh BPK tidak sesuai dengan prosedur dan merugikan Negara sebesar Rp. 17 Milliar. Lelang yang dilakukan oleh Pemko

(21)

Binjai terhadap sejumlah aset diantaranya, tanah, bangunan, mobil, paralatan kantor lainnya, melanggar Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) Nomor 93/PMK.06/2010 tentang petunjuk pelaksanaan lelang, juga tidak melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). BPK berpendapat setelah telaah hasil audit BPK-RI tahun 2011 Nomor: 5.A/LHP/XVIII.MDN/07/2012 tanggal 04 Juli 2012 di Binjai, melihat bahwa berdasarkan laporan keuangan Pemerintah Kota Binjai diketahui terdapat penghapusan aset tetap senilai Rp 17.742.439.359,85. Penghapusan tersebut telah ditetapkan dengan keputusan Walikota Binjai Nomor:028-649/K/2011 tanggal 28 Desember 2011. Atas penghapusan tersebut telah dilakukan penjualan oleh panitia penghapusan dan hasilnya telah disetor ke kas daerah hanya senilai Rp 35.911.400. Bahkan, setelah BPK-RI melakukan konfirmasi kepada Kepala Bidang aset Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) diketahui bahwa penjualan tidak melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). Lalu, Pemilik barang dalam hal ini pemerintah Kota Binjai tidak melakukan permohonan pelaksanaan lelang non eksekusi wajib kepada KPKNL. Selain itu, penjualan tidak terbuka untuk umum karena panitia penghapusan hanya melakukan undangan kepada tiga calon pembeli tanpa mengumumkan rencana lelang barang inventaris melalui surat kabar harian yang terbit di Kota Binjai dan penjualan dilakukan oleh panitia penghapusan bukan dilakukan oleh pejabat lelang.

Jika dilihat kondisi diatas pemerintah kota Binjai diasumsikan belum dapat mewujudkan good public governance khususnya di bidang pengelolaan keuangan daerah dan pelayanan public dengan baik, tetapi masih membutuhkan pengkajian yang lebih mendalam, khususnya menyangkut peran manajer, kualitas sdm di

(22)

SKPD serta pengelolaan keuangan daerah dalam kaitannya dengan pelayanan publik. Salah satu perubahan mendasar dalam manajemen keuangan daerah pasca reformasi keuangan daerah adalah perubahan sistem akuntansi pemerintah pusat dan daerah. Inti dari perubahan tersebut adalah tuntutan dilaksanakannya akuntansi dalam pengelolaan keuangan daerah oleh pemerintah, baik pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten dan kota, bukan pembukuan seperti yang dilaksanakan selama ini. Pengelolaan keuangan daerah yang baik perlu ditunjang oleh peran manajer atau pengguna kuasa anggaran dan kualitas sdm yang baik agar penatasusahaan keuangan di daerah memiliki akurasi dan akuntabilitas yang tinggi. Selain, itu komunikasi dan sarana pendukung di setiap SKPD juga merupakan salah satu dimensi yang tidak kalah penting dalam pengelolaan.

Dengan peran manajer yang baik maka alokasi anggaran publik yang tercermin dalam anggaran pendapatan daerah (APBD) dapat diperuntukan untuk kepentingan publik.

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah Pada Pemerintahan Kota Binjai Dengan Pengelolaan Keuangan Daerah Sebagai Variabel Moderating”.

Adapun yang menjadi faktor-faktor adalah Peran Manajer, Komunikasi, Kualitas SDM dan Sarana Pendukung yang diduga mendukung Kinerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Binjai Provinsi Sumatara Utara.

1.2 Rumusan Masalah

(23)

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Apakah Peran Manajer, Komunikasi, Kualitas SDM dan Sarana Pendukung berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja SKPD pada Pemerintahaan Kota Binjai ?

2. Apakah Pengelolaan Keuangan Daerah dapat Memoderasi hubungan antara Peran Manajer, Komunikasi, Kualitas SDM dan Sarana Pendukung dengan Kinerja SKPD pada Pemerintahan Kota Binjai ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui dan menganalisis Peran Manajer, Komunikasi, Kualitas

SDM dan Sarana Pendukung secara simultan dan parsial terhadap kinerja SKPD pada pemerintahaan Kota Binjai.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis Pengelolaan Keuangan Daerah dapat Memoderasi Hubungan antara Peran Manajer, Komunikasi, Kualitas SDM dan Sarana Pendukung dengan Kinerja SKPD pada Pemerintah Kota Binjai.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian ini maka diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:

1. Ilmu Pengetahuan : Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penambahan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang nantinya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan referensi dan perbandingan dalam penelitian lebih lanjut oleh peneliti berikutnya.

