• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMIKIRAN POLITIK THOMAS HOBBES

2.3 PEMIKIRAN THOMAS HOBBES

63Ibid ,hlm 121

2.3 PEMIKIRAN THOMAS HOBBES 2.3.1 Tentang Manusia

Hobbes beranggapan bahwa manusia adalah pusat dari segala permasalahan-permasalahan yang ada di dunia baik itu dalam bermasayarakat atau bahkan bernegara sekalipun,sehingga dengan mengkaji bagaimana manusia itu adalah hal yang paling telak dan harus untuk dilakukan. Hal ini memang sesuai dengan filosofi pemikiran Hobbes yanng beraliran materialisme; yang memandang bahwa dunia ini adalah kumpulan dari materi-materi yang bergerak secara mekanik,begitu halnya dengan manusia. Galileo Galilei memberikan insipirasi kepada Hobbes mengenai penggunaan pendekatan dalam mempelajari manusia dan masyarakat. Dari prinsip Galileo tentang gerak alam semesta,Hobbes menyatakan bahwa tubuh manusia merupakan alat-alat mekanis.

Dalam membangun psikologi umumnya tentang manusia,Hobbes memulainya dengan mendeskripsikan keinginan manusia dan etika dari segi gerakan. Berpegang pada pandangan bahwa yang riil hanyalah tubuh dan gerakannya,ia menyatakan bahwa perasaan (sensation) harus mencakup gerakan-gerakan partikel.64

64

Henry J.Schmandt, Filsafat Politik Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno sampai Zaman

Modern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2002 hlm 308

Obyek-obyek eksternal menekan organ-organ indra dan menimbulkan gerakan yang terus bergerak ke dalam sampai ia mencapai pusat organ otak. Di sini terjadi reaksi terhadap gerakan yang menimbulkan upaya atau tindakan keluar pada subyek yang sadar dan menuju obyek yang ditangkap. Sumber indra adalah tubuh atau obyek eksternal,yang menkan organ pada tiap-tiap indra,baik secara langsung seperti dalam pengecapan dan sentuhan,atau melalui perantaraan seperti dalam penglihatan,pendengaran, dan penciuman yang dengan perantaraan syaraf serta membran-membran tubuh lainnya terus bergerak ke dalam menuju otak dan hati dan menimbulkan resistensi atau daya tolak balik atau reaksi hati untuk mengatur

dirinya sendiri.65

Hobbes juga mendeskripsikan reaksi organisnya yang mekanistik dengan fakta yang diterima secara universal bahwa manusia dibedakan dari dunia fisik lainnya oleh kemampuan akalnya.

Dengan kata lain,rangsangan atau gerakan eksternal berlangsung pada otak manusia dengan cara sedemikian rupa sehingga menimbulkan responnya secara otomatis.

66

Asumsi psikologi kedua Hobbes adalah manusia secara alamiah tergerak menuju obyek-obyek tertentu dan menjauhkan dari obyek-obyek yang lain. Pertama adalah obyek yang diinginkan dan kedua adalah obyek yang tidak diinginkan. Obyek-obyek Manusia dengan keinginan dan hasratnya adalah selalu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya dan akal memainkan fungsi yang instrumental pada keinginan manusia tersebut. Dengan didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan tersebut,tentunya akan menimbulkan pemikiran-pemikiran atau akal individu untuk menemukan sarana-sarana yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah dibayangkannya.

65

Ibid , hlm 308

yang menggerakkannya adalah baik dan meyenangkan; dan yang tidak menjauhkannya adalah buruk dan menyakitkan. Manusia pada kenyataannya adalah binatang dan seperti semua binatang dan demikian terus menaggapi berbagai kesan yang secara otomatis membangkitkan keinginan dan penolakan. Namun,dikarenakan oleh adanya keberadaan akal tersebut,manusia tidak langsung menanggapi kesan-indra yang bersifat sementara tersebut,ia bisa membayangkan masa depan yang jauh lebih baik dibandingkan binatang persisnya karena keinginannya mempunyai akal sebagai timbangannya.67

