V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.4. Pemilihan Strategi dan Implementasinya
Dari uraian faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman dari analisis SWOT lewat pembobotan, maka secara ringkas
dapat disajikan kedalam matrik pembobotan analisis SWOT seperti pada
Tabel 7.
Tabel 7. dapat diketahui bahwa bobot masing-masing variabel
adalah S = 18,40; W= -11,90; O = 19,20; dan T =-11,00. Variabel W dan T
merupakan suatu keadaan yang akan mengurangi upaya pengembangan
kawasan agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan sehingga
nilainya negatif. Variabel-variabel tersebut dimasukkan kedalam diagram
SWOT yang perhitungan persamaannya dapat dilihat pada Lampiran 16.
Dari diagram SWOT dapat diketahui titik P yaitu titik dimana unit strategi
pengembangan kawasan agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten
Pasuruan berada dan ini dapat dijadikan pedoman dalam pemilihan
strategi sesuai dengan kuadran dimana titik itu berada seperti terlihat
pada Gambar 3.
Tabel 7. Matrik Pembobotan Analisis SWOT
Strengths/Kekuatan
Skor Weaknesses/Kelemahan
Skor
Areal pengembangan
agrowisata yang luas
3,20
Jauhnya lokasi dari pusat
kota
2,00
Perkembangan sentra
produksi pertanian dan
peternakan
3,10
Sarana angkutan menuju
obyek wisata sedikit
1,90
Dukungan dari
masyarakat di wilayah
wisata
2,90
Promosi wisata kurang
1,80
Wilayah tutur sudah
banyak dikenal
masyarakat
2,90
Fasilitas penginapan di
obyek wisata kurang
2,30
Sudah terbentuknya
tempat-tempat wisata
3,20
Terbatasnya jumlah SDM
yang ahli di bidang
pariwisata
1,90
Peningkatan
pemberdayaan
masyarakat sekitar
3,10
Lemahnya bentuk aktifitas
pendukung agrowisata
2,00
Jumlah
18,40
Jumlah
11,90
Opportunities/Peluang
Skor
Threats/Ancaman
Skor
Kondisi agrokimat
mendukung
3,20
Persaingan tempat wisata
dari kabupaten lain
1,80
Sumber pendapatan PAD
3,20
Besarnya dana
pengembangan
2,10
Dukungan pemerintah
daerah
3,50
Kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap
lingkungan
1,60
Berkembangnya jumlah
penduduk
3,10
Kuranya minat Investor
1,90
Kebutuhan masyarakat
terhadap tempat wisata
2,90
Persaingan dari tempat
hiburan lain
1,80
Perkembangan trend
pariwisata dunia
3,30
Situasi dan kondisi
perekonomian yang
kurang kondusif
1,80
A 0 (19,2)
B
P (3,25; 4,1)
W (- 11,9)
S(18,4)
D T (- 11)
C
Kooordinat A = ( -11,9 ; 19,2) Kooordinat B = (18,4 ; 19,2)
Kooordinat C = (18,4 ; -11)
Kooordinat D = ( -11,9 ; -11)
Gambar 3. Posisi Letak Pengembangan Agrowisata di Kecamatan
Tutur Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur
Gambar 3. menunjukkan bahwa posisi strategi pengembangan
kawasan agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan berada
pada kuadran I atau strategi yang dibuat dengan menggunakan seluruh
kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang dimiliki kawasan agrowisata
di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan yaitu strategi agresif. Strategi
agresif yang digunakan berdasarkan faktor kekuatan yang merupakan
internal dan faktor peluang yang merupakan faktor eksternal
pengembangan kawasan agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten
Pasuruan dengan alternatif strategi antara lain :
1.
Meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pengembangan
kawasan melalui sosialisasi
Peningkatan partisipasi masyarakat ini ditujukan untuk meningkatkan
semangat dan daya dukung yang lebih besar dalam mendukung
upaya pengembangan kawasan agrowisata. Peningkatan motivasi ini
berupa penambangan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat
sebagai subyek dalam pengelolaan dan pengembangan untuk lebih
maju dalam berpikir dan berkreasi serta mampu untuk menerima
masukan-masukan yang sifatnya membangun dan mendukung
pemberdayaan masyarakat dan pengoptimalan potensi sumberdaya
alam yang cukup besar dan mempunyai nilai jual yang cukup tinggi.
Selain itu akan dapat meningkatkan aktivitas dan kegiatan ekonomi
dari masyarakat itu sendiri dan keluarganya ataupun dari masyarakat
sekitar daerah kawasan.
Implementasi dari strategi peningkatan partisipasi masyarakat
terhadap pengembangan kawasan melalui sosialisasi antara lain :
a. Selama ini pengembangan kawasan tidak mengiktusertakan
masyarakat baik secara induvidu maupun kelompok, sedangkan
pemerintah hanya melakukan upaya-upaya pendukungan
pengembangan pada saat terdapatnya program saja, kondisi
tersebut tidak terlepas dari peraturan birokrasi yang cenderung
rumit. Dalam mendukung partisipasi masyarakat yang mengarah
pada pengembangan pola pikir pengembangan wilayah kearah
yang mendatangkan keuntungan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat disekitarnya maka upaya pemerintah perlu diarahkan
pada penyuluhan pengembangan baik secara individu maupun
kelompok dalam upaya peningkatan aktivitas yang mendukung
pengembangan kawasan.
b. Potensi pengembangan lebih diarahkan pada potensi
sumberdaya manusia maupun potensi sumberdaya alam yang
terdapat didalamnya untuk dikembangkan lebih besar lagi yang
lebih mengarah pada pengembangan pola pikir bisnis.
c. Mempersiapkan kelembagaan masyarakat sebagai partisipan
secara matang yang dibangun dengan komitmen dan kesungguhan
masyarakat yang terlibat.
d. Melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan di tingkat
eksekutif dan legislatif di kabupaten dengan permasalahan,
potensi dan kebutuhan masyarakat di tingkat desa.
e. Pelaksanaan berbagai program pengembangan wilayah melalui
proses sosialisasi yang matang. Pembentukan kelembagaan di
tingkat lokal dalam pelaksanaan pengembangan agribisnis lebih
untuk memperkuat ikatan-ikatan horisontal dan masih lemah
dalam ikatan vertikal.
f. Introduksi lebih melalui budaya material dibanding nonmaterial,
atau merupakan perubahan yang materialistik-strukturalistik, tidak
melalui pendekatan kulturar–prosesual. Ke depan program
pembangunan agribisnis haruslah menggunakan pendekatan
infrastruktur-fisik, penyediaan modal, dan penguatan
kelembagaan secara simultan. Ke depan pengembangan
kelembagaan agribisnis sayuran dalam kerangka mengisi
program agropolitan haruslah dilakukan dengan menggunakan
jalur kultural yang didasarkan atas local endowment institution
dan
local leadership revitalization yang sangat menentukan
keberhasilan.
2.
Dukungan pemerintah dalam proses pencepatan penanaman
investasi
Pendanaan yang cukup besar dalam upaya untuk membangun
kawasan yang masih belum tertata dengan baik akan tetapi
mempunyai nilai komparatif dan kompetitif dengan nilai jual yang
cukup tinggi, diharapkan pemerintah mempercepat proses
pembangunan melalui penanaman investasi dari dana daerah
maupun bekerjasama dengan investor.
Implementasi dari strategi peningkatan dukungan pemerintah dalam
proses pencepatan penanaman investasi antara lain :
a. Pemerintah perlu memberikan regulasi yang kondusif untuk
investor antara lain dalam bentuk kemudahan investasi,
keringanan pajak serta pungutan lainnya.
b. Pemerintah perlu menjadi fasilitator antrara investor dengan
masyarakat sekitar dalam menyelesaikan persoalan-persoalan
sosial budaya.
c. Untuk meningkatkan iklim yang kondusif maka pemerintah perlu
mendorong terbentuknya usaha-usaha agroindustri skala UKM
dan pemasaran yang efisien.
d. Pemerintah juga perlu mendorong peningkatan produktivitas dan
kualitas produk pertanian lokal yang merupakan yang akan
bermuara pada peningkatan pendapatan petani masih diperlukan
perbaikan-perbaikan teknologi dan rekayasa sosial berupa
pemberdayaan kelembagaan tani dalam bentuk program-
program bantuan baik dalam bentuk pemberian kredit/modal,
penyuluhan dan pembinaan
3.
Meningkatkan promosi wisata daerah
Terkait dengan otonomi daerah maka upaya untuk mengembangan
dan peningkatan sumber penghasil PAD akan terus berjalan. Salah
satu upaya yang dapat mendukung terhadap pelaksanaan
pengembangan kawasan agrowisata adalah promosi wisata daerah
untuk dapat mengenalkan kawasan terhadap kalayak umum.
Implementasi dari strategi peningkatan promosi wisata daerah antara
lain :
a. Pengembangan sistem informasi mengenai potensi wisata tutur,
dengan ketersediaan data dan informasi baik yang menyangkut
aspek proses produksi, pengelolaan wisata, dan nilai jual
sumberdaya alam merupakan input utama dalam mengenalkan
lokasi wisata lebih luas. Pengembangan sistem informasi berguna
untuk mempermudah eksekusi suatu aktivitas dan merupakan
determinan dari sistem koordinasi yang harus dijalankan, baik
koordinasi secara internal dalam masing-masing kelembagaan,
antar kelembagaan maupun dengan pihak eksternal.
Pengembangan sistem informatika mengenai potensi wisata tutur
dapat dilakukan melalui internet, media radio, media televisi,
majalah wisata, leflet, dan spanduk.
b. Sistem koordinasi antar kelembagaan di era otonomi daerah
dalam upaya pengembangan wisata yang terpadu atau dalam
satu paket tujuan wisata
Pengembangan kawasan agro wisata diharapkan mampu
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui
percepatan pengembangan desa dan peningkatan keterkaitan desa-kota.
pengembangan kawasan agro wisata diharapkan mampu menjadi
pendorong (push factor) dan penarik (pull factor) berkembangnya
kegiatan usaha yang berdaya saing tinggi, berbasis kerakyatan,
berkelanjutan serta terdesentralisasi (wewenang berada di Pemerintah
Daerah dan Masyarakat).
Berkembangnya agro wisata tersebut, baik dalam lingkup budidaya
(on farm) maupun pada lingkup hulu (pengadaan sarana produksi
pertanian) dan hilir (paska panen/pengolahan produk primer dan
pemasaran). Pola agribisnis (pandangan manajerial backward-forward)
diharapkan dapat mengasah atau merubah pola pikir petani dari
subsistence managerial menuju commercial managerial sehingga
diharapkan akan tercipta entrepreneur-entrepreneur yang self confidence.
Secara tidak langsung kemandirian petani akan mengurangi kesenjangan
pendapatan masyarakat desa dengan kota, mengurangi kesenjangan
antara yang miskin dan yang kaya, mencegah terjadinya urbanisasi
tenaga produktif dan gatra positif lainnya. Pada akhirnya sebagai salah
satu gerakan dan elemen pembangunan, maka pengembangan Kawasan
Agropolitan diharapkan menjadi pendukung dalam memperoleh platform
daya saing daerah sehingga mampu meningkatkan investasi dan akhirnya
pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Dalam dokumen
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN PROPINSI JAWA TIMUR.
(Halaman 89-98)