• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Kerangka Konseptual

1. Pemilihan Umum dan Demokrasi

Setiap negara tentu memiliki sistem politik yang diterapkan, termasuk Indonesia sebagai sebuah negara yang menganut azas demokrasi, dimana Pemilihan Umum merupakan bagian dari sistem politik yang mengagendakan pemerintah untuk melaksanakannya secara berkala, yakni dalam lima tahun sekali. Dalam hal demokrasi melalui penyelenggaraan Pemilihan Umum Indonesia melaksanakannya untuk pertama kali pada tahun 1955, yaitu sepuluh tahun setelah kemerdekaan, Pemilu pada tahun 1955 tersebut menggunakan sistem proporsional yang berlangsung secara demokratis pada 29 September 1955 dengan jumlah yang berhak memilih 43.104.454 orang dan yang memilih sebanyak 37.875.299 orang, adapun penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan Umum ( PPU )15

Dalam perjalanan kepemimpinan Golongan Karya pemerintah membuat ketentuan dan aturan tentang Pemilihan Umum dengan menyederhanakan jumlah partai atau fusi partai menjadi 3 ( Tiga ) partai peserta Pemilu dan dalam

.

Pada pelaksanaan selanjutnya adalah pada masa Orde Baru setelah pecahnya G. 30 S. /PKI, yang menunjuk Let.Jend Soeharto sebagai Presiden RI pada tahun 1967, dan empat tahun kemudian yaitu pada tahun 1971 dilaksanakan Pemilihan Umum yang kedua yang dimenangkan oleh Golongan Karya karena dianggap sebagai aspirasi golongan bukan sebagai partai.

15

P. Antonius Sitepu, Sistem Politik Indonesia, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2006, hal. 144.

pelaksanaannya secara berkala untuk kurun waktu 5 (Lima ) tahun sekali sampai pada tahun 1997.

Reformasi pada tahun 1998 sebagai akibat akumulasi berbagai persoalan yang melanda Indonesia berdampak pada pengunduran diri Soeharto dari jabatan Presiden. Selanjutnya untuk menjalankan pemerintahan ditunjuk Wakil Presiden BJ Habibie untuk menyelesaikan berbagai masalah kebangsaan termasuk tuntutan terhadap demokrasi sebagai hak rakyat yang harus dihormati.

Berbagai perubahan dilakukan oleh BJ. Habibie, dimana salah satunya adalah pelaksanakan Pemilu yang demokratis. Penetapan pelaksanaan Pemilu pada tahun 1999 adalah sebagai awal periode Pemilu masa reformasi dan pada pemilu berikutnya tahun 2004 dilakukan pemisahan yakni Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden.

Pemilihan Umum ( Pemilu ) yang dilaksanakan oleh pemerintah secara berkala lima tahun sekali adalah sebagai bentuk pelaksanaan kedaulatan rakyat secara langsung untuk menentukan jalannya negara lima tahun kedepan. Bentuk kedaulatan dimaksud adalah memilih orang – orang yang dipercaya, untuk menjalankan roda pemerintahan. Setiap penyelenggaraan Pemilu tentunya melibatkan seluruh warga masyarakat, oleh sebab itu Pemilu tidak dapat dilepaskan dari pengaruh yang berkembang menjelang pelaksanaannya sampai penentuan hasilnya. karena setiap proses Pemilu adalah proses perebutan simpati rakyat.

Adapun aktifitas yang berlangsung pada setiap penyelenggaraan Pemilu baik langsung maupun tak langsung, adalah untuk mendorong seluruh rakyat

untuk berpartisipasi. Pada kegiatan Pemilu disamping untuk menentukan calon wakil yang akan dipilih, termasuk juga menyertakan rakyat dalam proses pemerintahan, bahkan dalam kegiatan Pemilu yang demokratis berbagai perubahan dapat terjadi tanpa diperhitungkan.