(24)

2. Objek yang diteliti : Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan ide masukan dan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah Kota Binjai dalam pengambilan kebijakan terhadap pengawasan dan memahani sistem akuntansi keuangan daerah serta pengelolaan keuangan terhadap kinerja dari SPKD Pemerintah Kota Binjai khususnya.

3. Peneliti : Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya di bidang akuntansi sektor publik dan wawasan keilmuan dalam bidang akuntansi keuangan daerah dalam memahami Pengaruh Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja SKPD pada Pemerintah Kota Binjai dengan pengelolaan keuangan daerah sebagai variabel moderating.

1.5 Originalitas

Penelitian ini merupakan modifikasi dari peneliti Arisonaldi Sibagariang (2013) yang meneliti Pengaruh Kualtias SDM, Komunikasi, Sarana Pendukung dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja SKPD (Studi Empiris Pada Pemerintah Kota Sibolga). Dalam penelitian tersebut menyimpulkan Kualitas SDM tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja SKPD Kota Sibolga, Komunikasi berpengaruh signifikan positif terhadap Kinerja SKPD Kota Sibolga, Sarana Pendukung tidak berpengaruh terhadap Kinerja SKPD Kota Sibolga, Komitmen Organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap Kinerja SKPD Kota Sibolga.

Perbedaan dengan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah di Variabel Independennya yaitu dengan mengganti variabel Komitmen Organisasi

(25)

dengan variabel Peran Manajer serta menggunakan Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai Variabel Moderating.

Perbedaan selanjutnya terdapat pada lokasi dan waktu penelitian yaitu pada penelitian sebelumnya berada di Kabapuaten Sibolga pada tahun 2013 sedangkan dalam penelitian ini lokasi penelitiannya adalah berada di pemerintahan Kota Binjai Provinsi Sumatara Utara pada tahun 2014. Perbedaan terakhir adalah terletak pada sampel yang diuji yaitu dalam penelitian ini digunakan sebanyak 52 SKPD dari Pemerintahan Kota Binjai. Sedangkan di Penelitian Sebelumnya digunakan sebanyak 32 Unit SKPD.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja SKPD

Dalam Bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai faktor-faktor yang mempengaruhui Kinerja SKPD kota Binjai serta Menjabarkan teori-teori yang melandasi penelitian ini dengan referensi atau keterangan tambahan yang dikumpulkan selama penelitian.

2.1.1.1. Peran Manajer

Peran Manajer dalam pengelolaan keuangan harus berorientasi pada kinerja karena adanya desentralisasi. Desentralisasi dalam pengelolaan keuangan daerah itu merupakan desentralisasi administratif, yaitu pendelegasian wewenang dan pelaksanaan sampai pada tingkat hirarki dan delegasi yang paling rendah.

Selanjutnya pengelola keuangan daerah sendiri diberi wewenang dalam batas yang telah ditetapkan dalam sistem pengelolaan keuangan daerah tersebut, namun memiliki beberapa kebijaksanaan dan kekuasaan serta tanggung jawab tertentu dalam hal sifat dan hakekat jasa dan pelayanan yang menjadi tanggungjawab peran manajer dimasing-masing SKPD (Coralie, 1987 dalam Rohman, 2007).

Selanjutnya disebutkan bahwa Manajer merupakan orang yang bertanggung jawab atas organisasi atau unit yang dipimpinnya dalam hal ini berarti unit di masing-masing SKPD. Tugas Manajer dapat digambarkan dalam kaitannya dengan berbagai “peran” atau serangkaian perilaku atau tindakan yang tersusun yang artikan untuk suatu posisi (Mitzberg, 1973 dalam Herminingsih, 2009). Dijelaskan juga diurain tersebut bahwa manajer mempunyai 3 (tiga) peran

(27)

melalui kewenangan dan statusnya di dalam melaksanakan tuga-tugas yang dipercayakan antara lain :

1. Peran interpersonal. yaitu seorang manajer harus dapat berperan sebagai forehead, leader, dan liaison (penghubung).

2. Peran informasional. yaitu seorang manajer harus dapat berperan sebagai monitor, pemberi informasi dan sebagai spokesperson.

3. Peran penagambil keputusan. yaitu manajer herus dapat berperan sebagai entrepreneur, disturbance handle, resources allocator dan negotiator.