Ketiga,yang mendasari psikologi Hobbes tentang manusia adalah

kemampuan manusia yang relatif sama untuk mencapai tujuan mereka.68

67Ibid, hlm 310

68

Ibid, hlm 310

Hobbes menganggap manusia secara alamiah adalah sama. Kemampuan intelektual individu manusia pada umumnya diikuti dan diimbangi oleh kekuatan fisik yang lebih besar atau kecerdasan atau oleh kualitas lainnya. “Alam mentakdirkan manusia sama,dalam kemampuan tubuh dan akalnya,meskipun terdapat orang-orang mempunyai tubuh yang lebih kuat atau

pikiran yang lebih cerdas dibandingkan dengan yang lain,tetapi jika semuanya dinilai secara keseluruhan,perbedaan antara manusia satu dengan manusia lain tidak begitu besar,sehingga orang bisa mengambil keuntungan bagi dirinya.”69

Menyangkut kekuatan tubuh,yang terlemah juga memiliki kekuatan untuk membunuh yang terkuat,baik lewat persekongkolan rahasia atau lewat persekutuan deengan orang lain yang sama bahayanya.

Bersamaan dengan pengagungan diri manusia,hal ini bisa juga mengakibatkan gangguan dalam hubungan manusia dikarenakan semua orang meyakini dirinya mampu memenuhi keinginannya sendiri.

70

69

Ibid, hlm 310 dikutip juga dari Leviathan yang disunting oleh M.Oakeshott (Oxford : Blackwell)

70

Joseph Losco-Leonard Wiliiams , Political Theory Kajian Klasik dan Kontemporer, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm 81

Manusia selalu berpikiran bahwa mereka memiliki derajat yang lebih tinggi dari manusia lainnya. Dikarenakan oleh kondisi semacam ini menjadi sifat manusia,bahwa betapapun mereka mengakui banyak manusia lain yang lebih cerdas atau lebih pandai berbicara,atau lebih terpelajar; mereka tetap saja sulit mempercayai bahwa terdapat

banyak manusia yang sebijak mereka, dikarenakan mereka melihat kecerdasan sendiri di depan mata,sementara kecerdasan manusia lainnya ada di kejauhan.71 Namun ini malah membuktikan bahwa manusia itu setara dikarenakan tidak terdapat pertanda yang lebih besar tentang distribusi merata dalam sesuatu,ketimbang bahwa setiap manusia terpuaskan dengan bagiannya.72

Diakibatkan karena kesetaraan alamiah ini,muncul kesetaraan harapan untuk meraih tujuan-tujuan manusia tersebut. Dalam menempuh tujuan ini yang secara substansinya adalah untuk menjaga kelangsungan dirinya masing-masing dan terkadang semata-mata adalah untuk kepuasan diri mereka,manusia ini saling berusaha untuk menghancurkan dan menundukkan satu sama lain. Gairah dan hasrat untuk meraih kekuasaan yang lebih besar dan selalu membara dalam setiap diri manusia mendorong mereka untuk terus bersaing dan bertikai dengan manusia lainnya, ini yang menimbulkan suatu rasa ketidakpercayaan antar manusia tersebut. Rasa saling ketidakpercayaan inilah yang

71

Ibid , hlm 82

pada akhirnya memunculkan perang dan konflik dalam kehidupan mereka.

Pada akhirnya,Hobbes menganggap manusia secara alamiah dan pada dasarnya adalah selfish (mementingkan diri sendiri),suka bertengkar,haus kekuasaan,kejam,jahat. Karakter ini pada umumnya adalah hasil dari upaya pengekspresian diri manusia dalam usahanya untuk memenuhi keinginannya yang terus bertambah,karena hanya dengan memenuhi keinginannya tersebut manusia dapat memperoleh kebahagiaan yang mencapai tujuannya. Proses ini bersifat terus menerus dan abadi,suatu gerak maju keinginan dari satu obyek ke obyek yang lain,pencapaian obyek berikutnya tidak bisa terlaksana tanpa melalui obyek sebelumnya.73

Manusia menginginkan kepastian, rasa aman sehingga mereka bisa memenuhi keinginannya bukan untuk bersifat sementara saja tapi adalah untuk jangka panjang ke depan dan diusahakannya adalah untuk selamanya. Untuk mencapai tujuan ini manusia membutuhkan power (kekuasaan). Oleh karena

itu,semua manusia mempunyai keinginan abadi dan tanpa batas akan kekuatan dan kekuasaan yang hanya berakhir oleh kematian. Perjuangan terus menerus akan kekuasaan tidak selalu disebabkan oleh kenyataan bahwa manusia mengharapkan kesenangan yang lebih besar daripada yang telah diraihnya, atau manusia tidak merasa puas dengan kekuasaan yang sedang-sedang saja, tetapi karena ia tidak bisa melanggengkan kekuasaan dan sarana-sarana untuk kehidupan yang lebih baik,yang dimilikinya sekarang tanpa memperoleh hasil yang lebih dari itu. Lingkaran setan ini,dengan demikian terbentuk dari lingkaran persengketaan,permusuhan,kebencian, dan dendam.

