• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemilihan Dan Intregritas Dari Restorasi Permanen

Gigi yang membutuhkan perawatan saluran akar kemungkinan besar mempunyai kerusakan mahkota yang luas. Perawatan saluran akar umumnya membutuhkan preparasi kavitas akses, yang mana lebih lanjut akan menggurangi kekuatan struktur mahkota gigi yang lebih dibandingkan preparasi kavitas pada kelas-kelas lainnya.20

Doar Siregar : Coronal Leakage Pada Restorasi Gigi Dalam Perawatan Saluran Akar, 2009.

Pada kasus dimana sebuah crown dibutuhkan, restorasi akhir sebaiknya tidak hanya dapat bertahan secara adekuat pada gigi yang tersisa tetapi juga harus dapat melindungi gigi dari terjadinya fraktur. Fungsi crown tersebut dapat dicapai dengan meninggalkan beberapa struktur dentin yang paling koronal sampai garis akhir yang berada 2 mm diatas tepi ginggiva bebas.20 Hal tersebut dinamakan efek ferrule (gambar 5 & 6). Tujuan dari efek ferrule ini adalah untuk meningkatkan integritas dari struktur gigi yang dirawat endodonti dengan jalan mengimbangi tekanan pengunyahan, meniadakan efek wedging dari tappered dowel dan tekanan lateral yang diperoleh selama penempatan dowel serta mempertinggi resistensi terhadap fraktur akar dan leakage.1,7,19-20

Gambar 5. Pembentukan efek ferrule pada gigi anterior a. Efek ferrule dibentuk oleh crown sendiri.

b. Pembevelan pada jaringan gigi yang tersisa menjadikan core memberikan efek ferrule.

c. Decoronated, merupakan gigi yang mudah fraktur dan memerlukan

perlindungan.

d. Tidak ada efek ferrule yang diberikan oleh core maupun crown sendiri.

e. Tidak ada efek ferrule yang diberikan oleh core, tetapi crown diperpanjang diatas gigi dan memberikan efek ferrule.

Doar Siregar : Coronal Leakage Pada Restorasi Gigi Dalam Perawatan Saluran Akar, 2009.

( Whitworth JM, Walls AWG, Wassell RW. Crown and extra-coronal restorations : Endodontic considerations : The pulp, the root-treated tooth and the crown. British

Dent J. 2002 ; 192 : 319 )

Gambar 6. Perlindungan Cusp dan pembentukan efek ferrule pada gigi posterior dengan berbagai macam jaringan gigi yang tersisa

a. Metal Onlay yang sederhana b. Mahkota tiga perempat c. Mahkota penuh

(Whitworth JM, Walls AWG, Wassell RW. Crown and extra-coronal restorations : Endodontic considerations : The pulp, the root-treated tooth and the crown. British

Dent J. 2002 ; 192 : 325)

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penempatan crown adalah biological

width.1 Biological width merupakan sebuah band dari gingiva cekat yang diukur 2-3 mm dari tulang alveolar ke bagian paling koronal dari epitel junctional dan terdiri dari perlekatan serat supracrestal dan perlekatan epitel.24 Apabila penempatan dari tepi crown mengenai biological width maka pasien akan merasa tidak nyaman dalam menyikat gigi atau menggunakan dental floss sehingga daerah gigi yang dibersihkan tidak bersih sebagaimana mestinya.1 Hal ini bukan hanya merupakan faktor predisposisi terjadinya akumulasi bakteri dan pembentukan plak, akan tetapi juga mengakibatkan pembentukan saku periodontal, karies sekunder dan akhirnya integritas dari tepi crown akan hilang dengan adanya coronal leakage.1

Pemasangan restorasi permanen merupakan suatu keharusan. Restorasi permanen akan membentuk barrier antara jaringan periradikular dan rongga mulut.

Doar Siregar : Coronal Leakage Pada Restorasi Gigi Dalam Perawatan Saluran Akar, 2009.

