• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM PANITIA PENGAWAS PEMILU

B. Gambaran Pemilih Kecamatan Mampang Prapatan Dalam

2. Pemilih Berdasarkan Demografis Wilayah

Populasi penduduk di Kec. Mampang Prapatan sebagian besar dihuni oleh laki-laki yang jumlahnya lebi banyak dibandingkan perempuan baik itu dari orang tua maupun anak-anak disetiap kelurahan. Untuk itu populasi penduduk di Kec. Mampang Prapatan dapat di lihat pada tabel di bawah ini : NO KELURAHAN JUMLAH KETERANGAN PRIA WANITA 1 BANGKA 11.980 9.114 -2 PELA MAMPANG 27.664 21.257 -3 MAMPANG PRAPATAN 11.320 9.071 -4 TEGAL PARANG 19.852 15.596 -5 KUNINGAN BARAT 8.779 6.326 -JUMLAH 79.595 61.364

-Sumber. Data Tertulis Pada Dokumen Kec. Mampang Prapatan tahun 2013 b. Jumlah Pemilih Berdasarkan Dafar Pemilih Tetap (DPT)10

Jumlah seluruh pemilih yang ada di Kec. Mampang Prapatan menurut Daftar Pemilih Tetap (DPT) adalah 112.763 orang. Yang terdiri dari pemilih yang suduh mempunyai hak suara dan pemilih pemula. Laki-laki sebanyak 58.008 dan perempuan sebanyak 54.755. dan jumlah tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

9

Data Kecamatan Mampang Prapatan.2013. h 7

10

No Kelurahan

Jumlah Daftar Pemilih Tetap Rw Tps Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Bangka 5 42 9.772 9.385 19.157 2 Pela Mampang 14 90 19.426 18.546 37.972 3 Mampang Prapatan 7 40 8.451 8.027 16.476 4 Tegal Parang 7 62 14.021 13.132 27.153 5 Kuningan Barat 5 31 6.338 5.665 12.003 Total 38 265 58.008 54.755 112.763 Sumber. Data Tertulis Pada Dokumen PPK Mampang Prapatan tahun 2013 Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa mayoritas pemilih di Kec.Mampang Prapatan adalah Laki-laki yang berjumlah 58.008 baik pemilih pemula maupun pemilih yang sudah mempunyai hak suara.

55

A. Pola Komunikasi Panwaslu Kecamatan Mampang Dalam Pengawasan Pemilu Legislatif 2014

Pola komunikasi yang lebih dominan dilakukan dalam pegawasan yaitu Pola Bintang dan Pola Roda dibandingkan dengan Pola Rantai dan Pola Lingkaran. Pola bintang yakni semua anggota berkomunikasi dengan semua anggota,1 maksudnya panwaslu kecamatan (panwascam)-pengawas pemilu lapangan (ppl), pengawas pemilu lapangan (ppl)-panwaslu kecamatan (panwascam), pengawas pemilu lapangan (ppl)-pengawas pemilu lapangan (ppl). Hubungan ini merupakan hubungan yang paling efektif. Pengawas pemilu lapangan (ppl) dapat mengadakan hubugan yang tidak terbatas. Panwaslu kecamatan (panwascam) dapat mengetahui apakah pola pengawasan yang dilakukan pada tingkat kelurahan berjalan dengan efektif. Kalau ada kendala-kendala di lapangan dapat didiskusikan. Pola bintang ini menjelaskan bahwa komunikasi terjadi dua arah dan semua pihak terlibat didalamnya. Komunikasi yang dilakukan oleh panwaslu kecamatan (panwascam) bersifat persuasif. Komunikasi di kelompok ini sudah bisa dikatakan efektif karena semua orang yang terlibat dalam pengawasan dapat menjadi komunikator maupun komunikan, meskipun tetap panwaslu kecamatan (panwascam) yang menjadi komunikator utama dalam hal memberikan keputusan. Serta panwaslu kecamatan (panwascam) menggunakan proses komunikasi bermedia yakni

1

komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang banyak jumlahnya.