2.3.2 Keadaan Alamiah (State Of Nature)

Berangkat dari premis-premis psikologi yang ada pada manusia di atas,Hobbes menarik kesimpulan bahwa keadaan normal dari kehidupan manusia adalah keadaan konflik yang terus-menerus,persaingan yang brutal dalam meraih kekuasaan dan kedudukan,dan keadaan perang dari setiap orang melawan orang

lain.74 Bisa dikatakan bahwa keadaan alamiah ini adalah keadaan di mana fitrah dan tabiat manusia terdapat tanpa ada hambatan dan restriksi apapun, keadaan seperti itu menggambarkan permusuhan sengit antara manusia yang satu dengan yang lain,permusuhan yang sama dijumpai dalam keadaan perang.75 Dalam keadaan alamiah pra-politik ini,setiap individu bebas melakukan apa saja yang diinginkannya untuk melangsungkan dan mempertahankan hidup serta mencari kebahagiaannya. Tidak ada hambatan yang bisa menghambat setiap individu untuk melakukan hal-hal tersebut. Hal ini tentunya dikarenakan bahwa setiap manusia mempunyai kesamaan kemampuan yang setara dengan manusia lainnya untuk mempertahankan diri dan juga mempertahankan kebebasannya. Semuanya ini hanya bisa berjalan dengan efektif apabila seseorang individu dapat menguasai individu lainnya. Tidak ada hal lain yang dilakukannya kecuali hal itu bisa membantunya mempertahankan kehidupannya menghadapi musuh-musuhnya;

74

Ibid, hlm 311

dalam keadaan seperti ini setiap orang mempunyai hak atas segala sesuatu, bahkan terhadap tubuh orang lain.76

Dala keadaan alamiah ini,Hobbes juga menggambarkan bagaimana hubungan yang terjadi antar manusia-manusia ini. Tidak ada kekuasaan politik yang berdaulat,tidak ada hukum legal atau moral yang mengatur tindakan manusia; tidak ada prinsip benar atau salah ataupun keadailan dan ketidakadilan Didorong oleh hasrat untuk mengejar kepuasan dan kebahagiaannya masing-masing dengan keterbatasan benda-benda material yang dijadikan untuk alat pemenuhan kepuasan manusia tersebut membuat manusia memaksakan kehendaknya terhadap manusia lainnya. Kesombongan yang ada pada dirinya ternyata memperdaya dirinya dengan melebih-lebihkan kemampuannya dan tidak mau mengakui kemampuan orang lain membawa manusia-manusia itu kepada hasrat untuk selalu bisa mengalahkan orang lain. Akibatnya yang terjadi adalah konflik dan perang yang terjadi secara terus-menerus. Di sini yang berbicara adalah kekerasan bukan pertimbangan yang lain.

yang berlaku karena tidak ada standar tingkah laku yang obyektif.77 Adapun hukum alam (natural law) yang dihasilkan dari keadaan alamiah tersebut,Hobbes beranggapan bahwa hukum tersebut hanyalah untuk menjaga setiap individu untuk tidak berbuat sesuatu yang mungkin menghancurkan dan membinasakan dirinya sendiri. Hukum ini hanyalah suatu proses untuk memperoleh apa yang individu kehendaki dan menjauhkan apa yang tidak individu sukai.78

Apapun yang diinginkan manusia adalah baik dan adil.Apa yang tidak diinginkannya adalah jahat dan tidak adil. Tidak ada jaminan keamanan yang bisa menjamini kelangsungan hidupnya tanpa kelihaian dan kekuatannya. Di bawah kondisi semacam ini tidak adatempat bagi industri karena tidak ada kepastian dan konsekuensinya tidak ada kebudayaan di dunia... tidak ada seni,tidak ada sastra,tidak ada masyarakat; dan yang paling buruk lagi,terdapat ketakutan terus-menerus dan kematian yang mengerikan.79

