• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Pemilihan Model Regresi Data Panel .1 Uji Chow .1 Uji Chow

Uji Chow dilakukan untuk mengetahui model manakah yang lebih baik digunakan dalam regresi data panel, apakah common effect atau fixed effect.

Hasil Uji Chow disajikan dalam Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 33.008197 (6,60) 0.0000

Cross-section Chi-square 102.116394 6 0.0000

Sumber: Lampiran 6

Jika dilihat dari nilai Cross-section Chi-square pada kolom Prob, maka nilainya adalah 0.0000. Jika nilai Prob. Cross-section Chi-square < 0.05 maka model regresi yang akan dipilih adalah fixed effect daripada common effect.

4.4.2 Uji Hausman

Tabel 4.6 Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 0.821288 3 0.8444

Ketika hasil yang diperoleh chow test adalah fixed effect maka langkah selanjutnya adalah melakukan hausman test. Dari hasil olah data diperoleh nilai Prob. yaitu sebesar 0.8444 dimana nilai Prob. > dari 0.05 maka 𝐻1 yang diterima yaitu metode terbaik yang digunakan adalah Random Effect Model.

Berdasarkan tabel 4.6 Model estimasi yang terpilih adalah Random Effect Model, dan tabel 4.6 model estimasi Random Effect. Menurut Gujarati & Porter (2009), apabila model estimasi sudah bersifat General Least Square, maka tidak dibutuhkan uji asumsi klasik. Karena sifat dari model estimasi General Least Square sudah memenuhi syarat uji asumsi klasik.

4.5 Pengujian Hipotesis

4.5.1 Uji Pengaruh Serempak (Uji F)

Untuk menguji pengaruh secara serempak variabel independen Perputaran Kas (Cash Turnover), Perputaran Piutang (Receivable Turnover) dan Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) terhadap Return On Assets menggunakan uji F.

Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh nilai probabilitas dari uji F (Prob. F-statistic) adalah 0.0000 ≤ α (0.05) dan 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (11.4194) > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (3.1359), maka dapat disimpulkan Perputaran Kas (Cash Turnover), Perputaran Piutang (Receivable Turnover) dan Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) secara serempak berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets.

4.5.2 Uji Pengaruh Individual (Uji t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen yaitu Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan secara parsial mempengaruhi

variabel dependen yaitu Return On Assets secara signifikan atau tidak.

Tabel 4.7 Uji t

Dependent Variable: Y

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 07/29/19 Time: 16:55

Sample: 2009 2018 Periods included: 10 Cross-sections included: 7

Total panel (balanced) observations: 70

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

X1 0.005836 0.004878 1.196445 0.2358

Cross-section random 6.332255 0.8443

Idiosyncratic random 2.719102 0.1557

Weighted Statistics

R-squared 0.341701 Mean dependent var 0.960280 Adjusted R-squared 0.311778 S.D. dependent var 3.223087 S.E. of regression 2.673845 Sum squared resid 471.8636 F-statistic 11.41946 Durbin-Watson stat 1.048644 Prob(F-statistic) 0.000004

Unweighted Statistics

R-squared 0.190226 Mean dependent var 7.136714 Sum squared resid 1999.953 Durbin-Watson stat 0.247414 Sumber: Lampiran 8

Y = -4.771261 + 0.005836 X1 + 0.380821 X2 + 1.526495 X3

Berdasarkan pada Tabel 4.7 Variabel 𝑋1 (Perputaran Kas) mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.2358 dan lebih besar dari nilai α sebesar 0.05 serta koefisien bertanda positif sebesar 0.0058. Artinya Perputaran Kas berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return On Assets. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan 1 kali Perputaran Kas akan menaikkan Return On Assets sebesar

0.0058 persen namun tidak signifikan, demikian sebaliknya.

