• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMIKIRAN TOKUGAWA YOSHINOBU DALAM PEMERINTAHAN MILITER PADA AKHIR ZAMAN EDO

3.2 Pemikiran Tokugawa Yoshinobu Cuplikan 1 (Hal 250)

“Saya tidak punya keinginan untuk menjabat sebagai seorang shogun.” Berulang kali, melalui kata-kata dan tindakan, ia telah menyatakan dirinya tidak bersedia. Sebagai seorang yang berhati-hati, Yoshinobu tidak pernah melakukan sesuatu yang baru sebelum ia mempersiapkan jalan keluar bagi dirinya sendiri. Dalam kasus ini, dengan menciptakan kesan dalam pemikiran yang umum bahwa dirinya dipaksa untuk menempati posisi itu sekarang apapun yang akan terjadi pada dirinya nanti, Yoshinobu akan terlindungi.

Analisis

Cuplikan diatas menjelaskan kepada kita bagaimana kebijakan Yoshinobu yang pertama setelah ia terpilih sebagai shogun ke-15 pengganti shogun terdahulu yaitu dengan membuat opini public bahwa dia tidak mau menjabat sebagai shogun agar nantinya apabila terjadi sesuatu pada Jepang maka dia tidak akan disalahkan sebagai pemimpin karena Yoshinobu tahu benar bagaimana kondisi Jepang pada saat itu dalam keadaan terjepit.

Cuplikan 2 (Hal 252)

Lebih jauh lagi, seperti yang sudah dikhawatirkan oleh Yoshinobu, sepuluh bulan setelah kematian kaisar Komei, sekretaris Iwakura, Tamamatsu Misao, menuliskan “Dekrit Rahasia Kaisar untuk Domain Satsuma dan Choshu.” Tetua Nakayama telah meletakkan segel resmi kaisar di tangan kaisar kecil itu dan menyuruhnya mengecap dekrit itu, sementara Okubo membawa panji-panji berbordir seperti yang biasa dikenakan sebgai obi oleh para perempuan, dibuat oleh penenun terbaik Nishijin di Kyoto. Mereka bersama-sama melengkapi rencana untra rahasia mereka yang dipersiapkan untuk menggulingkan bakufu. Untuk melakukannya, tidak dibutuhkan seorang konspirator yang hebat seperti pada sebuah revolusi. Yoshinobu dipaksa untuk bertahan. Ia telah mengawasi dengan ketat konspirator ini, tidak pernah sedikitpun melepaskan penjagaannya, mengantisipasi setiap gerakan yang mereka lakukan, dan membuat langkah pencegahan dengan sigap. Tususkan dan tangkisan yang terus menerus terhadap serangan demi serangan,

melengkapi tugas-tugasnya sebagai shogun, yang berlangsung selama lebih satu tahun. Selama itu ia tetap tinggal di Kastil Nijo, namun terpaksa tetap waspada, bahkan hampir-hampir tidak bisa bernafas lega.

Analisis

Cuplikan diatas menggambarkan kebijakan kedua dari Yoshinobu adalah mengawasi dengan ketat setiap gerak-gerik orang-orang yang tidak senang dengan kepemimpinan dari Tokugawa. Yoshinobu tidak mau lengah sedikitpun tapi tetap berjaga-jaga agar konspirasi yang dilancarkan oleh pihak Satsuma dan Choshu tidak berhasil untuk menggulingkan keshogunan.

Cuplikan 3 (Hal 254,255)

Menurut ke belakang sejenak, pada setahun sebelumnya, bakufu pernah mendapat teguran oleh bangsa Barat karena lalai menjalankan kesepakatan mereka untuk membuka pelabuhan. Karena tertekan untuk segera memberikan respon, bakufu telah berjanji bahwa pebuhan akan “segera” dibuka. Mereka kini dihadapkan pada janji itu, dan mulai kehilangan dalih. Satu-satunya pertahanan bakufu adalah: “persetujuan dari kaisar belum juga diturunkan.” Bangsa Barat menyembut pernyataan ini dengan cemoohan. “Kami mengira bahwa bakufu Tokugawa adalah satu-satunya pemerintahan resmi yang berkuasa di Jepang. Apakah kalian mengatakan bahwa ada pemerintahan lain, yang lebih tinggi?” Hal ini adalah ganjalan bakufu dalam menjalin hubungan dengan bangsa asing, dan dengan ditunjuk seperti itu terasa begitu menyakitkan…..