77Ibid, hlm 312

78

Deliar Noer, Pemikiran Politik ... Op.Cit , hlm 104

79Henry J.Scmandt, Filsafat Politik .... Op.Cit, hlm 312

membentuk manusia,Hobbes memberikan suatu ilustrasi.Jika manusia tidur di malam hari, ia menutup pintu dan jendela, ia menyimpan barang-barang berharga di berangkas besi yang kuat, dan ia mengeluarkan banyak uang untuk membayar polisi dan tentara.80

Dengan memahami watak manusia yang tergambar dalam

Leviathan, tidaklah sulit membayangkan kondisi masyarakat

yang tidak toleran tanpa kedaulatan politik serta kekuasaan penekannya. Kehidupan manusia dalam state of nature ini bersifat terpencil,miskin,penuh bahaya,brutal dan pendek.81 Terjadi peperangan antara seseorang dengan orang lain (bellum opium

contra omnes) ; setiap orang memperlihatkan perasaannya yang

sunggu egoistis dan saling bersaing.82

Setelah menjelaskan kondisi kehidupan manusia yang tidak menentu di saat keadaan alamiah (state of nature),Hobbes mencoba menerapkan filsafat mekanistiknya untuk melahirkan 2.3.3 Hukum Alam

80Ibid, hlm 313

81

Ibid, hlm 313

mosi tandingan yang akan mendorong manusia untuk masuk ke dalam masyarakat politik. Ia mencoba untuk menjelaskan bagaimana alur peralihan dari keadaan awal alamiah yang tidak terkontrol kepada negara.

Perasaan dan akal menjadi pendorong dan instrumen penting yang muncul dari keadaan kacau balau sebelumnya. Perasaan paling kuat dari diri manusia adalah takut akan kematian dan hal ini selanjutnya diikuti oleh keinginan akan kehidupan yang leluasa.83

Perasaan ini mendorong manusia pada perdamaian,dan akal menunjukkan jalan untuk mencapai tujuan ini dengan merumuskan beberapa aturan-aturan tertentu yang bertujuan Dua perasaan ini terutama ketakutan dan kecemasan akan kematian pada akhirnya mendorong manusia untuk menciptakan perdamaian. Hal ini dikarenakan manusia juga akhirnya berfikir bahwa keadaan konflik dan perang yang terjadi secara terus-menerus ternyata membawa kehancuran yang dapat membinasakan hidupnya.

83

untuk membuat kehidupan manusia menjadi aman dan tenteram. Dan akal menetapkan piranti perdamaian yang memadai,di mana manusia bisa membuat persetujuan.Piranti inilah yang dikenal dengan Hukum Alam. Hukum alam (natural law) sebagaimana yang dikemukakan oleh Hobbes adalah ketetapan-ketetapan atau peraturan umum yang ditemukan oleh akal,yang dengannya manusia dilarang melakukan sesuatu yang merusak kehidupannya, atau merampas sarana kelangsungan hidup orang lain.84

Manusia mempunyai hak alamiah yang dalam hal ini dimaksudkan adalah hak kebebasan dan kemerdekaan dari tiap-tiap individu untuk bertindak meyelamatkan apa yang dianggapnya sebagai kebaikan tertinggi dan menghindari bahaya sewaktu ia bertindak.85

84

Ibid, hlm 313

85Ibid, hlm 313

Akan tetapi dikarenakan setiap orang mempunyai hak alamiah tersebut,kedamaian dan keamanan itu tidak akan tercipta. Oleh karena itu akal mendikte bahwa manusia harus mencari perdamaian. Ini adalah hukum alam yang

pertama dan fundamental.86 Dari hukum pertama ini akan diturunkan hukum yang kedua yang menetapkan bahwa manusia akan bersedia,ketika orang lain juga demikian,mencari perdamaian dan mempertahankan dirinya ketika ia menganggapnya perlu menggunakan hak ini pada semua hal dan merasa puas dengan begitu banyaknya kebebasan melawan orang lain ketika ia membiarkan orang lain menentangnya.87 Hukum ketiga konsekuensi dari hukum kedua adalah manusia mempertahankan perjanjiannya. Hobbes menyebutkan tujuh belas hukum alam lain yang pada dasarnya merupakan aturan tingkah laku yang dirancang menjadi pedoman untuk mencari perdamaian.88

Hobbes membedakan antara hak alamiah manusia, atau kebebasan untuk melakukan apa saja yang disenanginya, dengan hukum alam, atau tindakan yang harus dilakukan untuk menghindari kehancuran sendiri (self destruction).89

