• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN PROPINSI JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN PROPINSI JAWA TIMUR."

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN PASURUAN PROPINSI JAWA TIMUR

TESI S

Unt uk Mem enuhi Sebagian Per syar at an Guna Mancapai Gelar Magist er

PROGRAM STUDI

MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS

DISUSUN OLE H :

SUBIANTORO

NPM : 0264020086

P

P

R

R

O

O

G

G

R

R

A

A

M

M

P

P

A

A

S

S

C

C

A

A

S

S

A

A

R

R

J

J

A

A

N

N

A

A

U

U

N

N

I

I

V

V

E

E

R

R

S

S

I

I

T

T

A

A

S

S

P

P

E

E

M

M

B

B

A

A

N

N

G

G

U

U

N

N

A

A

N

N

N

N

A

A

S

S

I

I

O

O

N

N

A

A

L

L

V

V

E

E

T

T

E

E

R

R

A

A

N

N

J

J

A

A

W

W

A

A

T

T

I

I

M

M

U

U

R

R

S

S

U

U

R

R

A

A

B

B

A

A

Y

Y

A

A

2

(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA

DI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

PROPINSI JAWA TIMUR

Dipersiapkan dan disusun oleh :

SUBIANTORO

NPM : 0264020086

Telah dipertahankan di depan Dosen Penguji

pada tanggal 29 Juni 2007

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Pembimbing Utama

Anggota Penguji Lain

(Dr. Ir. Boediono Wirioadmodjo)

(Dr. Ir. Zainal Abidin, MS)

Pembimbing Pendamping

(Dr. Ir. Syarif Imam Hidayat MM)

(Dra. Endang Iriyanti, MM)

(Ir. Effi Damaijati, MS)

Surabaya, Juni 2007

UPN “Veteran” Jawa Timur

Program Pascasarjana

Direktur,

(3)

RINGKASAN

Subiantoro. NPM : 0264020086. Strategy Of Agrotourism Area

Development In Tutur Village, Pasuruan District. First Counsellor

Boedijono Wiriatmojo, and Second Counsellor Endang Iriyanti.

The aim of the research are (1) to identity of internal and eksternal

factor who influence the development of agrotourism in Tutur village,

Pasuruan district, (2) to confirm the strategy of agrotourism area

development in Tutur village, Pasuruan district.

Research was doin in Tutur village, Pasuruan district. The research

use a primary data which to be found from 10 respondences. Data

collecting to be done some tecnical these are : the question, interview and

observation. Data analysis metode use a SWOT analysis.

The result of Research are : (1) strengths factor : that is a

agrotourism wide development area, to development of the agriculture

and breeding product centralize, society support, famous place by people,

to be formed of tourism and to increase of people deceit, (2)

weaknesses

factor : that is the place is for from city, to diminish of transport to tourism

area, too diminish of tourism promotion, too diminish of hotel in tourism

area, human resources confined who know about tourism and the weak of

agrotourism support activity, (3)

opportunities

factor : these are supported

by agroclimat, local income, support from local goverment, to enlarge of

people, society need for tourism area and to increase of local people

deceit (4)

threats

factor : these are tourism competition with other district,

tun quantity of invesment, too deminist of its people unknowledge for they

area, too deminist of investor interst, a compete situation from other

recreation place, and situation and condition of the economies that

uncondusively, (5) alternatif strategy of agrotourism area development in

Tutur village, Pasuruan district among other things : to increase people to

participate for developing are by espionage, goverment support in

speeding up of invesment process, to increase of local tourism promote.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat dan Taufiq-Nya atas karunia-Nya sehingga peneliti

mampu menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “

Strategi

Pengembangan Kawasan Agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten

Pasuruan Propinsi Jawa Timur

“.

Tesis ini disusun guna melengkapi persyaratan mendapatkan gelar

Magister Manajemen Agribisnis (MMA) pada Program Pascasarjana

“UPN” Veteran, Jawa Timur.

Sebagai insan akademis saya telah berusaha untuk menyelesaikan

karya ilmiah ini dengan sebaik-baiknya, dan penulis menyadari bahwa

dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah membantu. Untuk itu

penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat

Dr. Ir. Boedijono Wiriatmojo selaku Pembimbing Utama dan Dra. Endang

Iriyanti, MM. selaku Pembimbing Pendamping selaku Pembimbing

Pendamping yang telah memberikan saran dan masukan yang

bermanfaat dalam penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada :

1. Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kuliah

(5)

2. Direktur Pascasarjana beserta seluruh dosen, staf yang telah

memberikan kesempatan mengikuti kuliah di Program Pascasarjana

UPN “Veteran” Surabaya.

3. Teman-teman mahasiswa Magister Manajemen Agribisnis Program

Pascasarjana UPN “Veteran” Jawa Timur yang memberikan bimbingan

dan motivasi dalam terselesainya tesis ini.

4. Kepada istri dan anak-anakku yang mendukung terhadap

penyelesaian tesis.

5. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya, namun tidak dapat

penulis menyebutnya satu per satu.

Demikian semoga bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Juni 2007

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN

...

i

KATA PENGANTAR

...

ii

DAFTAR ISI

...

iv

DAFTAR TABEL

...

vi

DAFTAR GAMBAR

...

vii

DAFTAR LAMPIRAN

...

viii

I. PENDAHULUAN

...

1

1.1. Latar Belakang Masalah ...

1

1.2. Perumusan Masalah ...

6

1.3. Tujuan Penelitian ...

6

1.4. Manfaat Penelitian ...

7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

...

8

2.1. Penelitian Terdahulu ...

8

2.2. Kepariwisataan ...

11

2.3. Sistem Agribisnis ...

16

2.4. Agrowisata ...

23

2.5. Konsep Strategi ...

28

2.6. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal ...

33

2.7. Analisis SWOT ...

39

III. KERANGKA PEMIKIRAN

...

44

IV. METODE PENELITIAN

...

47

4.1. Lokasi Penelitian ...

47

(7)

4.3. Pengumpulan Data ...

47

4.4. Defenisi Operasional Variabel ...

48

4.5. Analisis Data ...

50

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

...

57

5.1. Analisis Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal ...

57

5.1.1. Analisis Faktor Internal ...

57

5.1.2. Analisis Faktor Eksternal ...

64

5.2. Matrik Pembobotan IFAS dan EFAS ...

71

5.3. Perumusan Alternatif Strategi ...

74

5.4. Pemilihan Strategi dan Implementasinya ...

78

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

...

87

6.1. Kesimpulan ...

87

6.2. Saran ...

88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.

Analisis Strategi Faktor Internal (IFAS) ...

52

2.

Analisis Strategis Faktor Eksternal (EFAS) ...

53

3.

Matriks SWOT ...

54

4.

Matrik Pembobotan, Rating dan Skor untuk Faktor Internal

Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Tutur

Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur ...

72

5.

Matrik Pembobotan, Rating dan Skor untuk Faktor

Eksternal Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Tutur

Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur ...

73

6.

Matrik SWOT Strategi Pengembangan Agrowisata di

Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa

Timur ...

75

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.

Diagram Analisis SWOT (Rangkuti, 1999). ...

41

2.

Kerangka Pemikiran ...

45

3.

Posisi Letak Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Tutur

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1.

Pembobotan Faktor-Faktor Kekuatan Pengembangan

Agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan

Propinsi Jawa Timur. ...

93

2.

Pembobotan Faktor-Faktor Kelemahan Pengembangan

Agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan

Propinsi Jawa Timur. ...

94

3.

Pembobotan Faktor-Faktor Peluang Pengembangan

Agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan

Propinsi Jawa Timur. ...

95

4.

Pembobotan Faktor-Faktor Ancaman Pengembangan

Agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan

Propinsi Jawa Timur. ...

96

5.

Menentukan Nilai Kepentingan Faktor-Faktor Kekuatan

Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten

Pasuruan Propinsi Jawa Timur ...

97

6.

Menentukan Nilai Kepentingan Faktor-Faktor Kelemahan

Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten

Pasuruan Propinsi Jawa Timur ...

98

7.

Menentukan Nilai Kepentingan Faktor-Faktor Peluang

Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten

Pasuruan Propinsi Jawa Timur ...

99

8.

Menentukan Nilai Kepentingan Faktor-Faktor Ancaman

Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten

Pasuruan Propinsi Jawa Timur ...

100

9.

Menentukan Nilai Rating Faktor-Faktor Kekuatan

Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten

Pasuruan Propinsi Jawa Timur ...

101

10. Menentukan Nilai Rating Faktor-Faktor Kelemahan

Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten

Pasuruan Propinsi Jawa Timur ...