Deskripsi peran manajer yang dikemukakan diatas, akan membutuhkan sejumlah keahlian manajerial yang penting, mengembangkan hubungan kerja sejajar, menjalankan negosiasi, emmotivasi bawahan, menyelesaikan konflik, membangun jaringan informasi dan membayar informasi, membuat keputusan dalam kondisi ambiguitas yang ekstrim, dan mengalokasikan sumber daya yang ada. Disamping itu seorang manajer perlu untuk introspeksi mengenai tugas dan perannya sehingga dapat mencapai kinerja yang maksimal. Peran manajer pengelolaan keuangan daerah memungkinkan tercapainya kinerja dan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif. Peran menunjukkan partisipasi seorang dalam mewujudkan tujuan organisasi. Desentralisasi memberikan kesempatan pengelola keuangan daerah untuk mendorong kreatifitas pengelola keuangan daerah. Individu yang terlibat dan diberi tanggungjawab dalam penyusunan anggaran akan bekerja lebih keras untuk mencapai tujuan, sehingga kinerja organisasi akan semakin tinggi.

Agar proses penganggaran berjalan dengan efektif guna meningkatkan kinerja satuan kerja perangkat daerah (SKPD), dibutuhkan peran manajer

(28)

didalamnya. Ditegaskan kembali bahwa anggaran keuangan daerah harus disiapkan secara detail dan melibatkan manajer pada setiap jenjang organisasi di SKPD. Adanya peran manajer dalam penganggaran akan membantu terwujudnya anggaran yang efektif, sehingga tidak terjadi pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala prioritas, serta untuk mendukung dilakukannya pengelolaan dana pubik (public money) yang mendasarkan prinsip value for money. (Anthony & Govindrajan, 2005)

2.1.2.2. Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses interkasi yang menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus. Selanjutnya Komunikasi adalah informasi mengalir secara bebas dari atas ke bawah atau sebaliknya (Suranto,2005). Dalam pengelolaan keuangan daerah di suatu SKPD, komunikasi yang baik dan lancar antara Pengguna Anggaran dengan bawahannya atau sebaliknya sangat dibutuhkan dalam menyamakan persepsi untuk menyusun dan merumuskan serta melaksanakan dengan baik rencana kerja yang ingin dicapai oleh SKPD. Meskipun begitu cemerlang, kreatif dan inovasinya suatu hasil pikiran seseorang baik pimpinan maupun bawahan tidak akan ada artinya jika tidak dinyatakan dan dikomunikasikan dengan baik. Pimpinan tidak hanya memiliki kemampuan membuat komitmen atau keputusan, tetapi harus diterjemahkan menjadi gagasan, prakarsa, inisiatif, kreatifitas, pendapat, saran, perintah, dan lainnya yang sejenis itu melalui komunikasi yang baik kesemua unit terkait. Oleh karena itu kemampuan mengambil keputusan akan kehilangan artinya tanpa kemampuan mengkomunikasikannya. Dengan komunikasi yang baik

(29)

disetip lini maka seluruh komponen dalam SKPD dapat secara sistimatis bekerja dalam satu arah yang sama yaitu untuk meningkatkan produktifitas instansi (Suranto, 2005). Jika terjadi kesalahpahaman dalam SKPD, khususnya dalam pengelolaan keuangan daerah akan menimbulkan dampak negatif yang berakibat buruk bagi kinerja SKPD.

Pengelolaan keuangan daerah tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya komunikasi yang baik antara pimpinan dan bawahan. Kemampuan berkomunikasi secara efektif dan jelas bagi seorang pimpinan erat kaitannya dengan kepemimpinan yang berwibawa. Kalau seorang pimpinan ingin memiliki kepemimpinan yang berwibawa, maka ia perlu mempunyai kemampuan berkomunikasi secara efektif dan jelas. Kemahiran berkomunikasi bagi seseorang pimpinan dapat memperkecil, bahkan menghilangkan konflik antara kepentingan pribadi dengan kepentingan organisasi. Maka untuk itulah komunikasi yang baik dan lancar tersebut selalu ditumbuhkembangkan dalam instansi pemerintah yang salah satunya dengan cara melibatkan para pejabat dan staf dalam merumuskan dan memutuskan sesuatu keputusan atau hal-hal penting dalan instansi, terlebih khusus tentang pengelolaaan keuangan daerah di SKPD.

2.1.1.3. Kualitas SDM

Sebagian kesatuan sumber daya manusia harus dipandang sebagai suatu sistem dimana tiap-tiap karyawan merupakan bagian yang saling berkaitan satu dengan lainnya dan bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi.

Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang baik, SKPD harus memiliki kualitas sumber daya manusia yang didukung dengan latar belakang pendidikan akuntansi, sering mengikuti pendidikan dan pelatihan, dan mempunyai

(30)

pengalaman di bidang keuangan karena permasalahannya adalah untuk menerapkan akuntansi double entry berbasis akrual diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang memahami logika/sistem akuntansi secara baik. Aparatur pemda yang menangani masalah keuangan tidak cukup hanya menguasai penatausahaan anggaran melainkan juga harus memahami karakteristik transaksi yang terjadi dan pengaruhnya terhadap rekening-rekening dalam laporan keuangan pemda. Kegagalan SDM pemda dalam memahami dan menerapkan logika akuntansi akan berdampak pada kekeliruan laporan keuangan yang dibuat dan ketidaksesuaian laporan dengan standar yang ditetapkan pemerintah.