Bahan restorasi yang tidak baik akan merusak seal coronal dari saluran akar sehingga mengakibatkan adanya kontaminasi.22

Trautmann dkk (2001) mengevaluasi adanya bacterial leakage dari Proteus

Vulgaris secara in vitro pada berbagai macam bahan crown pada gigi anterior dan

posterior. Pada penelitian tersebut, seluruh crown yang berbahan dasar porcelain menunjukkan insiden leakage yang lebih tinggi daripada crown yang berbahan metal (metal noble dan metal gold). Akan tetapi secara statistik, perbedaan tersebut tidak signifikan ( P = 0,149 ). Trautmann dkk (2001) juga menunjukkan perbedaan yang signifikan ( P = 0,045) terhadap adanya bacterial leakage pada gigi anterior dan gigi posterior dimana gigi anterior yang dipasang crown porselain lebih leakage (70%) daripada gigi posterior yang dipasang crown porselain yang berfusi dengan bahan metal (30%).22

Aspek dari coronal leakage yang penting lainnya yaitu integritas dari tepi crown dan adanya invasi bakteri ke arah pulpa. Molekul-molekul lipopolysakarida dari bakteri dapat ditemukan dibawah crown dalam 1 minggu sehingga intregritas dari tepi crown harus dipertimbangkan sebagai suatu faktor yang dapat mempengaruhi jaringan periradikular dari gigi tersebut.22

Doar Siregar : Coronal Leakage Pada Restorasi Gigi Dalam Perawatan Saluran Akar, 2009. BAB 3

KESIMPULAN

Salah satu penyebab terjadinya kegagalan dalam perawatan salutan akar adalah terjadinya coronal leakage pada restorasi gigi. Coronal leakage merupakan komunikasi atau celah yang memudahkan kontaminasi bakteri dan produk-produknya kedalam saluran akar yang terobturasi dengan baik melalui keadaan-keadaan seperti penundaan pemasangan restorasi, penempatan restorasi sementara yang tidak tepat dan integritas marginal dari restorasi permanen yang buruk.

Adib et al (2004) menyimpulkan bahwa bakteri yang ditemukan pada penderita periodontitis apikalis dengan adanya coronal leakage pada restorasi permanen didominasi oleh bakteri gram positif anerob fakultatif yaitu bakteri

Staphilococci diikuti dengan Streptococci dan Enteroccoci.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya coronal leakage dalam perawatan saluran akar yaitu flora rongga mulut atau saliva, larutnya semen saluran akar, adanya lapisan smear dan penempatan restorasi sementara ataupun permanen yang tidak adekuat.

Terjadinya coronal leakage pada restorasi sementara dihubungkan dengan ketebalan dari bahan restorasi sementara yang tidak adekuat, penempatan bahan restorasi yang tidak tepat dan kelalaian dalam mengevaluasi oklusi dari gigi yang telah ditumpat dengan restorasi sementara. Bahan restorasi sementara haruslah memberikan kemudahan dalam penumpatan dan pengangkatannya, menciptakan estetis yang baik serta dapat melindungi struktur gigi selama perawatan saluran akar.

Doar Siregar : Coronal Leakage Pada Restorasi Gigi Dalam Perawatan Saluran Akar, 2009.

Pada pemasangan restorasi permanen biasanya dibutuhkan bahan build-up untuk menutup kavitas akses dan kamar pulpa yang mengalami kerusakan mahkota luas. Bahan build-up yang optimal akan memberikan kekuatan yang cukup, menjadi biokompatibel, menunjukkan resistensi yang tinggi terhadap adanya leakage serta tidak dapat larut dan stabil dimensinya dalam cairan mulut. Bahan build-up yang mempunyai koefesien termal ekspansi yang menyerupai dengan dentin gigi akan mengurangi terjadinya leakage dalam cairan mulut antara restorasi dan struktur gigi.

Sebuah seal coronal yang baik sangat diperlukan pada setiap prosedur restorasi dan hal ini akan mempengaruhi pemilihan material dan desain restorasi yang sesuai. Dengan sangat banyaknya teknik dan material yang dapat digunakan sebagai bahan restorasi maka rencana pembuatan restorasi pada gigi yang dirawat saluran akar akan menjadi sangat komplek. Oleh karena itu sebuah seal coronal yang adekuat dari restorasi gigi yang dirawat merupakan suatu hal yang perlu dipertahankan untuk keberhasilan perawatan saluran akar.

Doar Siregar : Coronal Leakage Pada Restorasi Gigi Dalam Perawatan Saluran Akar, 2009.

Dokumen terkait