• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemilihan Skin Lotion Terbaik Berbasis Indeks Kinerja

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Pemilihan Skin Lotion Terbaik Berbasis Indeks Kinerja

Metode Bayes digunakan untuk mendapatkan skin lotion terbaik berdasarkan total nilai tertinggi pada masing-masing perlakuan. Parameter yang dibobot dalam metode ini meliputi parameter uji sensori (warna, penampakan, kekentalan, homogenitas, kesan lembab, dan rasa lengket) dan karakteristik skin lotion (viskositas, pH, dan penyusutan berat). Nilai kepentingan masing-masing parameter yang digunakan terdiri dari 3 nilai numerik, yaitu 3 mewakili nilai sangat penting, 2 mewakili penting, dan 1 mewakili biasa.

Nilai kepentingan untuk karakteristik skin lotion diberi nilai yang sama, yaitu 3 karena dianggap parameter yang paling penting dan diuji secara objektif. Pemberian nilai kepentingan pada parameter uji sensori didasarkan pada tingkat penerimaan panelis dan juga memperhatikan penekanan penggunaan natrium alginat dalam formulasi skin lotion yang menghasilkan produk dengan tingkat

kesukaan yang hampir sama. Penilaian kepentingan setiap parameter terdapat pada Tabel 7.

Tabel 7. Karakteristik dan nilai kepentingan parameter skin lotion

Parameter Analisis Dasar Pertimbangan Kepentingan Nilai Kepentingan A. Objektif

pH

Nilai pH merupakan parameter yang penting karena berhubungan dengan pH kulit

3

Viskositas Viskositas berhubungan dengan nilai stabilitas emulsi dan kekentalan skin lotion

3

Penyusutan berat Penyusutan berat berhubungan dengan

kemampuan skin lotion sebagai humektan 3 B. Subjektif

Warna Warna skin lotion berhubungan dengan

kesan pertama dari penampilan produk 1

Penampakan Penampakan berhubungan dengan

penampilan skin lotion secara keseluruhan. 2 Kekentalan

Kekentalan berhubungan dengan sifat fisik

skin lotion yaitu dapat dituang pada suhu kamar

3

Homogenitas Homogenitas yang tinggi menunjukkan

proses pencampuran yang baik 2

Kesan lembab

Kesan lembab berhubungan dengan pencegahan kekeringan pada kulit selama pemakaian skin lotion

3

Rasa lengket Rasa lengket berhubungan dengan kenyamanan setelah pemakaian skin lotion 2

Bobot dari setiap parameter diperoleh berdasarkan manipulasi matriks (Lampiran 18). Matriks didapatkan dari perbandingan nilai kepentingan antar parameter kemudian dikuadratkan. Hasil penjumlahan setiap baris matriks dibagi dengan total penjumlahan baris matriks tersebut sehingga diperoleh nilai eigen. Proses ini berulang sampai terdapat perbedaan nilai eigen yang paling kecil. Nilai eigen dari proses manipulasi matriks terakhir merupakan nilai bobot yang digunakan dalam metode Bayes.

Nilai stabilitas emulsi dan total mikroba tidak ikut dibobot karena diperoleh hasil yang sama pada setiap skin lotion. Skin lotion dengan viskositas tertinggi diberi score yang paling tinggi karena viskositas berhubungan dengan stabilitas emulsi. Skin lotion dengan pH yang mendekati pH fisiologis kulit diberi score

yang lebih tinggi karena semakin kecil kemungkinannya menyebabkan kulit teriritasi. Skin lotion dengan penyusutan berat terendah diberi score yang paling tinggi karena menunjukkan kemampuan skin lotion dalam melembabkan kulit. Nilai score diperoleh berdasarkan hasil perhitungan menggunakan software SPSS versi 13.0. Nilai bobot dikalikan dengan nilai score sehingga diperoleh nilai alternatif. Nilai alternatif tertinggi hasil perkalian nilai bobot dengan nilai score

menunjukkan skin lotion yang terbaik. Tabel 8 menunjukkan hasil pembobotan

skin lotion.

