• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketika Mori diangkat menjadi menteri pendidikan pada tahun 1885, aspek yang paling banyak memperoleh perhatiannya adalah Pendidikan Dasar. Untuk memperkuat sektor itu Mori berusaha memberikan prioritas utama terhadap pendirian sekolah-sekolah Guru. Ada tiga prinsip Sekolah Guru yang dirancang Mori yaitu pertama jadilah seorang warga negara yang baik dan patuh, kedua mempercayai serta mencintai negara dan ketiga menghormati penguasa (Cummings,1984:27). Ketiga prinsip pendidikan yang dirancang oleh Mori tersebut jelas menunjukkan kecenderungan kebijaksanaan negara pada waktu itu.

Pada tanggal 1 maret 1886, kurang dari tiga bulan sesudah kabinet dibentuk, Mori mengeluarkan Ordonansi Universitas Kekaisaran (Teikoku Daigaku Rei). Sebulan kemudian peraturan ini disusul dengan Ordonansi-ordonansi yang mengatur sekolah-sekolah Normal ( yaitu sekolah yang di dirikan untuk mendidik calon-calon Guru), Sekolah Menengah dan Sekolah Dasar. Dalam peraturan ini Mori meletakkan dasar suatu sistem pendidikan yang secara mendasar mempengaruhi pikiran-pikiran kepribadian masyarakat Jepang sampai akhir Perang Dunia ke II.

Di dalam sistem pendidikan baru tersebut, ada beberapa hal penting yang dirancang oleh Mori yaitu:

a. Pendidikan Spritual yaitu bahwa seluruh pemuda, diharuskan paling sedikit belajar 4 tahun di sekolah dasar, di dalam sekolah dasar tersebut, para siswa diajarkan keterampilan kognitif dasar dan azas-azas moral bangsa. Mori sangat menekankan arti pentingnya pendidikan spiritual ini, karena pendidikan spiritual berdasarkan nilai-nilai kesetiaan pada raja atau kaisar dan kepada tujuan nasional, seperti yang diungkapkan oleh Mori dalam makalah yang diserahkannya pada saat sidang menteri:

“……semangat turun menurun yang yang dimiliki oleh rakyat kita membela tanah air dan dan kesetian lahir dan batin kepada Raja sampai sekarang masih tetap teguh. Itulah dasar hakiki dari kesejahteraan dan kekuatan bangsa . jika semangat itu dijadikan tujuan pendidikan dan watak bangsa diarahkan sesuai dengan semangat itu, maka maka tidak ada alasan merasa rakyat akan punya rasa setia yang kuat kepada tahta ( Chukon ) dan cinta tanah airnya ( aikoku ); mereka akan punya watak yang kuat dan suci hatinya. Dengan pendidikan kita harus memantapkan azas membenci mereka yang menghina dan bertabiat buruk. Jika kita berhasil tidak perlu disangsikan rakyat akan sanggup menanggung banyak kesulitan dan bersedia bekerja sama menjalankan tugas mereka…..” (Mombusho, 1972 : 270-276, dikutip dalam Cummings, 1984 : 22).

b. Integrasi Bangsa

Mori melihat bahwa ketika awal Restorasi Meiji, kekuasan politik di Jepang terbagi-bagi kedalam kekuasan-kekuasaan politik kecil, bahkan jumlahnya mencapai ratusan. Dalam hal ini kesetian prajurit dan rakyat biasa pun ditujukan pada penguasa atau pembesar daerah setempat bukannya pada pemerintahan negara, sehingga untuk merombak kesetian lokal tersebut, Mori merancang suatu sistem pendidikan yang

mengikutsertakan pemerintah untuk melakukan pengawasan yang ketat terhadap sekolah-sekolah lokal.

Dalam pengawasan terhadap sekolah-sekolah lokal tersebut, buku-buku pelajaran harus disahkan terlebih dahulu oleh pemerintah pusat, Kepala sekolah harus diangkat oleh pemerintah, biaya sekolah wajib sebagian ditanggung oleh pemerintah pusat, dan setiap tahun para penilik sekolah dari pemerintah pusat mengunjungi secara rutin sekolah-sekolah lokal. Hal tersebut bertujuan agar pemerintah dapat mengatur sekolah lokal supaya tunduk pada kebijaksanaan pemerintah.

Sistem pendidikan yang dirancang oleh Mori ini berdasarkan pada sistem Prusia. Sistem Prusia yang diadopsi oleh Ito Hirobumi dan Mori Arinori ini bertujuan untuk memperkuat kekuasaan negara dan kesejahteraan rakyat, serta melatih manusianya untuk dapat mengabdi kepada negara tersebut (Rochiati,2002 :240). Konsep pendidikan tersebut menurut Mori sebagai menteri pendidikan dan Ito yang pada saat itu menjabat sebagai kepala Kabinet pemerintahan Meiji, mempunyai kesesuaian dengan kepentingan Jepang yang baru saja memulai modernisasi. Maka dengan berbagai cara pemerintahan Meiji berusaha mewujudkan suatu program pendidikan yang seragam yang akan membantu dalam upaya integrasi bangsa. Program pendidikan tersebut diharapkan dapat melatih kesetian rakyat melalui pendidikan.

c. Memilih golongan elit berdasarkan prestasi.