102

11. Menentukan Nilai Rating Faktor-Faktor Peluang

Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten

(11)

12. Menentukan Nilai Rating Faktor-Faktor Ancaman

Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten

Pasuruan Propinsi Jawa Timur ...

104

13. Matrik Pembobotan, Rating dan Skor untuk Faktor-Faktor

Internal Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Tutur

Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur ...

105

14. Matrik Pembobotan, Rating dan Skor untuk Faktor-Faktor

Eksternal Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Tutur

Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur ...

106

15. Penentuan Grand Total Analisis SWOT Penentuan Letak

Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten

Pasuruan Propinsi Jawa Timur ...

107

16. Analisis SWOT Posisi Penentuan Letak Pengembangan

Agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan Propinsi

(12)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan arah kebijakan umum pemerintah dalam program

pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Sektor kepariwisataan

dalarn pertumbuhan dan pelaksanaannya cukup significan kontribusmya

dalam menciptakan usaha maupun lapangan kerja. Kondisi tersebut ada

kaitannya dengan peranan pariwisata terhadap Pembangunan Nasional

antara lain (Oktaviani dan Suryana, 2006):

1. Pembangunan kepariwisataan dilanjutkan dan ditingkaikan dengan

mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi

kepariwisataan nasional menjadi kegiatan ekonomi yang dapat

diandalkan untuk rnemperbesar penerimaan devisa, memperluas

dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja

terutama bagi masyakat setempat mendorong pembangunan daerah

serta memperkenalkan alam, nilai dan budaya bangsa. Dalam

pembangunan kepariwisalaan tetap dijaga terpeliharanya

kepribadian bangsa serta mutu lingkungan hidup, Pembangunan

kepariwisataan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan

sektor-sektor pambangunan lainnya serta antara berbagai usaha

kepariwisataan yang kecil, menengah dan yang besar agar dapat

(13)

2. Pariwisata dalam negeri terus dikembangkan dan diarahkan untuk

memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa serta menanamkan jiwa

semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih

rnemperkokoh persatuan dan kesatuan nasiona!, disamping

untuk meningkatkan kegiaian ekonorni usaha pembinaan dan

pengembangan kepariwisataan dalam negeri ditujukan pula untuk

meningkatkan kebudayaan bangsa memperktinalkan kekayaan

peninggalan sejarah dan keindahan alam diseluruh pelosok tanah

air.

3. Dalam rangka pembangunan kepariwisataan perlu

ditingkatkan langkah-langkah yang terarah dan terpadu dalam

pengembangan obyek-obyek wisata serta kegiatan promosi dan

pemasarannya baik didalam maupun diluar negeri. Selanjutnya

perlu ditingkatkan pendidikan, latihan-latihan penyediaan sarana

dan prasarana, mutu pelayanan serta penyelenggaraan pariwisata

4. Kesatuan dan partisipasi masyarakat dalam kegiaian kepariwisataan

perlu di tingkatkan melalui usaha-usaha penyuluhan pada kelompok-

kelompok sadar wisata (POKDARWIS) dan seluruh pelaku-pelaku

wisata yang ada

Di dalam perjalanannya Kepariwisataan Nasional maupun Regional

sering mengalami pasang surut bahkan stagnasi menurut Kajian Strategis

Pemasaran Pariwisata Jawa Timur Dinas Pariwisata Jawa Timur, isu

(14)

kepariwisataan Jawa Timur, dan yang berkembang dibeberapa daerah

adalah :

1. Menurunnya citra kepariwisataan Indonesia di dunia internasional,

yang disebabkan uleh gejolak politik dan sosial yang teijadi di

beberapa daerah Kabupaten/Kota, termasuk isu sweping WNA, isu

anti Cina dan peledakan bom Bali.

2. Tidak adanya tawaran produk wisata yang baru, produk-produk

wisata yang ada aekarang merupakan hasil kemasan produk-produk

wisata yang lama

3. Selama ini belum ada satu kesamaan cara pandang

pemasaran pariwisata, pemasaran yang dilakukan masih bersifat

spesial dengan materi yang terbatas lambatya up-date basis data

pariwisata baik ditingkat daerah maupun nasional.

4. Menurunya investasi bidang pariwisata karena dampak dari gejolak

sosial politik, belum adanya panduan investasi yang dapat

memberikan gambaran secara konprehensip, tentang potensi,

peluang dan prospek, kepastian hukum bagi investor.

5. Terbatasnya SDM propesional bidang pariwisata

6. Kelerbatasan anggaran pcmerintah dalam mendukung kegiatyan

promosi pariwisata

Berbagai peristiwa yang melanda Indonesia yang sangat

berdampak pada kepariwisataan nasional dan daerah disamping krisis

(15)

(WTC 2001) dan yang paling berdampak langsung pada pariwisata

Indonesia adalah Bali Bombing (Legian kuta 12 Oktober 2002) yang

mengakibatkun adanya travel warning yang dikeluarkan oleh pemerintah

dari beberapa sumber pasar wisata Indonesia.

Sebagai perwujudan dari strategi khusus dalam pemulihan

pariwisata nasional tersebut, maka pemerintah menyusun paket-paket

wisata yang diajukan bagi wisatawan nusantara, wisatawan ASEAN,

meyakinkan kembali kepada para perencana konvensi untuk

menyelenggarakan kegiatannya khususnya, pengadaan peralatan

pengamanan di bandara dan pelabuhan laut, perbaikan sistem

transportasi, sarana dan prasarana transportasi, penggalakan sistem

keamanan lingkungan, pemberdayaan polisi pariwisata pada aspek

pemasaran dilakukan soft promotion melalui public relations marketing

dan media campaign.

Disisi lain adanya potensi kekayaan alam dan potensi pertanian,

perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan yang cukup

mendukung dalam pembentukan wisata yang memberikan kepuasan pada

wisatawan, terutama yang mempunyai kecenderungan untuk menikmati

alam dalam mengurangi tekanan kejiwaan dan psikologis akibat aktivitas

tetapnya.

Dengan perkembangan tersebut menjadikan sebuah wisata baru

yaitu agrowisata. Agrowisata merupakan bagian dari pengembangan

(16)

obyek dalam rangka mencermati dan mengantisipasi berbagai perubahan

lingkungan yang terjadi dewasa ini.

Kabupaten pasuruan sebagai sebuah daerah yang mempunyai

potensi kepariwsataan, dengan segala kekayaan dan sumber daya, yaitu

sumber daya alam, industri serta dukungan, SDM yang terdiri dari jumlah

penduduk 1.428.530. jiwa (Data Statistik Kabaupaten Pasuruan Tahun

2006), diperkirakan dan diprediksi sebagai kawasan yang menyimpan

potensi ekunorni yang tinggi, dengan posisi yang strategis wilayah

kabupaten Pasuruan yang berada pada jalur utama perekonomian

Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi memberi peluang yang

cukup besar untuk dunia usaha dalam mengembangkan investasi.

Kecamatan tutur yang merupakan bagian dari Kabupaten pasuruan

merupakan salah satu wilayah yang mempunyai potensi obyek alam yang

indah serta berkembangnya berbagai macam usaha di bidang

pengembangan hortikultura dan buah-buahan antara lain bunga krisan

dan jenis bunga potong lainnya, pabrika dan kebun apel .

Mengacu pada satuan wilayah pembangunan (SSWP) Kabupaten

Pasuruan, dan melihat kondisi kekayaan alam dan potensi pertanian maka

Kecamatan Tutur akan dikembangkan menjadi Kawasan Agrowisata

gambaran utama Kecamatan Tutur berbatasan dengan sebelah utara

Kecamatan Wonorejo dan Kecamatan Puspo sebelah selatan

Kabupaten Malang sebelah timur Kecamatan Tosari dan sebelah barat

(17)

dan 48 dusun Kondisi wilayah yang terdiri dari pegunungan dengan

ketinggian 900-110 meter dari permukaan laut, rata-rata suhu udara 20oC,

mata pencaharian penduduk mayoritas petani sayuran, buah dan bunga,

peternak sapi perah, disamping pedagang, pegawai negeri dan jasa.

Bertolak dari potensi yang dimiliki kawasan tersebut, maka peneliti

mencoba mengangkat dalam suatu penelitian tentang strategi

pengembangan agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan

dengan dukungan faktor internal dan faktor eksternal dari kawasan

tersebut, sehingga nantinya dapat ditemukan strategi pengembangan

agrowisata yang handal di masa yang akan datang.

1.2. Perumusan Masalah

1. Faktor-faktor internal dan eksternal apa yang mempengaruhi

pengembangan agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten

Pasuruan?

