• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

2. Pemilihan Model Regresi Data Panel

Regresi yang menggunakan data panel disebut dengan regresi data panel. Data panel memiliki gabungan karakteristik yaitu data yang terdiri atas beberapa objek dan runtutan waktu.1 Data semacam ini memiliki keunggulan terutama karena bersifat robust (kuat) terhadap beberapa tipe pelanggaran yakni heterokedastisitas dan normalitas. Di samping itu, dengan perlakuan tertentu struktur data seperti ini dapat diharapkan untuk memberikan informasi yang lebih banyak (high informational content).2

1

Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EVIEWS, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011), h. 91

2

Moch Doddy Ariefianto, Ekonometrika Esensi dan Aplikasi dengan menggunakan EVIEWS, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 148

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.752891 Prob. F(10,79) 0.6729

Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya tentang metode penelitian, diketahui bahwa terdapat tiga model regresi data panel yang dapat digunakan yaitu commont effect model, fixed effect model, dan random effect model. Masing-masing model memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan model tergantung pada asumsi yang dipakai peneliti dan pemenuhan syarat- syarat pengolahan data statistik yang benar, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara statistik. Oleh karena itu pertama-tama yang harus dilakukan adalah memilih model yang tepat dari ketiga model yang ada.

Tabel 4.4

Hasil Regresi Data Panel Commont Effect Model

Dependent Variable: JDM? Method: Pooled Least Squares Date: 09/02/16 Time: 13:11 Sample (adjusted): 2011Q1 2015Q3 Included observations: 12 after adjustments Cross-sections included: 8

Total pool (unbalanced) observations: 94

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

TBHDM? 0.007768 0.002427 3.200757 0.0019

JKL? 0.136555 0.000674 202.6675 0.0000

INF? 0.015628 0.004982 3.136797 0.0023

PDB? 0.002226 0.002387 0.932687 0.3535

R-squared 0.080386 Mean dependent var 1.005408

Adjusted R-squared 0.049732 S.D. dependent var 0.029402

S.E. of regression 0.028662 Akaike info criterion -4.224882

Sum squared resid 0.073935 Schwarz criterion -4.116657

Log likelihood 202.5695 Hannan-Quinn criter. -4.181167

Tabel 4.5

Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model

Dependent Variable: JDM? Method: Pooled Least Squares Date: 09/02/16 Time: 13:12 Sample (adjusted): 2011Q1 2015Q3 Included observations: 12 after adjustments Cross-sections included: 8

Total pool (unbalanced) observations: 94

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.626986 0.044076 14.22519 0.0000

TBHDM? -0.002452 0.000923 -2.655364 0.0095

JKL? 0.050133 0.006012 8.338199 0.0000

INF? 0.000479 0.001801 0.265872 0.7910

PDB? 0.000527 0.000618 0.851654 0.3969

Fixed Effects (Cross)

_BSM—C 0.037584 _BMI—C 0.035560 _BNIS—C 0.000872 _BRIS—C 0.016717 _BMS—C -0.004949 _BPS—C -0.033517 _BCAS—C -0.043962 _BSB—C -0.015632 Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.945696 Mean dependent var 1.005408

Adjusted R-squared 0.938412 S.D. dependent var 0.029402

S.E. of regression 0.007297 Akaike info criterion -6.884029

Sum squared resid 0.004366 Schwarz criterion -6.559353

Log likelihood 335.5494 Hannan-Quinn criter. -6.752883

F-statistic 129.8202 Durbin-Watson stat 0.307892

Prob(F-statistic) 0.000000

Setelah hasil regresi dengan menggunakan model commont effect dan fixed effect didapat maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji untuk menentukan model estimasi mana yang lebih tepat antara model commont effect dan fixed effect. Dalam menentukan diantara kedua model tersebut maka digunakan uji

Chow sebagai uji pemilihan model regresi data panel. Uji Chow merupakan salah satu tahap yang perlu dilakukan untuk menentukan model regresi data yang paling tepat digunakan dalam penelitian.

Langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan uji Chow adalah melakukan regresi dengan menggunakan model commont effect dan fixed effect. Setelah hasil dari commont effect dan fixed effect diperoleh maka selanjutnya dilakukan uji Chow dengan melakukan uji likelihood ratio menggunakan Eviews. Hasil dari uji likelihood ratio atau uji Chow dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.6 Hasil Uji Chow

U j

Uji Chow dilakukan dengan membandingkan antara commont effect model dan fixed effect model. Hipotesis dalam uji Chow adalah:

Ho : commont effect model H1 : fixed effect model Redundant Fixed Effects Tests Pool: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 163.544462 (7,82) 0.0000

Apabila nilai probabilitas F ≥ 0,005 artinya Ho diterima, yang berarti model yang paling tepat digunakan adalah commont effect model. Namun jika nilai probabilitasnya < 0,05 artinya Ho ditolak, yang berarti model yang paling tepat digunakan adalah fixed effect model.

Hasil ouput di atas menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,0000 untuk cross section F, yang berarti nilainya < 0,05. Karena hasil tersebut menunjukkan bahwa Ho ditolak, maka dapat dikatakan bahwa fixed effect model lebih tepat digunakan daripada commont effect model.

Karena hasil Uji Chow menunjukkan hasil model yang lebih tepat untuk digunakan adalah fixed effect model, maka diperlukan Uji Hausman untuk menguji model yang lebih tepat untuk digunakan antara fixed effect model dan random effect model. Sebelum melakukan Uji Hausman, dilakukan terlebih dahulu regresi random effect model.

Tabel 4.7

Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model

Dependent Variable: JDM?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 09/02/16 Time: 13:15

Sample (adjusted): 2011Q1 2015Q3 Included observations: 12 after adjustments Cross-sections included: 8

Total pool (unbalanced) observations: 94

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.625086 0.045220 13.82319 0.0000

TBHDM? -0.002333 0.000920 -2.535891 0.0130

JKL? 0.050284 0.006012 8.364415 0.0000

INF? 0.000467 0.001801 0.259057 0.7962

PDB? 0.000530 0.000618 0.856850 0.3938

Random Effects (Cross)

_BSM—C 0.038241 _BMI—C 0.036270 _BNIS—C 0.001784 _BRIS—C 0.017447 _BMS—C -0.004074 _BPS—C -0.032436 _BCAS—C -0.042497 _BSB—C -0.014735 Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 0.028753 0.9395 Idiosyncratic random 0.007297 0.0605 Weighted Statistics

R-squared 0.663434 Mean dependent var 0.074172

Adjusted R-squared 0.648307 S.D. dependent var 0.012344

S.E. of regression 0.007319 Sum squared resid 0.004767

F-statistic 43.85886 Durbin-Watson stat 0.276673

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.058676 Mean dependent var 1.005408

Sum squared resid 0.075680 Durbin-Watson stat 0.017427

Ho : random effect model H1 : fixed effect model

Apabila nilai probabilitas Chi-Square ≥ 0,05 artinya Ho diterima, yang berarti model regresi yang paling tepat digunakan adalah random effect model. Namun jika probabilitas Chi-Square < 0,05 artinya Ho ditolak, yang berarti model regersi yang paling tepat digunakan adalah fixed effect model.

Tabel 4.8 Hasil Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 9.216745 4 0.0360

Hasil output di atas menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,0360 untuk cross section random, yang berarti nilainya < 0,05. Karena hasil tersebut menunjukan bahwa H1 diterima, maka dapat dikatakan bahwa fixed effect model lebih tepat digunakan daripada random effect model.

3. Pengujian Hipotesis a. Model penelitian

Berdasarkan estimasi model regeresi data panel yang telah dilakukan sebelumnya, maka penelitian ini akan menggunakan fixed effect model yang ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel 4.9

Hasil Uji Signifikansi dengan Fixed Effect Model

Dependent Variable: JDM? Method: Pooled Least Squares Date: 09/02/16 Time: 13:20 Sample (adjusted): 2011Q1 2015Q3 Included observations: 12 after adjustments Cross-sections included: 8

Total pool (unbalanced) observations: 94

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.626986 0.044076 14.22519 0.0000

TBHDM? -0.002452 0.000923 -2.655364 0.0095

JKL? 0.050133 0.006012 8.338199 0.0000

INF? 0.000479 0.001801 0.265872 0.7910

PDB? 0.000527 0.000618 0.851654 0.3969

Fixed Effects (Cross)

_BSM—C 0.037584 _BMI—C 0.035560 _BNIS—C 0.000872 _BRIS—C 0.016717 _BMS—C -0.004949 _BPS—C -0.033517 _BCAS—C -0.043962 _BSB—C -0.015632 Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.945696 Mean dependent var 1.005408