Menurut Nasution (2008) Manusia adalah asset yang akan mengelola sumber daya yang ada dalam organisasi sehingga diperlukan manusia yang baik kualitasnya. Sumber daya manusia jika ditinjau dari segi kualitasnya memiliki dua kemampuan, yaitu:1) Hard Skill yaitu Kemampuan akademik yang dimiliki seseorang. 2) Soft Skill yaitu Kemampuan menyesuaikan dengan lingkungan terutama dalam dunia kerja / organisasi. Kedua kemampuan diatas diperlukan bagi sumber daya manusia dalam menggerakkan dan mengembangkan organisasi. Agar kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan nantinya akan memenuhi standard kebutuhan maka setiap tahapan proses harus direncanakan dan dikendalikan sesuai dengan standard dan spesifikasi yang telah ditetapkan sesuai kebutuhan organisasi.

Menurut Azhar (2007) bahwa ”Sumber daya manusia adalah suatu pilar peyangga utama dan penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari organisasi tersebut”. Sumber daya manusia merupakan elemen organisasi yang sangat penting, karenanya harus dipastikan sumber daya manusia ini harus dikelola sebaik mungkin agar mampu memberikan kontribusi secara optimal

(31)

dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Menurut Matindas (2003) Sumber Daya Manusia adalah kesatuan tenaga manusia yang ada dalam suatu organisasi dan bukan sekedar penjumlahan karyawan-karyawan yang ada. Sebagai kesatuan, sumber daya manusia harus dipandang sebagai suatu sistem dimana tiap-tiap karyawan merupakan bagian yang saling berkaitan satu dengan lainnya dan bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Azhar (2007) tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Penerapan Permendagri No.13 Tahun 2006 Pada Pemerintah Kota Banda Aceh menyimpulkan bahwa kualitas SDM berpengaruh signifikan positif terhadap penerapan Permendagri No.13 Tahun 2006. Semakin tinggi kualitas SDM, maka semakin tinggi kinerja SKPD dan sebaliknya semakin rendah kualitas SDM, maka semakin rendah juga kinerja SKPD.

Dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia adalah kekuatan daya pikir dan berkarya manusia yang masih tersimpan dalam dirinya yang perlu dibina dan digali serta dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan kehidupan manusia. Jika dioptimalisasikan dengan baik maka dapat meningkatkan kualitas maka sumber daya manusia dan nilai produktifitas dari sumber daya manusia tersebut akan menghasilkan nilai balik (rate of return) yang positif.

Tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia antara lain dengan adanya unsur kreatifitas dan produktifitas yang direalisasikan dengan hasil kerja atau kinerja yang baik secara perorangan atau kelompok. Permasalahan ini akan dapat diatasi apabila sumber daya manusia mampu menampilkan hasil kerja produktif secara rasional dan memiliki kompetensi-kompetensi dalam kinerja.

(32)

2.1.1.4. Sarana Pendukung

Sarana Pendukung dalam penelitian ini merupakan salah satu variabel Indepent yang mempengaruhi kinerja SKPD pada Pemerintah Kota Binjai.

Selanjutnya Sarana Pendukung dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai perangkat pendukung seperti komputer dan software dalam melaksanaan tugas/

pekerjaannya sesuai Permendagri Nomor 13 tahun 2006 pasal 225. Dalam pelaksanaan tugasnya seorang bendahara,baik itu bendahara umum, bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dalam setiap SKPD harus wajib dan mahir dalam mengoperasikan komputer serta memahami aplikasi prosedur penatausahaan keuangan daerah.

Dalam implementasi pengelola keuangan daerah dihapkan para pengelola perlu memiliki pemahaman yang memadai tentang sistem akuntansi keuangan daerah agar dapat menyajikan laporan keuangan yang handal, untuk itu maka diperlukan sarana pendukung yang memadai baik itu perangkat keras maupun perangkat lunak. Menurut Kenneth dan Jane (2005) dalam Azhar (2007) perangkat keras adalah perlengkapan fisik yang digunakan untuk aktifitas input, proses dan output dalam sebuah sistem akuntansi. Perangkat keras ini terdiri dari komputer yang memproses, perangkat penyimpanan dan perangkat untuk menghasilkan output serta media fisik untuk menghubungkan semua unit tersebut dan perangkat lunak adalah sekumpulan rincian instruksi sebelum program yang mengendalikan dan mengkoordinasikan perangkat keras komponen di dalam sebuah sistem informasi.