2. Strategi apa yang perlu dilakukan untuk pengembangan agrowisata

di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam pelaksanaan penelitian antara lain :

1. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi

pengembangan agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten

(18)

2. Menetapkan strategi dalam pengembangan agrowisata di Kecamatan

Tutur Kabupaten Pasuruan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah daerah

Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur dalam rangka

pengembangan agrowisata di Kecamatan Tutur secara profesional.

2. Bahan informasi bagi stake holder, para pelaku wisata dan lembaga

lain yang terkait dengan pengernbangan Agrowisata di Kecamatan

tutur

3. Sebagai bahan pertimbangan atau bahan perbandingan bagi

penelitian yang akan datang

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lokasi Penelitian yaitu di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan

2. Data yang digunakan dalam penelitian yaitu tahun 2006

3. Fokus penelitian :

a. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi

pengembangan agrowisata di Kecamatan Tutur Kabupaten

Pasuruan Propinsi Jawa Timur.

b. Merumuskan strategi dalam pengembangan agrowisata di

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang telah dilakukan oleh Dinas Pariwisata Jawa Timur

bekerja sama dengan Stuppa Indonesia (Anonim, 2005), menyatakan

bahwa lingkungan pariwisata Jawa Timur dipengaruhi oleh kondisi

ekonomi, politik dan sosial hudaya.

1. Kondisi Perekonomian

Sebagai sebuah daerah dengan potensi perekonomian nomor dua

terbesar di Indonesia, Jawa Timur dengan segala kekayaan dan

sumber daya alam, industri dan infrastruktur yang relatif yang

memadai dan dukungan sumber daya manusia dapal diprediksikan

sebagai kawasan yang mempunyai potensi sebagai raksasa

ekonomi di masa depan. Namun demikian adanya kebijakan

pemerintah terhadap kenaikan BBM yang paling berat dirasakan

oleh masyarakat, perusahaan swasta dan para pelaku wisata

merupakan kendala tersendiri lerhadap pembangunan

kepariwisataan Jawa Timur.

2. Kondisi Politik

Secara umum situasi polilik dan keamanan di Jawa Timur tidak

dapat dipisahkan dari kondisi politik nasional secara keseluruhan

(20)

sangat penting guna menciptakan iklim politik internal yang tetap

stabil dan kondusif.

3. Kondisi Sosial Budaya

Sosial budaya masyarakat di daerah Jawa Timur memiliki karateristik

yang tidak banyak berbeda dengan beberapa propensi lain yang

sudah relatif maju, sebagian besar adalah rnasyarakat dengan

tingkat penduduk yang cukup memadai sehingga cenderung Iebih

mudah bersosialisasi, bersikap terbuka terhadap perubahan dan

mampu beradaptasi dengan berbagai karakter budaya yang

berbeda. Namun demikian Jawa Timur adalah daerah yang sangat

dikenal karena masyarakatnya sangat religius, beribu-ribu pesantren

di berbagai daerah Kabupaten/kota, sehingga Jawa Timui dikenai

pula dengan karakter budaya santrinya.

Pola-pola pengembangan kepariwisataan di Jawa Timur harus

dilalui dengan pendekatan dan sosialisasi pada masyarakat pesantren,

serta dengan komitmen kuat dari pemerintah untuk meyakinkan bahwa

nilai-nilai religius yang ada di masyarakat Jawa Timur dan akan menjadi

pudar dan tergilas oleh kemajuan pengembangan kepariwisataan.

Masruroh (2004) mengenaik strategi Dinas Pariwisata dan Seni

Budaya Kabupaten Ponorogo dalam mengembangkan Pariwisata. Hasil

penelitian antara lain : (1) analisis faktor eksternal berupa faktor peluang

yaitu Kebijakan pemerintah, Komitmen Pemda, Bupati dan DPRD, Potensi

(21)

pariwisata. (2) faktor ancaman terdiri dari sarana jalan menuju obyek

wisata kurang memadai, sarana angkutan menuju obyek wisata sedikit,

fasilitas umum di obyek wisata kurang, investor kurang berminat dan

Wisata daerah lain, (3) faktor internal yang berupa kekuatan antara lain

struktur organisasi yang kuat, jumlah SDM yang memadai, Sarana dan

Prasarana yang baik, Kemampuan pimpinan, dan Tingkat pendidikan

karyawan. (4) Kelemahan yang ada yaitu penempatan karyawan yang

tidak sesuai, Jabatan fungsional yang belum terisi, Promosi wisata kurang

dan Anggaran rendah.

Indayanie (2004) mengenai Strategi Pengembangan Kawasan

Agrowisata Dam Bili-Bili Kabupaten Gowa. Hasil penelitian antara lain

strategi jangka panjang program pengembangan kawasan agrowisata

Dam Bili-Bili adalah pada sumberdaya manusia dalam mendukung tujuh

elemen pengembangan Dam Bili-Bili yaitu : sektor masyarakat yang

terpengaruh, kendala utama, tujuan program, lembaga yang terlibat dalam

pelaksanaan program, kebutuhan dan program, bentuk aktiftas utama

agrowisata, bentuk aktifitas pendukung agrowisata.

Oktaviani dan Suryana (2006) mengenai Analisis Kepuasan

Pengunjung dan Pengembangan Fasilitas Wisata Agro (Studi Kasus di

Kebun Wisata Pasirmukti, Bogor). Kecenderungan wisatawan untuk

kembali ke alam menyebabkan pengembangan daya tarik wisata yang

berbasiskan alam menjadi potensial, tak terkecuali wisata yang

(22)

merupakan salah satu wisata agro yang terdapat di Citeureup, Bogor dan

baru dibuka untuk umum pada tahun 2001. Artikel ini menyajikan hasil

penelitian mengenai karakteristik pengunjung, proses keputusan

kunjungan, respon pengunjung dan tingkat kepuasan pengunjung

terhadap atribut yang ditawarkan oleh Kebun Wisata Pasirmukti, serta

fasilitas yang perlu ditambahkan untuk menunjang kinerja Kebun Wisata

Pasirmukti. Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat analisis antara

lain analisa deskriptif, Importance Performance Analysis, serta Uji

Friedman dan Multiple Comparison untuk Uji Friedman. Berdasarkan

penelitian ini dapat diketahui bahwa pihak manajemen Kebun Wisata

Pasirmukti sebaiknya memperbaiki kinerja dari promosi, kemudahan

mencapai lokasi serta sarana peribadatan. Selain itu, pihak Kebun Wisata

Pasirmukti juga sebaiknya mempertahankan kinerja dari kegiatan edukatif

yang merupakan keunggulan perusahaan di mata pengunjung

dibandingkan dengan obyek wisata lain yang sejenis.

2.2. Kepariwisataan

Dalam upaya menyamakan pengertian dasar serta pemahaman

terhadap beberapa aspek yang marak dalam ruang lingkup

kepariwisataan di Indonesia, yang dijadikan dasar acuan adalah

undang-undang nomor 9 tahun 1990 pasal 1, pariwisata adalah segala sesuatu

yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan

(23)

Pengertian tersebut pada dasarnya mengandung 10 unsur yaitu manusia

(wisatawan), kegiatan (perjalanan), motivasi (menikmati), sasaran (obyek

dan daya tarik wisata), unsur usaha, perencanaan, pengaturan,

penyelenggaraan, pembinaan dan pengendalian (pengawasan). Serta

Peraturan Nomor 67 Tahun 1996, yaitu :

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat

sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

2. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta

usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

3. Kepariwisataan adalah segaia sesuatu yang berhubungan

dengan penyelenggaraan pariwisata.

4. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan

menyelenggarakan jenis pariwisata, menyediakan atau

mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana

pariwisata dan usaba lain yang terkait di bidang tersebut.

6. Obyek dan daya wisata (ODTW) adalah segala sesuatu

yang menjadikan daya tarik bagi wisatawan dan masyarakat yang

meliputi jenis usaha jasa biro dan agen perjalanan wisata,

pramuwisata konvensi (perjalanan invensif) pameran, Inpresariat

(24)

7. Usaha jasa pariwisata adalah bentuk uaaha masyarakat

yang memberikan sarana pelayanan tempat, alat, benda, bahan

dengan segala sesuatunya yang dibutuhkan dan dikonsurnsi oleh

wisatawan meliputi jenis usaha sarana akomodasi, makan minum,

angkutan wisata sarana wisata, sarana wisata terta dan pariwisata.

8. Usaha sarana pariwisata adalah bentuk usaha masyarakat yang

rnemberikan sarana pelayanan tempat, alat, benda, bahan dengan

segala sesuatunya yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh wisatawan

meliputi jeais usaha sarana akornodasi, makan minum, angkutan

wisata, sarana wisata tirta dan kawasan pariwisata.