Pola roda adalah seorang berkomunikasi dengan banyak orang, komunikasi ini lebih cenderung bersifat satu arah tanpa adanya feedback. Pola roda merupakan bentuk pertukaran informasi yang terpusat pada seseorang.2

Pola roda bersifat satu arah menyebebkan komunikasi antara komunikator (Panwaslu kecamatan) dan komunikan (pengawas pemilu lapangan) lebih didominasi oleh komunikator, sehingga komunikan hanya bersifat sebagai pendengar tanpa adanya umpan balik. Pentingnya komunikasi yang digunakan panwascam terhadap pengawas pemilu lapangan (ppl) sangat berpengaruh pada pola pengawasan dan adanya penambahan pengetahuan tentang pengawasan dalam pemilu. Interaksi yang berlangsung antara panwaslu kecamatan (panwascam) dan ppl dalam pelaksanakan pengawasan pemilu sangat perlu, dengan berkomunikasi maka pesan yang disampaikan panwaslu kecamatan (panwascam) kepada pengawas pemilu lapangan (ppl) dapat terealisasikan dengan baik. Serta terjadi interaksi dan pertukaran informasi dalam hal ini saling tanya jawab antara panwaslu kecamatan (panwascam) dengan pengawas pemilu lapangan (ppl) dan sebaliknya.

Hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan serta penulis terjun berkecimpung langsung, didapat bahwa pola komunikasi yang digunakan pada program pengawasan dalam pemilu lagislatif 2014 adalah sebagai berikut.3

2

H.A.W. Widjaja,Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, h. 30 3

H.A.W. Widjaja,Ilmu Komunikasi Pengantar Studi,(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.100

1. Pola Bintang (Panwascam-ppl, ppl-Pawascam, ppl-ppl)

Pola komunikasi yang terjadi pada saat pengawasan pemilu adalah pola panwaslu kecamatan (panwascam)-pengawas pemilu lapangan (ppl), pengawas pemilu lapangan (ppl)-panwaslu kecamatan (panwascam), pengawas pemilu lapangan (ppl)-pengawas pemilu lapangan (ppl). Pola seperti ini menjelaskan bahwa komunikasi yang terjadi dua arah dan semua pihak terlibat di dalamnya. Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif dan memerlukan hasil (feedback).4

Pada kelompok ini dapat diketahui bahwa pengawas pemilu lapangan (ppl) memberikan feedback atau umpan balik kepada panwaslu kecamatan (panwascam) dengan baik. Sesama pengawas pemilu lapangan (ppl) juga dapat mengadakan hubungan yang tidak terbatas. Komunikasi yang dilakukan panwaslu kecamatan (panwascam) bersifat informatif dan persuasif. Komunikasi ini sudah bisa dikatakan efektif karena semua orang yang terlibat dalam pengawasan dapat menjadi komunikator maupun komunikan, meskipun tetap panwaslu kecamatan (panwascam) yang menjadi komunikator utama dalam hal memberikan materi maupun ketika rapat mingguan.

Menurut panwaslu kecamatan (panwascam), feedback yang diberikan pengawas pemilu lapangan (ppl) sejauh ini, sangat respon dengan materi yang sudah diberikan oleh panwascam setiap rapat koordinasi mingguan.

4 Ibid

Panwascam selalu dalam meberikan materi, berupa teori maupun praktek lapangan.5

Berinteraksi panwaslu kecamatan (panwascam) dan pengawas pemilu lapangan (ppl), pengawas pemilu lapangan (ppl) tidak sungkan untuk bertanya dan menegur kepada panwaslu kecamatan (panwascam), jika ada sesuatu yang kurang nyaman, seperti, panwaslu kecamatan (panwascam) yang berbicara terlau cepat dan menurut mereka kurang jelas. Pendekatan secara partisipatif berlandaskan kepercayaan bahwa para pengawas pemilu lapangan (ppl) sendiri merupakan sumber pengawasan yang utama. Karena kurangnya pengalaman yang dimiliki oleh pengawas pemilu lapangan (ppl), maka dari itulah panwaslu kecamatan (panwascam) sering ikut brpartisipasi dalam pengawasan. Kalau ada hal yang tidak dapat dimengerti oleh pengawas pemilu lapangan (ppl) ketika dilapangan saat pengawasan dapat diselesaikan bersama-sama.

