• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran Sistem Pemerintahan

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN FELIX Y SIAUW

B. Pemikiran Sistem Pemerintahan

Buku Khilafah *Remake setebal 296 halaman dibuat berdasarkan latar belakang Islam adalah agama yang sempurna. Namun, kesempurnaan Islam belum bisa terwujud dalam kehidupan, baik secara individual maupun secara masyarakat. Kaum muslim terpuruk di segala bidang kehidupan, baik ekonomi, peradilan, pendidikan, keamanan, dan sebagainya. Sehingga nama Islam secara keseluruhan menjadi buruk persepsinya. Tidak tertinggal pada kaum muslim yaitu anggapan sebagai teroris, penyebar agama pedang, dan pecinta anarkisme. Padahal pada suatu masa Islam pernah memimpin di segala bidang. Penemu paling awal di dunia sains, matematika, dan kesehatan. Buku ini akan mengungkap bagaimana mengembalikan kejayaan Islam.

Daftar isi buku berisi: Mukaddimah; Pusat Dunia; Kebangkitan Islam; Surat Rasulullah; Kegemilangan Peradaban Islam; Islam Masa Kini; Why? Kenapa; Pilar Pertama: Indivudu yang Bertakwa; Pilar Kedua: Masyarakat yang Berdakwah; Pilar Ketiga: Negara Bersyariah; 3 Objek Seruan Hukum Allah; Problematika Umat; Aktivitas Rasulullah Sebagai Kepala Negara; Khilafah Islam; Kata Mereka Tentang Khilafah; Sebab-sebab Runtuhnya

Khilafah; Sistem Pemerintahan Khilafah vs Sekular; Metode

Pengangkatan Khalifah: Bai’at; Khilafah dan Bersatunya Umat Islam; Wajibnya Berjamaah; Menginginkan Islam Bangkit; Apa yang Harus Kita

Lakukan Sekarang?; Tidak Semua Adalah Islam; Kesimpulan. Pada paragraf selanjutnya akan peneliti uraikan isi dalam buku Khilafah *Remake ini berdasarkan masing-masing judul.

Pusat Dunia, dalam penelitian geologis menyatakan bahwa pusat dunia terletak di Timur Tengah. Jika wilayah lempeng bumi yang lain bergerak menjauh, maka wilayah Timur Tengah relatif tidak bergerak, atau bergerak sangat lambat. Di daerah Timur Tengah ini Allah mengutus para Nabi-Nya kepada umat manusia. Nabi Muhammad lahir, berdakwah, dan wafat di wilayah Timur Tengah. Di sinilah episode-episode terbesar sejarah dunia digelar, dan episode-episode sejarah itu terbagi menjadi tiga bagian (Siauw, 2014e: 15). Episode pertama berjudul Imperium Persia dengan luas wilayah 7.400.000 km2 selama 1.400 tahun, peninggalan sejarahnya

berupa Cteshiphon. Episode kedua dinamai Imperium Romawi dengan luas wilayah 5.000.000 km2, peninggalan sejarahnya berupa Colloseum. Episode ketiga adalah Islam.

Kebangkitan Islam. Pada tahun 622 Masehi terjadi peristiwa yang sangat monumental dalam sejarah Islam (Siauw, 2014e: 26). Tahun 622 Masehi juga menjadi awal tahun 1 Hijriyah. Peristiwa itu adalah hijrahnya Rasulullah Muhammad saw dari Makkah ke Madinah, kemudian menegakkan sesuatu yang para ulama sejarah dikenal dengan nama