9. PAD pariwisata adalah pendapatan asli daerah yang diperoleh dari

sektor pariwisata melalui penyetoran pajak / retribusi dan usaha lain

yang sah menurut undang-undang .

10. PDRB adalah pendapatan dalam negeri yang diperoleh pemerintah

dan masyarakat.

11. Devisa pariwisata adalah pendapatan yang diperoleh dari luar negeri

dari sektor pariwisata.

Kepariwisataan adalah keseluruhan dari gejala-gejala yang

ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta

penyediaan tempat tinggal sementara asalkan tempat tinggal itu tidak

(25)

Ditinjau dari segi manfatnya, pariwisata mengandung beberapa

aspek meliputi ekonomi, sosial, politik maupun kebudayaan, yang

diuraikan sebagai berikut :

1. Aspek ekonomi, pariwisata dapat menyumbangkan penerimaan

devisa negara bisa merangsang tumbuh dan berkembangnya

perekonomian dalam negeri untuk memproduksi lebih banyak lagi

barang kerajinan yang dibutuhkan oleh wisatawan.

2. Aspek sosial, maka pariwisata dapat menciptakan dan memperluas

lapangan kerja.

3. Aspek politik, maka pariwisata dapat meningkatkan pengenalan dan

penghayatan tata kehidupan dan nilai-nilai budaya masyarakat di

daerah tujuan wisata, disertai makin tumbuhnya rasa kebanggaan

dan kecintaan terhadap keindahan panorama Indonesia dan budaya

bangsa Indonesia

4. Aspek kebudayaan, maka pariwisata bisa dijadikan sarana untuk

memperkenalkan budaya bangsa, baik kepada wisatawan asing,

maupun wisatawan domestik (Marpaung, 2002).

Adapun manfaat yang ditimbulkan oleh perkembangan industri

pariwisata (Spillance, 1994) adalah :

1. Membuka kesempatan kerja.

Industri pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang menyangkut

mata rantai sangat panjang. Kegiatan pariwisata dapat

(26)

misalnya kegiatan perhotelan, restoran/rumah makan, pengangkutan,

jasa hiburan, jasa telekomunikasi, jasa pemandu wisata dan kegiatan

industri kecil. Kegiatan-kegiatan tersebut secara otomastis akan

menumbuhkan dan mengembangkan lapangan kerja bagi

masyarakat disekitar obyek wisata.

2. Menambah pendapatan masyarakat

Adanya kegiatan pariwisata di daerah, membuat masyarakat dapat

mengembangkan serta menjual barang dan jasa kebutuhan

wisatawan sehinggga pendapatan masyarakat meningkat. Barang

dan jasa yang dapat diusahakan oleh masyarakat antara lain berupa

perhotelan, restoran/rumah makan, biro perjalanan, jasa hiburan

berupa kesenian daerah, pramuwisata, barang-barang cenderamata

(souvenir) dan lain-lain.

3. Menambah devisa Negara

Dengan semakin banyaknya wisatawan asing yang datang ke

Indonesia, secara langsung, akan dapat meningkatkan penerimaan

devisa.

4. Merangsang pertumbuhan kebudayaan asli

Dengan adanya pariwisata, maka kebudayaan yang sudah ada di

Indonesia akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Wisatawan mancanegara banyak yang ingin melihat dan mengetahui

(27)

asli tersebut akan dapat dijaga, dikembangkan dan dilestarikan

keasliannya untuk mendukung industri pariwisata.

2.3. Sistem Agribisnis

Agribisnis terbentuk dari dua unsur kata yaitu agri yang berasal dari

agriculture (pertanian) dan bisnis dari kata business (usaha). Jadi

agribisnis adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau

keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran

yang berhubungan dengan pertanian dalam arti luas, yaitu usaha yang

ditunjang oleh kegiatan petani (Soekartawi, 1991).

Agribisnis (ada pula yang menyebutnya agrobisnis) merupakan

suatu cara lain untuk melihat pertanian sebagai suatu sistem bisnis yang

terdiri dari beberapa subsistem yang terkait satu sama lain. Dalam

agribisnis dikenal konsep agribisnis sebagai suatu sistem dan agribisnis

sebagai suatu usaha (perusahaan). Di samping itu dikenal azas-azas

dalam pengembangan agribisnis suatu komoditas, seperti yang

dikemukakan oleh (Sudaryanto dan Prayogo, 1993). Beberapa azas yang

perlu diterapkan dalam pengembangan agribisnis, antara lain adalah:

terpusat (centrality), efisien (efficiency), menyeluruh dan terpadu (holistic

and integrated), dan kelestarian lingkungan (sustainable ecosystem).

Agribisnis pada dasarnya menekankan pada cara pandang yang

melepaskan diri dari sebuah “tradisi” konvensional yang selama ini dianut,

(28)

sebagai suatu kegiatan on farm semata-mata saja, akan tetapi mencakup

berbagai subsistem dalam keseluruhan sistem, yang disebut agribisnis.

Agribisnis bukanlah sekedar bertujuan untuk membuat kegiatan pertanian

menjadi berdaya saing saja akan tetapi lebih penting dari itu, yaitu dapat

menciptakan petani untuk lebih produktif dan sejahtera.

Dalam sistem agribisnis adalah salah satu subsistem yang

bersama-sama subsistem lain membentuk sistem agribisnis. Sistem

agribisnis terdiri dari subsistem input (agroindustri hulu), usahatani

(pertanian), out put (agroindustri hilir), pemasaran dan penunjang

(Masyhuri, 1994).

Sedangkan agribisnis sendiri merupakan semua kegiatan yang

terlibat aliran sistem komoditas dari masukan usahatani, usahatani dan

pemrosesan, penyebaran, penyimpanan, penjualan komoditi tersebut

kepada konsumen akhir. Secara garis besar agribisnis dapat dibagi

menjadi sektor masukan pertanian, sektor produksi pertanian dan sektor

keluaran pertanian (Masyhuri,1992).

Pengembangan agribisnis telah banyak diulas oleh para pakar

ekonomi dan pakar agribisnis pertanian, serta telah banyak kebijaksanaan

pemerintah yang ditujukan untuk mempercepat laju perkembangan

agribisnis. Namun pada realisasinya usaha-usaha tersebut belum mampu

memenuhi sasaran yang diharapkan oleh masyarakat agribisnis

(29)

Defenisi yang lengkap dari pengertian agribisnis diberikan oleh

Davis and Golberg (1957) yaitu: “Agribusiness included all operations

involved in the manufacture and distribution of farm supllies; production

operations on the farm; the storage, processing and distribution of farm

commodities made from them, trading (whosaler, retailers), consumers to

it, all non farm firm and institution serving them...”. Dengan demikian,

suatu sistem agribisnis yang lengkap merupakan suatu gugusan industri

(industrial cluster) yang terdiri dari empat subsistem, yaitu (1) susbsistem

agribisnis hulu (upstream agribusiness) yakni seluruh industri yang

menghasilkan dan memperdagangkan sarana produksi pertanian primer,

seperti industri pembibitan/pembenihan, industri kimia, industri

agro-otomotif, agri-mekanik, dan lain-lain; (2) subsistem agribisnis

budidaya/usahatani (on-farm agribusiness) yakni kegiatan yang

menggunakan sarana produksi untuk menghasilkan komoditas pertanian

primer (farm product); (3) subsistem agribisnis hilir (downstream

agribusiness) yakni industri yang mengolah industri primer menjadi produk

olahan beserta kegiatan perdagangannya; dan (4) subsistem jasa

penunjang (supporting system agribusiness) yakni kegiatan yang

menyediakan jasa bagi ketiga subsistem di atas seperti infrastruktur,

transportasi (fisik, normatif), perkreditan, penelitian dan pengembangan,

(30)

Agribisnis menurut Downey dan Ericson (1992), dapat dibagi

menjadi tiga subsektor yang saling tergantung secara ekonomi, yaitu

sektor masukan (input), produksi (farm) dan sektor keluaran (out put).

Sektor masukan menyediakan perbekalan kepada para petani untuk dapat

memproduksi hasil tanaman termasuk di dalamnya adalah bibit, pupuk,

mesin atau teknologi pertanian, bahan pakan ternak, bahan kimia dan

banyak pembekalan yang lainnya.

Sedangkan Saragih (2001) menyatakan bahwa sektor agribisnis

pertanian tanaman pangan dan hortikultura sebagai suatu sistem

agribisnis mencakup sub sistem (1) budidaya/ production, (2) pengadaan

sapronak/ input factors, (3) industri pengolahan/ processing, (4)

pemasaran/ marketing, dan (5) jasa-jasa kelembagaan/ supporting

institution.