Dinamika yang terjadi pada setiap penyelenggaraan Pemilu sebagaimana uraian diatas merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena :

a. Keterlibatan langsung warga masyarakat.

b. Adanya semangat untuk memenangkan pilihannya masing-masing.

c. Adanya semangat mempertahankan dan ada yang menginginkan perubahan. d. Adanya fanatisme terhadap partai atau kontestan tertentu.

Dengan adanya kondisi demikian maka persoalan yang paling mendasar adalah bagaimana pemilu dimaknai pada proporsi yang tepat. Hal ini sangat dibutuhkan karena persaingan antar partai dalam Pemilu adalah untuk menarik minat rakyat berdasarkan program partai yang dapat mewakili kehendak rakyat. Namun karena situasi yang bernuansa persaingan maka pemilu terkadang dapat meningkatkan rivalitas antar pendukung partai. Hal ini sangat erat kaiatannya dengan kepentingan suatu pihak, nilai – nilai yang akan ditawarkan, keinginan dan harapan kepada perwakilan yang didukung.

Mengingat pluralisme masyarakat di Indonesia dengan berbagai latar belakng budaya, sangat wajar bila pengalaman pelaksanaan Pemilu menjadi inspirasi untuk membangun sistem Pemilu yang berwatak Indonesia. Walaupun nilai – nilai universal kedaulatan pada dasarnya hampir sama diseluruh negara di

dunia, akan tetapi dalam praktek pelaksanaan Pemilu kita perlu menyusun foramat yang lebih efisien dan memenuhi aspek budaya masyarakat yang berkembang.

Bila dicermati berbagai pengalaman melaksanakan Pemilu tentunya kita masih harus mengkaji lebih spesifik berbagai aspek pelaksanaannya guna mendapatkan kwalitas Pemilu yang lebih adil dan jujur, disamping itu pelaksanaan Pemilu sebagai komitmen demokrasi dan kedaulatan rakyat harus pula mendidik rakyat untuk cerdas dalam memilih.

Pengalaman pelaksanaan Pemilu di Indonesia ditinjau dari aspek demokrasi dapat dilihat pada Pemilu yang pertama yang diikuti banyak partai, demikian pula Pemilu setelah reformasi yang diikuti banyak partai adalah bentuk hak – hak demokrasi untuk menyalurkan aspirasinya secara lebih luas. Bila dibandingkan dengan pelaksanaan Pemilu dimasa Orde Baru yang cenderung mengutamakan stabilitas dengan pembatasan jumlah partai, dan mengutamakan dominasi pemerintah yang berperan sebagai penguasa akhirnya tidak mampu bertahan.

Perbandingan fase Pemilu di Indonesia pada fase awal kemerdekaan, Orde Baru dan Reformasi, maka jelas bahwa eksistensi rakyat sebagai pemegang kedaulatan merupakan prinsip dasar yang tidak dapat dihilangkan, sebagaimana tampak pada pelaksanaan Pemilu pertama dan kedua, selanjutnya setelah reformasi.

b. Kedudukan Rakyat Dalam Pemilu

Rakyat sebagai unsur negara adalah bagian integral yang melekat dalam satu kesatuan, tanpa ada rakyat maka negera tidak pernah ada. Kepentingan negara terhadap rakyat harus menjadi dasar terlaksananya suatu pemerintahan. Oleh sebab itu rakyat sebagaimana pemahaman demokrasi modern adalah pemegang kedaulatan yang menentukan perjalanan negara.

Dalam konteks mewujudkan kedaulatan rakyat, maka pemerintah tidak dapat melakukan kebijakan tanpa persetujuan rakyat. Bentuk persetujuan rakyat dalam sistem demokrasi adalah melalui perwakilan yang duduk dalam parlemen, dimana parlemen yang memutuskan kebijakan pemerintah dapat dilaksanakan atau tidak.

Dengan bersandar pada kedudukannya tersebut maka untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokratis dilaksanakan pemilihan para wakil rakyat yang akan duduk di parlemen untuk kurun waktu tertentu. Pemilihan para wakil rakyat tersebut dilaksanakan melalui suatu pemilihan yang diselenggarakan secara menyeluruh yang disebut pemilihan Umum atau Pemilu.