Daulah Islam Nabawiyyah atau disebut Negara Islam Nabi. Sebuah negara

yang dipimpin Rasulullah sebagai kepala negaranya. Meski wilayah Islam hanya seluas Madinah, tapi ternyata tidak menghalangi Rasulullah untuk

mempunyai visi yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia ataupun dinalar logika, yaitu menyebarkan Islam ke seluruh dunia (Siauw, 2014e: 31). Surat Rasulullah. Pada tahun 629 M, Allah memerintahkan Rasulullah untuk mengirim surat kepada seluruh pembesar-pembesar dunia untuk memeluk agama Islam. Heraklius Kaisar Romawi terkejut dengan isi surat yang sangat luar biasa itu. Heraklius yang luas pengetahuan itu kemudian berpikir keras, merenung, dan tertarik tentang Muhammad. Heraklius mulai meyakini bahwa Muhammad adalah seorang Nabi (Siauw, 2014e: 57). Kemudian Heraklius berdiskusi dengan pejabat-pejabatnya, yang

isinya “Maukah anda semua memperoleh kemenangan dan kemajuan yang

gemilang, sedangkan karajaan tetap utuh di tangan kita? Kalau mau,

akuilah Muhammad sebagai Rasulullah” (Siauw, 2014e: 58). Menyadari

situasi dan kondisi tersebut, Heraklius berpikir dan merenungkan sejenak, betapa ia menjadi putus harapan, pesimis bahwa kaumnya dan rakyatnya akan beriman kepada kenabian Muhammad (Siauw, 2014e: 59). Surat Rasulullah juga sampai pada Kisra, Kaisar Persia. Raja Persia nampaknya orang yang mudah tersinggung, reaksinya sangat murka ketika membaca surat itu (Siauw, 2014e: 60). Pada saat itu umat Islam begitu berjaya di hadapan dunia. Dulu umat Islam berada di bawah satu komando. Dulu umat Islam masih berhukum kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Kegemilangan Peradaban Islam. Saat umat Islam masih bersatu dan masih menerapkan Syariat Islam dalam naungan Khilafah Islamiah, saat itulah dicapainya kegemilangan peradaban Islam. Saat itulah bertaburan sosok-

sosok ilmuwan yang hingga saat ini masih dirujuk oleh dunia Barat dan peradaban Islam menjadi peradaban terbaik (Siauw, 2014e: 74). Beberapa contoh ilmuwan Islam Ibnu Al-Haitsami memberi kontribusi dalam bidang matematika, fisika, dan astronomi. Abu Qasim Al-Zahrawi memeberikan sumbangan dalam bidang pengankatan janin. Kegemilangan lain juga ditandai dengan didirikannya perpustakaan, masjid, tempat pemandian umum, dan maristan.

Islam Masa Kini. Kegemilangan di atas hanyalah masal lalu. Kini Islam dikenal beberapa orang sebagai teroris, ekstrimis, fundamentalis, dan segenap fakta buruk yang diingat orang misalnya korupsi, kemiskinan, putus sekolah, narkoba, prostitusi, kepemilikan negara asing atas wilayah migas dan batubara, dan perusakan hutan. Logikanya, pasti ada sesuatu yang diterapkan pada zaman keemasan dahulu, namun tidak diterapkan pada zaman sekarang. Fakta historis telah menunjukkan, bahwasanya ada tiga pilar yang selalu menyokong Islam hingga Islam tetap berjaya. Selama tiga pilar ini mewujud, maka Islam tetap dalam posisi teratas dalam perjalanan sejarah dunia. Pilar pertama adalah pilar individu yang bertaka kepada Allah, pilar kedua adalah pilar masyarakat berdakwah, pilar ketiga adalah pilar negara yang menerapkan syariah (Siauw, 2014e: 112).