Tak lama setelah Yoshinobu menjadi shogun, ia harus menyelesaikan masalah yang rumit ini. Pada bulan April 1867, ia bertemu dengan perwakilan Inggris, Prancis, Belanda dan Amerika Serikat, memberikan kepastian kepada mereka dengan yakin, “Hyogo akan dibuka.” Kekuatan Barat sangat kagum dengan kekuatan yang tak terduga-duga dari bakufu. Dengan mempertimbangkan situasi internal Jepang yang sulit, kata-kata Yoshinobu sangatlah jelas.

Analisis

Cuplikan diatas menggambarkan kebijakan yang ketiga yang diambil oleh Yoshinobu adalah dengan menyetujui pembukaan pelabuhan Hyogo di Jepang

untuk umum. Ini dilakukan olehnya karena mempertimbangkan perjanjian yang pernah dibuat antara pihak Jepang dan Negara-negara Barat yang mungkin saja dapat menimbulkan peperangan diantara kedua belah pihak yang secara otomatis pihak Jepang akan kalah karena Negara-negara Barat memiliki kekuatan dan peralatan perang yang canggih.

Cuplikan 4 (Hal 256)

Pikiran Yoshinobu sudah bulat. Pertama, ia memanggil dewan daimyo yang beraliran reformasi. Anggota dewan para lord ini terus berganti-ganti dari masa ke masa, namun pada saat itu, mereka adalah Yamanouchi Yodo, dari Tosa, Matsudaira Shugaku dari Echizen, Date Munenari dari Uwajima, dan Shimazu Hisamitsu dari Satsuma. Keempat orang ini tidak diharuskan untuk memiliki pendapat yang sama dalam menyikapi masalah ini.

Analisis

Cuplikan diatas menggambarkan kebijakan Yoshinobu yang berikutnya adalah dengan memanggil pihak daimyo untuk mendiskusikan keputusannya untuk membuka pelabuhan Hyogo untuk umum. Pertemuan ini dimaksudkan oleh Yoshinobu agar keputusannya untuk membuka pelabuhan Hyogo mendapatkan dukungan dari pihak daimyo sehingga semakin banyak orang yang setuju dengan keputusan tersebut maka akan lebih sedikit pihak-pihak yang berlawanan dengan kepemimpinan keshogunan.

Cuplikan 5 (Hal 256,257)

…..Diskusi tersebut berkembang menjadi debat kusir, dan tidak ada kesimpulan yang bisa didapatkan. Lima hari kemudian, Yoshinobu mengundang keempat orang tersebut kembali ke Kastil Nijo….

Pada pertemuan itu, yang berlangsung dari tengah hari hingga pukul enam sore, didominasi oleh Yoshinobu. Ia terus menerus berbicara. Walaupun ia seorang shogun, ia dengan jelas menganggap para pendengarnya sejajar

dengan dirinya. Ia melakukan hal ini dengan nasihat dari Yodo yang sedang absen, untuk menghindari perlawanan dari Shimazu Hisamitsu.

Analisis

Cuplikan diatas menggambarkan kebijakan Yoshinobu berikutnya adalah dengan kembali memanggil para daimyonya yang sebelumnya untuk bermusayawarah menyatukan pendapat dalam hal pembukaan pelabuhan Hyogo untuk umum.

Cuplikan 6 (Hal 258,261,262)

…..Bagaimanapun pertemuan hari itu lagi-lagi tidak didapatkan kesimpulan apapun, Keiki dikalahkan dengan Simazu yang mendiamkannya. …

Ia punya ide lain untuk menyelesaikan masalah Hyogo. Ia akan mengadakan pertemuan di daerah kekaisaran, yang menjadi sarang perlawanan pembukaan pelabuhan, mengundang para bangsawan dan daimyo yang paling berkuasa, dan berdebat dengan mereka semua. Ia memperkirakan untuk menjalankan rencananya ini dengan segera….