Tabel 8. Hasil pembobotan berdasarkan metode Bayes

Parameter Alternatif (Perlakuan) 

0% 0,5% 1% 1,5% 2% Bobot a. Viskositas 1 2 3 4 5 0,1364 b. pH 1 2 3 4 5 0,1364 c. Penyusutan berat 1 2 3 4 5 0,1364 d. Warna 3 5 4 2 1 0,0455 e. Penampakan 3 5 4 2 1 0,0909 f. Kekentalan 1 2 3 4 5 0,1364 g. Homogenitas 5 4 3 2 1 0,0909 h. Kesan Lembab 1 2 4 3 5 0,1364 i. Rasa Lengket 1 5 4 3 2 0,0909 Nilai Alternatif 1,6364 2,8636 3,3636 3,3182 3,8182 Peringkat 5 4 2 3 1

Nilai alternatif skin lotion yang menggunakan natrium alginat 2% menghasilkan nilai tertinggi, sehingga dilanjutkan dengan penyimpanan selama satu bulan serta dibandingkan dengan skin lotion tanpa menggunakan natrium alginat-tanpa setil alkohol dan skin lotion yang menggunakan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat. Analisis dilakukan selama satu bulan pada hari ke-0, hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21, dan hari ke-28 yang meliputi viskositas, pH, dan stabilitas emulsi. Pada hari ke-0 dan hari ke-28 dilakukan uji kelembaban kulit. Pada hari ke-28 dilakukan analisis ketengikan untuk melihat mutu skin lotion

selama penyimpanan.

4.4. Karakteristik Skin Lotion Selama Penyimpanan 4.4.1. Viskositas

Viskositas merupakan parameter penting dalam produk emulsi, khususnya

viskositas suatu bahan, maka bahan tersebut akan semakin stabil karena pergerakan partikel cenderung sulit (Schmitt 1996). Viskositas emulsi merupakan kriteria penampilan pokok, penggunaannya untuk pengkajian shelf life tidak berhubungan dengan nilai viskositas absolut tetapi berhubungan dengan perubahan viskositas selama penyimpanan. Secara umum, viskositas emulsi meningkat dengan bertambahnya umur sediaan tersebut (Rieger 1994).

Viskositas skin lotion mengalami perubahan selama penyimpanan, yaitu adanya kecenderungan peningkatan setiap analisis dilakukan, yaitu dalam selang waktu tujuh hari (Lampiran 19). Hal ini terlihat pada skin lotion yang menggunakan natrium alginat 2% dan skin lotion yang menggunakan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat. Viskositas emulsi akan mengalami perubahan untuk beberapa lama, yaitu 5-15 hari pada temperatur kamar (Rieger 1994). Peningkatan viskositas selama penyimpanan dipengaruhi oleh atom N pada trietanolamin yang terdapat dalam formulasi (Sykes 1989). Semakin banyak atom H yang terikat pada atom N diduga akan meningkatkan viskositas skin lotion.

Viskositas skin lotion selama penyimpanan masih berada dalam kisaran viskositas yang terdapat dalam SNI-16-4399-1996 sebagai syarat mutu pelembab kulit, yaitu 2000-50.000 cP dan skin lotion komersial, yaitu 1700-7200 cP (Lampiran 23). Nilai viskositas skin lotion selama penyimpanan ditunjukkan pada Gambar 15.

Pada Gambar 15 terlihat bahwa skin lotion yang menggunakan natrium alginat 2% cenderung mengalami peningkatan viskositas yang lebih besar dibandingkan skin lotion yang menggunakan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat dan skin lotion tanpa natrium alginat-tanpa setil alkohol karena alginat memiliki kemampuan dalam mengikat air. Hal ini berhubungan dengan struktur alginat yang merupakan polimer linear dengan berat molekul tinggi, sehingga sangat mudah menyerap air (Winarno 1996). Selain itu, kation pada alginat seperti natrium dapat mengikat air sangat kuat karena memiliki kandungan ion karboksilat yang tinggi (Klose dan Glicksman 1972).

Nilai viskositas skin lotion yang menggunakan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat cenderung lebih stabil selama penyimpanan. Hal ini diduga karena setil alkohol yang ditambahkan dalam formulasi skin lotion berperan sebagai pengental dan penstabil yang memiliki satu gugus hidroksil sehingga peningkatan viskositas tidak terlalu tinggi. Emulsi yang tersusun dari koloid alami akan menghasilkan viskositas yang lebih tinggi daripada emulsi tersusun dari bahan lain seperti setil alkohol (Suryani et al. 2000).

Pada skin lotion tanpa natrium alginat-tanpa setil alkohol, peningkatan viskositas terjadi cukup besar sampai hari ke-7, kemudian mengalami peningkatan yang tidak signifikan sampai hari ke-14. Penurunan viskositas terjadi pada hari ke-21 sampai hari ke-28. Hal ini menunjukkan adanya gejala ketidakstabilan karena viskositas sangat erat kaitannya dengan stabilitas emulsi produk. Penurunan viskositas selama penyimpanan mencerminkan peningkatan ukuran partikel akibat penggumpalan dan menunjukkan shelf life yang buruk (Rieger 1994).