Pilar Pertama: Individu yang Bertakwa. Islam memiliki seperangkat aturan lengkap dari hal yang paling sederhana sampai hal yang paling kompleks (Siauw, 2014e: 116). Banyaknya aturan dalam Islam tidaklah bermaksud untuk menyusahkan pelakunya, melainkan untuk membentuk manusia

terbaik di tengah-tengah umat lainnya. Ibadah-ibadah ritual dalam Islam, sejatinya adalah sebuah pelatihan terpadu bagi seorang manusia agar menjadi manusia yang terbaik, profesional, dan disiplin, serta bermanfaat bagi yang lainnya (Siauw, 2014e: 117). Seorang muslim yang bertakwa kepada Allah akan selalu menjauhi larangan Allah dan memburu ketaatan kepada-Nya, tidak akan mengambil yang bukan haknya, tidak akan menzalimi manusia, selalu berbuat adil, menepati janji dan menunaikan amanah. Hebatnya, kesemua itu bukan dilakukan demi manusia, hingga berkurang kadar kebaikannya tatkala tidak dilihat manusia. Semua itu dia lakukan karena Allah saja, hingga seorang muslim akan konsisten menjadi manusia terbaik di manapun dan kapanpun (Siauw, 2014e: 118).

Pilar Kedua: Masyarakat yang Berdakwah. Allah perintahkan bagi masyarakat atau kelompok untuk berdakwah, dalam rangka menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran. Tidak semua individu sama kadar ketakwaannya kepada Allah. Ada yang masih tipis karena baru belajar, ada pula yang sudah tebal karena sering berlatih. Karenanya perlu dibangkitkan pada masyarakat sebuah kebiasaan saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran, agar yang salah bisa diingatkan dan bersemangat menuju kebaikan (Siauw, 2014e: 125). Masyarakat yang berdakwah dapat

tercermin sebagaimana sabda Rasulullah dalam haditsnya: “Siapa yang

melihat kemunkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan

hatinya dan hal tersebut adalah serendah-rendahnya iman.” (H. R. Muslim) (Siauw, 2014e: 126).

Pilar Ketiga: Negara Bersyariah. Dalam sebuah hadits: “Madinah itu seperti tungku api (tukang besi) yang bisa membersihkan debu-debu yang kotor dan membuat cemerlang kebaikan-kebaikannya.” (H. R. Bukhari)

(Siauw, 2014e: 137). Maksudnya “tungku api” di sini adalah sebuah

sistem, dan tugas sistem adalah membuat seragam output (keluaran).

Dalam hal ini, Daulah Madinah menjadi sebuah sistem yang

menyeragamkan setiap individu di dalamnya menjadi individu yang baik (Siauw, 2014e: 138). Dengan kata lain, sistem Islam yang penuh dengan kebaikan yang diterapkan di tengah-tengah Daulah Islam Madinah itu akan mengarahkan dan memaksa orang-orang yang ada di dalamnya untuk menjadi baik. Demikian efektifnya sebuah sistem (Siauw, 2014e: 139). Masalah besar yang ada di tengah umat Islam adalah syirik modern bernama sistem sekularisme. Paham ini menganggap bahwa Allah hanya melihat kita pada saat-saat tertentu saja (Siauw, 2014e: 142). Rasulullah mencontohkan dua hal dalam kepemimpinannya, politik dan spiritual. Sayangnya Islam yang dicontohkan beliau yang menyatu dalam kedua sisi baik politik dan spiritual ini kebanyakan tidak dipahami dengan baik oleh masyarakat. Bahkan tokoh-tokoh yang dianggap sebagai sumber pengetahuan Islam pun menganggap bahwa ide bersatunya politik dan spiritual Islam bukan berasal dari khasanah ilmu Islam (Siauw, 2014e: 149). Padahal Islam diturunkan Allah sempurna, karenanya mencakup

segala solusi yang berkaitan dengan masalah manusia semisal ekonomi, politik, pemerintahan, budaya, pernikahan, dan hukum-hukum keseharian (Siauw, 2014e: 150). Jelaslah, bahwa Islam bukanlah agama ritual belaka (Siauw, 2014e: 156).

3 Objek Seruan Hukum Allah. Tiga objek ini meliputi Individu misalnya shalat, puasa, sedekah, tahajud, dan amal-amal lain tanpa memerlukan dukungan masyarakat atau individu lainnya (Siauw, 2014e: 169).