Pengawasan yang dilakukan ppl bersama dengan panwascam dan panwas kota pada saat kampanye terbuka atau kampanye gabungan yang diselenggarakan oleh partai dari caleg DPR, DPRD dan DPD. Seperti kampanye terbuka yang dilakukan oleh partai PKPI di gelanggang olahraga Kelurahan Pela Mampang Kecamatan Mampang Prapatan, kampanye yang dihadiri oleh ketua umum partai PKPI Bapak Sutioso (Bang Yos) dan seluruh caleg DPR, DPRD dan DPD Dapil 8 dari partai PKPI. Masyarakat yang hadir dalam kampenye tersebut lebih dari 300 orang, keterlibatan anak-anak

5

dibawah umur yang mengenakan atribut kampanye menjadi pengawasan bagi Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu). Pengawasan yang dilakukan secara bersama oleh panwaslu tingkat kelurahan, tingkat kecamatan dan tingkat kota memperlihatkan bahwa terjadinya komunikasi pola bintang, karena koordinasi yang dilakukan oleh setiap panwaslu memperlihatkan bahwa panwaslu disetiap tingkatan mempunyai hak dan wewenang sama saat pengawasan dilapangan dan semua panwaslu memiliki kesempatan yang sama untuk berkomunikasi dengan orang yang berada disisi mereka.

Pola seperti ini menjelaskan bahwa komunikasi dua arah dan semua pihak terlibat di dalamnya. Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif dan memerlukan hasil (feedback).6 Pada kelompok ini, dapat diketahui bahwa pengawas pemilu lapangan (ppl) memberikan feedback kepada panwaslu kecamatan (panwascam) dengan baik. Sesama pengawas pemilu lapangan (ppl) juga dapat mengadakan hubungan yang tidak terbatas.

2. Pola Rantai

Pola rantai adalah jaringan komunikasi terdiri dari lima tingkatan dalam jaringan hirarkinya dan hanya dikenal komunikasi sistem arus ke atas (upward) dan kebawah (dawnward), yang artinya menganut hubungan komunikasi garis langsung (komando) balik ke atas atau ke bawah tanpa terjadinya suatu penyimpangan.

6

Pola komunikasi ini jarang sekali terjadi pada pengawasan pemilu, karena pola komunikasi ini berupa laporan yang belum terealisasikan biasanya pola komunikasi ini dilakukan oleh warga yang mempunyai jabatan di lingkungan baik pada tingkatan Rt, Rw mapun Kelurahan. Keterlibatan warga dalam pola komunikasi ini sangat membantu panitia pengawas pemilu, karena keterbatasan kinerja yang dimiliki oleh panitia pengawas pemilu ditingkat kelurahan dan banyaknya sosialisasi yang dilakukan oleh calon legislatif.

Laporan yang didapat dari warga mengenai sosialisasi yang akan dilakukan oleh calon legislatif di tanggapi oleh panwaslu serta melakukan pengawasan pada saat sosialisasi berlangsung dan dijadikan laporan A1 oleh panwas tingkat kelurahan yang dilaporkan ke panwas tingkat kecamatan lalu dilanjutkan laporan tersebut ketingkat kota. Sosialisasi yang dilakukan oleh calon legislatif DPRD dari partai Hanura No.5 Savitri Dian Damayanti dilaporkan oleh warga Kelurahan Mampang Prapatan dan diawasi oleh panitia pengawas lapangan (ppl), kagiatan yang berbentuk bakti soaial yang dilakukan oleh caleg dikelurahan mampang prapatan dijadikan laporan oleh panitia pengawas lapangan karena caleg tersebut melakukan kegiatan sosialisasi dengan membagikan sembako, kartu asuransi dan melakukan pengobatan terapi dan akupuntur serta mengumpulka foto copy ktp dan kk untuk mendapatkan kartu asuransi tersebut, kegiatan yang dilakukan di kelurahan mampang prapatan pada 30 Desember 2014 itu diawasi oleh panitia pengawas lapangan (ppl) dan panitia pengawas kecamatan (panwascam).

3. Pola Lingkaran

Pola lingkaran merupakan pola komunikasi yang mempunyai kemiripan dengan pola rantai, akan tetapi orang terakhir yang berkomunikasi ikut berkomunikasi pula dengan orang pertama, pola komunikasi ini tidak terdapat pemimpin semuanya berhak dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkomunikasi dengan orang yang berada disisi mereka.