Selanjutya dapat disebutkan bahwa Sarana Pendukung merupakan salah satu indikator yang sangat mempengaruhi dari Kinerja SKPD, dimana output dari penggunaan sarana pendukung ini nantinya akan menghasilkan data laporan keuangan yang akurat dan akuntabel.

(33)

2.1.5. Pengelolaan Keuangan Daerah

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dalam Peraturan Pemerintah 58 Tahun 2005 tentang Pokok- Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.

Uraian tersebut menunjukkan bahwa keuangan daerah harus dikelola dengan baik agar semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan daerah. Hal ini ditegaskan pula dalam Peraturan Pemerintah Nomor 105 yang telah dirubah menjadi Peraturan Pemerintah 58 Tahun 2005 dinyatakan bahwa pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang- undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan beratanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan. Edward (1992:13) menyatakan manajemen keuangan daerah dapat dilakukan dengan baik jika pemerintah daerah dapat mendefinisikan secara jelas tujuan dari manajemen keuangan. Dari kacamata keuangan daerah Case (2002: 429) menyatakan bahwa anggaran merupakan suatu rencana tindakan yang disiapkan untuk menggunakan

(34)

sumber daya keuangan oleh pemerintah sesuai fungsi dan tujuan yang akan dicapai. Freeman et al, (2003:74) menegaskan bahwa desain sistem anggaran pemerintah harus sesuai dengan faktor-faktor yang ada. Kemudian menegaskan terdapat sejumlah faktor tertentu yang berpengaruh signifikan terhadap penentuan anggaran periodik (APBD), misalnya frekuensi sidang DPRD, budaya politik, pengeluaran, dan pendapatan.

Menurut Permendagri No.58 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Butir 6 Pengelolaan Keuangan Daerah meliputi Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Uraian tersebut menunjukkan bahwa setiap pendapatan dan belanja pemerintah daerah harus mempertimbangkan dampak dan keberlanjutanya, bukan untuk yang didasarkan pada kepentingan kelompok tertentu. Dengan demikian setiap pendapatan dan belanja pemerintah daerah harus diperhatikan fungsi dan tujuannya, serta mempertimbangkan kemampuan daerah.

2.1.1.5.1 Sifat Akuntabilitas Pemerintah

Dalam menatan Pengelolaan Keuangan Daerah yang baik Laporan keuangan pemerintah harus menyediakan informasi yang dapat dipakai oleh pengguna laporan keuangan untuk menilai akuntabilitas pemerintahan dalam membuat keputusan ekonomi, sosial dan politik. Akuntabilitas (accountability) menurut Suherman (2007) yaitu berfungsinya seluruh komponen penggerak jalannya kegiatan perusahaan, sesuai tugas dan kewenangannya masing-masing.

Selanjutnya akuntabilitas adalah suatu kewajiban pihak pemegang tugas untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan menungkapkan

(35)

segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi tugas yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta laporan pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2004).

Dari kedua definisi diatas dapat dikatakan bahwa akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban atas segala yang dilakukan oleh pimpinan atau lembaga yang memberi wewenang dan akuntabilitas merupakan prinsip yang menjamin bahwa setiap kegiatan suatu organisasi atau perorangan dapat dipertangungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat.

Berdasarkan beberapa akuntabilitas yang dilihat dari berbagai sudut pandang tersebut, maka akuntabilitas dapat disimpulkan sebagai kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala tindak lanjut dan kegiatan seseorang atau lembaga terutama bidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi.

Akuntabilitas dalam konteks pemerintahan mempunyai arti pertanggungjawaban yang merupakan salah satu ciri dari terapan good governance. Pemikiran ini bersumber dari pemikiran administrasi publik merupakan isu menuju clean goverment atau pemerintahan yang bersih. Akuntabilitas dilihat dari sudut pandang pengendalian merupakan tindakan pada pencapaian tujuan.

Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan, akuntabilitas pemerintah tidak dapat diketahui tanpa pemerintah memberitahukan kepada rakyat tentang informasi sehubungan dengan pengumpulan sumber daya dan sumber dana masyarakat beserta penggunaannya.

Selanjutnya penjelasan American Accounting Association (1970) dalam Glynn (1993) menyatakan bahwa tujuan organisasi sektor publik dijelaskan sebagai berikut:

(36)

1. Memberikan infromasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien, dan ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumberdaya yang dipercayakan kepada organisasi. Dalam hal ini terkait dengan Pengendalian Manajemen.

2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer yaitu Kuasa Pengguna Anggaran untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif program dan penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya dan memungkinkan pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah dan penggunaan dana publik. Dalam hal ini terkait dengan Akuntabilitas.