Pertemuan itu berlangsung pada tanggal 25 Juni, pada suatu hari yang sangat panas. Berdasarkan adat di istana, pertemuan dimulai setelah matahari terbenam dan belum selesai hingga pukul delapan malam, dan pada hari berikutnya terus berlangsung hingga pukul sebelas malam. Ada istirahat beberapa kali, dan waktu untuk tidur siang sejenak, namun sebagai moderator , Yoshinobu tidak memberikan ijin lebih dari itu. “Pada masa krisis seperti saat ini, Anda harus bersedia mengorbankan waktu istirahat,” katanya, menegur orang-orang yang bermaksud untuk pulang lebih cepat. Dari sudut pandangnya, satu-satunya cara untuk mengatur para anggota istana dan daimyo adalah dengan mengumpulkan mereka di sutu tempat dan memaksa mereka saling berdebat langsung. Ini adalah tujuannya. Selain itu, selama 20 jam pertemuan itu, ia berpidato dengan penuh semangat sehingga tidak seorang pun dapat mengangguk dan dengan penuh perhatian menyimak seluruh pidatonya. Tidak ada seorangpun yang memiliki kemampuan atau kekuatan untuk berdebat dengannya. Akhirnya, memasuki pukul sebelas malam pada hari kedua, mereka sepakat atas bujukannya dan secara resmi: pebuhan Hyogo akan dibuka.

Analisis

Cuplikan diatas mencerminkan kebijakan Yoshinobu setelah tidak mencapai kesepakatan dengan keempat daimyonya yang dianggapnya sebagai orang berfikiran reformasi adalah dengan mengadakan kembali pertemuan dengan lebih banyak orang lagi dari para daimyo dan para bangsawan dan mengadakannya disekitar daerah istana agar orang-orang yang diundangnya lebih menghargai pertemuan tersebut. Kebijakan ini juga diambilnya agar para petinggi-petinggi tersebut dapat membuka mata betapa sulitnya posisi Jepang pada masa itu sehingga harus memutuskan untuk membuka pelabuhan Hyogo bagi umum.

Cuplikan 7 (Hal 268,270)

….Kritikan Yoshinobu tidak membuat dirinya terbunuh, tapi memenggal kepala para penasihatnya yang terdekat…

….Ia tidak mengetahui adanya rencana pengembalian kekuasaan kepada kaisar hingga Goto dan Sakamoto berhasil memenangkan para lord utama dan anggota keshogunan….

…Setelah menyampaikan berita ini, Nagai tetap saja merasa lemas saat berada di samping ruangan Yoshinobu, merasa ketakutan atas kemurkaan shogun itu. Yoshinobu kemudian berkata: “saya mengerti.” Itu saja kemudian diam.Yoshinobu tidak mengatakan apapun kepada Nagai, namun tidak diragukan lagi bahwa ini adalah satu-satunya saat paling membahagiakan dalam hidupnya. Sejak menjadi shogun Tokugawa ke-15, posisi tersebut lebih berbahaya daripada berusaha menyeimbangkan sebilah pedang. Ia telah melihat pengembalian kekuasaan politik ke tangan kaisar sebagai sebuah jalan keluar yang paling memungkinkan bagi posisinya yang sulit itu….

Yoshinobu sudah mengambil keputusan. “Ini adalah satu-satunya cara untuk menghentikan Satsuma dan merintangi ambisi mereka,” katanya kepada ketua dewan senior…..

Analisis

Cuplikan diatas menggambarkan kebijakan yang diambil Yoshinobu berikutnya sebagai seorang shogun adalah dengan menyerahkan kekuasaannya

kepada raja dengan tujuan agar tidak ada pertentangan antara para daimyo terutama tidak adanya peperangan diantara mereka. Kebijakan ini juga diambil oleh Yoshinobu agar tidak terjebak dalam situasi yang rumit antara Jepang dengan negara-negara Barat dan keshogunan dengan pihak daimyo khususnya Satsuma dan Choshu.