Pola komunikasi seperti ini belum pernah terjadi pada panitia pengawas pemilu di kecamatan mampang prapatan, karena pola komunkasi ini melibatkan satu pihak atau satu kelompok dalam penyelesaiannya. Keterlibatan pihak yang bersangkutan dan pelapor, penyelesaiannya tidak sebentar karena laporan yang didapat tidak hanya berbentuk lisan ataupun tulisan melainkan laporan tersebut berupa bukti-bukti yang terlampir dan dokumentasi kegiatan berupa foto maupun video yang didapat dari pihak pelapor. Laporan yang didapat dari warga mengenai sosialisai yang dilakukan oleh salah satu calon legislatif beserta bukti-bukti yang terlampir dan dijadikan laporan A1 oleh panitia pengawas lapangan (ppl) yang akan dilaporkan ke panitia pengawas kecamatan (panwascam), jika pelanggaran tersebut berupa pelanggaran pidana maka pihak pelapor dipanggil ke kantor panitia pengawas kecamatan (panwascam) untuk menjadi saksi. Penyelesaian laporan tersebut dilakukan pertama kali dikantor panwascam jika pelanggaran tersebut tidak terselesaikan ditingkat kecamatan maka laporan tersebut dilanjutkan ditingkat kota (panwas kota) dalam waktu kurang dari 3 hari atau maksimal kurang dari 7 hari.

4. Pola Roda

Pola roda adalah seseorang berkomunikasi dengan banyak orang, 7 komunikasi ini lebih cenderung bersifat satu arah tanpa adanya feedback. Pola roda merupakan bentuk pertukaran informasi yang terpusat pada seseorang.

Pola roda bersifat satu arah menyebabkan komunikasi antara komunikator (panwaslu kecamatan) dan komunikan (pengawas pemilu lapangan) lebih didominasi oleh komunikator, sehingga komunikan hanya bersifat sebagai pendengar tanpa adanya umpan balik. Dalam proses ini panwaslu kecamatan (panwascam) pada pengawas pemilu lapangan (ppl) di kecamatan mampang prapatan, pola roda ini berlaku terutama pada saat rapat koordinasi mingguan yang merupakan suatu komunikasi tatap muka, dimana panwaslu kecamatan (panwascam) memberikan materi kepada pengawas pemilu lapangan (ppl) dalam jumlah yang besar. Pesan yang disampaikan oleh panwaslu kecamatan (panwascam) terlebih dahulu dipersiapkan sebelum rapat kordinasi mingguan.

Proses komunikasi yang terjadi pada saat rapat koordinasi memang tidak langsung berjalan secara efektif, karena pengawas pemilu lapangan (ppl) tidak memberikan pertanyaan terhadap materi yang sudah diberikan oleh panwaslu kecamatan (panwascam). Sehingga panwaslu kecamatan (panwascam) tidak dapat mengetahui apakah materi yang telah disampaikan dapat dimengerti dan diterima oleh pengawas pemilu lapangan (ppl), karena

7

materi yang telah disampaikan harus direalisasikan pada saat pengawasan dilapangan. Pola roda ini menjelaskan bahwa komunikasi ini terjadi satu arah.

Panwaslu kecamatan (panwascam) berinteraksi dengan pengawas pemilu lapangan (ppl) menggunakan bahasa dan kata-kata yang lemah lembut, secara lisan maupun tulisan. Penyusunan pesan yang bersifat informatif lebih banyak ditujukan pada wawasan pengawas pemilu lapangan (ppl) tentang pengetahuan pemilu serta cara praktek dilapangan-nya. Secara garis besar pengawas pemilu lapangan (ppl) menyukai komunikasi verbal ini, karena dengan komunikasi verbal, pesan yang disampaikan dapat langsung dipahami. Berikut hal yang disampaikan pengawas pemilu lapangan (ppl), “materi yang disampaikan pak ketua saat rapat mingguan mengenai pemilu, sangat mudah dan sangat berkaitan erat dengan pola keseharian yang sering dilakukan. 8 dengan lisan maupun tulisan, para pengawas pemilu lapangan (ppl) lebih cepat menangkap dan mengerti apa yang disampaikan panwaslu kecamatan (panwascam).

Proses interaksi panwaslu kecamatan (panwascam) dengan pengawas pemilu lapangan (ppl) menggunakan gerak kepala, postur tubuh, tatapan mata,canda tawa, ekspresi wajah. Sikap, perilaku dan tindakan seorang panwaslu kecamatan (panwascam) sering menjadi pusat perhatian bagi pengawas pemilu lapangan (ppl) khususnya ketika pengawasan dilapangan, karena pengawas pemilu lapangan (ppl) melihat langsung sikap yang

8

dilakukan panwaslu kecamatan (panwascam) dan bisa menjadi cerminan bagi pengawas pemilu lapangan (ppl) ketika melakukan pengawasan dilapangan.