Selanjutnya masih juga dijelaskan oleh American Accounting Association (1970) dalam Glynn (1993) berdasarkan tujuan dan fungsi Laporan Keuangan sektor publik adalah 1. Complaince and stewardship (kepatuhan dan pengelolaan) 2. Accountability and Retrospective Reporting (akuntabilitas dan pelaporan retrospektif) 3. Planning and authorization information (perencanaan dan otorisas informasi) 4. Survival of organisation (kelangsungan organisasi) 5. Public Relation (hubungan masyarakat) 6. Source of fact and figures (sumber fakta dan gambaran).

Sementara untuk organisasi pemerintah, tujuan umum akuntansi dan pelaporan keuangan adalah:

1) Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban dan pengelolaan (accountability and steward ship)

2) Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi dan ekonomi

(37)

3) Kinerja material dan organisasional (managerial and control)

Selanjutnya diharapkan pemerintah dapat memberikan informasi keuangan yang digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan untuk mendukung pembuatan ekonomi, social dan politik.

2.1.1.5.2. Karakteristik Laporan Keuangan Daerah Pemeritah Daerah

Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah yang baik, pemerintah daerah dapat menjadikan karakteristik laporan keuangan yang berdasarkan Peraturan Pemeritah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) untuk dijadikan sebagai ukuran-ukuran normatif dalam memberikan penyampaian informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah daerah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki.

1. Relevan

Laporan Keuangan bisa dinyatakan relevan apabila informasi yang termuat didalammnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi masa depan serta menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

Dengan demikian informasi laporan keuangan yang relevan di hubungkan dengan maksud penggunaannya. Sifat informasi yang relevan adalah :

a. Memilki manfaat umpan balik (feedback value)

Informasi yang memungkinkan untuk menegaskan suatu alat untuk mengkoreksi kegiatan yang telah terjadi.

(38)

b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)

Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan dating berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

c. Tepat Waktu

Informasi yang disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.

d. Lengkap

Informasi akuntansi keuangan pemerintahan disajikan selengkap mungkin yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan informasi yang melatar belakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

2. Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat divertifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:

a. Penyajian Jujur

Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.

(39)

b. Dapat Diverifikasi (verifiability)

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.

c. Netralitas

Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu

3. Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.

Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.

4. Dapat Dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas

(40)

pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud

2.1.1.5.3. Kendala Informasi Yang Relevan dan Andal

Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah terdapat beberapa kendala- kendalam dalam penyampaian informasi yang relevan dan dapat diandalkan . kendala-kendala tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dijelaskan tentang kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan.

Dalam Peraturan Pemerintah tersebut diartikan bahwa kendala informasi yang relevean dan andal merupakan suatu keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya kondisi yang ideal atau baik dalam menampilkan informasi akuntansi dan laporan keuangan akibat dari keterbatasan (limitations) atau yang disebabkan alasan-alasan kepraktisan. Dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah tersebut 3 (Tiga) hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan pemerintah, yaitu:

a. Materialitas

Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.

b. Pertimbangan Biaya dan Manfaat

Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya

(41)

penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya itu juga tidak harus dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pengguna lain di samping mereka yang menjadi tujuan informasi, misalnya penyediaan informasi lanjutan kepada kreditor mungkin akan mengurangi biaya yang dipikul oleh suatu entitas pelaporan.

c. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif

Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normative yang diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah. Kepentingan relative antar karakteristik dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara relevansi dan keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif tersebut merupakan masalah pertimbangan profesional

2.1.1.6. Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Menurut Mardiasmo (2004) Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu perbaikan kinerja pemerintah yang berfokus kepada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam memberikan pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumberdaya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

(42)

Disamping itu pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukan bagaimana uang publik dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien, dan efektif.

Peningkatan kinerja sektor publik merupakan hal yang bersifat komprehensif, dimana setiap SKPD sebagai pengguna anggaran (badan/dinas/biro/kantor) akan menghasilkan tingkat kinerja yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan rasa tanggung jawab yang mereka miliki. Semakin bagus tingkat pengelolaan keuangan oleh pengguna anggaran maka akan semakin tinggi tingkat kinerja SKPD.