Pembangunan sistem agribisnis dimaksudkan pembangunan yang

mengintegrasikan sektor pertanian (dalam arti luas) dengan

pembangunan industri dan jasa terkait dalam suatu kluster industri

(industrial cluster) meliputi lima sub sistem yaitu agribisnis hulu,

usahatani/ ternak, pengolahan, pemasaran dan jasa. Pembangunan

sistem agribisnis dapat dimaknai pembangunan seimbang dan harmonis

dari sub sistem : industri hulu, usahatani, industri hilir pertanian

(pengolahan dan pemasaran) dan sektor yang menyediakan jasa yang

(31)

Pembangunan agribisnis perlu ditempatkan bukan hanya sebagai

pendekatan baru pembangunan pertanian, tetapi lebih dari itu

pembangunan agribisnis perlu dijadikan sebagai penggerak utama (grand

strategy) pembangunan ekonomi Indonesia secara keseluruhan

(agribusiness-led development). Dalam rangka membangunan

perekonomian Indonesia melalui pembangunan agribisnis ke depan

dihadapkan pada dua tantangan besar yang perlu terakomodasikan dalam

pembangunan sistem agribisnis. Pertama, liberalisasi perdagangan

internasional yang membuka persaingan yang makin ketat, memerlukan

peningkatan kemampuan bersaing. Kedua, pelaksanaan otonomi daerah

yang di dalamnya menyangkut pengurangan peranan langsung

pemerintah pusat dan desentralisasi pembangunan, dan lain-lain menjadi

hal yang sangat penting diakomodasikan dalam pembangunan sistem

agribisnis.

Pembangunan nasional mendatang, pengembangan agribisnis

dirasakan penting karena (Sutawi, 2002) :

1. Prospek pasar dalam negeri cukup besar (kenaikan pendapatan dan

perkembangan penduduk).

2. Meningkatkan nilai tambah sektor pertanian agar produktivitas sektor

pertanian meningkat sehingga sektor pertanian tidak tertinggal

dengan sektor lainnya.

3. Sebagai “leading sector” memenuhi empat kriteria dalam

(32)

keseluruhan yaitu memanfaatkan bahan produksi setempat

(resourcebase), penciptaan kesempatan kerja, peningkatan nilai

tambah, dan penerimaan devisa.

4. Pengembangan agribisnis di Indonesia didukung oleh agroklimat dan

kondisi lahan yang cukup subur, prasarana yang mendukung, dan

kemauan pemerintah untuk mendukung pengembangan sektor

pertanian.

Berbagai alternatif kebijakan pemerintah untuk menempuh agar

sektor agribisnis dapat dikembangkan dengan baik menurut PERHEPI

(1989) dalam Soekartawi (1994), yaitu antara lain :

1. Meningkatkan ketrampilan dan kemampuan petani untuk berusaha

tani secara efisien.

2. Menyebarluaskan informasi pasar dan peluang pasar.

3. Menetapkan standarisasi untuk produksi pertanian secara tegas dan

dimengerti oleh semua pihak.

4. Mengembangkan kelembagaan berdasarkan keinginan petani dan

bukan berdasarkan keinginan yang dirasakan oleh birokrasi, dan

5. Konsolidasi kelembagaan pemasaran dan pengembangan

market-intellegent.

Sedangkan menurut Sutawi (2002), di dalam kebijakan yang dapat

ditempuh agar agribisnis dapat dikembangkan dengan baik, yaitu antara

(33)

1. Perlunya pemahaman tentang hukum dan peraturan yang

merupakan suatu kesepakatan dalam mengatur perdagangan

internasional.

2. Perlunya pengembangan produksi yang efisien dengan bertumpu

pada keunggulan komparatif yang dimiliki masing-masing daerah.

3. Perlunya menentukan kebijakan pengembangan sumber daya

manusia yang tepat dan sesuai dengan tuntutan untuk meningkatkan

keunggulan kompetitif yang diinginkan.

4. Pengembangan agribisnis juga tidak terlepas dari pengembangan di

bidang kelembagaan yang akan menentukan pola pembinaan dan

pemanfaatan secara maksimal segala bentuk kelembagaan yang

berhubungan secara langsung atau tidak langsung.

Konsep agribisnis adalah konsep yang utuh mulai dari proses

suplai input, produksi usahatani, pengolahan dan pemasaran hasil.

Sedangkan dalam agribisnis itu sendiri dikenal konsep agribisnis sebagai

sistem dan agribisnis sebagai suatu usaha. Disamping itu dikenal

azas-azas dalam pengembangan agribisnis suatu komoditas tertentu, seperti

yang dikemukakan oleh Sudaryanto dan Prayogo (1993). Beberapa azas

yang perlu diterapkan dalam pengembangan agribisnis, antara lain adalah

: terpusat (centralized), efisien (efficient), menyeluruh dan terpadu (holistic

(34)

Pengembangan agribisnis adalah pengembangan struktur

agribisnis yang bersifat dualistik menyebabkan munculnya masalah

tranmisi (pass trough problem), yang mencakup empat aspek strategis :

(1) Terjadinya transmisi harga yang tidak simetris, penurunan harga

ditransmisikan dengan cepat dan sempurna ke petani, sedangkan

kenaikan harga ditransmisikan dengan lambat dan tidak sempurna; (2)

Informasi pasar, termasuk preferensi konsumen, ditahan dan bahkan

dijadikan alat untuk memperkuat posisi monopsonistik (oligopsonistik) atau

monopolistik (oligopolistik) oleh agribisnis hilir; (3) ilmu pengetahuan dan

teknologi yang dimiliki oleh agribisnis hilir tidak ditransmisikan ke

agribisnis hulu (petani); dan (4) Modal investasi yang relatif lebih banyak

dimiliki oleh agribisnis hilir tidak disalurkan dengan baik dan bahkan

cenderung digunakan untuk mengeksploitasi agribisnis hulu. Kondisi di

atas merupakan beberapa argumen sulitnya mengikutsertakan pelaku

agribisnis yang telah mapan dalam kelembagaan petani (Simatupang,

1999)

2.4. Agrowisata

Agrowisata merupakan terjemahan dari istilah Inggris yaitu

agrotourism (Alkodra, 1989). Dilihat dari asal katanya agro berarti

pertanian dan tourism berarti pariwisata. Menurut undang-undang nomor 9

(35)

tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata yaitu

terdiri dari :

1. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang

berwujud keadaan alam serta alam dan flora serta fauna.

2. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud

museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya,

wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam,

taman rekreasi dan tempat hiburan.

Pemerintah melalui surat keputusan bersama Menparpostel dan

Menteri Pertanian nomor KM.47 / PW.004/MPPT/89 dan nomor 204/

KPTS/ HKOSO/ 04/1989 tentang koordinasi pengembangan agrowisata

mendefenisikan agrowisata adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang

memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk

memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di

bidang agro.

Oleh tim materi Rakornas wisata agro pada tahun 1992 dijelaskan

tentang lingkup dan potensi agrowisata di Indonesia adalah sebagai

berikut :

1. Daya tarik tanaman hortikultura sebagai sumber daya wisata antara

lain; bunga-bungaan, buah-buahan, sayuran dan juga jamu-jamuan.

2. Daya tarik tanaman perkebunan sebagai sumber daya wisata antara

(36)

3. Daya tarik peternakan sebagai sumber daya wisata antara lain ;

pembibitan ternak, pabrik pakan ternak, susu, daging, dan telur.

Menurut Dudung (2005) menyatakan bahwa agrowisata merupakan

bagian dari obyek kepariwisataan yang memanfaatkan usaha pertanian

(agro) sebagai obyek utama. Tujuannya dapat bervariasi, misalnya

memperluas pengetahuan, pengalaman atau sekedar rekreasi dan

menjadi akrab dengan bidang pertanian.

Pada prinsipnya, agrowisata merupakan kegiatan industri yang

mengharapakan kedatangan para konsumen secara langsung ditempat

wisata yang diselenggarakan. Aset penting untuk menarik kunjungan

wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan dan keindahan alam.

Karena itu, faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus

disediakan terutama wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para

wisatawan.

