• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2.2 Restorasi Permanen

Gigi setelah perawatan saluran akar dengan atau tanpa restorasi sementara yang belum direstorasi permanen akan menghadapi banyak masalah. Material restorasi sementara tidak dapat memberikan perlindungan yang cukup terhadap tekanan oklusal sehingga mengakibatkan hilangnya restorasi sementara dan terjadinya coronal leakage.

Doar Siregar : Coronal Leakage Pada Restorasi Gigi Dalam Perawatan Saluran Akar, 2009.

buah build-up untuk menutup kavitas akses dan kamar pulpa yang mengalami kerusakan mahkota yang luas. Bahan build-up yang optimal akan memberikan kekuatan yang cukup, menjadi biokompatibel, menunjukkan resistensi yang tinggi terhadap adanya leakage serta tidak dapat larut dan stabil dimensinya dalam cairan mulut. Bahan build-up yang mempunyai koefesien termal ekspansi yang menyerupai dengan dentin gigi ( 10,5 x 10-6 °C ) akan mengurangi terjadinya leakage dari cairan mulut antara restorasi dan struktur gigi.7 Apabila bahan build-up memiliki termal ekspansi yang lebih tinggi dari struktur dentin gigi, penurunan temperatur akan membentuk suatu celah akibat kontraksi.3

Beberapa bahan restorasi yang umumnya digunakan sebagai bahan build-up adalah amalgam, resin komposit dan glass ionomer semen.

2.2.2.1 Amalgam7

Amalgam sejak lama dikenal sebagai bahan build-up terbaik dibawah crown yang disemenkan. Koefesien termal ekspansi amalgam hampir dua kali dari dentin (kira-kira 22 x 10-6 °C) dan relatif stabil didalam air. Resistensi amalgam sangat tinggi terhadap adanya leakage, sekalipun ditempatkan pada kavitas untuk masa waktu tertentu. Hal tersebut disebabkan oleh karena penutupan amalgam yang dibentuk oleh produk-produk korosi sepanjang ikatan antara restorasi dan gigi.

Pada alloy fase dispersed dari amalgam menunjukan initial leakage yang lebih kecil dibandingkan alloy spherical. Penggunaan bahan adhesif (agen bonding) pada amalgam merupakan sebuah pilihan dalam mengurangi terjadinya leakage dan mempunyai potensi memperkuat gigi. Hasil penelitian Sergio dkk (2004)

Doar Siregar : Coronal Leakage Pada Restorasi Gigi Dalam Perawatan Saluran Akar, 2009.

menunjukkan sedikit terjadinya leakage pada Vitre Bond yang digunakan sebagai bahan adhesif pada amalgam dibandingkan bahan adhesif lainnya (RelyX ARC, Clearfil Liner Bond 2V, Panavia 21 EX). Sergio dkk (2004) juga berpendapat bahwa penggunaan bahan adhesif dapat memberikan retensi yang adekuat pada amalgam dan dapat digunakan sekurang-kurangnya untuk lima tahun.18

Disisi lain, Santos dan Meiers (1994) menunjukkan penguatan yang tidak signifikan pada gigi dengan amalgam bond setelah prosedur thermocycling. Bonnila dan white (1996) juga menemukan peningkatan kekuatan jangka pendek yang akan hilang setelah gigi tersebut disimpan selama 500 hari atau setelah prosedur load

cycling. Sebagaimana akhirnya yang nampak pada penelitiaan tersebut yaitu

pengikatan amalgam pada dentin yang akan menurun sehingga hal tersebut merupakan masalah terhadap adanya peningkatan leakage setelah kegagalan pemberian bahan adhesif pada amalgam.

Permukaan amalgam yang diberi bahan adhesif dapat menjadi lebih resisten terhadap korosi daripada amalgam yang tidak diberikan bahan adhesif. Akan tetapi untuk jangka panjangnya, hal tersebut menjadikan resiko terjadinya leakage menjadi lebih tinggi sehingga pemberian bahan adhesif merupakan kontra-indikasi pada amalgam yang dijadikan bahan build-up.

Amalgam merupakan bahan pilihan sebagai bahan build-up dimana gigi posterior mempunyai kedalaman kamar pulpa yang cukup (2 sampai 4 mm) untuk meniadakan pembuatan sebuah post. Apabila post diperlukan, amalgam dapat dijadikan pilihan yang tepat sebagai core, oleh karena harganya lebih murah dan lebih cepat pembuatannya dibandingkan core cast gold.