Masyarakat misalnya shalat berjamaah di masjid, shalat jum’at, berdakwah

menyuruh pada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran, dan lain sebagainya (Siauw, 2014e: 171). Negara misalnya hukum rajam bagi yang berzina, hukum potong tangan bagi para pencuri, penerapan sistem mata uang dinar dan dirham, pelarangan riba, seruan berperang atau berdamai oleh kepala negara, penunjukkan hakim dan pejabat-pejabat negara semisal

wazir, mu’awin, amirul jihad, amil, wali, dan sebagainya (Siauw, 2014e: 173).

Problematika Umat Hari Ini. Setiap perbuatan Nabi Muhammad baik dalam hal akhlak, ibadah, maupun setiap amal dan tindakan beliau semasa menjabat sebagai kepala negara Madinah, wajib kita teladani (Siauw, 2014e: 180). Maka mencontoh Rasulullah dalam shalat, sama wajibnya seperti mencontoh bagaimana Rasul mengangkat hakim dan menentukan cara penghakiman kepada manusia. Mencontoh Rasulullah banyak bersedekah, sama wajibnya mencontoh kebijakan Rasulullah dalam mengelola sumberdaya alam. Mencontoh akhlak Rasulullah dalam

mempergauli manusia, sama wajibnya dengan mencontoh cara Rasulullah dalam menentukan politik ekonomi negara (Siauw, 2014e: 181).

Khilafah Islam. “... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu

agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah

Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu ...” (Q. S. Al-Maidah: 3). Mengatakan bahwa aturan Islam hanya pantas berada di masjid dan tidak pantas untuk mengatur kehidupan sosial juga sama saja menyeru untuk beribadah kepada selain Allah. Karena berarti dia telah menyatakan bahwa ada masa dimana manusia beribadah kepada Allah, dan ada masa manusia tidak beribadah kepada Allah. Padahal Allah telah menentukan bahwa seluruh aspek kehidupan kita, 24 jam adalah hanya untuk beribadah kepada-Nya (Siauw, 2014e: 188). Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan. Dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya

syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q. S. Al-Baqarah: 208). Maksud dari penguasa yang menerapkan syariah adalah negara yang menerapkan syariah Islam. Dalam terminologi Islam, negara yang menerapkan syariah Islam inilah yang dikenal dengan nama khilafah. Pendapat empat mazhab tentang wajibnya khilafah menurut Syaikh Abdurrahman Al-Jazini: “Para Imam Madzhab yang empat rahimahullah, telah sepakat bahwa Imamah (khilafah) itu fardu, dan bahwa kaum muslim itu harus memiliki seorang imam (khalifah) yang akan menegakkan syiar-syiar agama dan menolong orang yang dizhalimi dari orang-orang zalim. Mereka juga sepakat bahwa

kaum muslimin dalam waktu yang sama di seluruh dunia tidak boleh

mempunyai dua imam, baik keduanya sepakat atau bertentangan.” (Ibnu

Hazm, Al-Fshlu fi Al-Milal wa Ahwa’wan Nihal Juz 4 halaman 78) (Siauw, 2014e: 204).

Kata Mereka Tentang Khilafah. Peneliti kutipkan beberapa pendapat tentang khilafah: George W. Bush “Para pasukan perlawanan bersenjata

itu meyakini bahwa dengan menguasai satu negara saja, hal itu akan menghimpun seluruh kaum muslim. Dimana hal ini akan memungkinkan mereka untuk menghancurkan seluruh sistem di wilayah-wilayah itu, dan mendirikan kerajaan fundamentalis Islam dari Spanyol hingga ke

Indonesia.” (2005). “Khilafah ini akan menjadi imperium Islam totalitarian

yang meliputi seluruh wilayah muslim saat ini dan yang terdahulu, yang membentang dari Eropa sampai Afrika Utara, Timur Tengah, sampai ke

