• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan obyek penelitian dilakukan dari tahap grand tour, untuk melihat secara keseluruhan obyek penelitian serta menentukan rumah tinggal mana saja yang akan dipilih dengan cara purposive sampling yaitu penentuan sampel secara tak acak. Penentuan obyek dalam penelitian kualitatif ini bersifat fleksibel menyesuaikan kebutuhan peneliti.

3.6.1. Pemilihan Obyek Lokasi Terpilih

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil obyek studi permukiman sekitar keraton Sumenep yaitu desa Atas Taman, Kelurahan Pejagalan. Pemilihan lokasi ini didasarkan dari beberapa pertimbangan:

a. Grand touring dan studi sebelumnya di Keraton Sumenep dan sekitarnnya. Pada penelitian lainnya masih belum diketahui bagaimana proses akulturasi di permukiman sekitar keraton dan apa saja faktor yang mempengaruhinya.

b. Permukiman di sekitar keraton Sumenep ini adalah permukiman di sebelah keraton yang menjadi obyek wisata namun belum banyak dibahas dalam penelitian maupun penulisan lainnya, padahal permukiman ini mempunyai potensi kearifan lokal yang bisa dilestarikan baik dalam ranah arsitektur maupun pariwisata.

c. Pada kawasan ini masih ditemukan rumah-rumah dengan unsur arsitektur Cina dan Madura yang menjadikan bangunan tersebut mempunyai kekhasan.

d. Pemerintah Kabupaten Sumenep dan Provinsi Jawa Timur di tahun 2014 ini sedang menyusun RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) untuk Sumenep dan dalam perencanaanya wilayah keraton dan sekitarnya akan dijadikan area wisata urban culture.

Setelah obyek lokasi ditentukan, selanjutnya akan ditentukan bangunan rumah tinggal mana saja yang akan menjadi obyek studi yang didasarkan dari aspek-aspek yang akan diteliti berdasarkan kajian yang telah disusun.

3.6.2. Pemilihan Rumah Tinggal Kampung Pejagalan sebagai Obyek Penelitian

Penentuan rumah tinggal yang dipakai sebagai obyek penelitian yaitu dengan cara grand touring menelusuri obyek lokasi studi kampung Pejagalan. Dengan grand touring, peneliti memilih rumah tinggal yang sesuai kriteria studi berdasarkan literatur dan informasi yang didapat dari stake holder terkait. Stake holder yang dimaksud adalah para budayawan di daerah setempat, perangkat desa dan kabupaten serta warga di kampung Pejagalan dan sekitarnya. Observasi ini berguna untuk memperoleh kondisi yang sebenarnya mengenai fenomena yang menunjukkan proses akulturasi pada obyek pengamatan dan perubahan yang tampak serta faktor yang melatar-belakangi perubahan tersebut. Dari observasi dan wawancara, diketahui ada kurang lebih 14 rumah yang sesuai dengan kriteria obyek penelitian dan 10 rumah yang memungkinkan untuk diakses. Kriteria rumah tinggal tersebut yaitu rumah tinggal yang berdiri semenjak jaman kerajaan

atau sebelumnya dengan arsitektur Madura dan ada unsur arsitektur Cina di dalamnya baik dari awal pembangunan maupun dalam proses ditinggali oleh pemiliknya.

3.6.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dari awal grand touring untuk menentukan obyek lokasi penelitian hingga penelitian berlangsung. Pada tahap ini, data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari observasi, wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Data sekunder didapatkan dari instansi terkait. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil gambar, video, perekam suara dan tulisan.

A. Koleksi Data Primer

Koleksi data primer dilakukan peneliti secara langsung turun pada obyek penelitian. Beberapa caranya dengan observasi lapangan dan wawancara. Pengumpulan data dilakukan dengan mendalami dan terjun langsung pada obyek penelitian. Selain observasi dan survei secara langsung, wawancara tidak terstruktur juga dilakukan. Wawancara ini dilakukan sebagai pendekatan kepada responden untuk menggali informasi yang dibutuhkan. Pencatatan data pada saat wawancara dan observasi dilakukan dengan mengambil gambar, video, perekam suara dan tulisan. Dokumen-dokumen seperti denah-layout permukiman didapatkan dari instansi terkait maupun penggambaran langsung oleh peneliti.

Data mengenai jumlah rumah dan jumlah penduduk yang ada di sekitar keraton, data mengenai sejarah permukiman dan lingkungannya terkait dengan perubahan yang terjadi didapatkan dari stakeholder tertentu serta dari wawancara pada responden dan pihak terkait juga pustaka.

Pada penelitian ini peneliti melakukan pendekatan dengan percakapan informal dan pertanyaan yang disampaikan secara tidak langsung dalam percakapan yang dilakukan dengan penghuni rumah tinggal di sekitar keraton Sumenep. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat mengetahui lebih mendalam latar budaya penghuni dan menggali apa saja yang telah dilakukan untuk beradaptasi atas perubahan budaya, terutama pada rumah tinggal mereka.

Wawancara ini dilakukan dengan memberikan beberapa poin pertanyaan seperti sejak kapan penghuni tinggal di rumah tersebut, asal penghuni, selera atau gaya yang disukai untuk rumah tinggal, perubahan yang pernah dilakukan pada rumah tinggal mereka. Pertanyaan lainnya yaitu kepada stake holder tertentu seperti budayawan, perangkat desa dan lainnya yang terkait dengan obyek penelitian. Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang pernah dipakai untuk penelitian yang telah dilakukan. Berikut pokok pertanyaan yang diajukan pada stake holder di Madura:

1. Sejarah permukiman Cina di Sumenep

2. Karakteristik rumah tinggal di Sumenep (bentuk atap, ukiran, ornamaen, fasade, motif, ruang)

3. Area permukiman Cina di Sumenep

4. Komplek rumah tinggal Cina Lauw Phia Ngo 5. Arsitektur Cina di Sumenep

6. Pertukangan atau ahli bangunan di Sumenep 7. Rumah tinggal dengan pengaruh Cina 8. Permukiman Tanean Lanjang

B. Koleksi Data Sekunder

Koleksi data sekunder ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang telah ada selain data primer seperti dokumen-dokumen sejarah permukiman, peta permukiman, demografi permukiman, data jumlah penduduk dan bangunan di permukiman Pejagalan, peraturan terkait dan data lainnya yang tidak bisa didapatkan dari observasi dan wawancara. Peta obyek lokasi yang didapat dari pengurus keraton masih autentik dari pertama kali dibuat. Dari peta ini didapatkan awal permukiman ini dibentuk dan kondisi saat ini dan tata rencana wilayah ini didapatkan dari Bappeda. Sejarah kawasan keraton dan Sumenep diperoleh dari Dinas Pariwisata Sumenep yang dokumennya terbatas untuk kalangan keluarga keraton saja. Demografi penduduk dan data pendukung lainnya didapatkan dari BPS Sumenep dan Bappeda. Data sekunder lainnya didapatkan dari literatur yang berhubungan dengan Sumenep, permukiman Madura, akulturasi, arsitektur Cina, arsitektur Madura.