Variabel 𝑋2 (Perputaran Piutang) mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.2820 dan lebih besar dari nilai α sebesar 0.05 serta koefisien yang bertanda positif sebesar 0.3808. Artinya Perputaran Piutang berpengaruh positif terhadap Return On Assets. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan 1 kali Perputaran Piutang akan menaikkan Return On Assets sebesar 0.3808 persen namun tidak signifikan, demikian sebaliknya.

Variabel 𝑋3 (Perputaran Persediaan) mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.0000 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0.05 serta koefisien bertanda positif sebesar 1.5264. Artinya Perputaran Persediaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Assets. Hal ini menunjukkan setiap kenaikan 1 kali Perputaran Persediaan akan menaikkan Return On Assets sebesar 1.5264 persen secara signifikan, demikian sebaliknya.

4.6 Pembahasan

4.6.1 Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Return On Asset

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah Perputaran Kas (Cash Turnover) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Assets.

Berdasarkan Tabel 4.7 variabel X1 (Perputaran Kas) mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.2358 dan lebih besar dari nilai α sebesar 0.05 serta koefisien bertanda positif sebesar 0.0058, artinya Perputaran Kas berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return On Assets atau H2 ditolak.

Menurut Riyanto (2011) bahwa semakin tinggi perputaran kas akan semakin baik, karena ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan

keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan teori, dimana semakin tinggi Perputaran Kas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan uang tunai untuk membiayai kegiatan operasinya, sehingga apabila perusahaan mengelola dengan baik uang tersebut akan meningkatkan laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar jumlah kas yang dihasilkan perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Santhi &

Dewi (2014) bahwa Perputaran Kas (Cash Turnover) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return On Assets.

4.6.2 Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Return On Asset

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah Perputaran Piutang (Receivable Turnover) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Assets. Berdasarkan Tabel 4.7 variabel X2 (Perputaran Piutang) mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.2820 dan lebih besar dari nilai α sebesar 0.05 serta koefisien yang bertanda positif sebesar 0.3808, artinya Perputaran Piutang berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return On Asset atau H3 ditolak.

Menurut Julkarnain (2012) bahwa perputaran piutang merupakan salah satu faktor yang menentukan besar kecilnya keuntungan yang akan diperoleh perusahaan karena semakin cepat tingkat perputaran piutang, maka modal kerja yang ditanamkan dalam piutang juga semakin efektif. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan teori, dimana Perputaran Piutang yang tinggi dapat meningkatkan profitabilitas karena jumlah piutang tak tertagih semakin sedikit.

Keadaan Perputaran Piutang yang tinggi menunjukkan bahwa semakin efisien dan efektif perusahaan mengelola piutang, hal ini berarti profitabilitas perusahaan dapat dipertahankan. Periode perputaran modal dalam piutang adalah tergantung kepada syarat pembayarannya, semakin lama syarat pembarayarannya, berarti semakin lama modal terikat pada piutang, yang berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah semakin rendah.

Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Santhi

& Dewi (2014) bahwa Perputaran Piutang (Receivable Turnover) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas.

4.6.3 Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Return On Asset

Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Assets.

Berdasarkan tabel 4.7 variabel X3 (Perputaran Persediaan) mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.0000 dan lebih kecil dari nilai α sebesar 0.05 serta koefisien bertanda positif sebesar 1.5264, artinya Perputaran Persediaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset atau H4 diterima.

Menurut Munawir (2012) bahwa semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan memperkecil resiko terhadap kerugiaan yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan teori, dimana semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan memperkecil risiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut. Persediaan yang

besar dalam perusahaan dapat menyebabkan biaya penyimpanan persediaan, misalnya uang yang terikat dalam persediaan tidak dapat menghasilkan laba, penyimpanan dan asuransi yang harus dibayar dan mungkin ada resiko kehilangan atau keusangan. Semakin tinggi perputaran persediaan maka semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaaan. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Satriya & Lestari (2014) bahwa Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

BAB V

Dokumen terkait