Komunikasi panwaslu kecamatan (panwascam) dan pengawas pemilu lapangan (ppl) tidak lepas dari komunikasi verbal dan komunikasi non verbal, karena merupakan dari suatu kesatuan pola komunikasi dalam proses penyampaian pesan dengan berkomunikasi.

Ada pula komunikasi antarpribadi dilakukan oleh panwaslu kecamatan (panwascam) terhadap pengawas pemilu lapangan (ppl) secara pribadi biasanya dilakukan diluar rapat koordinasi mingguan, yaitu sesi sharing-sharing, pengawas pemilu lapangan (ppl) bisa bertanya kepada panwaslu kecamatan (panwascam). Pada sesi sharing ini, pengawas pemilu lapangan (ppl) dapat mengutarakan permasalahan, keluhan tentang permasalahan pengawasan dilapangan, seperti yang disampaikan oleh panwaslu kecamatan (panwascam) bahwa ada seorang pengawas pemilu lapangan (ppl) yang menceritakan tentang bagaimana cara menghadapi para team pemenang calon

legislatif saat dipertemukan ketika pengawasan dilapangan, “pak ketua,

bagaimana sikap saya terhadap para team pemenang calon legislatif tersebut?9 Kemudian pak ketua panwaslu kecamatan (panwascam) memberikan solusi jawaban bahwa, “Perlu diingat tugas dari pengawas pemilu (panwaslu) adalah ATM (awasi, teliti, mencatat) tanpa adanya kontak langsung dengan calon legislatif maupun team pemenang calon legislatif tersebut, tetapi bukan berarti ketika dalam pengawasan kita harus menghindar-hindar dari mereka

9

Andi Fathuzzaman, Pengawas Pemilu Lapangan (pengamatan langsung, Jakarta: selasa, 15 Juli 2014)

namun biasanya calon legislatif maupun team pemenang calon tersebut terkadang memberikan uang untuk pengawas pemilu lapangan (ppl) dengan harapan kegiatan sosialisasi mereka tidak dijadikan laporan yamg dilaporkan ke panwascam dan panwas kota. Justru ketika mendapatkan pelanggaran yang harus dilakukan oleh pengawas pemilu lapangan (ppl) adalah mencatat dan menjadikannya kedalam laporan A1 yang harus dilaporkan setiap minggunya dan jika itu merupakan pelanggaran kode etik maka harus disampaikan langsung kepada panwascam.10

Komunikasi ini dengan orang lain yang dampaknya dapat dirasakan pada waktu itu juga, oleh pihak pengawas pemilu lapangan (ppl) yang terlibat maupun yang mendengar. Hubungan langsung dengan kedua belah pihak ini menciptakan arus balik dimaksudkan reaksi sebagaimana diberikan oleh komunikan (pengawas pemilu lapangan) reaksi ini dapat berupa positif maupun negatif dan dapat diberikan atau dikirimkan kepada komunikator (panwaslu kecamatan) secara langsung maupun tidak langsung. Arus balik demikian akhirnya dapat pula mempengaruhi komunikator (panwaslu kecamatan) lagi, sehingga ia akan menyesuaikan diri dengan penyesuaian ini dengan harapan ada arus balik yang lebih positif.

Hubungan antarpribadi, proses komunikasi semakin jelas dan dalam komunikasi antarpribadi, komunikan (pengawas pemilu lapangan) dapat memberi arus balik secara langsung kepada komunikator (panwaslu kecamatan).

10

Ustadz Anas Kurdi, Ketua Panwascam (pengamatan langsung, Jakarta: selasa, 15 juli 2014)

Pendekatan secara partisipatif berlandaskan kepercayaan bahwa semua pengawas pemilu (ppl) sendiri merupakan sumber pengawasan yang utama. Maka dalam pengawasan, pengalaman yang dimiliki pengawas pemilu lapangan (ppl) dalam bersosialisasi di masyarakat diceritakan kisahnya untuk berbagi, lebih merupakan situasi ketika pengawasan bersama di mana panwaslu kecamatan (panwascam) dan pengawas pemilu lapangan (ppl) mengawasi kampanye yang dilakukan oleh salah satu caleg dalam pertemuan yang terbuka.