Asia Tenggara.” (2006). Tony Blair “Kita sesungguhnya sedang

menghadapi sebuah gerakan yang berusaha melenyapkan negara Israel dan mengusir Barat dari dunia Islam serta menegakkan Daulah Islam tunggal yang akan menjadikan syariat Islam sebagai hukum dunia Islam melalui

penegakkan khilafah bagi segenap umat Islam.” (2005) (Siauw, 2014e:

210). Pendapat Hasan Al-Banna “Khilafah adalah bentuk persatuan Islam, dan manifestasi dari hubungan antara kaum muslim dan institusi Islam mereka, yang mereka wajib untuk memikirkannya dan berkonsentrasi dengan isu ini. Taqiyuddin An-Nabhani berpendapat “Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi kaum muslimin seluruhnya di dunia, untuk

menegakkan hukum-hukum syariah Islam dan mengemban dakwah

Islamiyah ke seluruh dunia.” (Siauw, 2014e: 213).

Sebab-sebab Runtuhnya Khilafah. Faktor eksternal, evolusi politik dan ekonomi serta sosial yang menjadikan Barat sebagai standar hukum militer, keuangan, ekonomi dan mengambil hukum-hukum diadopsi oleh khilafah. Yeniseri dibubarkan, negara melemah (Siauw, 2014e: 220). Pengaruh filsafat Hindu dan Yunani, pemahaman menyatnya manusia dan Tuhan. Tatkala menaklukkan wilayah-wilayah yang mempunyai filsafat mendalam seperti Yunani dan Persia serta India, kaum muslim menghadapi serangan pemikiran oleh filsafat (Siauw, 2014e: 221).

Ghazwul fikri Yahudi dan Nasrani, pada abad ke-17 Masehi Yahudi dan

Nasrani mendirikan universitas di wilayah khilafah dan akhirnya menguasai percetakan media dan opini serta ekonomi, pada gilirannya orang-orang Yahudi dan Nasrani inilah yang menyiasati gerakan Turki Muda yang menuntut deformasi khilafah, gerakan Tanzimat Barat juga mengusahakan agar kaum muslim menjadikan Barat sebagai kiblat, kaum Arab mengadakan revolusi Arab yang bertujuan untuk memisahkan diri dari khilafah, Inggris lewat agen-agennya berusaha menanamkan pemahaman racun kepada kaum muslimin, Rusia dan Jerman serta Australia mengadakan serangan fisik pada khilafah yang mulai melemah dan menggerogoti khilafah (Siauw, 2014e: 222-223). Faktor internal, ditinggalkannya bahasa Arab sebagai bahasa Islam, terjadi pemisahan potensi agama dan potensi bahasa, sedangkan Islam tidak mungkin

dipahami tanpa bahasa Arab. Ditutupnya pintu ijtihad, pemahaman Islam menjadi lemah dan penyelesaian masalah menjadi tumpul. Sekularisme, terciptanya awal pemahaman sekular bahwa Islam hanya cukup dengan ibadah ritual saja tidak perlu ibadah politik dan sosial. Cinta dunia takut mati, kemenangan berturut-turut menjadikan kaum muslim terlena untuk menikmati dunia dan melupakan Allah sebagai motivasi utama (Siauw, 2014e: 223-225). Setelah memahami bagaimana runtuhnya khilafah,

muncul pertanyaan kapan Islam akan bangkit, dengan cara apa Islam akan bangkit, dan bagaimana prosesi kebangkitan Islam.

Sistem Pemerintahan Khilafah vs Sekular. Sistem pemerintahan khilafah

dalam pemerintahan Islam, kekuatan (power) memang ada di tangan umat, namun kedaulatan (soveregnity) ada di tangan Allah semata sebagai penentu baik dan buruk. Maka umat mengangkat khalifah bukan untuk membuat hukum atau menentukan hukum, tetapi khalifah adalah pelayan rakyat yang diangkat untuk menjamin diterapkannya syariat Islam (Al-

Qur’an dan Sunnah) bagi seluruh umat (Siauw, 2014e: 230). Dalam pemerintahan sekular, kekuatan dan kedaulatan dianggap di tangan rakyat, sehingga rakyat yang berhak menentukah hukum bagi mereka sendiri. Masalahnya tidak mungkin rakyat berkumpul semua dan berembuk menentukan hukum, sehingga kemudian ada proses perwakilan. Di sini muncul masalah karena tatkala wakil mendapatkan kekuatan menetapkan hukum, ia cenderung menguntungkan pribadi, kelompok atau kepentingan salah satu pihak (Siauw, 2014e: 233).