Adjusted R-squared 0.938412 S.D. dependent var 0.029402

S.E. of regression 0.007297 Akaike info criterion -6.884029

Sum squared resid 0.004366 Schwarz criterion -6.559353

Log likelihood 335.5494 Hannan-Quinn criter. -6.752883

F-statistic 129.8202 Durbin-Watson stat 0.307892

Prob(F-statistic) 0.000000

Berdasarkan Tabel 4.9, maka ditemukan hasil dari perhitungan pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Jumlah Kantor Layanan, Inflasi, dan PDB terhadap Jumlah Deposito Mudharabah sebagai berikut:

JDM = 0.626986 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB

Dari model di atas dapat dibuat interpretasi sebagai berikut:

1) Konstanta sebesar 0.626986 menunjukkan bahwa jika variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol, maka jumlah deposito mudharabah bank umum syariah adalah sebesar 0.626986.

2) Nilai koefisien regresi tingkat bagi hasil deposito mudharabah sebesar -0.002452 yang berarti setiap kenaikan tingkat bagi hasil deposito mudharabah naik 1% maka jumlah deposito mudharabah mengalami penurunan sebesar 0.002452.

3) Nilai koefisien regresi jumlah kantor layanan sebesar 0.050133 yang berarti setiap kenaikan jumlah kantor layanan naik 1 maka jumlah deposito mudharabah mengalami kenaikan sebesar 0.050133.

4) Nilai koefisien regresi inflasi sebesar 0.000479 yang berarti setiap kenaikan inflasi naik 1% maka jumlah deposito mudharabah mengalami kenaikan sebesar 0.000479.

5) Nilai koefisien regresi PDB sebesar 0.000527 yang berarti setiap kenaikan PDB naik 1% maka jumlah deposito mudharabah mengalami kenaikan sebesar 0.000527.

Tabel 4.10

Hasil Uji Persamaan Setiap Objek Penelitian

Fixed Effects (Cross) Coefficient _BSM—C 0.037584 _BMI—C 0.035560 _BNIS—C 0.000872 _BRIS—C 0.016717 _BMS—C -0.004949 _BPS—C -0.033517 _BCAS—C -0.043962 _BSB—C -0.015632 Sumber : Output Eviews 8

Berdasarkan tabel 4.10, maka didapat persamaan model regresi tiap bank umum syariah sebagai berikut :

1) Persamaan model regresi Bank Syariah Mandiri

JDM BSM = 0.037584 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB

Konstanta sebesar 0.037584 menunjukkan bahwa jika variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol, maka jumlah deposito mudharabah Bank Syariah Mandiri adalah sebesar 0.037584.

2) Persamaan model regresi Bank Muamalat Indonesia

JDM BMI = 0.035560 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB

Konstanta sebesar 0.035560 menunjukkan bahwa jika variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol,

maka jumlah deposito mudharabah Bank Muamalat Indonesia adalah sebesar 0.035560.

3) Persamaan model regresi BNI Syariah

JDM BNI Syariah = 0.000872 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB

Konstanta sebesar 0.000872 menunjukkan bahwa jika variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol, maka jumlah deposito mudharabah BNI Syariah adalah sebesar 0.000872.

4) Persamaan model regresi BRI Syariah

JDM BRI Syariah = 0.016717 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB

Konstanta sebesar 0.016717 menunjukkan bahwa jika variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol, maka jumlah deposito mudharabah BRI Syariah adalah sebesar 0.016717.

5) Persamaan model regresi Bank Mega Syariah

JDM BMS = -0.004949 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB

Konstanta sebesar -0.004949 menunjukkan bahwa jika variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol, maka jumlah deposito mudharabah Bank Mega Syariah adalah sebesar -0.004949.

6) Persamaan model regresi Bank Panin Syariah

JDM BPS = -0.033517 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB

Konstanta sebesar -0.033517 menunjukkan bahwa jika variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol, maka jumlah deposito mudharabah Bank Panin Syariah adalah sebesar -0.033517.

7) Persamaan model regresi BCA Syariah

JDM BCA Syariah = -0.043962 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB

Konstanta sebesar -0.043962 menunjukkan bahwa jika variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol, maka jumlah deposito mudharabah BCA Syariah adalah sebesar -0.043962.