Dengan pengertian itu, pengelola wisata mempertimbangkan 4 hal

sebagai berikut :

1. Pertama, pengaturan dasar alamnya yang meliputi village (sejarah)

yang menarik, keunikan sumberdaya biofisik alamnya dan konservasi

sumberdaya alam serta kultur budaya setempat,

2. Kedua, nilai pendidikan harus ada interpretasi yang lebih baik untuk

program pendidikan dari areal, termasuk lingkungan alami dan upaya

(37)

3. Ketiga, ada partisipasi masyarakat dan pemanfaatannya. Masyarakat

hendaknya ikut menjaga fasilitas transaksi yang digemari wisatawan

seperti lomba perahu Sandeq, kuda pattuddu dan khatam Al-Qur’an

yang digemari wisatawan, dapat berpartisipasi sebagai pemandu,

maupun penyedia akomodasi dan makanan.

4. Keempat, selalu muncul dorongan untuk meningkatkan upaya

konservasi. Wisata ekologi biasanya tanggap dan berperan aktif

dalam melindungi areal, seperti mengidentifikasi burung dan satwa

liar, memperbaiki lingkungan serta memberi penghargaan kepada

pihak yang membantu melindungi lingkungan.

Dengan demikian, agrowisata memerlukan konsep pengelolaan

yang agak berbeda dari obyek-obyek wisata lainnya, seperti wisata alam,

wisata pantai, wisata budaya, wisata spiritual dan sebagainya.

Pengembangan agrowisata pada akhirnya dapat meningkatkan

pendapatan petani atau penduduk sekitarnya, disamping dapat

melestarikan sumberdaya lahan dan memelihara budaya setempat.

Dampaknya akan banyak lapangan pekerjaan yang tercipta, sehingga

bisa menyerap banyak tenaga kerja, khususnya masyarakat pedesaan.

Menurut Oka (1997) menyatakan bahwa dalam perencanaan dan

pengembangan pariwisata melalui sistim pengelolaan kepariwisataan

sebagai suatu industri yang ditinjau dari sudut ekonomi, sosial, budaya

(38)

dengan kebijakan yang telah dirumuskan dan berhasil mencapai sasaran.

Adapun alasan perlunya pengembangan pariwisata, yaitu :

1. Alasan utama pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan

wisata, baik secara lokal, regional atau nasional pada suatu negara

sangat erat hubungannya dengan pembangunan perekonomian.

2. Alasan kedua pengembangan pariwisata itu lebih banyak bersifat non

ekonomi. Wisatawan yang datang berkunjung pada suatu daerah

tujuan wisata salah satu motivasinya adalah untuk menyaksikan dan

melihat keindahan alam dan termasuk didalamnya cagar alam.

3. Alasan ketiga, mengapa bidang pariwisata perlu dikembangkan ialah

untuk menghilangkan kepicikan berpikir, mengurangi salah

pengertian, dapat mengetahui tingkah laku orang lain yang datang

berkunjung, terutama bagi masyarakat dimana proyek

kepariwisataan itu dibangun.

Kepariwisataan dapat memberikan peluang kepada para petani

untuk memasarkan sayur mayur, hasil hasil kebun lainnya seperti

buah-buahan, hasil ternak seperti susu, daging, mentega dan lain sebagainya.

Ia membuka seluas-luasnya bagi pemasaran industri-industri kecil seperti

perusahaan kerajinan tangan, kulit, anyaman, alat-alat dan bahan

kecantikan, tekstil, pakaian jadi dan sebagainya. Jadi pariwisata adalah

salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan

(39)

standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya (Nyoman

S. Pudit, 2002). Implementasi strategi berdasarkan urutan prioritas yaitu :

1. Melakukan kerjasama dengan petani plasma dengan pola kemitraan.

2. Mempertahankan kualitas produk buah mangga untuk meraih

peluang pasar.

3. Memanfaatkan modal yang cukup untuk mendukung pelaksanaan

kemitraan

2.5. Konsep Strategi

Menurut Giensberg (1997) pengertian strategi berasal dari bahasa

Yunani yaitu “Strateos” yang berarti jenderal, oleh karena itu kata strategi

secara harfiah berarti Seni para Jenderal”. Kata tersebut mengandung arti

bahwa strategi adalah sesuatu hal yang penting bagi mananjemen puncak

organisasi.

Lebih lanjut Nepa (1989) menyatakan startegi merupakan suatu

kesatuan rencana yang komprehensif dan terpadu yang menguhubungkan

kondisi internal perubahaan dengan situasi lingkungan eksternal agar

tujuan perusahaan dapat tercapai. Berdasarkan pengertian strategi oleh

Rangkuti (1999) adalah perencanaan induk yang komprehensif yang

menjelaskan bagaimana perusahaan akan mencapai asemua tujuan yang

(40)

Bryson (1995) mendefenisikan strategi sebagai suatu rencana

untuk meraih misi dan melaksanakan mandat. Strategi merupakan suatu

pola tujuan, kebijakan, program, kegiatan, keputusan maupun

pengalokasian sumber daya yang menentukan organisasi itu itu, apa yang

dikerjakannya dan mengapa ia melakukan itu. Dengan demikian strategi

itu merupakan pengembangan dari misi organisasi yang menghubungkan

organisasi itu dengan lingkungannya, sehingga strategi itu merupakan

outline respon organisasi terhadap tantangan-tantangan mendasar yang

dihadapi.

Selanjutnya strategi adalah suatu rencana untuk mencapai tujuan

tertentu yang disusun sedemikian rupa oleh suatu organisasi sesuai

dengan misi yang hendak diraihnya sekaligus untuk melaksanakan

mandat/tugas-tugas yang diembannya dengan mempertimbangkan

pengaruh faktor-faktor internal maupun eksternal.

Sebagai suatu rencana, maka strategi tidak dengan sendirinya

mampu meraih apa yang diharapkan begitu selesai disusun. factor

implementasi dari suatu strategi yang mempengaruhi keberhasilan

strategi. Sebaik apapun suatu strategi, tidak akan berhasil apabila jelek

dalam mengimplementasikannya. Sebaliknya, apabila biasa-biasa saja

suatu strategi disusun, namun bagus dalam melaksanakannya, maka

akan membuat berhasil strategi tersebut. Menurut David (2002)

implementasi strategi yang sukses memerlukan dukungan, disiplin,

(41)

Strategi bukan merupakan pedoman yang baku bagi implementasi

karena filosofi penyusunan strategi adalah sebagai jembatan organisasi

dengan lingkungannya, sehingga tetap dimungkinkan adanya suatu

fleksibilitas yang adaptif namun tetap relevan.

Strategi dalam organisasi tampak pada pola tujuan, kebijakan,

program, kegiatan, keputusan dan pengalokasian sumber dayanya.Dalam

suatu organisasi, strategiyang dipandang bagus dan sesuai secara nyata

dapat memberikan kontribusi kemajuan perlu dipertahankan

keberadaannya. Sedangkan untuk strategi yang sudah tidak sesuai dan

tidak dapat memberikan kontribusi kemajuan pada organisasi, perlu

dirumuskan kembali dengan maksud agar hubungan antara faktor internal

dan eksternal organisasi dapat berjalan dengan baik.

Suatu strategi yang efektif harus memenuhi beberapa kriteria

seperti yang dinyatakan oleh Bryson (1995).

1. strategi secara teknis harus dapat dikerjakan

2. strategi secara politis dapat diterima oleh para stakeholdernya.

3. strategi harus sesuai dengan filosofi dan nilia-nilai organisasi

4. Strategi seyogyanya bersifat etis, moral, legal dan merupakan

keinginan organisasi untuk menjadi lebih baik.

5. Strategi harus sesuai dengan isu strategis yang hendak dipecahkan.

Strategi bagi suatu organisasi merupakan alat untuk meraih tujuan,

sementara itu dalam konsep sistim, organisasi terdiri dari sub-sub dalam

(42)

sehingga terdapat tingkatan-tingkatan tujuan yaitu tujuan menyeluruh

organisasi dan tujuan instrumental sub-sub sisti, yang tentunya

masing-masing memerlukan strategi pencapaiannya. Pola tingkatan-tingkatan

dalam strategi yaitu dari strategi yang bersifat menyeluruh, strategi lebih

sempit seperti sub unit hingga ke strategi dalam skala yang lebih kecil.