Kinerja merupakan suatu prestasi atau tingkat keberhasilan yang dicapai oleh individu atau suatu organisasi dalam melaksanakan pekerjaan pada suatu periode tertentu. kinerja (performance) merupakan kuantitas dan kualitas pekerjaan yang diselesaikan oleh individu, kelompok atau organisasi. Dalam sektor publik, khususnya sektor pemerintahan, kinerja dapat diartikan sebagai suatu prestasi yang dicapai oleh pegawai pemerintah dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dalam suatu periode. Menurut Maryanti (2002), Kinerja merupakan hasil yang dicapai oleh suatu fungsi kerja atau aktivitas selama periode tertentu, hal senada juga diungkapkan oleh Prawirosentono (1999), yang mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

(43)

Selanjutnya juga dapat dijelaskan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Lebih lanjut dijelaskan bahwa seorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu menghasilkan suatu kinerja manajerial, Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan keefektifan organisasional. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kinerja manajerial didefinisikan didasarkan pada fungsi-fungsi manajemen yang ada dalam teori klasik, yaitu seberapa jauh manajer mampu melaksanakan fungsi- fungsi yang meliputi : perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi, pemilihan staf, negosiasi dan perwakilan. Kinerja manajerial yang diperoleh manajer merupakan salah satu faktor yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektifitas organisasi. Partisipasi bawahan dalam penyusunan anggaran dan peran anggaran sebagai pengukur kinerja memiliki kaitan yang cukup erat.

Kinerja (performance) menurut Manning & Curtis (dalam Rohman, 2009) adalah pencapaian kerja, tindakan, perbuatan, dan lain-lain (accomplishment of work, acts, feat, etc), dalam pengertian yang lain Manning dan Curtis mendefinisikan kinerja sebagai hasil yang telah dikerjakan (something done or performed). Selanjutnya LAN (dalam Rohman, 2009) mendefinisikan kinerja sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic scheme) suatu organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan

(44)

prestasi yang dapat dicapai organisasi dalam periode tertentu (Boland dalam Rohman, 2009). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitaas dan kualitas yang terukur.

Menurut Mahoney et. al. (2009), kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial, antara lain perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi, perwakilan dan kinerja secara keseluruhan. Sedangkan pandangan Robertson et.

al. (2009), terhadap kinerja seseorang lebih bersifat situasional, tergantung pada kondisi internal dan faktor eksternal yang melingkupi individu organisasi dalam melakukan pekerjaan. Faktor eksternal berupa target dan persaingan yang menuntut kinerja yang tinggi dari individu itu sendiri. Sedangkan faktor internal berupa lingkungan kerja, gaji, kesempatan, supervise dan yang meliputi dimensi kepuasan kerja. Kinerja merupakan efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan standar, sasaran, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Siegel dan Marconi dalam Ramandei, 2009).

2.2. Riview Penelitian Terdahulu

Sibagariang (2013) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kualitas SDM, Komunikasi, Sarana Pendukung dan Komintmen Organisasi Terhadap Kinerja SKPD Sibolga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kualitas SDM tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja SKPD Kota Sibolga, Komunikasi berpengaruh signifikan positif terhadap Kinerja SKPD Kota Sibolga, Sarana

(45)

Pendukung tidak berpengaruh terhadap Kinerja SKPD Kota Sibolga, Komitmen Organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap Kinerja SKPD Kota Sibolga.

Berikutnya adalah Septrya (2013) yang melakukan penelitian pengaruh peran manajer dalam pengangaran dan pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah terhadap kinerja SKPD Kota Padang. Adapun hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan Peran manajer dalam penganggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja SKPD dan Pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja SKPD.

Selanjutnya, Sardjito (2008) yang melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Budaya Dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating.

Adapun yang menjadi hasil penelitian ini adalah (1) terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah dimana Semakin tinggi partisipasi penyusunan anggaran akan semakin meningkatkan kinerja aparat pemerintah daerah (2) terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel budaya organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial dimana semakin tinggi tinggi tingkat kesesuaian antara partisipasi penyusunan anggaran dan budaya organisasi yang berorientasi pada orang akan semakin tinggi kinerja (3) terdapat pengaruh signifikan antara variabel komitmen organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja aparat pemrintah daerah.

Selanjutnya adalah Nurwati, dkk (2012) Pengaruh Kepimpinan Terhadap Budaya Organisasi, Komitmen Kerja, Perilaku Kerja dan Kinerja Pegawai pada SKPD Provinsi Sulawesi Tenggara. Adapun kesimpulan dalam penelitian ini

(46)

adalah secara simultan terhadap pengaruh kepemimpinan terhadap budaya organisasi, komitmen kerja, perilaku kerja dan kinerja pegawai ditemukan bahwa untuk meningkatkan kinerja pegawai selain kepemimpinan faktor yang penting untuk diperhatikan dan menjadi pertimbangan adalah budaya organisasi, komitmen kerja dan perilaku kerja.