8) Persamaan model regresi Bank Syariah Bukopin

JDM BSP = -0.015632 - 0.002452 TBHDM + 0.050133 JKL + 0.000479 INF + 0.000527 PDB

Konstanta sebesar -0.015632 menunjukkan bahwa jika variabel independen (TBHDM, JKL, INF, PDB) adalah nol, maka jumlah deposito mudharabah Bank Syariah Bukopin adalah sebesar -0.015632.

b. Uji Signifkansi Parsial (Uji t)

Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi dan PDB terhadap variabel dependen yaitu jumlah deposito mudharabah.

Tabel 4.11 Uji t

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.626986 0.044076 14.22519 0.0000 TBHDM -0.002452 0.000923 -2.655364 0.0095 JKL 0.050133 0.006012 8.338199 0.0000 INF 0.000479 0.001801 0.265872 0.7910 PDB 0.000527 0.000618 0.851654 0.3969 Sumber : Output Eviews 8

Tabel 4.11 merupakan hasil dari pengujian variabel independen yaitu tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia secara parsial.

1) Uji t terhadap variabel tingkat bagi hasil deposito mudharabah Hasil yang didapat pada tabel 4.11 variabel itingkat bagi hasil deposito mudharabah secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,0095 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 = 2,6553 dan t tabel sebesar 1,9870 (df (n-k) 94-5 = 89, α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel (2,6553 > 1,9870). Maka H0 ditolak sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel tingkat bagi hasil deposito mudharabah berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah.

2) Hasil yang didapat pada tabel 4.11 variabel jumlah kantor layanan secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih besar dari α (0,000 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung X2 = 8,3381 dan t tabel sebesar 1,9870 (df (n-k) 94-5 =89, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (8,3381 > 1,9870). Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah kantor layanan berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah.

3) Uji t terhadap variabel inflasi

Hasil yang didapat pada tabel 4.11 variabel inflasi secara statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai lebih besar dari α (0,79 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung X2 = 0.2658 dan t tabel sebesar 1,9870 (df (n-k) 94-5 =89, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (0,2658 < 1,9870). Maka H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh berpengaruh dan tidak signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah.

4) Uji t terhadap variabel PDB

Hasil yang didapat pada tabel 4.11 variabel PDB secara statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai

lebih besar dari α (0,39 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung X3 = 0,8516 dan t tabel sebesar 1,9870 (df (n-k) 94-5 =89, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (0,8516 < 1,9870). Maka H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel PDB tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah.

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen, Pedoman yang digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji F adalah sebagai berikut:

Jika F-hitung < F-tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

Selain itu, dapat pula dilihat dari probabilitas F statistik. Apabila probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari nilai α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0: tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi dan PDB tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah secara simultan.

H1: tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi dan PDB berpengaruh terhadap deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah secara simultan.

Berdasrkan Tabel 4.9, doperoleh hasil F-statistik atau F hitung sebesar 129.8202 dengan nilai probabilitas sebesar 0.00000. nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari α = 5%. Selain itu dengan n = 94 dan k = 5, nilai pada F tabel diperoleh nilai 2,49 Dengan df1 (k-1) dan df2 (n-k) sebesar 4 dan 89 dengan nilai probabilitas 5%. Karena F hitung > F tabel (129,8202 > 2,49) maka H0 ditolak, artinya dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan inflasi, dan PDB berpengaruh signifikan secara simultan terhadap jumlah deposito mudhrabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia.

d. Uji Adjudsted R2

Uji Adjusted R2 ditujukan untuk menilai seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Pada penelitian ini, koefisien yang digunakan adalah koefisien determinasi yang telah disesuaikan atau adjusted R2. Hal ini dikarenakan adjusted R2 merupakan koefisien yang telah dikoreksi sehingga dapat naik atau turun seiring penambahan variabel baru dalam model.