Proses perencanaan strategi merupakan proses yang berjalan

secara berulang terus-menerus dipikirkan ulang hubungan antara strategi

unsur dalam proses untuk merumuskan strategi yang efektif (Bryson,

1999). Adapun langkah-langkah proses perencanaan strategi menurut

Bryson (1999) adalah sebagai berikut :

1. Memprakarsasi dan menyepakati proses perencanaan strategis

2. Mengidentifikasi mandate organisasi

3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi

4. Menilai lingkungan eksternal, peluang dan ancaman.

5. Menilai lingkungan internal, kekuatan dan kelemahan

6. Mengenali isu stategis yang dihadapi organisasi

7. Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu

8. Menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan, visi

keberhasilan

Strategi pada dasarnya terdiri dari strategi utama (grand strategy)

dan strategi sempit (strategi program). Berdasarkan bentuknya strategi

terdiri beberapa strategi umum atau strategi generik. Lebih lanjut Glueck

(43)

generik, yaitu strategi stabilitas (Stability strategy), stratetgi ekspansi

(Expansion strategy), strategi penciutan (Retrenchment strategy dan

strategi kombinasi (combination strategy).

1. Strategi stabilitas adalah 1) prinsipnya menekankan pada

bertambahnya produk, pasar dan fungsi-fungsi perusahaan, 2)

menekankan efisiensi segala bidang untuk meningkatkan

kinerja/keuntungan, 3) mempunyai resiko yang rendah, 4) digunakan

pada suatu produk/bisnis yang berada pada tahap kedewasaan

(mature). Alasan-alasan menggunakan strategi ini adalah

perusahaan telah berhasil dan menguntungkan, tingkat resiko rendah

dan mudah menerapkannya.

2. Strategi ekspansi adalah 1) prinsipnya menitikberatkan pada

penambahan/perluasan produk, pasar ataupun fungsi perusahaan, 2)

lebih meningkatkan aktifitas perusahaan, 3) mengandung resiko

tinggi karena adanya perluasan. Alasan-alasan memakai strategi ini

adalah masyarakat diuntungkan dengan adanya perluasan usaha,

adanya tekanan pihak luar (pemerintah dan pemegang saham),

perluasan usaha akan menghasilkan kekuatan monopoli, motivasi

pimpinan untuk menghadapi resiko yang menantang.

3. Strategi penciutan adalah 1) perusahaan melakukan pengurangan

produk, pasar dan fungsi pasar tertentu, 2) menekankan

pengurangan ataupun menutup unit bisnis yang mempunyai cash

(44)

menurun, 4) strategi ini bukan berarti perusahaan gagal dalam bisnis,

menyediakan sumberdaya alam untuk unit tertentu untuk mengatasi

masalah yang timbul. Jika unit mempunyai kesempatan besar untuk

berhasil, maka lebih baik menutup unit lain yang kurang menguntung

dan mengalokasikan sumberdaya ke unit yang memerlukan.

Alasan-alasan menggunakan strategi ini adalah adanya kesempatan yang

lebih baik dibidang usaha lain, kekuatan yang ada tidak mampu

mengatasi masalah atau persaingan, unit bisnis merugi

terus-menerus, unit/bisnis tidak dapat memenuhi target yang telah

ditentukan sebelumnya.

4. Strategi kombinasi adalah pemakian lebih dari satu strategi diatas

untuk jangka yang berurutan ataupun pada waktu yang bersamaan.

Alasan-alasan memakai strategi kombinasi adalah terjadinya

perubahan-perubahan yang cepat pada lingkungan luar/dalam

perusahaan, dan adanya tahap-tahap kehidupan yang berbeda (lahir,

tumbuh, dewasa, dan menurun) dari sebuah produk.

2.6. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal

Wahyudi (1996), menyatakan bahwa analisa lingkungan

merupakan suatu analisis yang penting untuk dilakukan oleh suatu

perusahaan atau manajer puncak karena:

1. Perusahaan tidak berdiri sendiri (terisolasi) tetapi berinteraksi

(45)

selalu berubah setiap saat. Dalam banyak kasus, beberapa

perusahaan akan hancur karena ketidakmampuan menganalisa dan

beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang selalu berfluktuasi.

2. Pengaruh lingkungan yang sangat rumit dan komplek dapat

mempengaruhi kinerja banyak bagian yang berbeda dari sebuah

perusahaan. Rumit serta tidak pastinya masa depan membuat para

penyusun strategi harus lebih berhati-hati dalam melakukan analisis

lingkungan. Sejumlah asumsi yang relevan harus dikaji ulang setiap

waktu agar penyesuaian-penyesuaian dapat segera dilakukan.

Analisis lingkungan menurut Glueck dan Jauch (1993) diartikan

sebagai suatu proses yang digunakan perencana strategis untuk

memantau lingkungan dalam menentukan peluang-peluang atau

ancaman-ancaman terhadap perusahaan.

Pemantauan lingkungan menurut Sapp dan Smith (1984) terdiri dari

6 (enam) tahap yaitu:

1. Menentukan kekuatan lingkungan yang akan memiliki dampak dalam

perencanaan kegiatan yang akan datang.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor kunci sukses strategic

3. Mengumpulkan dan menganalisis data yang relevan

4. Mengidentifikasi sesuatu yang menjadi ancaman-ancaman dari

lingkungan dan peluang-peluang untuk pertumbuhan profitabilitas

5. Menyiapkan peramalan untuk tiap-tiap faktor sukses, ancaman dan

(46)

6. Membawa seluruh hasil pemantauan bersama-sama pada suatu

laporan keadaan lingkungan.

Faktor-faktor lingkungan yang dapat menimbulkan peluang dan

ancaman bagi perusahaan terdapat berbagai macam penggolongan yaitu:

ekonomi, politik (termasuk pemerintah dan aturan-aturannya), pasar,

persaingan, pemasok, teknologi, sosial, dan geografi.

Faktor eksternal atau lingkungan eksternal biasanya terdiri dari

kecenderungan kejadian yang berada di luar pengawasan langsung dari

pimpinan perusahaan atau industri. Perubahan lingkungan eksternal ini

akan mempengaruhi perusahaan atau industri. Perubahan lingkungan

eksternal ini akan mempengaruhi perusahaan atau industri walaupun

perubahan tersebut tidak selalu berdampak negatif ataupun positif

terhadap kelangsungan hidup perusahaan atau industri.

Disamping analisis lingkungan eksternal yang akan memunculkan

peluang dan ancaman, perumusan strategi juga menuntut adanya

pemahaman yang cermat terhadap faktor internal perusahaan.

Pemahaman tersebut dilakukan melalui analisis terhadap faktor internal.

Kondisi lingkungan yang tidak pasti mengharuskan perusahaan

menyusun strategi yang tepat untuk menghadapinya karena lingkungan

eksternal sebagian besar tidak dapat dikendalikan guna mempengaruhi

(47)

Menurut Suwarsono (1998), pada variabel internal tersebut

kekuatan apabila perusahaan mempunyai keunggulan untuk mampu

mengerjakan sesuatu dengan baik dan lebih murah dibanding dengan

pesaingnya. Disebut kelemahan jika perusahaan tidak mampu

mengerjakan sesuatu yang ternyata dapat dikerjakan lebih baik dan lebih

murah oleh pesaingnya, dengan kekuatan yang ada, dapat digunakan

untuk memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman lingkungan

sehingga dapat mempercepat pencapaian tujuan perusahaan.

Kelemahan organisasi dapat menghadapi pemanfaatan peluang

lingkungan atau memperlemah perusahaan didalam menghadapi

tantangan lingkungan sehingga dapat diharapkan perusahaan lebih

mampu menghadapi lingkungan dengan efektif.

Pada dasarnya, analisis faktor internal terdiri dari 2 (dua) tahap

yaitu pertama, identifikasi variabel internal dan kedua, evaluasi

variabel-variabel tersebut.

Pada tahap pertama, berusaha mengetahui secara mendalam

komponen variabel internal yang secara strategis bertanggung jawab

terhadap kemungkinan keberhasilan perusahaan. Faktor-faktor internal

yang merupakan fungsi-fungsi usaha yang ada dalam perusahaan,

dijelaskan oleh Glueck dan Jauch (1993) antara lain :

1. Faktor pemasaran dan distribusi

(48)

3. Faktor manajemen produksi dan operasi

4. Faktor sumberdaya perusahaan atau karyawan

Setelah sejumlah variabel internal diidentifikasi, langkah kedua

adalah evaluasi terhadap variabel tersebut. Diperlukan standar agar suatu

variabel dapat dikategorikan sebagai suatu kekuatan atau kelemahan bagi

perusahaan. Ada 4 (empat) macam pendekatan sebagai pedoman

evaluasi yaitu :

1. Bandingkan dengan kinerja masa lalu

2. Perbandingan evaluasi

3. Perbandingan dengan pesaing

4. Faktor keberhasilan industri

Menurut Sapp dan Smith (1984), pendekatan untuk analisis dan

penilaian posisi ini dimulai dengan mengembangkan dan mendokumentasi

gambaran komprehensif dari perusahaan, selanjutnya identifikasi dan

evaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Langkah tersebut diikuti

dengan menyesuaikan kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan

ancaman dapat digunakan sebagai dasar untuk perumusan strategi.