4.4.2. pH

Derajat keasaman atau pH merupakan parameter penting pada produk kosmetika karena pH yang sangat tinggi atau rendah dapat mengakibatkan kulit teriritasi. Oleh sebab itu, pH produk kosmetika sebaiknya dibuat sesuai dengan pH kulit, yaitu antara 4,5-7,5 (Wasitaatmadja 1997). Berdasarkan hasil analisis,

pH skin lotion selama penyimpanan masih berada dalam kisaran nilai pH pada SNI-16-4399-1996 sebagai syarat mutu pelembab kulit, yaitu 4,5-8 dan skin lotion

komersial yaitu 7,2-8,4 (Lampiran 23). Nilai pH skin lotion selama penyimpanan ditunjukkan pada Gambar 16.

Gambar 16. Grafik perubahan pH skin lotion selama penyimpanan

Dari Gambar 16 terlihat bahwa pH tertinggi terdapat pada skin lotion tanpa natrium alginat-tanpa setil alkohol, sedangkan skin lotion dengan penggunaan natrium alginat 2% memiliki pH terendah. Hal ini disebabkan natrium alginat memiliki pH 5,48 sehingga selama penyimpanan, nilai pH skin lotion ini masih dibawah skin lotion tanpa natrium alginat-tanpa setil alkohol dan skin lotion yang menggunakan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat. Nilai pH skin lotion

selama penyimpanan cenderung stabil, namun mengalami sedikit peningkatan (Lampiran 20). Peningkatan nilai pH selama penyimpanan diduga karena adanya atom nitrogen dalam formulasi yang berasal dari trietanolamin ((CH2OHCH2)3N). Meningkatnya kekuatan basa ini berkaitan dengan kemampuan nitrogen dalam mengikat hidrogen sehingga semakin banyak atom H yang terikat pada atom N, akan mengurangi ketersediaan hidrogen bebas. Dengan demikian, pH produk akan semakin meningkat (Sykes 1989).

4.4.3. Stabilitas emulsi

Stabilitas emulsi menunjukkan kestabilan suatu bahan dimana emulsi yang terdapat dalam bahan tidak mempunyai kecenderungan untuk bergabung dengan partikel lain dan membentuk lapisan yang terpisah (Suryani et al. 2000). Selama penyimpanan, nilai kestabilan skin lotion menunjukkan hasil yang sama,

yaitu 100%. Pada skin lotion tanpa natrium alginat-tanpa setil alkohol yang diuji hari ke-21 dan 28, terlihat adanya sedikit gumpalan, tetapi tidak ada pemisahan fase atau peretakan sehingga nilai stabilitas masih 100%. Penggumpalan ini mengindikasikan akan terjadinya penurunan stabilitas emulsi. Selama penyimpanan, ketidakstabilan emulsi dapat terjadi jika ada pembentukan krim, flokulasi, maupun penggumpalan (Rieger 1994). Terlihatnya sedikit penggumpalan dalam pengujian stabilitas emulsi ini disebabkan tidak adanya bahan dalam formulasi skin lotion yang berperan sebagai penstabil emulsi.

Kestabilan emulsi pada skin lotion dengan penggunaan natrium alginat disebabkan fungsi alginat sebagai bahan pengental dan penstabil emulsi (McNeely dan Pettitt 1973). Pada skin lotion yang menggunakan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat, kestabilan terjadi karena adanya setil alkohol yang berperan sebagai pengental dan penstabil. Bahan pengental akan meningkatkan viskositas produk. Semakin tinggi viskositas produk, maka laju pemisahan fase terdispersi dan fase pendispersi semakin kecil. Hal ini menunjukkan produk semakin stabil (Suryani et al. 2000).

Shelf life yang baik dan tidak ada penggumpalan dapat dicapai dengan pembentukan lapisan antar muka yang tebal dari makromolekul atau partikel- partikel kecil zat padat yang memisah. Hal ini merupakan alasan digunakannya hidrokoloid seperti natrium alginat yang sangat berguna sebagai pengemulsi pembantu bila digunakan pada konsentrasi rendah, bahkan dapat digunakan sebagai pengemulsi utama pada konsentrasi tinggi (Rieger 1994).