Metode Pengangkatan Khalifah. Contoh pada zaman Rasulullah melalui penunjukan yaitu khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khaththab. Penitia pemilihan yaitu khalifah Utsman bin Affan. Aklamasi yaitu khalifah Ali bin Abi Thalib (Siauw, 2014e: 238-239). Islam membolehkan cara apapun untuk memilih pemimpin tatapi, untuk pengangkatan pemimpin tertinggi harus melalui bai’at.

Khilafah dan Bersatunya Umat Islam. Ada sebuah ayat dimana Allah

menginginkan umat bersatu, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada

tali (agama) Allah. Dan janganlah kamu bercerai-berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu masa jahiliyah musuh- musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu. Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu

mendapat petunjuk.” (Q. S. Ali Imran: 103) (Siauw, 2014e: 248-249). Bergabung dalam jamaah hukumnya wajib, memiliki pemimpin hukumnya juga wajib. Apabila tidak ada kelompok yang mewujudkan jamaah, maka wajib untuk membentuk kelompok jamaah.

Wajibnya Berjamaah. Allah berfirman: “Dan haruslah diantara kalian

segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang

ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q. S. Ali Imran: 104). Setiap umat muslim wajib menggabungkan diri dalam harakah-harakah Islam (gerakan-gerakan

Islam) untuk memperjuangkan sesuatu yang wajib (Siauw, 2014e: 258). Ada orang-orang yang menolak bergerak bersama harakah Islam dengan alasan takut memecah belah Islam, yang tidak boleh dalam berkelompok yaitu berbangga-bangga pada urusan masing-masing kelompoknya. Adapun adanya kelompok dan harakah dakwah lebih dari satu tidak

menghalangi terbentuknya jamaah. Rasulullah bersabda: “Ikatan-ikatan Islam akan lepas, satu demi satu. Apabila lepas satu ikatan, akan diikuti oleh lepasnya ikatan berikutnya. Ikatan Islam yang pertama kali lepas

adalah pemerintahan dan yang terakhir adalah shalat.” (H. R. Ahmad)

(Siauw, 2014e: 269). Satu ikatan akan putus dikarenakan semua saling terkait di dalam Islam, seperti pemimpin, hukum, umat, ilmu, ulama, dan ikatan-ikatan lainnya (Siauw, 2014e: 269).

Apa yang Harus Kita Lakukan Sekarang?. Untuk menerapkan Islam secara keseluruhan tidak dimungkinkan apabila umat muslim belum mengetahui dan memahami Islam mulai dari hal-hal mendasar tentang aqidah, hingga masalah besar berupa khilafah (Siauw, 2014e: 274). Langkah pertama adalah mengkaji Islam, mengemban dakwah Islam, bila pemikiran dan perilaku sudah Islami maka umat akan meminta penerapan syariah. Dalam mengkaji Islam terdapat banyak kelompok atau gerakan Islam, pilihan tergantung pada selera, bisa jadi kita berbeda selera dengan saudara kita, namun bukan berarti kita benar dan dia salah (Siauw, 2014e: 278). Dakwah Rasulullah dicontohkan berjamaah dengan pemikiran dan tanpa kekerasan (Siauw, 2014e: 279). Timbul pemikiran bagaimana dengan

nasib non muslim, peneliti menyimpulkan bahwa penulis buku mempertanyakan keadilan karena pada saat ini warga negara Indonesia mayoritas muslim, tapi aturan yang diterapkan justru minoritas.

Dokumen terkait