Puncak sistem pendidikan Mori adalah universitas yang disebut dengan Imperial University (Todai) (Cummings,1984:26). Untuk masuk ke dalam Imperial University itu, dilakukan pemilihan golongan elit dan diberikan pendidikan yang luas sesuai dengan peranan golongan elit tersebut. Menurut Mori, mereka yang masuk kedalam lembaga tersebut telah dianggap memiliki jiwa yang sesuai dengan tujuan-tujuan nasional, sehingga dalam hal ini tidak diperlukan lagi indoktrinasi lebih lanjut.

Untuk dapat memasuki lembaga ini setiap siswa harus lulus dalam ujian masuk, dan siswa tersebut harus lulus dengan predikat baik pada sebuah tingkat pendidikan sebelumnya. Pemerintah juga membatasi siswa yang ingin masuk ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi dan pendidikan yang terkenal berdasarkan prestasi. Hal ini dimaksudkan agar gelar yang dicapai siswa akan memberikan kehormatan dan pekerjaan yang sangat menguntungkan bagi masa depan mereka.

d. Tenaga kerja dan kecakapan teknis

Mori Arinori telah mendirikan beberapa macam sekolah dasar dan Imperial University. Perguruan-perguruan itu merupakan suatu sistem yang beraneka ragam di setelah sekolah wajib. Salah satu jalur yang mempunyai prestise adalah jalur pendidikan melalui Sekolah Menengah Pertama yang menuju Imperial University, karena seleksi masuknya sangat ketat dengan saingan-saingan siswa yang mempunyai predikat lulusan terbaik. Jalur lainnya yaitu dengan melanjutkan ke sekolah-sekolah kejuruan, sekolah normal serta sekolah keterampilan.

Mori yang pada saat itu menjabat sebagai menteri pendidikan, menilai tinggi sumbangan yang dapat diberikan oleh sekolah-sekolah tersebut. Pemerintah menyadari bahwa ahli-ahli terlatih dan para teknisi terampil yang dihasilkan oleh sekolah-sekolah tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap bangsa Jepang yang sedang memulai modernisasi dan dalam usahanya untuk menjadi sebuah negara industrialisasi.

Mori Arinori juga berusaha memusatkan perhatiannya kepada siswa-siswa yang masuk perguruan lanjutan , agar sesudah lulus sekolah wajib mereka tetap mendapatkan pendidikan spiritual. Pendidikan calon guru juga tidak lepas dari perhatian Mori Arinori, selama menjadi menteri pendidikan dia menaruh perhatian yang sangat besar terhadap kurikulum sekolah Pendidikan Guru, tempat calon-calon guru sekolah dasar dididik. Dalam buku pelajaran untuk calon Guru, ada buku-buku khusus tentang budi pekerti. Selain itu, untuk sekolah-sekolah normal, dirancang sebuah sistem yang mengikuti pola pendidikan Sparta, salah satunya mengajarkan senam pagi hari yang dipimpin oleh opsir tentara.

Mori berpendapat bahwa kehadiran opsir-opsir tentara tersebut, dapat dijadikan teladan yang dapat membantu membentuk sebuah watak setia dan penuh penghormatan yang layak bagi guru. Berkaitan dengan hal ini, pemerintah memegang kekuasaan dalam menyelenggarakan sekolah normal, karena hal tersebut dapat memperkuat kebijaksanaan yang dipegang oleh pemerintah untuk memberikan pendidikan spiritual secara sistematis terhadap siswa-siswa sekolah dasar.

Ketentuan-ketentuan dalam memberikan pendidikan spiritual dimasukan juga ke dalam kurikulum sekolah menengah lainnya.

Berdasarkan fakta-fakta dari uraian diatas, pemikiran Mori Arinori mengenai pendidikan Jepang, cenderung berpendapat bahwa Barat merupakan acuan yang pantas untuk dijadikan dasar sistem pendidikan modern Jepang. Hal tersebut dilatar belakangi oleh kehidupan Mori yang sejak kecil sudah melihat keunggulan-keunggulan Barat dalam berbagai bidang terutama militer. Mori berpendapat bahwa kunci untuk mengimbangi negara Barat yaitu dengan menguasai ilmu teknologi dan pengetahuan mereka yang bisa didapat dengan cara pendidikan. Untuk merealisasikan gagasannya tersebut, maka Mori mendirikan sekolah keterampilan yang dapat mencetak ahli-ahli baik itu dalam bidang perdagangan maupun industri. Hal tersebut sesuai dengan pendapatnya bahwa landasan negara yang makmur adalah adanya perdagangan yang baik. Selain itu indoktrinisasi tentang kesetiaan terhadap negara dalam pendidikan sangat penting, hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga integrasi bangsa Jepang.

4.3.3. Dampak Pemikiran Mori Arinori terhadap Perkembangan Pendidikan di

Dokumen terkait