Cuplikan 8 (Hal 272,273)

Pihak yang selanjutnya dibujuk adalah para pejabat bakufu. Yoshinobu akan menjelaskan beberapa hal kepda mereka secara pribadi, katanya dan akan mendapatkan persetujuan mereka…

Pada tanggal 7 November pada tahun itu, Yoshinobu mengundang seluruh pejabat bakufu di Kyoto dalam ruang pertemuan pusat di Kastil Nijo… Akhirnya, Yoshinobu datang dan duduk. Dengan segera, mereka bersujud di hadapannya. Yoshinobu menyuruh seeorang untuk membacakan dokumennya keras-keras tentang pengembalian kekuasaan politik kepada kaisar. Dan tak lama setelah itu ia mulai berbicara….

Analisis

Kebijakan Yoshinobu yang diambilnya berikutnya adalah dengan mengumpulkan para pejabat bakufu dan menjelaskan pengembalian kekuasaan kepada kaisar. Hal ini dibuatnya agar orang-orang dalam bakufu mengerti mengapa dia harus mengembalikan kekuasaan kepada kaisar. Hal ini juga dibuatnya agat orang-orang yang berada dalam bakufu tidak melakukan hal nekad atau sejenisnya dengan dikembalikannya kekuasaan kepada kaisar. Cuplikan 9 (Hal 275)

“Esok hari, kumpulkan semua samurai dari seluruh domain,” perintah Yoshinobu. Ini adalah sebuah kejutan. Samurai tidak diperkenankan untuk bertemu dengan shogun…

Ia mengetahui bahwa kekuasaan telah berpindah dari daimyo kepada para pegawai mereka yang pandai. Yang perlu dilakukan sekarang adalah mendekati mereka, mencari opini publik yang berpihak kepada dirinya.

Analisis

Cuplikan diatas menggambarkan kebijakan yang diambil oleh Yoshinobu adalah dengan mengumpulkan para samurai yang seyogianya tidak boleh bertemu langsung dengan shogun. Hal ini dibuatnya agar Yoshinobu mendapat dukungan dari para samurai agar dia dibenarkan atas tidakan mengembalikan kekuasaan kepada kaisar.

Cuplikan 10 (Hal 287)

Yoshinobu kemudian muncul kembali. “Saya bersedia mengundurkan diri sebagai shogun,” katanya. “Berikutnya adalah masalah persyaratan lain yang harus dipenuhi.” Malam sebelumnya, Shugaku telah berdebat keras demi membela Yoshinobu. Akhirnya ia mendapatkan beberapa kesepakatan. Pertama, posisi resmi tidak sepenuhnya dibubarkan, hanya beberapa orang yang ada di posisi atas. Kedua, tentang kepemilikan tanah oleh Tokugawa yang harus dikembalikan kepada istana tidaklah seluruhnya yang berjumlah empat juta koku, namun setengahnya saja. “Saya juga tidak keberatan tentang hal itu,” kata Yoshinobu.

Analisis

Cuplikan diatas menggambarkan kebijakan yang diambil oleh Yoshinobu berikutnya adalah menyerahkan kekuasaan kepada kaisar. Ini membuktikan bahwa semboyan yang dipegang teguh oleh keluarga Mito yang mendarah daging tetap dipegang teguh oleh Yoshinobu. Yohinobu berani mengambil sikap untuk menyerahkan kekuasaannya kepada kaisar bahkan menyerahkan kekayaannya kepada kaisar.

Cuplikan 11 (Hal 289)

….Inilah mengapa tentara Tokugawa bersikeras dari balik tembok kastil, meneriakkan permohonan agar perang bisa dimulai. Yoshinobu, karena merasa takut adanya pertempuran, memerintahkan seluruh prajurit keluar dari barak-barak mereka dan berkumpul di dalam tembok kastil, dengan

pintu-pintu gerbang yang ditutup rapat. Yoshinobu mengumpulkan para pemberi komando dan memberikan perintah tegas. “Dengarkan,” serunya kepada mereka, suaranya terdengar parau. “Ketika kalian mendengar bahwa Tokugawa Yoshinobu telah melakukan harakiri dan mati, lakukan saja apa yang kalian inginkan. Tetapi selama saya masih bernafas, ikuti perintah saya. Tidak ada pasukan yang berlari menyerbu keluar dari tempat ini.”