86Ibid, hlm 314 87Ibid, hlm 314 88 Ibid, hlm 314 89Ibid , hlm 315 Dia menganggap hukum alam adalah seperangkat aturan-aturan

yang membatasi kebebasan atas kesukarelaan manusia di mana tujuannya adalah untuk membangun tatanan yang didalamnya hak-hak alamiah ditentukan dan menjadi legitimate. Mencermati perkembangan berikutnya,Hobbes melihat hukum sebagai ketentuan dari lembaga yang berdaulat yang mempunyai otoritas untuk membuat aturan dan kekuasaan untuk menjalankannya, hukum alam menjadi hukum hanya setelah negara terbentuk dan penguasa memerintahkan kepada orang-orang untuk mematuhi aturan-aturan ini.90

Dalam perkembangan selanjutnya,Thomas Hobbes mencoba untuk menggambarkan bagaimana manusia atau individu-individu yang ada tersebut untuk mulai bisa bersama-sama saling memikirkan bagaimana bisa menciptakan keadaan yang damai dan tentram dan mengubah keadaan primitif yang kacau balau tersebut. Hal ini juga didorong oleh akal pikiran manusia tersebut yang sudah mulai berfikir untuk bisa hidup 2.3.4 Kontrak Sosial dan Persemakmuran (Negara)

dalam keteraturan dan itu tidaklah mungkin bisa apabila keadaan alamiah yang primitif tersebut dipertahankan.

Sesuai dengan hukum alam kedua Hobbes,manusia bisa menjamin keamanan dan penjagaan diri mereka apabila mereka bersedia membuat perjanjian dengan orang lain dan melepas hak alamiah yang absolut yang melekat pada diri mereka. Namun,karena sifat alamiah yang ada pada manusia seperti mementingkan diri sendiri,ingin menguasai satu sama lain,iri,dengki,benci,dendam dan menganggap dirinya lebih pintar dan bijaksana dari manusia lainnya, persetujuan atau kesepakatan semacam ini akan terus berbenturan dengan semua emosi yang mengarah pada sengketa terus-menerus yang tentunya akan tetap menciptakan keadaan chaos seperti sebelumnya.

Hobbes menyatakan bahwa manusia tidak bisa dipercaya memegang perjanjiannya tanpa adanya kekuatan eksternal;

“Persetujuan tanpa pedang tidak lain hanyalah kata-kata dan tidak mempunyai kekuatan sama sekali untuk menjamin keselamatan

manusia.”91Sehingga diperlukan suatu unsur lain,yang bisa menjamin persetujuan atau kesepakatan yang dibuat oleh manusia ini bisa dipegang dan ditaati oleh semua pihak yang menyepakatinya. Satu-satunya pemecahannya adalah menciptakan otoritas publik yang mempunyai kekuatan koersif (memaksa) untuk memaksa semua orang tunduk pada perjanjian sosial tersebut.92

Penyerahan ini dilakukan seolah-olah setiap orang berkata kepada orang lain, “Aku menguasakan dan menyerahkan hak

mengatur diriku sendiri pada orang ini,atau pada sekumpulan orang,dengan syarat Anda juga menyerahkan hak Anda kepadanya,dan memberikan kekuasaan kepadanya dengan cara ini.” Kumpulan hak dari orang-orang yang disatukan dengan

cara ini yang diberikan kepada satu orang disebut Commonwealth Tentunya otoritas semacam ini bisa dibuat apabila tiap individu secara sukarela menyerahkan hak alamiah absolut yang melekat pada dirinya kepada orang yang tidak terlibat dalam perjanjian tersebut.

91

Ibid , hlm 316

(Persemakmuran) – dalam Bahasa Latin disebut Civitas.93 Sifat negara politik yang diciptakan oleh perjanjian ini bisa dilihat dari defenisi persemakmuran sebagai satu pribadi yang tindakannya mewakili banyak orang,dengan perjanjian timbal balik antara satu dengan yang lain; mereka menjadikannya penguasa,untuk mencapai tujuannya ia bisa menggunakan kekuatan dan cara-cara lain yang dianggapnya layak,demi perdamaian dan pertahanan bersama.94

Akan tetapi,ada beberapa sifat dari defenisi Hobbes tentang kontrak soial yang penting untuk dikemukakan. Pertama, perjanjian yang telah dibuat itu bukanlah perjanjian antara penguasa (ruler) dengan rakyat (ruled),tetapi adalah kesepakatan bersama yang dilakukan oleh individu-individu untuk mengakhiri keadaan alamiah yang chaos tersebut dan untuk menciptakan perdamaian bersama yang tentunya adalah untuk menjamin keamanan diri mereka. Artinya kontrak sosial yang dimaksudkan Hobbes di sini adalah di saat manusia belum mengenal suatu masyarakat yang tersusun oleh struktur politik antara yang