Penulis melihat satu kesamaan antara pola bintang dan pola roda, karena pada pola tersebut memiliki pengertian yang sama yaitu adanya interaksi langsung antara panwaslu kecamatan (panwascam) dan pengawas pemilu lapangan (ppl). Walaupun secara garis besar mempunyai pengertian yang sama tetapi terdapat perbedaan yang signifikan yaitu pada pola bintang mempunyai umpan balik (feedback) antara komunikator dengan komunikan, sedangkan pola roda tidak terjadi umpan balik dan cenderung satu arah.

Proses pengawasan yang terjadi pada pengawas di Kecamatan Mampang Prapatan merupakan suatu komuniaksi tatap muka (face to face), komunikasi di dalam pengawasan di Kecamatan Mampang Prapatan mempunyai ciri-ciri komunikasi kelompok, jika dilihat dari segi sasaran pengawasan dan situasi yang terjadi. Ciri-ciri tersebut adalah:

1. Proses komunikasi, pesan-pesan yang disampaikan oleh seseorang panwaslu kecamatan (pembicara) kepada para pengawas pemilu lapangan (ppl) dan aparatur keamana di wilayah tersebut (satpol pp) dalam jumlah

yang lebih besar pada tatap muka ketika hendak penurunan atribut kampanyae. Hal tersebut menunjukan seoarang panwaslu kecamatan (pembicara) dalam hal ini adalah seorang yang menjelaskan kepada pengawas pemilu lapangan dan satpol pp dengan jumlah yang besar. 2. Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan). Maksudnya adalah

seorang komunikator harus mempunyai program yang terencana atau sudah disiapkan sebelumnya.

Proses pengawasan yang terjadi di Kecamatan Mampang Prapatan sudah memenuhi unsur-unsur komunikasi. Unsur-unsur komunikasi tersebut adalah:

1. Komunikator (panwaslu kecamatan) sebagai pengirim pesan atau sumber informasi. Dalam hal ini panwaslu kecamatan (panwascam) memformulasikan informasinya kepada pengawas pemilu lapangan (ppl) berupa pengetahuan tentang metode-metode pengawasan.

2. Pesan merupakan alat komunikasi dalam bentuk verbal berupa suara, lambang, tulisan dan lisan. Pada pemberian materi atau saat memberikan isi pesannya, pada pelaksanaan kegiatan tersebut, komunikator menggunakan lisan, tulisan sehingga pengawas pemilu lapangan (ppl) lebih mudah mengerti dalam menerima pesan yang akan disampaikan. 3. Komunikan (pengawas pemilu lapangan) merupakan orang yang dituju

oleh komunikator untuk menyampaikan pesannya agar komunikan (pengawas pemilu lapangan) bisa mengerti atau paham maksud dari isi pesan yang disampaikan oleh komunikator (panwaslu kecamatan).

4. Media merupakan saluran penyampai pesan kepada komunikan (pengawas pemilu lapangan). Komunikator (panwaslu kecamatan) menyampaikan pesannya melalui alat atau media berupa Infocus, papan tulis, spidol, penghapus dan buku-buku panduan yang di dapat dari panwas kota.

5. Efek komunikasi merupakan pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator (panwaslu kecamatan) kepada komunikan (pengawas pemilu lapangan). Efek yang diharapkan komunikator (panwaslu kecamatan) kepada komunikan (pengawas pemilu lapangan) yaitu efek kognitif, afektif dan behavioral, dimana komunikator harus mampu merubah komunikan (pengawas pemilu lapangan) agar komunikan (pengawas pemilu lapangan) lebih mengetahui dan memahami metode apa yang harus dilakukan ketika melakukan pengawasan di lapangan sesuai dengan intruksi dari panwas kota.

Pentingnya komunikasi yang digunakan panwaslu kecamatan (panwascam) terhadap pengawas pemilu lapangan (ppl) sangat berpengaruh pada metode pengawasan dilapangan dan adanya penambahan pengetahuan tentang pemilu. Interaksi yang berlangsung antara panwaslu kecamatan (panwascam) dan pengawas pemilu lapangan (ppl) dalam pelaksanaan pemberian materi tentang pengetahuan pemilu sangat perlu, dengan berkomunikasi maka pesan yang disampaikan panwaslu kecamatan (panwascam) kepada pengawas pemilu lapangan (ppl) dapat terealisasikan dengan baik. Serta tejadi interaksi dan pertukaran informasi dalam hal ini

saling tanya jawab antara panwaslu kecamatan (panwascam) dengan pengawas pemilu lapangan (ppl) dan sebaliknya.