Dalam menilai atau menganalisis lingkungan strategi suatu

organisasi sosial menurut Bryson (1999) memperhatikan lingkungan

internal yaitu berupa (1) sumberdaya yang dimiliki meliputi SDM, dana,

sarana prasarana, struktur dan budaya organisasi, (2) strategi yang

digunakan dalam mengelola input, (3) kinerja (output) yang dicapai saat

(49)

Analisis lingkungan eksternal dilakukan terhadap ; (1) pemantauan

terhadap ragam kecenderungan dan kekuatan-kekuatan politis ekonomi,

sosial teknologi, fisik dan pendidikan (2) mengamati stakeholder lain yang

berpengaruh seperti rekanan, masyarakat, para pembuat kebijakan (3)

mengamati pesaing dan rekanan yang ada.

Unsur dari perencanaan strategi menyangkut pemahaman terhadap

lingkungan yang berubah susunan dengan tingkat perkembangan aktual,

misi dasar organisasi serta tujuannya, sasaran jangka panjang yaitu

antara 5 – 20 tahun dan program kebijakan dan strategi yaitu keputusan

yang berkenaan dengan sumber daya dan pedoman yang dikembangkan

mengarah dapat dilaksanakan (Tangkilisan, 2003).

Menurut (Porter 1992) menyatakan bahwa proses pembuatan

strategi terdiri dari 4 elemen, yaitu:

1. Identifikasi masalah strategi yang dihadapi organisasi

2. Pengembangan alternative strategi yang ada

3. Evaluasi dari alternatif

4. Penentuan pemilihan strategi terbaik dari berbagai alternatif yang

tersedia

Dengan demikian, proses perencanaan strategi memerlukan

kerangka kerja gabungan dari berbagai tingkat manajer dengan harapan

agar mereka dapat mengemukakan permasalahannya, sehingga dapat

(50)

2.7. Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (1999), analisis SWOT (Strength, Weaknes,

Opportunities, Threats) adalah identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan

pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengtht) dan peluang

(opportunity) namun secara bersamaan dapat menimbulkan kelemahan

(weakneses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan

strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi tujuan, strategis

dan kebijakan pemerintah atau perusahaan.

Analisis SWOT terbagi atas 2 lingkungan yaitu lingkungan internal

dan lingkungan eksternal.

1. Analisis Kelemahan (Weakness)

Analisis ini menjelaskan tentang keterbatasan dalam hal sumber,

keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi

penampilan kinerja perusahaan. Analisis ini dapat digunakan sebagai

acuan perbaikan kinerja perusahaan secara keseluruha.

2. Analisis Kekuatan (Strenght)

Analisis ini mengidentifikasikan seberapa besar kemampuan

perusahaan dalam menghadapi ancaman. Analisis kelemahan dan

analisis kekuatan merupakan analisis lingkungan internal yang

(51)

3. Analisis Peluang (Oportunity)

Peluang adalah situasi lingkungan dimana perusahaan dapat

beroperasi secara menguntungkan dan kemungkinan berhasilnya

kesuksesan perusahaan yang tidak hanya bergantung pada

terpenuhinya syarat untuk menjadi berhasil tetapi harus mampu

mengungguli pesaingnya.

4. Analisis Ancaman (Threat)

Ancaman adalah tantangan akibat perkembangan yang kurang

menguntungkan, dimana keadaan ini dapat mengurangi penjualan

dan laba, jika tidak diatasi maka ancaman akan menjadi ganjalan

bagi perusahaan untuk tetap berdiri di masa depan. Analisis peluang

dan analisis ancaman merupakan analisis lingkungan eksternal yang

berada di luar kendali perusahan.

Masing-masing faktor lingkungan tersebut haruslah mempunyai

kadar nilai. Penilaian pada masing-masing variabel dengan menggunakan

matrik analisis SWOT, yaitu memberikan rating mulai dari 1 (tidak baik

atau sangat rendah) sampai dengan 4 yang menunjukkan nilai paling baik

(sangat baik) dari masing-masing variabel dan dari hasil perhitungan

dapat digambarkan dalam diagram analisis SWOT yaitu dikelompokkan

dalam salah satu sel dari empat sel alternatif strategi.

Masing-masing faktor lingkungan tersebut haruslah mempunyai

kadar nilai. Penilaian pada masing-masing variabel dengan menggunakan

(52)

atau sangat rendah) sampai dengan 4 yang menunjukkan nilai paling baik

(sangat baik) dari masing-masing variabel dan dari hasil perhitungan

dapat digambarkan dalam diagram analisis SWOT yaitu dikelompokkan

dalam salah satu sel dari empat sel alternatif strategi seperti pada gambar

berikut :

Gambar 1. Diagram Analisis SWOT (Rangkuti, 1999).

Dari gambar gambar 1. dapat dijelaskan bahwa :

1. SO (Sterngth – Opportunities)

Menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengambil

peluang yang ada.

BERBAGAI PELUANG EKSTERNAL

S – O 1. Mendukung

Strategi Agresif

W – O 3. Mendukung

Strategi Arowd

BERBAGAI ANCAMAN EKSTERNAL KEKUATAN

EKSTERNAL

KEKUATAN INTERNAL

S – T 2. Mendukung

Strategi Diversifikasi

W – T 4. Mendukung

(53)

2. ST (Sterngth – Threats)

Menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk menghindari

dan mengatasi ancaman.

3. WO (Weakness – Opportunities)

Berusaha untuk mendapatkan keuntungan dari peluang demi

mengatasi kelemahan yang dimiliki.

4. WT (Weakness – Threats)

Pada dasarnya strategi ini bersifat bertahan, kegiatan utamanya

adalah meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis

untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang

(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 2000).

Pada prinsipnya Analisa SWOT adalah suatu kegiatan

menganalisis faktor-faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan serta

faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman dari suatu organisasi

untuk menentukan strategis apa yang harus dilakukan, agar organisasi

tersebut dapat beroperasi dan bahkan berkembang terus secara efektif,

efisien dan berkelanjutan.

Keegan (1996), mengemukakan tentang SWOT, bahwa

pengembangan apapun pada perusahaan akan didasarkan pada

(54)

peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Jika tahapan analisis

penting ini telah dilampaui dengan baik maka proses yang lebih teknis

seperti identifikasi peluang, penyeleksian, analisis bisnis dan akhirnya

kegiatan-kegiatan seperti pengembangan produk, pengujian, perencanaan

masuk pasar dapat dilakukan dan tergantung pada pilihan mana yang

diambil.

Untuk menentukan tujuan, sasaran dan strategi diperlukan analisa

yang mendalam serta menyeluruh mengenai lingkungan dimana

perusahaan berada karena lingkungan merupakan salah satu faktor

terpenting untuk menunjang keberhasilan perusahaan dalam persaingan.

Analisis SWOT merupakan ramuan utama perencanaan strategis

dan membantu klarifikasi pilihan kebijaksanaan yang dihadapi

perusahaan. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan

dengan misi, tujuan dan kebijaksanaan perusahaan. Dengan demikian

perencanaan strategi harus menganalisa faktor-faktor strategi perusahaan

dalam kondisi saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model paling

(55)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Agrowisata mer

Gambar

tabel IFAS (Internal Strategy Factor Summary) yang merumuskan
Tabel 1. Analisis Strategi Faktor Internal (IFAS)
Tabel 2. Analisis Strategis Faktor Eksternal (EFAS)
Tabel 3 . Matriks SWOT
+7

Referensi

Dokumen terkait

LINGKUNGAN ( Studi Kasus Pembangunan Agrowisata Bhakti Alam di Desa Ngembal, Kabupaten Pasuruan)” , sebagai prasarat untuk memperoleh gelar kelulusan (S1) pada jurusan

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Strategi Pengelolaan Pariwisata Pesisir di Sendang Biru Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur” adalah karya saya sendiri dan belum

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah berjudul, “ Analisa Erodibilitas Tanah di Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, Propinsi

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Strategi Pengelolaan Pariwisata Pesisir di Sendang Biru Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur” adalah karya saya sendiri dan belum

kelembagaan publik sektor pertanian Propinsi Jawa Timur bcrsifat perencanaan.. dari bawah (bouom

Melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing daerah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang

Analisis penerimaan dan biaya R/C rasio usaha tani apel di Desa Andonosari Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan yang diusahakan petani responden, menunjukkan bahwa

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Supply Chain Management Terhadap Kinerja Petani Apel (Studi Pada Petani Apel Di Desa Tutur Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan)” disusun