Analisis

Cuplikan diatas menggambarkan kebijakan yang berikutnya adalah mengumpulkan para prajurit Tokugawa dan memerintahkan agar tidak seorangpun yang mengangkat senjata untuk berperang melawan Satsuma dan Choshu. Hal ini dibuat oleh Yoshinobu karena dia tahu benar betapa tidak baiknya berperang melawan bangsa sendiri.

Cuplikan 12 (hal 290)

“….tiba-tiba Yoshinobu mengatakan, “Mari kita berangkat ke Osaka.” Selama tentara besarnya masih tetap berada di Kyoto, bahaya yang tidak diharapkan akan terus ada. Mereka harus pergi. “Melarikan diri dari ibukota, maksud Anda?” Tanya Katamori, wajahnya memucat. Dengan cepat mimic mukanya berubah, kemudian menyatakan dengan tegas bahwa prajurit shogun tidak akan pernah bersedia menjalankan perintah semacam itu…..

Analisis

Cuplikan diatas menggambarkan kebijakan berikutnya yang dilakukan oleh Yoshinobu adalah melarikan diri k eke Osaka. Hal ini dibuat olehnya karena dia tahu benar apabila ia tetap berada di Edo maka peperangan tidak dapat dihindarkan karena banyak prajurit yang tidak setuju bahkan melakukan hara-kiri menanggapi keputusan yang diambil oleh Yoshinobu untuk mengembalikan kekuasaan kepada kaisar dan ketidakmauan Yoshinobu untuk mengangkat senjata melawan Satsuma dan Choshu.

Cuplikan 13 (hal 291)

Yoshinobu menawarkan sebuah rencana untuk membujuk mereka…. Yoshinobu memberitahukan Katamori bahwa ia akan bertemu langsung dengan kepala pegawainya.ia memanggil Tanaka Tosa, ketua tetua Aizu dan komandan jenderal pasukan di Kyoto. Ia menyuruhnya mendekat dan mengatakan, “Saya akan berbicara denganmu dari hati.” Setelah itu, ia memberitahukan rencananya kepada Tanaka tentang kepindahannya ke Osaka, dan Tanakapun menyetujuinya. Tanaka kembali ke kamp tentaranya dan menjelaskan tentang rencana itu. Sagawa Kanbei dan Hayashi Gonsuka, kepala unit-unit penyerang. Dengan gusar menolak untuk mendengarkannya. Mereka haus darah. Ketika Yoshinobu mendengar hal ini, ia memanggil keduanya dan pertama-tama ia memuji keteguhan pendirian mereka: :Seorang prajurit yang berani harus dihormati,” katanya kepada mereka. “Tapi,” katanya meneruskan, suaranya berubah pelan, “Saya punya alasan untuk menarik diri ke Osaka. Rencana saya begitu banyak sehingga saya tidak bisa mengatakannya kepada kalian sekarang. Kecuali kalau saya menyimpan rapat-rapat rencana rahasia saya ini, saya akan kalah. Kalian tidak perlu repot memikirkan masalah ini, serahkan saja kepada saya,” desaknya.

Analisis

Cuplikan ini menggambarkan kebijakan yang diambil oleh Yoshinobu adalah ketika dia mengutarakan keputusannya untuk melarikan diri ke Osaka kepada pemimpin prajuritnya dengan membujuk mereka dengan mengatakan bahwa Yoshinobu mempunyai banyak rencana dengan mengasingkan diri ke Osaka agar dia dapat membuat rencana yang lebih besar untuk melawan Satsuma dan Choshu. Hal ini dibuatnya agar tidak terjadi perang saudara.

Cuplikan 14 (301,302)

Di tengah cahaya lilin yang berkilau temaram, ia melihat bahwa ruangan itu dipenuhi pasukan yang terbalut perban-perban berdarah…

…Dengan melihat hal keadaan ini, Yoshinobu sejenak terdiam. Itakura dengan segera mengambil alih, dia bertanya kepada orang-orang yang sedang berkumpul itu, “Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Dengan seruan seketika menggema di dalam ruangan itu, mereka teriak serempak:”Serang!”