B. Metode Panwaslu Kecamatan Mampang Prapatan Dalam Pengwasan Pemilu Legislatif 2014

Pengawasan pemilu di Kecamatan Mampang Prapatan, panwaslu kecamatan (panwascam) berusaha membangun komunikasi yang efektif agar pengawas pemilu lapangan (ppl) dapat mengawasi pemilu dengan semangat dan sungguh-sungguh. Hal ini metode yang dibangun oleh panwas kota dan panwascam di Kecamatan Mampang Prapatan antara lain :

1. Memberikan motivasi kepada pengawas pemilu lapangan (ppl)

Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku atau perbuatan.11 Dalam agama islam ada

sejenis motivasi yang arti dan fungsinya sama yaitu “niat” seperti yang

dikemukakan oleh Rasulullah Muhammad SAW, dalam sebuah hadist: “sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuatu (balasan perbuatan) sesuai dengan niatnya. Dengan demikian niat itu sama dengan motivasi yang akan mendorong orang untuk bekerja atau melakukan perbuatan dengan sungguh-sungguh (tekun).12

11

M. Alisuf Sabri,Psikologi Pendidikan,(Jakarta; Pedoman Ilmu Raya), 1996. h. 87 12

Motivasi yang dilakukan oleh panwaslu kecamatan (panwascam) dalam membangun semangat pengawas pemilu lapangan (ppl) dalam mengawasi pemilu legislatif di kecamatan mampang prapatan yaitu dengan cara melakukan pendekatan personal kepada pengawas pemilu lapangan (ppl) yang sedang mengalami kejenuhan dalam pengawasan, dalam pendekatan personal yang dilakukan panwaslu kecamatan (panwascam) dengan cara mendekati pengawas pemilu lapangan (ppl) dan menanyakan permasalahan yang dihadapi oleh pengawas pemilu lapangan (ppl) dalam pengawasan di lapangan.

Memotivasi pengawas pemilu lapangan (ppl) panwaslu kecamatan (panwascam) tidak melakukan pendekatan dengan bentuk memaksa atau dalam bahasa lainnya kalau tidak mau mengawasi kemudian dimarahi ataupun diberi hukuman. Hal itu tidak dilakukan sebagai panwaslu kecamatan (panwascam). Hal ini karena mengingat bahwa mereka adalah pengawas pemilu lapangan (ppl) baru yang memang harus diajarkan menggunakan metode pendewasaan.

Selain itu ustadz Munawir selaku anggota panwaslu kecamatan (panwascam) juga memberikan contoh dengan cara ikut terjun kelapangan ikut mengawasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh caleg dengan upaya inilah yang dilakukan oleh panwascam sebagai bentuk

memotivasi para pengawas pemilu lapangan (ppl) agar mereka semangat dalam melakukan pengawasn dilapangan.13

Berdasarkan teori yang ada, pengawasan pemilu legislatif di Kecamatan Mampang Prapatan berjalan dengan efesien dan efektif. Hal ini dapat diketahui melalui upaya pengawasan yang maksimal dengan melakukan pendekatan personal terlebih dahulu sehingga menciptakan hubungan sosial yang baik antara panwaslu kecamatan (panwascam) dan pengawas pemilu lapangan (ppl), selain itu adanya suatu kesenangan, dalam hal ini kesenangan mempunyai arti bahwa hubungan antara panwaslu kecamatan (panwascam) dan pengawas pemilu lapangan (ppl) menjadi hangat dan akrab serta menyenangkan.

2. Memberikan metode-metode yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing individu (pengawas pemilu lapangan)

Metode yang diberikan oleh ustadz Anas Kurdi selaku ketua panwaslu kecamatan (panwascam) beliau menyesuaikan dengan kondisi atau kemampuan pengawas pemilu lapangan (ppl) yang ada di Kecamatan Mampang Prapatan. Metode yang ustadz Anas Kurdi berikan kepada pengawas pemilu lapangan (ppl) yaitu dengan membangun pola komunikasi dengan menggunakan pola komunikasi kelompok kecil yang dilakukan diluar rapat koordinasi mingguan dalam hal ini dilakukan di kecamatan mampang prapatan dan dirumah ustadz

Dokumen terkait