Berdasarkan hasil regresi dengan fixed effect model sebagaimana yang tertera pada tabel, diketahui bahwa nilai Adjust

R Squared sebesar 0.938412. hal ini menunjukan bahwa variasi variabel dependen (jumlah deposito mudharabah) secara simultan dapat dijelaskan oleh variabel independen (tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB) sebesar 93,84% sedangkan sisanya 6,16% dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti.

e. Interpretasi Hasil Penelitian

1) Hubungan tingkat bagi hasil deposito mudharabah terhadap jumlah deposito mudharabah

Hasil estimasi pada tabel menjelaskan variabel tingkat bagi hasil deposito mudharabah mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah, dimana setiap penurunan tingkat bagi hasil deposito mudharabah sebesar 1% akan meningkatkan jumlah deposito mudharabah sebesar nilai koefisien regresinya yaitu 0.002452%.

Jumlah deposito mudharabah adalah total simpanan berdasarkan prinsip bagi hasil yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Tingkat bagi hasil pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia mendepositokan uangnya. Jumlah deposito akan ditentukan oleh tingginya tingkat bagi hasil. Bila melihat praktik yang terjadi di perbankan syariah, semakin tinggi tingkat bagi hasil

deposito, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk deposito, dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan kehendak masyarakat untuk deposito di bank syariah didasari oleh motif untuk mendapatkan return berupa bagi hasil. Akan tetapi berbanding terbalik dengan hasil estimasi yang didapat hubungannya antara tingkat bagi hasil deposito mudharabah dengan jumlah deposito mudharabah pada bank syariah

Mengacu pada data dalam penelitian ini, dilihat dari tingkat bagi hasilnya yang tidak stabil bahkan cenderung menurun, maka hal tersebut menjadi penyebab mengapa hubungan antara tingkat bagi hasil deposito mudharabah dan jumlah deposito mudharabah negatif. Jika tingkat bagi hasilnya tidak stabil bahkan cenderung menurun, tetapi jumlah depositonya cenderung naik karena dalam konteks investasi deposito, parameter besar atau tidaknya, serta kompetitif atau tidaknya tawaran tingkat bagi hasil, investor akan melihat benchmark yaitu BI rate atau LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Ketika tingkat bagi hasil turun tidak akan serta merta membuat deposan menarik kembali uangnya, sepanjang tingkat bagi hasil masih setara atau bahkan lebih baik dari BI rate atau LPS kemungkinan besar pertumbuhan jumlah deposito mudharabah masih tetap tinggi. Dengan kata lain

tidak hanya variabel tingkat bagi hasil menurun yang akan berpengaruh pada pertumbuhan deposito mudharabah.

Hal penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang ditunjukkan oleh Fitriyah (2010) bahwa bagi hasil berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dana bank umum syariah, karena faktor agama merupakan faktor utama yang menjadi alasan nasabah menyimpan dananya di bank syariah. Karakter nasabah bank syariah merupakan nasabah emosional yang non profit oriented. Namun berbeda dengan hasil penelitian terdahulu oleh Evi Natalia, Moch Dzukirom AR, dan Sri Mangesti Rahayu (2014) bahwa tingkat bagi hasil berpengaruh signifkan terhadap jumlah deposito mudharabah dikarenakan nasabah menyimpan dananya karena faktor mencari keuntungan.

2) Hubungan jumlah kantor layanan terhadap jumlah deposito mudharabah

Variabel jumlah kantor layanan berpengaruh (signifikan) dengan jumlah deposito mudharabah, dimana setiap kenaikan jumlah kantor layanan sebesar 1% akan menaikkan jumlah deposito mudharabah sebesar nilai koefisien regresinya yaitu 0.050133%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah kantor layanan berpengaruh positif terhadap jumlah deposito

mudharabah. hal ini berarti mengindikasikan bahwa apabila semakin banyak jumlah kantor layanan akan meningkatkan jumlah deposito mudharabah yang dihimpun bank umum syariah. Ketika bank umum syariah memperluas jaringan kantor layanan maka nasabah akan mudah untuk menginvestasikan dananya sehingga dengan bertambahnya jumlah kantor layanan memberi peran penting bagi bank umum syariah dalam melakukan penghimpunan dana. Bertambahnya jaringan kantor layanan juga memberi pengaruh terhadap meningkatnya tingkat kepercayaan masyarakat akan lebih tertarik untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk depsoito mudharabah. Selain itu bank umum syariah dianggap sudah cukup dalam memberikan sosialisasi tentang keberadaan dan pemahaman tentang bank umum syariah khususnya pada produk deposito mudharabah ke plosos-plosok daerah.