Triasmoro (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Kemampuan, Motivasi dan Kinerja Pegawai terhadap Produktifitas Kerja (Studi Kasus di BAPPEDA Kabupaten Kediri). Indikator penelitan ini adalah 1) Kemampuan yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik 2) Motivasi : dorongan mencapai tujuan, semangat kerja, inisiatif dan kreativitas rasa tanggung jawab 3) Kinerja Pegawai terhadap Produktifitas : Azas efektif dan effisien. Adapun hasil penelitian ini adalah Kemampuan pegawai (kecekatan,pelatihan dan pendidikan) Bappeda Kabupaten Kediri merupakan syarat dalam pencapaian tugas pokok dan fungsi Bappeda dan Motivasi pegawai Bappeda Kabupaten Kediri dalam pencapaian kinerja lebih banyak dipengaruhi oleh keinginan untuk berprestasi semata. Keadaan ini memerlukan peran seorang pemimpin untuk dapat mewujudkan suasana kerja yang kondusif (saling bekerjasama, saling empati dan saling menghormati) dan bukan pendekatan kekuasaan dan jabatan.

(47)

Nama Peneliti, Tahun 1 Anjarwati

(2012)

Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi Dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Kejelasan Sasaran Anggaran,

Pengendalian Akuntansi, Sistem Pelaporan dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

1. Kejelasan sasaran anggaran : Transparansi dan akuntabilitas anggaran, Disiplin anggaran, Keadilan anggaran, Efisiensi dan efektivitas anggaran, Disusun dengan pendekatan kinerja

2. Pengendalian Akuntansi:

sistem dan prosedur akuntansi, otorisasi, formulir, dokumen, dan catatan, dan pemisahan tugas

3. Sistem Pelaporan dan Akuntabilitas : Berdasarkan PP Nomor 24 tahun 2005 dan Permendagri nomor 13 tahun 2006

4. Kinerja Instansi Pemerintah : Aktivitas kegiatan, Sikap dan Loyalitas

Hasil penelitian ini mengindikasi bahwa kejelasan sasaran anggaran dan sistem pelaporan berpen-garuh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Sedangkan pengendalian akuntansi tidak berpengaruh terhadap akuntabiltas kinerja instansi pemerintah

2 Azhar (2009) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi keberhasilan penerapan permendagri Nomor 13 tahun 2006 pada Pemerintah Kota Banda Aceh

Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

Regulasi, komitmen, SDM dan perangkat pendukung

1. Keberhasilan penerapan permendagri 13 diukur berdasarkan persepsi dari responden tentang keberhasilan mereka menerapkan

peraturan yang baru 2. Regulasi diukur berdasarkan persepsi mereka

tentang kecepatan suatu peraturan, keputusan dan perundangan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah

3. Komitmen diukur berdasar kan persepsi dari responden tentang keinginan dan ketidak inginan mereka dalam melakukan perubahan 4. SDM diukur berdasarkan persepsi mereka tentang kemampuannya dalam melaksana kan tugas yang diberikan

5. Perangkat pendukung diukur berdasarkan persepsi tentang kecukupan perangkat pendukung tersebut dalam membantu tugas mereka

Hasil penelitian yang didapatkan pada Pemerintah Kota Banda Aceh

menyimpulkan bahwa, komitmen, SDM, dan perangkat pendukung secara bersamasama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan penerapan Permendagri 13 Tahun 2006, sedangkan regulasi tidak mempengaruhi secara

signifikan

No Judul Penelitian Variabel yang

digunakan Indikator Penelitian Hasil yang diperoleh

Adapun rangkuman riview peneliti terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini:

Tabel 2.1. Review Peneliti Terdahulu

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Gambar 5.1. Histogram
Gambar 5.3. Scatterplot  Sumber : Lampiran 3

Referensi

Dokumen terkait

• Terkait dengan hal tersebut, pada tanggal 12 Agustus 2014 OJK telah mengundang perwakilan pemerintah daerah dan anggota DPRD dari 24 (dua puluh empat) provinsi tersebut

Kebijakan Sekolah yang berwawasan lingkungan. Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan maka diperlukan model pengelolaan sekolah yang mendukung

Endapan Epitermal High Sulfidation terbentuk oleh sistem dari fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi magmatik yang cukup dalam, fluida ini bergerak secara vertikal dan

Tunjukkan bahwa cadangan yang diperlukan dengan menggabung 2 perusahaan asuransi adalah selalu kurang dari cadangan dari 2 perusahaan terpisah jika tingkat

‘I said that nothing is beyond them, given the right materials.’ The Doctor peererd down at Lesterson, perched on the stool like a pallid garden gnome, trembling.. The sheet

Selain itu untuk memastikan kinerja pemasok sesuai dengan harapan dan target yang ditetapkan perusahaan, diusulkan sebuah konsep pengukuran kinerja rantai pasok menggunakan

Dari ketiga hasil model persamaan regresi menunjukkan struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel intervening tidak

Penguatan kapasitas kelembagaan akan terarah pada adanya tata aturan yang mengikat seluruh anggota (one for all). Menurut pasal 2 Peraturan Menteri Desa No. 4 tahun 2015