93

Ibid , hlm 316

memerintah (penguasa) dengan yang diperintah (rakyat). Kedua, kontrak sosial dalam pandangan Hobbes dilakukan oleh individu-individu yang hidup dalam kebebasan dan secara alamiah adalah terisolir dan anti sosial. Maksudnya adalah manusia atau individu-individu yang liar ini sebenarnya memiliki kepentingan bersama selain hasrat kebebasannya,yaitu untuk sama-sama menginginkan suatu keteraturan dan menciptakan masyarakat sipil. Hal ini tentunya tidak jauh-jauh dari keinginan manusia ini untuk menjaga dan mempertahankan keberlangsungan hidupnya. 2.3.5 Kekuasaan Absolut Penguasa

Pihak yang kepadanya individu-individu ini menyerahkan atau mengamanatkan kekuasaan mereka masing-masing inilah yang disebut dengan penguasa (the sovereign). Kedudukannya mempunyai hak-hak serta kekuasaan dasar tertentu. Orang-orang tidak bisa mencabut penyerahan otoritas mereka tanpa izinnya karena mereka telah mengadakan perjanjian yang mengikat satu sama lain,menganggapnya sebagai pemilik semuanya sehingga ia yang sudah menjadi penguasa mereka akan memutuskan dan melakukan hal-hal yang dianggap pantas.

Hobbes berpendapat bahwa penguasa sudah seharusnya memiliki kekuasaan yang besar untuk bisa mengatur dan menciptakan suatu keteraturan dalam masyarakatnya. Apapun yang dilakukan penguasa adalah baik dan adil serta tidak bisa dipertanyakan oleh rakyat.95 Untuk menjustifikasi sifat kedaulatan dan kekuasaan ini,Hobbes menggunakan cara baru dengan menjadikan setiap orang adalah pelaku dari tindakan penguasanya, ketika seorang penguasa bertindak,sebenarnya ia adalah tindakan individu, setiap orang adalah pelaku dari semua tindakan penguasa,dan konsekuensinya, jika individu mengeluhkan penguasanya,berarti mengeluhkan dirinya sendiri sebagai pelaku.96

Penguasa ini menurut Hobbes,dapat mempergunakan segala cara termasuk kekerasan untuk menjaga ketentraman yang dikehendaki oleh semua. Penguasa ini sendiri tidak mengikatkan dirinya pada perjanjian tadi,artinya dia sendiri tidak menyerahkan apa-apa,berlainan dengan manusia yang mengikat perjanjian tadi,oleh sebab itu ia mempunyai kekuasaan yang

95

Ibid, hlm 317

tidak terbatas. Ia pun dapat membatasi pendapat-pendapat orang yang berada di bawah kekuasaannya.97

Penguasa terlepas dari kritik dan kebijakannya bebas dari debat publik,kedudukannya juga berada di atas hukum sipil persemakmuran; karena mempunyai kekuasaan untuk membuat dan mengganti hukum,maka ia bisa membebaskan dirinya dari ketundukan pada hukum tersebut dengan mengganti hukum-hukum yang merugikannya dan membuat hukum-hukum yang baru.98

Kekuasaannya tidak bisa dipindahkan kepada orang lain tanpa persetujuannya. Ia tidak bisa kehilangan kekuasaannya. Ia tidak bisa dituduh melakukan penganiayaan oleh bawahan-bawahannya. Ia tidak bisa dijatuhi hukuman oleh mereka. Ia adalah orang yang memutuskan apa yang perlu dilakukan untuk perdamaian dan hakim doktrin. Ia adalah satu-satunya legislator dan hakim perselisihan yang tertinggi,dan hakim pada masa perang dan damai.

Hobbes merangkumkan otoritas yang tidak terbatas dimiliki oleh penguasa ini dalam paragraf berikut :

99

97Deliar Noer, Pemikiran... Op.Cit hlm 105

98

Ibid, hlm 320

99Ibid, hlm 320

Deliar Noer,juga dalam bukunya mengutip tulisan Hobbes dalam

Kekuasaannya tidak dapat diserahkan kepada yang lain

Dokumen terkait