Keberhasilan dan kesuksesan Pemilu yang dilaksanakan sangat tergantung pada partisipasi rakyat sebagai pemilih, oleh karena itu pada setiap pelaksanaan Pemilu dengan segala perangkat pendukungnya, pemerintah berupaya mengajak dan menghimbau masyarakat untuk menggunakan haknya pada hari pelaksanan pemilihan.

c. Partai Politik Dalam Pemilu

Pemilu sebagai sarana mengaktualkan demokrasi telah berkembang demikian pesatnya, bahkan banyak negara yang lebih dahulu melaksanakan Pemilu tetap harus melakukan kontrol dan evaluasi dalam pelaksanaannya. Hal ini dilakukan mengingat dalam politik terdapat dinamika baik intern maupun ekstern, yang memungkinkan terjadi perubahan yang sangat cepat dalam kehidupan politik suatu negara. Disamping itu karena penyelenggaraannya yang melibatkan seluruh rakyat, maka Pemilu syarat dengan berbagai kepentingan untuk menarik simpati rakyat yang dilakukan oleh partai politik.

Timbulnya sejarah parpol diawali dari permulaan usaha penyusunan pemerintahan sentral republik yang didasarkan atas pasal 2 I – IV Aturan Peralihan UUD 1945 dan dengan dikeluarkannya :

1. Maklumat Pemerintah RI tanggal 3 Novembar 1945 yang berisi tentang mendirikan parpol dalam rangka memperkuat perjuangan kemerdekaan. Maklumat Pemerintah tersebut dimaksudkan agar kehidupan demokrasi yang ada dalam masyarakat dapat dipimpin ke jalan yang teratur.

2. Pemerintah berharap supaya partai – partai itu telah tersusun sebelum dilangsungkan pemilihan badan – badanperwakilan rakyat dalam bulan Januari 1946.16

Didalam negara yang bersistem demokrasi keberadaan parpol telah menjadi syarat mutlak, dengan adanya anggapan itu parpol telah tumbuh dan berkembang sebagai penghubung antara rakyat disatu pihak dengan pemerintah

16

dipihak lain. Salah satu syarat terwujudnya demokrasi adalah adanya parpol yang berfungsi maksimal dan efektif sebagai wadah aspirasi politik masyarakat.17

“ Partai politik adalah organisasi politik yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita – cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Repulik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”.

Keberadaan partai politik dalam Pemilu menjadi sangat strategis karena partai politik dimanifestasikan sebagai alat perjuangan untuk membela kepentingan anggota yang notabenenya adalah rakyat. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam UU NO. 2 Tahun 2008 tentang partai politik yang menyebutkan :

18

Pengertian tersebut memiliki makna bahwa landasan pendirian partai yang paling inti adalah persamaaan kehendak dan cita – cita memperjuangkan dan membela kepentingan anggota atau rakyat, untuk selanjutnya mengartikulasikan keinginan anggotanya dalam bentuk formulasi politik untuk direalisasikan dalam bentuk perjuangan menggalang suara melalui Pemilu.

17 Khoiruddin, Parpol Dan Agenda Transisi Demokrasi, Yogyakarta, Pustaka

Pelajar, 2004, hal. 8.

18

d. Komisi Pemilihan Umum

Salah satu Unsur penting dalam penyelenggaraan Pemilu adalah badan yang bersifat netral dan independen, saat ini di Indonesia telah dibentuk badan atau lembaga yang menyelenggarakan Pemilu yaitu Komisi pemilihan Umum (KPU) dan telah melaksanakan beberapa kali Pemilu, Pemilu legislatif, Pemilu presiden dan Pemilihan Kepala Daerah.

Komisi pemilihan Umum atau KPU dalam penyelenggaraan Pemilu diberi kewenangan dalam hal tata laksana dan tahapan Pemilu yang akan digelar. Sebagai lembaga penyelenggara maka keberadaan KPU diatur dalam UU Pemilu No. 10 Tahun 2008 Bab I pasal 6 yang menyebutkan :19

Disamping penyelenggara pemilu sebagai pelaksana maka untuk dalam hal pengawasannya pada penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2009 unsur penting lainnya adalah Pengawasan guna mendapatkan hasil Pemilu yang fair. Untuk itu “ Komisi Pemilihan Umum, selanjutnya disebut KPU, adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.