Doar Siregar : Coronal Leakage Pada Restorasi Gigi Dalam Perawatan Saluran Akar, 2009. 2.2.2.2 Komposit7

Secara klinis komposit memberikan kekuatan restorasi yang adekuat. Ultimate

stregth dari komposit sedikit lebih rendah dari amalgam. Resistensi komposit

terhadap leakage hampir secara kesuluruhan bergantung pada lutting agent yang digunakan dan belum ada bukti bahwa kemampuan dari dentin bonding dalam mencegah leakage untuk jangka panjangnya.

Burrow dkk (1996) menunjukkan secara in vitro, sebuah penurunan dari kekuatan ikatan dentin bonding dalam 3 tahun yang mana hampir sama dengan restorasi tanpa pemberian dentin bonding. Jika hal tersebut merupakan sifat klinis yang khas dari penggunaan dentin bonding untuk jangka panjang maka penggunaan dentin adhesif untuk mengurangi terjadinya leakage dalam jangka panjang belum terbukti. Dengan kata lain build-up komposit bergantung terhadap retensi mekanis sebagaimana yang dilakukan untuk restorasi amalgam.

Koefesien termal ekspansi untuk kebanyakan bahan build-up komposit self-polimerisasi secara signifikan lebih tinggi dari struktur gigi; contoh termal ekspansi TiCore yang dipublikasikan oleh Essential Dental System adalah 34 x 10-6 °C dan termal ekspansi BisCore oleh Bisco Dental yaitu 25 x 10-6 °C.

Komposit juga menunjukkan penyusutan selama setting time. Sakaguchi (1991) menunjukkan kontraksi komposit sebesar 0,2 %. Penyusutan ini mengakibatkan stress pada sistem bonding dan mempunyai kontribusi dalam kegagalan pemberian dentin bonding untuk jangka panjang.

Pada gigi anterior dimana crown tidak dibutuhkan (kerusakan mahkota yang tidak luas) dan tepi enamel memberikan jaminan resistensi jangka panjang terhadap

Doar Siregar : Coronal Leakage Pada Restorasi Gigi Dalam Perawatan Saluran Akar, 2009.

adanya leakage, restorasi komposit merupakan pilihan yang utama. Dengan buruknya prognosis jangka panjang dari dentin bonding dan resiko terjadinya leakage maka pengunaan dentin bonding merupakan kontra-indikasi pada komposit yang digunakan sebagai bahan build-up.

Pada gigi posterior dimana komposit digunakan sebagai bahan build-up, mempertahankan jarak antara tepi crown dengan bahan buld-up (sekurang-kurangnya 2 mm) akan mengurangi terjadinya leakage.

Sifat mekanis dari komposit akan menurun dengan adanya prosedur

thermocyling dan adanya penyerapan air. Komposit merupakan bahan build-up yang

sempurna untuk gigi anterior dan posterior apabila isolasi lapangan kerja dapat dijamin dari adanya kontaminasi saliva.

2.2.2.3 Glass Ionomer7

Bahan tumpatan Glass Ionomer memberikan kemungkinan yang kecil dari adanya leakage. Hal ini disebabkan karena termal ekspansi Glass Ionomer yang menyerupai dengan struktur gigi. Bahan Glass Ionomer mempunyai ikatan dentin yang lemah dan kekuatan mekanis yang rendah. Bahan ini dapat membebaskan ion flourida sehingga mengurangi potensi terjadinya kerusakan gigi. Akan tetapi masih terdapat sedikit fakta tentang manfaat klinis yang penting dari pembebasan flourida tersebut. Glass ionomer jarang digunakan sebagai bahan build-up oleh karena lemahnya sifat mekanis dari bahan tersebut.

Doar Siregar : Coronal Leakage Pada Restorasi Gigi Dalam Perawatan Saluran Akar, 2009.

2.3 Beberapa Pertimbangan Dalam Mengurangi Terjadinya Coronal

Leakage Pada Pemasangan Restorasi Permanen

Pemasangan restorasi permanen yang tepat merupakan jaminan keberhasilan perawatan jangka panjang. Terjadinya coronal leakage pada restorasi gigi dalam perawatan saluran akar dapat di cegah melalui penempatan crown yang tepat. Beberapa pertimbangan dalam penempatan crown yang tepat untuk menjamin keberhasilan perawatan saluran akar meliputi retainer dari bahan build-up tersebut serta pemilihan dan intergritas dari restorasi permanen yang tepat.

Dokumen terkait