4.4.4. Kelembaban kulit

Uji kelembaban dilakukan di PT Pusaka Tradisi Ibu dengan menggunakan

Scalar Moisture Checker. Nilai yang ada pada Scalar Moisture Checker

merupakan persentase kelembaban kulit. Persentase kelembaban terdiri dari lima kriteria, yaitu kering (0-27%), agak kering (28-37%), lembab (38-47%), lebih lembab (48-57%), dan sangat lembab (>57%). Pengujian dilakukan pada skin lotion sebelum dan setelah penyimpanan.

Berdasarkan hasil uji, persentase kelembaban kulit yang dioleskan skin lotion sebelum dan setelah penyimpanan menunjukkan nilai yang cenderung

stabil. Persentase kelembaban kulit yang dioleskan skin lotion sebelum dan setelah penyimpanan ditunjukkan pada Gambar 17.

Gambar 17. Diagram batang persentase kelembaban kulit

Selama pengamatan, persentase kelembaban kulit cenderung mengalami penurunan (Lampiran 21). Hal ini diduga karena adanya penguapan air secara perlahan dari skin lotion. Berdasarkan hasil uji, kulit yang dioleskan skin lotion

dengan penggunaan natrium alginat 2% memiliki persentase kelembaban tertinggi dengan penurunan tingkat kelembaban terendah. Persentase kelembaban kulit selama pemakaian skin lotion ini termasuk ke dalam kriteria lebih lembab (48-57%), sedangkan persentase kelembaban kulit yang dioleskan skin lotion

dengan penggunaan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat dan skin lotion tanpa natrium alginat-tanpa setil alkohol termasuk ke dalam kriteria lembab (38-47%) sampai lebih lembab (48-57%).

Persentase kelembaban kulit pada skin lotion yang menggunakan natrium alginat lebih tinggi dibandingkan skin lotion yang menggunakan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat dan skin lotion tanpa natrium alginat-tanpa setil alkohol. Hal ini disebabkan adanya bahan yang berfungsi sebagai humektan seperti gliserin dan natrium alginat. Pada skin lotion yang menggunakan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat dan skin lotion tanpa natrium alginat-tanpa

0 10 20 30 40 50 60 0 5 10 15 Kelembaban kulit (% )

Waktu pengamatan (menit)

Tanpa natrium alginat, tanpa setil alkohol H0

Tanpa natrium alginat, tanpa setil alkohol H28

setil alkohol, bahan yang berfungsi sebagai humektan hanya gliserin sehingga diduga kurang maksimal dalam mempertahankan kelembaban kulit dibandingkan

skin lotion dengan penambahan natrium alginat.

Alginat mengandung gugus karboksil yang bersifat asam dan gugus hidroksil yang bersifat alkohol sehingga memungkinkan senyawa ini menembus ke dalam jaringan kulit dan terikat dalam lapisan kulit dengan sempurna. Selain itu, poliol atau struktur polisidik dalam alginat memiliki efek membantu mempertahankan air di dalam jaringan kulit. Sifat koloid yang dimiliki alginat merupakan keuntungan dalam pemanfaatannya sebagai bahan moisturizing agent,

sehingga dapat mempertahankan kelembaban dan elastisitas kulit (Yunizal 2004).

4.4.5. Ketengikan (rancidity)

Analisis ketengikan perlu dilakukan pada produk yang mengandung minyak karena ketengikan merupakan bentuk kerusakan yang dapat menyebabkan perubahan bau produk (Ketaren 1986). Pada skin lotion, ketengikan dapat terjadi karena adanya kontak dengan sejumlah oksigen dan aksi mikroba. Proses pembentukan peroksida dipercepat oleh adanya cahaya dan kelembaban udara. Pada formulasi skin lotion terdapat senyawa selain lemak yang dapat dioksidasi, seperti senyawa hidrokarbon (Ketaren 1986). Senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam formulasi skin lotion yaitu parafin cair dan petrolatum (Mitsui 1997).

Hasil analisis terhadap skin lotion menunjukkan hasil yang sama yaitu tidak terdeteksinya bilangan peroksida (Lampiran 22). Hal ini berarti lotion yang telah mengalami penyimpanan selama satu bulan belum mengalami ketengikan. Kenaikan bilangan peroksida merupakan indikator bahwa ketengikan akan terjadi karena ketengikan terbentuk oleh aldehida, bukan peroksida. Minyak yang mengalami oksidasi akan membentuk peroksida. Tingkat selanjutnya adalah konversi peroksida menjadi aldehid dan keton (Ketaren 1986).

Dokumen terkait