Selanjutnya pasal 7 menyebutkan :

“ Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut KPU provinsi dan KPU Kabupaten/Kota, adalah penyelenggara Pemilu di provinsi dan kabupaten/kota.

e. Pengawas Pemilu

19

ditetapkan badan atau lembaga yang mangawasi yaitu badan pengawas Pemilu untuk tingakt Pusat dan untuk daerah disebut dengan Panitia Pengawas Pemilu.20

a. Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih;

“Badan Pengawas Pemilu, selanjutnya disebut Bawaslu, adalah badan yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

“Panitia Pengawas Pemilu Provinsi dan Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut Panwaslu provinsi dan Panwaslu kabupaten/kota, adalah panitia yang dibentuk oleh Bawaslu untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi dan kabupaten/kota.”

f. Tahapan Penyelenggaraan Pemilu

Tahapan penyelenggaraan Pemilu adalah rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan Pemilu dimana seluruh komponen pelaksanaannya dilakukan oleh KPU. Berikut ini adalah tahapan pennyelenggaraan Pemilu Legislatif 2009.

b. Pendaftaran Peserta Pemilu; c. Penetapan Peserta Pemilu;

d. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;

e. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota f. Masa kampanye;

g. Masa tenang;

h. Pemungutan dan penghitungan suara;

20

i. Penetapan hasil Pemilu; dan

j. Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.

g. Pemilu Sebagai Perwujudan Demokrasi

Pengertian atau istilah demokrasi sebagaimana telah diuraikan pada bab terdahulu yang berarti ”rakyat berkuasa” adalah suatu refleksi bahwa tanpa adanya rakyat maka demokrasi tidak ada.

Demokrasi sebagai suatu proses politik adalah untuk memberi kekuasaan yang adil dan mutlak kepada rakyat, oleh sebab itu sebagai suatu proses politik maka demokrasi sangat dinamis. Hal ini dapat dilihat diberbagai negara termasuk Indonesia dalam pelaksanaan demokrasi, indikasi perkembangan dan nilai maupun aksentuasi demokrasi sudah mengalami perkembangan yang telah jauh dari makna kelahirannya.

Perkembangan demokrasi modern semakin banyak mempengaruhi berbagai negara ketika ide kedaulatan rakyat dari Rosseau berkembang sebagai pola dan sistem pelaksanaan demokrasi, sebagaimana disebutkan : ” Yang berdaulat ialah rakyat, sedangkan pemerintah hanya menjadi wakilnya saja, apabila pemerintah tidak menjalankan urusannya sesuai kehendak rakya, maka pemerintah itu harus diganti”21

Perkembangan demokrasi selanjutnya semakin mengilhami banyak negara untuk menerapkannya, sebagai bagian integral dari kedaulatan rakyat, sedangkan hak hak demokrasi dalam pelaksanaannya adalah ikut sertanya rakyat dalam

.

21

menentukan kebijakan pemerintah yang implementasinya adalah berpartisipasi dalam Pemilu. Dalam hal ini maka Indonesia telah menjadikan demokrasi sebagai kerangka dasar kehidupan bernegara, sebagaimana konsep dasar demokrasi yang sangat dominan dalam Pembukaan UUD 1945, Pancasila dan batang tubuh UUD 1945.

Dalam konteks pemahaman sebagaimana uraian diatas maka dalam sistem demokrasi, yang berperan penting dan fundamental adalah rakyat, untuk menghidupkan demokrasi yang menjadi komitmen bangsa, maka rakyat harus aktif berperan mendorong tumbuhnya demokrasi yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan melalui saluran yang tersedia yakni partai politik sebagai sarana menyalurkan aspirasi anggota masyarakat atau rakyat secara sah.

H. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah pengumpulan data yang diperoleh dari :

1. Library Research ( Penelitian Kepustakaan )

Yaitu pengkajian terhadap penyelenggaraan Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009 berdasarkan sumber tertulis dan sumber lainnya seperti buku – buku yang terkait dengan penulisan, Undang – Undang maupun bahan – bahan informasi yang diterbitkan berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilihan Umum.

2. Penelitian Lapangan ( Field Research )

a. Lokasi Penelitian

Pilihan lokasi adalah Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai

b. Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang di dalamnya terdapat sejumlah objek yang dapat dijadikan sebagai sumber data yang dapat memberikan data – data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini populasi.adalah yang terdaftar sebagai pemilih di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipandang dapat mewakili populasi sebagai sumber data, semakin banyak sampel yang diambil akan diperoleh data yang semakin representatif. Dalam hal ini penulis menggunakan sampel wilayah dengan mengambil sampel wakil dari setiap Kelurahan sebanyak 50 Orang.

Untuk seluruh Kecamatan Binjai Timur terdapat 7 ( Tujuh ) Kelurahan sebagai populasi maka sebagai sampel adalah 350 Orang. Sampel wilayah adalah teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi.22

22

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Rineka Cipta, 2006, hal. 339..

3. Alat Pengumpul Data

Untuk memperoleh data yang akurat perlu ditetapkan alat pengumpul data dimana dalam penulisan ini penulis melakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Wawancara ( Interview )

Penulis mengadakan wawancara langsung yaitu dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan sebagai pelengkap informasi sehingga diperoleh data – data yang jelas.

b. Kuisioner ( Angket )

Pengumpulan data melalui angket yang berisikan pertanyaan – pertanyaan tertulis kepada responden yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian ini. Dalam hal ini penulis menggunakan angket berstruktur berbentuk pilihan berganda serta menggunakan skala penilaian.

4. Organisasi Pengolah Data

Untuk mengolah data yang terkumpul sesuai dengan yang diperlukan dalam penelitian ini, maka dilakukan tahap pengorganisasian pengolahan data yang meliputi:

a. Klassifikasi Data

Dari jawaban responden yang terkumpul melalui angket yang diklasifikasikan dengan cara memberi kode pada jawaban responden, kemudian jawaban yang sama dikelompokkan menjadi satu.

b. Tabulasi Data

Setelah data diklasifikasikan, maka langkah selanjutnya adalah penyusunan atau pentabulasian data pada tabel yang tersedia.

c. Analisis Data

Setelah pentabulasian data akan dapat diketahui ada tidaknya masalah atau besarnya setiap masalah yang ada. Untuk memberikan arti terhadap data yang disajikan, maka data tersebut dianalisa dan diinterpretasikan.

d. Penghitungan.

Penghitungan dilakukan dengan frekwensi dari jawaban kemudian dimasukkan ke dalam skor bobot nilai dari opsi pilihan jawaban yang dilakukan adalah sebagai berikut :

- Jawaban a diberi nilai tiga - Jawaban b diberi nilai dua - Jawaban c diberi nilai satu

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah cara untuk memudahkan atau menyederhanakan pengolahan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dimengerti. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi untuk mengolah data kualitatif menjadi data kuantitatif ( berbentuk angka ). Untuk menghitung koefisien korelasi hubungan antara

Penerapan sistem suara terbanyak terhadap pelaksanaan demokrasi dipergunakan rumus statistik Product Moment Pearson :

n Σxy – ( Σx )( Σy )

Гxy =

√ ( n Σx ² - (Σx²)(n.Σy ² - ( Σy ) ²) Г = Korelasi ( hubungan )

N = Jumlah Responden

X = Skor Variabel Bebas yaitu Penerapan sistem suara terbanyak Y = Skor Variabel terikat yaitu Pelaksanaan demokrasi

Selanjutnya hasil yang diperoleh diuji dengan rumus t Гxy n - 2

t =

1 – ( Гxy )²

t = Harga untuk sampai berkorelasi r = Koefisien korelasi

Dokumen terkait