3) Hubungan Inflasi terhadap jumlah deposito mudharabah

Variabel inflasi tidak berpengaruh (tidak signifikan) dengan jumlah deposito mudharabah, dimana setiap kenaikan inflasi sebesar 1% akan menurunkan jumlah deposito mudharabah sebesar nilai koefisien regresinya yaitu 0.000479%.

Tidak berpengaruhnya inflasi terhadap jumlah deposito mudharabah, hal ini menunjukan nasabah pada bank syariah

tidak terlalu mempertimbangkan tinggi atau rendahnya tingkat inflasi dalam mengambil keputusan untuk menyimpan dananya. Kenaikan inflasi yang tinggi di Indonesia tidak akan mempengaruhi jumlah deposito mudharabah di bank syariah. Ini terbukti ketika terjadi krisis moneter tahun 1998, tingkat inflasi yang tinggi tidak mempengaruhi bank syariah karena bank syariah tidak menggunakan sistem bunga dan hanya perbankan syariah yang tidak terkena dampak dari tingginya tingkat inflasi. Sedangkan yang terjadi pada Bank Konvensioanl yang pada dasarnya menggunakan sistem bunga terkena dampak dari tingginya tingkat inflasi tersebut. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah dan Sumiati (2013) bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah.

4) Hubungan Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap jumlah deposito mudharabah

Variabel PDB tidak berpengaruh (tidak signifikan) dengan jumlah deposito mudharabah, dimana setiap penurunan PDB sebesar 1% akan meningkatkan jumlah deposito mudharabah sebesar nilai koefisien regresinya yaitu 0.000527%.

Variabel PDB tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah, artinya ketika pendapatan meningkat tetapi jumlah deposito mudharabah menurun dan

sebaliknya, ketika pendapatan turun tetapi jumlah deposito mudharabah meningkat. Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori serta penelitian sebelumnya, yaitu bahwa tidak semua pendapatan yang diterima seseorang akan digunakan untuk disimpan, melainkan sebagian digunakan untuk konsumsi. Lebih jauh dikatakan bahwa perilaku menyimpan dan konsumsi dari seseorang sangat dipengaruhi pendapatannya.

Dan apabila mengacu kepada hasil penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Septi Wulandari (2013) bahwa variabel PDB tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah hal ini terjadi dikarenakan tren masyarakat yang berinvestasi pada sektor investasi lain dibandingkan dengan meletakkan dananya pada sektor perbankan syariah. Hal ini didukung oleh artikel yang diterbitkan oleh Vibiznews (2013), dari beberapa produk investasi keuangan maupun non-keuangan yang berupa instrument perbankan, saham, reksa dana, emas, properti, dan instrument derivative, masyarakat Indonesia cenderung meletakkan dananya atau berinvestasi pada saham, reksadana, emas, properti dan forex. Sehingga peningkatan PDB tidak diikuti oleh total jumlah deposito mudharabah.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi pengaruh antara tingkat bagi hasil deposito mudharabah, jumlah kantor layanan, inflasi, dan PDB terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode tahun 2011 sampai dengan 2015. Berdasarkan penemuan dan pembahasan maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tingkat bagi hasil deposito mudharabah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2015. Dimana setiap peningkatan tingkat bagi hasil deposito mudharabah sebesar 1% akan menurunkan jumlah deposito mudharabah sebesar nilai koefisien regresinya sebesar yaitu 0.002452%. itu artinya ketika tingkat bagi hasil deposito mudharabah naik maka jumlah deposito mudharabah akan turun begitupun sebaliknya. Ketika tingkat bagi hasil turun tidak akan serta merta membuat deposan menarik kembali uangnya, Hal ini dikarenakan investor atau nasabah akan melihat benchmark yaitu BI rate atau LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Dengan kata lain tingkat bagi hasil menurun tidak akan berpengaruh pada pertumbuhan deposito mudharabah.

2. Jumlah kantor layanan mempunyai pengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2011-2015. Dimana setiap peningkatan jumlah kantor layanan sebesar 1 akan menaikkan jumlah deposito mudharabah sebesar nilai koefisien regresinya sebesar yaitu 0.050133. Ketika bank umum syariah memperluas jaringan kantor layanan maka nasabah akan mudah untuk menginvestasikan dananya sehingga dengan bertambahnya jumlah kantor layanan memberi peran penting bagi

Dokumen terkait