“bagaimanapun juga, rawat mereka…” ini adalah kata-kata Yoshinobu berikutnya…

Tak lama kemudian ia berlalu dari ruangan, dan memanggil Itakura dan inspektur jendralnya, Nagai Naomune. “Saya akan kembali ke Edo,” katanya…

Analisis

Kebijakan berikutnya yang dibuat oleh Yoshinobu adalah dengan kembali ke Edo di tengah kekacauan yang ada, ia bermaksud untuk kembali mengasingkan diri keluar dari kekacauan yang ada. Hal ini dibuatnya agar dia dan pasukannya tidak dianggap sebagai pembelot dan pengkhianat oleh kaisar karena dengan adanya peperengan melawan Satsuma dan Choshu maka secara otomatis Yoshinobu dan para pengikutnya dianggap pengkhianat karena Satsuma dan Choshu sekarang adalah pasukan kekaisaran.

Cuplikan 15 (Hal 308,309)

Kemudian ia memohon untuk bertemu dengan Tensho–in, janda kelahiran Satsuma dari shogun Iesada, anak perempuan sekutu lamanya, Shimazu Nariakira….Ia mengatakan semua yang telah terjadi menyusul terjadinya Pertempuran Toba Fushimi: bagaimana pasukannya telah bergerak menuju Kyoto,….

Yoshinobu perlu berbicara secara pribadi kepada para perempuan kastil saat ini, namun ini dimaksudkan juga untuk memberikan desakan urgensi secara politis. Ia berharap bahwa Tensho-in, dengan keterikatannya kepada Satsuma, dapat melakukan negosiasi diplomatik kepada pasukan kekaisaran atas namanya, dan ia juga ingin mendapatkan simpati dari Putri Seikaku-in dengan keterkaitan dirinya kepada keluarga kaisar.

Analisis

Kebijakan yang berikutnya dibuat oleh Yoshinobu adalah dengan menemui perempuan-perempuan yang ada di Kastil Edo dan menari simpati mereka dengan menceritakan segala masalah yang menimpa dia dan pasukannya. Hal ini dibuat oleh Yoshinobu agar perempuan-perempuan ini dapat membujuk kaisar dan menjelaskan kepada kaisar bahwa posisi yang dihadapi oleh

Yoshinobu dan pasukannya saat itu sedang terjepit. Hal ini dibuatnya juga agar kaisar tidak menganggap bahwa ia dan pasukannya adalah pembelot.

Cuplikan 16 (hal 310)

Untuk mengarahkan dukungan terhadap dirinya, ia harus mengorbankan orang lain tanpa bersalah sedikitpun. Di depan para pegawai bakufu, ia menyatakan, “Jangan tinggal di Edo. Kalian yang punya kampung halaman sebaiknya pulang kesana dan menjalani kehidupan yang baru.”…. Pada tanggal 6 Maret, ia meninggalkan Kastil Edo dan tinggal di sebuah kuil Kan’ei-ji yang berafiliasi dengan Tokugawa di Ueno, menutup dirinya disana dalam keterasingan. Akhirnya, pada tanggal 3 Mei, ia memerintahkan Katsu Kaishu untuk menyerahkan Kastil Edo kepada pasukan kekaisaran. Pada pagi hari menjelang pengambilan kastil, ia meninggalkan kuil dan berangkat dari Edo menuju Mito , domain para leluhurnya, bersumpah untuk tinggal disana dan menjalani masa pensiun. Analisis

Kebijakan berikutnya yang diambil oleh Yoshinobu adalah dengan menyuruh para pengikutnya untuk kembali ke kampung halaman mereka masing-masing. Bukan itu saja Yoshinobu juga mengasingkan diri ke kuil serta menyuruh Katsu Kaishu untuk menyerahkan kasti Edo kepada pihak kekaisaran. Hal ini dibuatnya karena dia tidak ingin dicap sebagai seorang pengkhianat meskipun hal tersebut sudah terjadi. Ini juga dibuatnya agar kaisar percaya bahwa dia bukanlah seorang pembelot dan dia adalah orang yang setia terhadap kaisar serta semboyan yang didengungkan oleh keluarga aslinya yaitu hormati kaisar itu tetap ia pegang teguh.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait