PENERAPAN SISTEM SUARA TERBANYAK
PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2009
SEBAGAI PERWUJUDAN DEMOKRASI
DI KECAMATAN BINJAI TIMUR
KOTA BINJAI
S K R I P S I
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik
O l e h
Nama : ERLEN JULITA SITUMORANG
NIM : 060906007
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan atas segala kekuatan yang diberikan kepada penulis untuk
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai suatu karya terbaik yang
pernah penulis buat.
Walau penulis menganggap skripsi ini sebagai karya terbaik pada waktu
penyelesaiannya, namun perlu disadari bahwa berbagai kekurangan atau ketidak
sempurnaan pasti terdapat dalam penulisan ini, hal tersebut tak lain adalah karena
keterbatasan kemampuan penulis, keterbatasan waktu maupun minimya literatur
serta sistematikanya yang jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
meningkatkan dan mempertajam analisa penulis dalam menyusun suatu karya
ilmiah dimasa mendatang.
Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis sangat berterimakasih
kepada orang-orang yang telah memberi motivasi, dukungan moril maupun
materil serta bimbingan kepada penulis antara lain :
1. Yang paling utama dan terpenting Tuhan Yang Maha Pengasih yang selalu
memberikan rahmat dan karunia dalam hidupku dan keluargaku.
2. Yang selalu menolong Bunda Perawan Maria, yang selalu memdampingi
dan memberikan cinta seorang bunda.
3. Kedua Orang Tua Penulis Ayahanda RISTEN SITUMORANG dan
Ibunda TAULI Br. SARAGI,SH yang sangat penulis sayangi karena
telah melahirkan, mengasuh serta mendo’akan penulis agar menjadi anak
tentang arti hidup, oleh karena itu inilah saatnya penulis untuk
mengucapkan terimakasih setulus hati.
4. Adikku EDWIN VANDE PUTRA SITUMORANG yang juga
menyayangiku dengan tulus dalam bentuk canda dan cengkerama yang
terkadang penulis salah mengerti, namun ternyata semua itu adalah
mutiara yang memberi spirit kepada penulis.
5. Bapak Prof.Dr.M. Arif Nasution,MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Dan Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
6. Bapak Heri Kusmanto,MA, selaku Ketua Jurusan Ilmu Politik FISIP
Universitas Sumatera Utara Medan.
7. Bapak Drs. Tonny P. Situmorang, MA selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing dan mengarahkan
penulis serta yang telah banyak membantu kelancaran penulisan skripsi
ini.
8. Bapak Drs. Heri Kusmanto, MA selaku Dosen Pembaca yang juga telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
9. Bapak Indra Kesuma Nasution, S.IP, M.si selaku Dosen Penguji pada saat
Meja Hijau (Sidang). Terima kasih untuk semua nasehat dan masukan
kepada penulis.
10.Seluruh Dosen dan asisten dosen yang telah mengajar dan mendidik
penulis selama ini, serta seluruh Staf Departemen Ilmu Politik Universitas
11.Buat para de’jandas mere,bella,stella,eka makasi ya buat persahabatan
kita selama ini,maaf kalau mungkin terdapat kesalahpahaman diantara
kita. Juga buat hilda dan cora terima kasih buat kebersamaan kita. Kalian
semua merupakan orang-orang terbaik yang pernah hadir dalam hidupku.
12.Buat Pastor Benny dan Pastor Selman Sipayung, terima kasih untuk
semua bantuan dan doa pastor sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi
ini. Saya selalu mohon doa Pastor dalam hidup saya.
13.Terima kasih buat bang Rusdy yang selalu membantu dengan senang hati.
Semoga Skripsi ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan bagi pembaca dan
menjadi bagian dari literatur penelitian yang dapat digunakan oleh semua pihak.
Terima kasih.
Binjai, 08 Juli 2010
Hormat Saya,
ABSTRAKSI
Dalam negara demokrasi hal yang dianggap paling penting dan senamtiasa menjadi perhatian adalah partisipasi rakyat dalam menentukan arah kebijakan negara, hal tersebut merupakan keniscayaan mengingat kedudukan rakyat sebagai pemegang kedaulatan.
Pemilihan Umum sebagai salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah secara periodik berdasarkan prinsip – prinsip demokrasi, merupakan implementasi dari partisipasi rakyat, sebagai pemegang kedaulatan dalam menentukan kebijakan negara, melalui pemilihan para wakil rakyat untuk duduk di parlemen dan selanjutnya dilaksanakan oleh eksekutif atau pemerintah.
Sebagai negara demokrasi yang berdasarkan Pancasila, Indonesia telah berulang kali melaksanakan Pemilihan Umum, dan bila dihitung setidaknya telah dilaksanakan 10 ( Sepuluh ) kali Pemilihan Umum yang memilih wakil rakyat dan Presiden, dan pada tahun 2004 dilaksanakan Pemisahan antar pemilihan Anggota Legislatif dengan Pemilihan Presiden.
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan demokrasi, melalui penyelenggaraan Pemilihan Umum legislatif 2009, dengan menerapkan sistem suara terbanyak untuk memilih anggota legislatif.
Penulisan ini dimaksudkan untuk menganalisa pelaksanaan Pemilu legislatif Tahun 2009, guna mendapatkan gambaran riel untuk dijadikan bahan rujukan dan pengetahuan praktis oleh berbagai pihak.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAKSI... ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ...vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... ...1
B. Perumusan Masalah... ... 6
C. Ruang Lingkup ... 6
D. Tujuan Penelitian ... ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Kerangka Teori ...8
1. Pemilihan Umum ...8
2. Demokrasi...12
G. Kerangka Konseptual...16
1. Pemilihan Umum dan Demokrasi...16
a. Pemilihan Umum...16
b. Kedudukan Rakyat Dalam Pemilu...20
c. Partai Politik dalam Pemilu...21
d. Komisi Pemilihan Umum...23
e. Pengawas Pemilu...23
f. Tahapan Penyelenggaraan Pemilu...24
g. Pemilu Sebagai Perwujudan Demokrasi...25
1.Library Research. ...26
2.Field Research ...27
H. Sistematika Penulisan... ... 31
BAB II DESKRIPSI KECAMATAN BINJAI TIMUR ... 32
A. Gambaran Umum Binjai ... ... 32
B. Wilayah ... ... 33
C. Perwakilan Di Legislatif ... ... 34
D. Partai Politik Peserta Pemilu. ...35
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN...36
A. Penyajian Data Dan hasil Kuisioner ...36
B Pembahasan ... 40
BAB V PENUTUP ...46
A. Kesimpulan ... 46
B. Saran ... 46
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 1 KATAGORI PERTANYAAN ...38
TABEL 2 JUMLAH RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN..39
TABEL 3 JUMLAH RESPONDEN BERDASARKAN PENDIDIKAN ...39
TABEL 4 JUMLAH RESPONDEN BERDASARKAN USIA...39
TABEL 5 TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP VARIABEL
SISTEM SUARA TERBANYAK ( X )...40
TABEL 6 TANGGAPAN RESPONDEN TERHADAP VARIABEL
DEMOKRASI (Y )...41
TABEL 7 KLASIFIKASI FREKUENSI JUMLAH NILAI JAWABAN
RESPONDEN TENTANG VARIABEL X ( SISTEM SUARA
TERBANYAK )...43
TABEL 8 KLASIFIKASI FREKUENSI JUMLAH NILAI JAWABAN
RESPONDEN TENTANG VARIABEL Y (WUJUD
DEMOKRASI)...44
ABSTRAKSI
Dalam negara demokrasi hal yang dianggap paling penting dan senamtiasa menjadi perhatian adalah partisipasi rakyat dalam menentukan arah kebijakan negara, hal tersebut merupakan keniscayaan mengingat kedudukan rakyat sebagai pemegang kedaulatan.
Pemilihan Umum sebagai salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah secara periodik berdasarkan prinsip – prinsip demokrasi, merupakan implementasi dari partisipasi rakyat, sebagai pemegang kedaulatan dalam menentukan kebijakan negara, melalui pemilihan para wakil rakyat untuk duduk di parlemen dan selanjutnya dilaksanakan oleh eksekutif atau pemerintah.
Sebagai negara demokrasi yang berdasarkan Pancasila, Indonesia telah berulang kali melaksanakan Pemilihan Umum, dan bila dihitung setidaknya telah dilaksanakan 10 ( Sepuluh ) kali Pemilihan Umum yang memilih wakil rakyat dan Presiden, dan pada tahun 2004 dilaksanakan Pemisahan antar pemilihan Anggota Legislatif dengan Pemilihan Presiden.
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan demokrasi, melalui penyelenggaraan Pemilihan Umum legislatif 2009, dengan menerapkan sistem suara terbanyak untuk memilih anggota legislatif.
Penulisan ini dimaksudkan untuk menganalisa pelaksanaan Pemilu legislatif Tahun 2009, guna mendapatkan gambaran riel untuk dijadikan bahan rujukan dan pengetahuan praktis oleh berbagai pihak.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demokrasi sebagai konsep ideal yang menjadi rujukan hampir semua
negara dalam mengatur hubungan antara pemerintah dengan warganya, pada saat
ini menjadi perhatian serius untuk dapat dilaksanakan oleh semua negara, baik
untuk kepentingan intern maupun ekstern. Fenomena tersebut terjadi karena
demokrasi diakui sebagai sistem yang paling sesuai dan paling mendekati idealita,
bahwa negara pada hakekatnya adalah representasi kehendak rakyat.
Hal tersebut tentunya sangat beralasan karena untuk melaksanakan fungsi
kedaulatannya rakyat harus ikut menentukan jalannya negara melalui proses
pemilihan wakil – wakilnya di parlemen yang dilaksanakan melaui suatu
Pemilihan Umum secara berkala atau periodik.
Demikian banyaknya istilah demokrasi seperti demokrasi konstitusionil,
demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, atau demokrasi Pancasila, namun
demikian kesemuanya itu dimaksudkan untuk memberikan suatu jaminan bahwa
negara tersebut menganut azas atau melaksanakan sistem demokrasi.
Pilihan terhadap demokrasi untuk dilaksanakan oleh negara – negara
didunia saat ini semakin intensif. Apalagi setelah abad ke 19, yang kemudian
semakin nyata saat ini, karena demokrasi telah menjadi bagian penting bagi
sebuah negara dalam hubungan kerjasama antar negara, khususnya bagi negara –
hak – haknya, adalah termasuk dalam kategori Hak Azasi Manusia yang harus
dihormati dan tidak dapat diabaikan oleh siapapun juga.
Indonesia sebagai negara yang memiliki Ideologi bernama Pancasila pada
dasarnya telah merumuskan gagasan mengenai demokrasi dengan sebutan
“kerakyatan “ sebagaimana tercantum pada Pancasila. Adapun makna dari
kerakyatan adalah bahwa Indonesia menjunjung tinggi kedaulatan rakyat sebagai
acuan dalam kehidupan bernegara diatas dasar keadilan. Oleh sebab itu berbagai
hal menyangkut kepentingan rakyat dalam hubungannya dengan negara diatur
berdasarkan tuntutan demokrasi sebagaimana termaktub dalam UUD 1945.
Bagian dari tuntutan demokrasi di Indonesia yakni ketika dilakukan reformasi dan
ditindak lanjuti dengan diundangkannya berbagai peraturan yang diselaraskan
dengan tuntutan demokrasi seperti Pemilu, Otonomi Daerah dan sebagainya.
Sebagai bentuk komitmen demokrasi melalui reformasi pada tahun 1998,
yang bertujuan menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara atas dasar
kepentingan rakyat. Kedudukan rakyat sebagai pemegang kedaulatan merupakan
prinsip yang harus ditegakkan berdasarkan tuntutan demokrasi. Oleh sebab itu
reformasi yang terjadi di Indonesia tidak semata – mata akibat krisis ekonomi
semata, melainkan sebagai bentuk akumulasi tertekannya hak – hak rakyat pada
masa Orde Baru. Hal ini dapat dilihat pada berbagai perubahan signifikan
dibidang politik dan demokrasi serta Hak Azasi Manusia.
Dampak dari berbagai perubahan tersebut diatas adalah semangat
keterbukaan dalam kehidupan demokrasi, dimana rakyat bukan lagi menjadi objek
dalam lapangan politik secara lebih terbuka untuk menyalurkan aspirasi dan hak –
hak yang dimiliknya, sebab inti demokrasi adalah menghormati hak yang dimiliki
rakyat sebagai sesuatu yang hakiki.
Dalam konteks pelaksanaan demokrasi oleh suatu negara pada umumnya
berhubungan dengan pergantian kepemimpinan secara berkala. Realitas
demokrasi yang paling umum kita lihat adalah pada saat dilaksanakannya
Pemilihan Umum ( PEMILU ), dimana rakyat menyalurkan aspirasi dan hak- hak
yang dimilikinya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tanggungjawab untuk menentukan arah dan kebijakan
pemerintah pada masa berikutnya.
Menurut International Commission of Jurits mengenai sistem politik yang demokrastis adalah ”Suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan – keputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui wakil – wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggungjawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas” 1
1. Hak rakyat dalam membuat keputusan politik. .
Setidaknya terdapat beberapa point penting menyangkut sistem yang
demokratis dari pandangan diatas yakni :
2. Pemilihan para wakil rakyat.
3. Proses pemilihan yang bebas.
Ketiga hal tersebut menggambarkan kedudukan rakyat dalam
hubungannya dengasn negara. Bila dikaitkan dengan Indonesia maka pada
dasarnya sejak awal kelahirannya Indonesia telah memposisikan rakyat sebagai
1
pementu kebijakan negara dengan menempatkan Pancasila sebagai ideologi telah
mencantumkan ”Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan” yang berarti bahwa prinsip demokrasi pada
dasarnya bukan hal yang asing dalam sejarah kehidupan politik di Indonesia.
Bila kita telaah perihal kehidupan demokrasi di Indonesia, bahwa sejak
proklamasi kemerdekaan hingga saat ini menunjukkan kemajuan dan
perkembangan yang semakin baik. Sejarah telah membuktikan bahwa
implememntasi atau praktek demokrasi telah berlangsung melalui
penyelenggaraan Pemilihan Umum yang bersifat Langsung, Umum, Bebas dan
Rahasia, yang dilaksanakan pertama kali tahun 1955. Selanjutnya sejak tahun
1971 hingga saat ini dalam penyelenggaraannya dilaksanakan secara berkala lima
tahunan sekali.
Meskipun kehidupan demokrasi di Indonesia mengalami banyak kemajuan
bila dipandang dari sisi kuantitas, namun dalam konteks kualitas masih diperlukan
analisis dan kajian lebih mendalam, termasuk berbagai perangkat aturan yang
lebih komprehensif dan tuntas dalam mengakomodir berbagai kepentingan
menyangkut penyelenggaraan Pemilihan Umum di Indonesia, sehingga aspek
kebebasan, kejujuran. keadilan maupun fair play oleh penyelenggara senantiasa
harus diupayakan untuk terwujudnya demokrasi yang dicita - citakan.
Dengan semakin maju dan meningkatnya pendidikan masyarakat pada
umumnya tentu semakin membuka pemikiran dan rasa tanggungjawab terhadap
bangsa dan negara. Bentuk tanggungjawab tersebut adalah melalui partisipasi
dilaksanakan harus dapat memberi perubahan pada masyarakat secara nyata.
Salah satu kemajuan dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum di Indonesia
adalah ditetapkannya sistem suara terbanyak pada Pemilihan Umum Legislatif
tahun 2009. Keputusan tersebut dilaksanakan berdasarkan tinjauan terhadap UU
No. 10 Tahun 2008 karena pada UU No.10 tersebut belum sepenuhnya mewakili
aspirasi rakyat dalam menentukan wakil-wakilnya. Maka untuk lebih memenuhi
hakekat demokrasi dan aspirasi rakyat dilakukan perubahan terhadap salah satu
pasal melalui keputusan Mahkamah Konstitusi yang menetapkan bahwa calon
legislatif terpilih sebagai wakil rakyat yang akan duduk di parlemen adalah yang
memiliki perolehan suara terbanyak.
Dari perubahan sistem dalam menentukan wakil – wakil rakyat yang
terpilih melalui suara terbanyak, tentu terdapat beberapa hambatan karena sistem
tersebut relatif baru. Namun karena pemihakan yang tinggi terhadap kepentingan
rakyat tentunya harus diapresiasi karena sangat berpengaruh bagi kehidupan
demokrasi di Indonesia. Perubahan signifikan tersebut bermakna bahwa Indonesia
telah membuktikan eksistensinya untuk sepenuhnya menjadi negara yang
demokratis.
Dari uraian sebagaimana dikemukakan diatas perlu kiranya dianalisa lebih
mendalam tentang aspek demokrasi menyangkut pelaksanaan Pemilihan Umum
Legislatif Tahun 2009. Pentingnya analisis tersebut adalah untuk mendapatkan
gambaran riel dari berbagai aspek tentang Pemilu. Hal pokok yang perlu medapat
perhatian yakni proses penyelenggaraan, mekanisme dan berbagai implikasi yang
pelaksanaanya dimasa mendatang. Adapun yang menjadi kajian adalah
sejauhmana respon rakyat bila dikaitkan dengan partisipasinya dalam Pemilihan
Umum Legislatif Tahun 2009 dalam suatu bahasan skripsi dengan judul ”
PENERAPAN SISTEM SUARA TERBANYAK PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2009 SEBAGAI PERWUJUDAN DEMOKRASI DI KECAMATAN BINJAI TIMUR KOTA BINJAI.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
1. Sejauhmana penerapan sistem suara terbanyak memenuhi azas demokrasi
pada Pemilu Legislatif 2009 ?
2. Sejauhmana hak – hak rakyat dijalankan melalui Pemilihan Umum dengan
sistem suara terbanyak pada Pemilu Legislatif 2009 ?
3. Bagaimana mekanisme penghitungan suara untuk menentukan calon
legislatif terpilih dengan system suara terbanyak pada Pemilu Legislatif
2009 ?
C. Ruang Lingkup
Untuk menghindari terlalu luasnya masalah yang akan dibahas maka
penulis membatasinya agar topik yang akan dikemukakan dapat lebih fokus dan
mendalam, untuk itu penulis membatasinya pada aspek :
1. Tentang pelaksanaan Pemilu legislatif 2009 yang menggunakan sistem suara
2. Mekanisme dalam menentukan calon legislatif terpilih pada Pemilihan Umum
Legislatif tahun 2009 di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai..
3. Implementasi demokrasi berkaitan dengan pelaksanaan Pemilihan Umum
Legislatif tahun 2009 di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai.
D. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian atau penulisan mempunyai tujuan yang
menggambarkan suatu bahasan masalah, demikian pula pada penulisan skripsi ini
mempunyai tujuan :
1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang hubungan antara
demokrasi dengan penyelenggaraan Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009.
2. Untuk mengetahui sejauhmana implementasi penerapan sistem suara
terbanyak terkait dengan hak – hak rakyat dalam menentukan wakilnya di
parlemern.
3. Untuk menjadi bahan perbandingan antara teori yang penulis peroleh dari
perkuliahan dengan realitas yang ada dilapangan.
4. Untuk mengetahui berbagai dinamika yang mempengaruhi pelaksanaan
E. Manfaat Penelitian
Mengenai manfaat dari penulisan skripsi ini antara lain adalah :
1. Aspek Teoritis
Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan guna melengkapi dan memperjelas teori – teori yang telah ada serta
untuk memperkaya khasanah dibidang ilmu politik.
2. Aspek Praktis
a. Agar masyarakat dapat mengetahui hakekat penyelenggaraan Pemilu
sebagai wujud demokrasi yang berguna bagi kemajuan bangsa dan
negara.
b. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk mewujudkan demokrasi
sebagai bentuk kedaulatan rakyat melalui penyelanggaraan PEMILU
yang Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil.
c. Sebagai sarana memperkaya pengetahuan dan kepustakaan penulis
yang masih terbatas yang diperoleh pada masa perkuliahan.
F. Kerangka Teori 1. Pemilihan Umum
Pemilu sebagai sarana rakyat untuk menyalurkan aspirasi dan haknya
merupakan implementasi kedaulatan rakyat, oleh sebab itu negara harus
menghormati hak – hak rakyat, karena eksistensi negara sangat ditentukan oleh
kita pahami beberapa defenisi tentang Pemilu sebagaimana dikemukakan
diabawah ini.
UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif menyebutkan :
”Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.2
” Kemauan rakyat adalah dasar kekuasaan pemerintah, kemauan itu
dinyatakan dalam pemilihan berkala dan jujur yang dilakukan menurut hak pilih
yang bersifat Umum dan berkesamaan serta dengan pemungutan susra yang
rahasia ataupun menurut cara yang menjamin kebebasan mengeluarkan suara” Defenisi lain yang dapat dikemukakan adalah sebagaimana dirumuskan pada
Universal Declaration Of Human Rights yaitu :
3
a. Hak memilih atau hak pilih aktif yaitu : hak yang digunakan dalam suatu
pemilihan Umum untuk memilih wakil – wakil rakyat yang telah memenuhi
syarat yang telah ditetapkan
Dalam Pemilu terdapat 2 hal yang sangat penting sebagai prasyarat
kesempurnaan pemilu yakni:
b. Hak dipilih yaitu hak warga negarauntuk dipilih sebagai wakil rakyat yang
akan akan duduk di lembaga Legislatif dalam suatu pemilihan Umum dengan
memenuhi syarat-syarat tertentu yang telah ditetapkan.
2
UU RI No. 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Anggota DPR, DPRD Prop, DPRD
Kab./Kota. 3
Dalam perspektif yang lebih luas prinsip kedaulatan rakyat mengahruskan adanya lembaga perwakilan rakyat yang pengisiannya berdasarkan Pemilihan Umum sebagai sarana mendudukkan para wakil rakyat yang akan mewakili kepentingan mereka. Dengan pemilihan itulah rakyat mempunyai hak untuk memilih wakilnya berdasarkan kesepakatan hukum yang mendasarinya.4
“Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”
Pengertian tersebut selaras dengan makna bahwa, untuk pelaksanaan
kedaulatan rakyat adalah dengan melaksanakan Pemilihan Umum, karena pemilu
adalah sarana memberikan hak sepenuhnya bagi rakyat untuk menyalurkan
aspirasinya. Hak tersebut harus digunakan untuk menentukan para wakil –
wakilnya atau orang – orang yang dapat dipercaya sebagai penyalur aspirasinya
yang akan duduk di parlemen. Bersamaan dengan itu pula terdapat hak untuk
dipilih bagi calon – calon yang akan duduk di lembaga Legislatif berdasarkan
syarat - syarat yang telah ditentukan.
Pada Bab I Ayat 2 UU No. 10 tahun 2008 menyebutkan :
5
Pada pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif yang dipilih adalah wakil
– wakil rakyat diberbagai tingkatan baik tingkat Kabupaten/kota, Provinsi sampai
tingkat Pusat. Pemisahan pennyelenggaraan Pemilihan Umum Legislatif dengan
Pemilihan Presiden yang dimulai pada tahun 2004, fenomena tersebut merupakan
sesuatu yang baru kehidupan demokrasi di Indonesia.
4
Samsul Wahidin, Dimensi Kekuasaan Negara Indonesia,Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007. hal. 44.
Mengingat Pemilu adalah momen penting yang harus terlaksana dengan
baik, maka penyelenggaraan Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009 untuk
Pemilihan Legislatif dilaksanakan oleh Pemerintah guna menyahuti demokrasi
yang lebih ideal dan representatif, dengan menetapkan UU RI No. 10 Tahun 2008
Tentang Pemilihan Anggota DPR, DPRD Prop, DPRD Kab./Kota.
Pada pemilihan calon legislatif pemilu 2009 untuk menentukan calon
yang berhak duduk mewakili rakyat di parlemen adalah yang terbanyak dipilih
rakyat, karena rakyat tidak lagi memilih partai atau calon dengan sistem daftar
berdasarkan nomor urut, melainkan dengan melihat siapa calon yang terbanyak
dipilih atau mendapat suara terbanyak.
Sistem penetuan calon terpilih tersebut dilaksanakan setelah dianalisa
bahwa salah satu pasal perlu diajukan pada sidang Mahkamah Konstitusi, untuk
dipelajari dan dianalisa berkaitan dengan komitmen penegakan demokrasi yang
lebih nyata dan memenuhi aspirasi rakyat. Hasil analisa dan kajian Mahkamah
Konstitusi terhadap tuntutan peninjauan UU Pemilu tersebut maka ditetapkan
bahwa dalam penentuan Legislatif terpilih dilakukan berdasarkan hasil perolehan
suara terbanyak.
Sistem suara terbanyak telah disetujui Mahkamah Konstitusi pada pertengahan Desember 2008, dimana penerapan system ini telah membatalkan mekanisme nomor urut seperti yang diatur dalam Undang- Undang Pemilu, namun pemilu 2009 masih akan menjadi transisi bagi penerapan sistem suara terbanyak, karena bukan hanya uang dan popularitas melainkan juga kwalitas yang diperoleh dari proses yang demokratis. Proses yang demokratis sangat membutuhkan kecerdasan rakyat dalam memilih dengan perubahan yang tiada henti dalam system Pemilu yang sudah dimulai dengan system suara terbanyak.6
6
Kenyataan tersebut tentunya memberi suatu perubahan yang nyata
bahwa demokrasi sebagai hak rakyat harus mendapat apresiasi sepenuhnya untuk
dilaksanakan sebagai format yang selaras dengan Pancasila sebagai ideologi
Negara yang termaktub dalam UUD 1945.
2.Demokrasi
Demokrasi dalam istilah bahasa atau asal kata derasal dari bahasa Yunani
yaitu ”Demos” yang berarti Rakyat dan ”Kratos” yang berarti kekuasaan/
berkuasa sehingga arti demokrasi adalah ” Rakyat Berkuasa”.7
a. Pemerintahan dari rakyat ( Government of the people)
Kekuasaan pemerintahan berada ditangan rakyat mengandung pengertian
kepada tiga hal yaitu :
b. Pemerintahan oleh rakyat ( Government by the people)
c. Pemerintahan untuk rakyat ( Government for the people)
Oleh sebab itu sejak demokrasi menjadi atribut utama bagi negara – negara
modern maska perwakilan merupakan mekanisme untuk merealisasikan gagasan
demokrasi yang normatif yaitu pemerintahan harus dijalankan dengan kehendak
rakyat.8
Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik, hal ini disebabkan karena demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat ( kekuasaan warga negara ) atas negara untuk dijalankan pemerintah negara tersebut.9
7
M. Solly Lubis, Ilmu Negara, Bandung, Alumni, 1980, hal. 72
8
Heri Kusmanto, Pengantar Ilmu Politik, Pustaka Bangsa Press, 2006, hal. 37.
9
Berbagai macam demokrasi banyak kita temui dalam peristilahannya
seperti Demokrasi Konstitusi, Demokrasi Terpimpin, Demokrasi Parlementer dan
lain-lain yang menunjukkan bahwa negara tersebut menganut sistem demokrasi
sebagai prinsip kedaulatan negara, termasuk Indonesia sebagai negara demokrasi
yang mendasarkan prinsip dan ideologinya pada Pancasila.
Dari pandangan tentang demokrasi sebagaimana dikemukakan diatas
terdapat gambaran bahwa rakyat sebagai pemegang kedaulatan yang
diimplementasikan melalui peran sertanya dalam kehidupan demokrasi, yakni
memilih dan dipilih dalam koridor konstitusi untuk menentukan nasibnya melalui
Pemilihan Umum yang demokratis, adil dan jujur.
Joseph Schumpeter merumuskan bahwa : “demokrasi merupakan metode
politik” warga Negara diberi kesempatan untuk memilih salah satu diantara
pemimpin – pemimpin politik yang bersaing meraih suara.10
”Suatu pemerintahan dimana kekuasaan terletak ditangan sejumlah orang –
orang yang dipertuan atau orang-orang yang mempunyai kedudukan penting Wujud demokrasi pada dasarnya adalah keikutsertaan dan kehendak
seluruh rakyat untuk menentukan arah dan tujuan Negara melalui
penyelenggaraan Pemilihan Umum. Hal ini menunjukkan bahwa keterbukaan dan
kebebasan warga negara untuk berpendapat dan berserikat guna menyalurkan
aspirasinya mendapat tempat di Negara ini.
Pada masa kelahiran demokrasi yang menjadi ide dasar atau disebut
dengan istilah demokrasi kuno bahwa demokrasi adalah :
10
dalam masyarakat karena keturunan ( bangsawan ) yang tidak tergolong sebagai
budak”11
“ Partai Politik adalah Organisasi Politik yang bersifat nasional yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik dan anggota, masyarakat, bangsa dan negara serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang dasar 1945.”
Membicarakan tentang demokrasi tidak lepas dari mekanisme pelaksanaannya
karena pola pikir dan logika masyarakat pasti tidak sama. Untuk menyerap
berbagai aspirasi tersebut diperlukan saluran yang dapat menjembatani pemikiran
yang berbeda tersebut. Dalam hal ini tentu memerlukan kelompok atau organisasi
sebagai gabungan kekuatan yang dapat menampung aspirasi rakyat.
Dalam dunia politik dan kenegaraan, kelompok atau organisasi yang
menjadi saluran aspirasi masyarakat adalah partai politik. Pada umumnya partai
politik menempatkan atau mengusung visi dan misi sebagai gagasan untuk
menarik masyarakat. Keberadaan partai masih merupakan perangkat strategis
untuk menjadi legitimasi politik. Namun seiring dengan kemajuan masyarakat dan
keterbukaan saat ini menjadikan masyarakat semakin kritis. Kepekaan masyarakat
terhadap dinamika, efektifitas, dan kemampuan merepresentasikan kehendak
rakyatt adalah kunci daya tarik masyarakat memilih partai.
Sebagai saluran aspirsai rakyat yang memiliki legitimasi maka partai
politik menjadi penentu kehidupan demokrasi. Undang – Undang Republik
Indonesia No.10 Tahun 2008 mendefinisikan Partai Politik sebagai berikut:
12
11
Op.Cit, hal. 72
12
Selanjutnya Carl J. Friedrich mengemukakan :
“Partai Politik adalah “ Sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil
dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan
bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada
anggota partainya kemanfaatan yang bersifat Idiil maupun materil” 13
Partai Politik adalah “ Sekelompok warga negara yang sedikit banyak
terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan
memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih dan bertujuan menguasai
pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka “ Sedangkan R.H. Soltau mendefinisikan :
14
1. Keanggotaannya terdiri dari warga negara atau rakyat yang berkeinginan
untuk berperan serta membangun pemerintahan sesuai aspirasi dan
keinginannya secara bersama – sama.
Pengertian dari defenisi diatas menggambarkan bahwa partai politik
setidaknya kecenderungan yang harus menjadi pedoman pokok yaitu :
2. Adanya persamaan cita – cita para anggotanya,
3. Adanya organisasi atau kelompok yang dibangun sebagai penyaluran aspirasi.
4. Bertujuan menguasai dan membuat kebijakan sesuai aspirasi anggotanya demi
kepentingan bangsa dan negara.
Dengan demikian maka keberadaan partai politik adalah menjadi syarat
utama untuk mewujudkan kehendak rakyat dalam mengatur dan membuat
13
Loc. Cit, hal. 161
14
kebijakan tentang arah dan tujuan negara melalui pembentukan pemerintahan oleh
partai politik pemenang dalam pemilihan Umum.
G. Kerangka Konseptual
1. Pemilihan Umum dan Demokrasi a. Pemilihan Umum
Setiap negara tentu memiliki sistem politik yang diterapkan, termasuk
Indonesia sebagai sebuah negara yang menganut azas demokrasi, dimana
Pemilihan Umum merupakan bagian dari sistem politik yang mengagendakan
pemerintah untuk melaksanakannya secara berkala, yakni dalam lima tahun sekali.
Dalam hal demokrasi melalui penyelenggaraan Pemilihan Umum Indonesia melaksanakannya untuk pertama kali pada tahun 1955, yaitu sepuluh tahun setelah kemerdekaan, Pemilu pada tahun 1955 tersebut menggunakan sistem proporsional yang berlangsung secara demokratis pada 29 September 1955 dengan jumlah yang berhak memilih 43.104.454 orang dan yang memilih sebanyak 37.875.299 orang, adapun penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan Umum ( PPU )15
Dalam perjalanan kepemimpinan Golongan Karya pemerintah membuat
ketentuan dan aturan tentang Pemilihan Umum dengan menyederhanakan jumlah
partai atau fusi partai menjadi 3 ( Tiga ) partai peserta Pemilu dan dalam .
Pada pelaksanaan selanjutnya adalah pada masa Orde Baru setelah
pecahnya G. 30 S. /PKI, yang menunjuk Let.Jend Soeharto sebagai Presiden RI
pada tahun 1967, dan empat tahun kemudian yaitu pada tahun 1971 dilaksanakan
Pemilihan Umum yang kedua yang dimenangkan oleh Golongan Karya karena
dianggap sebagai aspirasi golongan bukan sebagai partai.
15
pelaksanaannya secara berkala untuk kurun waktu 5 (Lima ) tahun sekali sampai
pada tahun 1997.
Reformasi pada tahun 1998 sebagai akibat akumulasi berbagai persoalan
yang melanda Indonesia berdampak pada pengunduran diri Soeharto dari jabatan
Presiden. Selanjutnya untuk menjalankan pemerintahan ditunjuk Wakil Presiden
BJ Habibie untuk menyelesaikan berbagai masalah kebangsaan termasuk tuntutan
terhadap demokrasi sebagai hak rakyat yang harus dihormati.
Berbagai perubahan dilakukan oleh BJ. Habibie, dimana salah satunya
adalah pelaksanakan Pemilu yang demokratis. Penetapan pelaksanaan Pemilu
pada tahun 1999 adalah sebagai awal periode Pemilu masa reformasi dan pada
pemilu berikutnya tahun 2004 dilakukan pemisahan yakni Pemilihan Legislatif
dan Pemilihan Presiden.
Pemilihan Umum ( Pemilu ) yang dilaksanakan oleh pemerintah secara
berkala lima tahun sekali adalah sebagai bentuk pelaksanaan kedaulatan rakyat
secara langsung untuk menentukan jalannya negara lima tahun kedepan. Bentuk
kedaulatan dimaksud adalah memilih orang – orang yang dipercaya, untuk
menjalankan roda pemerintahan. Setiap penyelenggaraan Pemilu tentunya
melibatkan seluruh warga masyarakat, oleh sebab itu Pemilu tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh yang berkembang menjelang pelaksanaannya sampai
penentuan hasilnya. karena setiap proses Pemilu adalah proses perebutan simpati
rakyat.
Adapun aktifitas yang berlangsung pada setiap penyelenggaraan Pemilu
untuk berpartisipasi. Pada kegiatan Pemilu disamping untuk menentukan calon
wakil yang akan dipilih, termasuk juga menyertakan rakyat dalam proses
pemerintahan, bahkan dalam kegiatan Pemilu yang demokratis berbagai
perubahan dapat terjadi tanpa diperhitungkan.
Dinamika yang terjadi pada setiap penyelenggaraan Pemilu sebagaimana
uraian diatas merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena :
a. Keterlibatan langsung warga masyarakat.
b. Adanya semangat untuk memenangkan pilihannya masing-masing.
c. Adanya semangat mempertahankan dan ada yang menginginkan perubahan.
d. Adanya fanatisme terhadap partai atau kontestan tertentu.
Dengan adanya kondisi demikian maka persoalan yang paling mendasar
adalah bagaimana pemilu dimaknai pada proporsi yang tepat. Hal ini sangat
dibutuhkan karena persaingan antar partai dalam Pemilu adalah untuk menarik
minat rakyat berdasarkan program partai yang dapat mewakili kehendak rakyat.
Namun karena situasi yang bernuansa persaingan maka pemilu terkadang dapat
meningkatkan rivalitas antar pendukung partai. Hal ini sangat erat kaiatannya
dengan kepentingan suatu pihak, nilai – nilai yang akan ditawarkan, keinginan dan
harapan kepada perwakilan yang didukung.
Mengingat pluralisme masyarakat di Indonesia dengan berbagai latar
belakng budaya, sangat wajar bila pengalaman pelaksanaan Pemilu menjadi
inspirasi untuk membangun sistem Pemilu yang berwatak Indonesia. Walaupun
dunia, akan tetapi dalam praktek pelaksanaan Pemilu kita perlu menyusun foramat
yang lebih efisien dan memenuhi aspek budaya masyarakat yang berkembang.
Bila dicermati berbagai pengalaman melaksanakan Pemilu tentunya kita
masih harus mengkaji lebih spesifik berbagai aspek pelaksanaannya guna
mendapatkan kwalitas Pemilu yang lebih adil dan jujur, disamping itu
pelaksanaan Pemilu sebagai komitmen demokrasi dan kedaulatan rakyat harus
pula mendidik rakyat untuk cerdas dalam memilih.
Pengalaman pelaksanaan Pemilu di Indonesia ditinjau dari aspek
demokrasi dapat dilihat pada Pemilu yang pertama yang diikuti banyak partai,
demikian pula Pemilu setelah reformasi yang diikuti banyak partai adalah bentuk
hak – hak demokrasi untuk menyalurkan aspirasinya secara lebih luas. Bila
dibandingkan dengan pelaksanaan Pemilu dimasa Orde Baru yang cenderung
mengutamakan stabilitas dengan pembatasan jumlah partai, dan mengutamakan
dominasi pemerintah yang berperan sebagai penguasa akhirnya tidak mampu
bertahan.
Perbandingan fase Pemilu di Indonesia pada fase awal kemerdekaan, Orde
Baru dan Reformasi, maka jelas bahwa eksistensi rakyat sebagai pemegang
kedaulatan merupakan prinsip dasar yang tidak dapat dihilangkan, sebagaimana
tampak pada pelaksanaan Pemilu pertama dan kedua, selanjutnya setelah
b. Kedudukan Rakyat Dalam Pemilu
Rakyat sebagai unsur negara adalah bagian integral yang melekat dalam
satu kesatuan, tanpa ada rakyat maka negera tidak pernah ada. Kepentingan
negara terhadap rakyat harus menjadi dasar terlaksananya suatu pemerintahan.
Oleh sebab itu rakyat sebagaimana pemahaman demokrasi modern adalah
pemegang kedaulatan yang menentukan perjalanan negara.
Dalam konteks mewujudkan kedaulatan rakyat, maka pemerintah tidak
dapat melakukan kebijakan tanpa persetujuan rakyat. Bentuk persetujuan rakyat
dalam sistem demokrasi adalah melalui perwakilan yang duduk dalam parlemen,
dimana parlemen yang memutuskan kebijakan pemerintah dapat dilaksanakan
atau tidak.
Dengan bersandar pada kedudukannya tersebut maka untuk
terselenggaranya pemerintahan yang demokratis dilaksanakan pemilihan para
wakil rakyat yang akan duduk di parlemen untuk kurun waktu tertentu. Pemilihan
para wakil rakyat tersebut dilaksanakan melalui suatu pemilihan yang
diselenggarakan secara menyeluruh yang disebut pemilihan Umum atau Pemilu.
Keberhasilan dan kesuksesan Pemilu yang dilaksanakan sangat tergantung
pada partisipasi rakyat sebagai pemilih, oleh karena itu pada setiap pelaksanaan
Pemilu dengan segala perangkat pendukungnya, pemerintah berupaya mengajak
dan menghimbau masyarakat untuk menggunakan haknya pada hari pelaksanan
c. Partai Politik Dalam Pemilu
Pemilu sebagai sarana mengaktualkan demokrasi telah berkembang
demikian pesatnya, bahkan banyak negara yang lebih dahulu melaksanakan
Pemilu tetap harus melakukan kontrol dan evaluasi dalam pelaksanaannya. Hal ini
dilakukan mengingat dalam politik terdapat dinamika baik intern maupun ekstern,
yang memungkinkan terjadi perubahan yang sangat cepat dalam kehidupan
politik suatu negara. Disamping itu karena penyelenggaraannya yang melibatkan
seluruh rakyat, maka Pemilu syarat dengan berbagai kepentingan untuk menarik
simpati rakyat yang dilakukan oleh partai politik.
Timbulnya sejarah parpol diawali dari permulaan usaha penyusunan
pemerintahan sentral republik yang didasarkan atas pasal 2 I – IV Aturan
Peralihan UUD 1945 dan dengan dikeluarkannya :
1. Maklumat Pemerintah RI tanggal 3 Novembar 1945 yang berisi tentang
mendirikan parpol dalam rangka memperkuat perjuangan kemerdekaan.
Maklumat Pemerintah tersebut dimaksudkan agar kehidupan demokrasi yang
ada dalam masyarakat dapat dipimpin ke jalan yang teratur.
2. Pemerintah berharap supaya partai – partai itu telah tersusun sebelum
dilangsungkan pemilihan badan – badanperwakilan rakyat dalam bulan
Januari 1946.16
Didalam negara yang bersistem demokrasi keberadaan parpol telah
menjadi syarat mutlak, dengan adanya anggapan itu parpol telah tumbuh dan
berkembang sebagai penghubung antara rakyat disatu pihak dengan pemerintah
16
dipihak lain. Salah satu syarat terwujudnya demokrasi adalah adanya parpol yang
berfungsi maksimal dan efektif sebagai wadah aspirasi politik masyarakat.17
“ Partai politik adalah organisasi politik yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita – cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Repulik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”.
Keberadaan partai politik dalam Pemilu menjadi sangat strategis karena
partai politik dimanifestasikan sebagai alat perjuangan untuk membela
kepentingan anggota yang notabenenya adalah rakyat. Hal ini sebagaimana
disebutkan dalam UU NO. 2 Tahun 2008 tentang partai politik yang menyebutkan
:
18
Pengertian tersebut memiliki makna bahwa landasan pendirian partai yang
paling inti adalah persamaaan kehendak dan cita – cita memperjuangkan dan
membela kepentingan anggota atau rakyat, untuk selanjutnya mengartikulasikan
keinginan anggotanya dalam bentuk formulasi politik untuk direalisasikan dalam
bentuk perjuangan menggalang suara melalui Pemilu.
17 Khoiruddin, Parpol Dan Agenda Transisi Demokrasi, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2004, hal. 8.
18
d. Komisi Pemilihan Umum
Salah satu Unsur penting dalam penyelenggaraan Pemilu adalah badan
yang bersifat netral dan independen, saat ini di Indonesia telah dibentuk badan
atau lembaga yang menyelenggarakan Pemilu yaitu Komisi pemilihan Umum
(KPU) dan telah melaksanakan beberapa kali Pemilu, Pemilu legislatif, Pemilu
presiden dan Pemilihan Kepala Daerah.
Komisi pemilihan Umum atau KPU dalam penyelenggaraan Pemilu diberi
kewenangan dalam hal tata laksana dan tahapan Pemilu yang akan digelar.
Sebagai lembaga penyelenggara maka keberadaan KPU diatur dalam UU Pemilu
No. 10 Tahun 2008 Bab I pasal 6 yang menyebutkan :19
Disamping penyelenggara pemilu sebagai pelaksana maka untuk dalam
hal pengawasannya pada penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2009 unsur penting
lainnya adalah Pengawasan guna mendapatkan hasil Pemilu yang fair. Untuk itu “ Komisi Pemilihan Umum, selanjutnya disebut KPU, adalah lembaga
penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
Selanjutnya pasal 7 menyebutkan :
“ Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut KPU provinsi dan KPU Kabupaten/Kota,
adalah penyelenggara Pemilu di provinsi dan kabupaten/kota.
e. Pengawas Pemilu
19
ditetapkan badan atau lembaga yang mangawasi yaitu badan pengawas Pemilu
untuk tingakt Pusat dan untuk daerah disebut dengan Panitia Pengawas Pemilu.20
a. Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih;
“Badan Pengawas Pemilu, selanjutnya disebut Bawaslu, adalah badan
yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.”
“Panitia Pengawas Pemilu Provinsi dan Panitia Pengawas Pemilu
Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut Panwaslu provinsi dan Panwaslu
kabupaten/kota, adalah panitia yang dibentuk oleh Bawaslu untuk mengawasi
penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi dan kabupaten/kota.”
f. Tahapan Penyelenggaraan Pemilu
Tahapan penyelenggaraan Pemilu adalah rangkaian kegiatan dalam
pelaksanaan Pemilu dimana seluruh komponen pelaksanaannya dilakukan oleh
KPU. Berikut ini adalah tahapan pennyelenggaraan Pemilu Legislatif 2009.
b. Pendaftaran Peserta Pemilu;
c. Penetapan Peserta Pemilu;
d. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;
e. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota
f. Masa kampanye;
g. Masa tenang;
h. Pemungutan dan penghitungan suara;
20
i. Penetapan hasil Pemilu; dan
j. Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota.
g. Pemilu Sebagai Perwujudan Demokrasi
Pengertian atau istilah demokrasi sebagaimana telah diuraikan pada bab
terdahulu yang berarti ”rakyat berkuasa” adalah suatu refleksi bahwa tanpa
adanya rakyat maka demokrasi tidak ada.
Demokrasi sebagai suatu proses politik adalah untuk memberi kekuasaan
yang adil dan mutlak kepada rakyat, oleh sebab itu sebagai suatu proses politik
maka demokrasi sangat dinamis. Hal ini dapat dilihat diberbagai negara termasuk
Indonesia dalam pelaksanaan demokrasi, indikasi perkembangan dan nilai
maupun aksentuasi demokrasi sudah mengalami perkembangan yang telah jauh
dari makna kelahirannya.
Perkembangan demokrasi modern semakin banyak mempengaruhi
berbagai negara ketika ide kedaulatan rakyat dari Rosseau berkembang sebagai
pola dan sistem pelaksanaan demokrasi, sebagaimana disebutkan : ” Yang
berdaulat ialah rakyat, sedangkan pemerintah hanya menjadi wakilnya saja,
apabila pemerintah tidak menjalankan urusannya sesuai kehendak rakya, maka
pemerintah itu harus diganti”21
Perkembangan demokrasi selanjutnya semakin mengilhami banyak negara
untuk menerapkannya, sebagai bagian integral dari kedaulatan rakyat, sedangkan
hak hak demokrasi dalam pelaksanaannya adalah ikut sertanya rakyat dalam .
21
menentukan kebijakan pemerintah yang implementasinya adalah berpartisipasi
dalam Pemilu. Dalam hal ini maka Indonesia telah menjadikan demokrasi sebagai
kerangka dasar kehidupan bernegara, sebagaimana konsep dasar demokrasi yang
sangat dominan dalam Pembukaan UUD 1945, Pancasila dan batang tubuh UUD
1945.
Dalam konteks pemahaman sebagaimana uraian diatas maka dalam sistem
demokrasi, yang berperan penting dan fundamental adalah rakyat, untuk
menghidupkan demokrasi yang menjadi komitmen bangsa, maka rakyat harus
aktif berperan mendorong tumbuhnya demokrasi yang lebih baik. Hal ini dapat
dilakukan melalui saluran yang tersedia yakni partai politik sebagai sarana
menyalurkan aspirasi anggota masyarakat atau rakyat secara sah.
H. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
pengumpulan data yang diperoleh dari :
1. Library Research ( Penelitian Kepustakaan )
Yaitu pengkajian terhadap penyelenggaraan Pemilihan Umum Legislatif
tahun 2009 berdasarkan sumber tertulis dan sumber lainnya seperti buku – buku
yang terkait dengan penulisan, Undang – Undang maupun bahan – bahan
2. Penelitian Lapangan ( Field Research )
a. Lokasi Penelitian
Pilihan lokasi adalah Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai
b. Populasi Dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang di dalamnya terdapat
sejumlah objek yang dapat dijadikan sebagai sumber data yang dapat memberikan
data – data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini populasi.adalah yang terdaftar
sebagai pemilih di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipandang dapat mewakili
populasi sebagai sumber data, semakin banyak sampel yang diambil akan
diperoleh data yang semakin representatif. Dalam hal ini penulis menggunakan
sampel wilayah dengan mengambil sampel wakil dari setiap Kelurahan sebanyak
50 Orang.
Untuk seluruh Kecamatan Binjai Timur terdapat 7 ( Tujuh ) Kelurahan
sebagai populasi maka sebagai sampel adalah 350 Orang. Sampel wilayah adalah
teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah
yang terdapat dalam populasi.22
22
3. Alat Pengumpul Data
Untuk memperoleh data yang akurat perlu ditetapkan alat pengumpul data
dimana dalam penulisan ini penulis melakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Wawancara ( Interview )
Penulis mengadakan wawancara langsung yaitu dengan mengajukan
pertanyaan – pertanyaan sebagai pelengkap informasi sehingga diperoleh data –
data yang jelas.
b. Kuisioner ( Angket )
Pengumpulan data melalui angket yang berisikan pertanyaan – pertanyaan
tertulis kepada responden yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian ini.
Dalam hal ini penulis menggunakan angket berstruktur berbentuk pilihan
berganda serta menggunakan skala penilaian.
4. Organisasi Pengolah Data
Untuk mengolah data yang terkumpul sesuai dengan yang diperlukan
dalam penelitian ini, maka dilakukan tahap pengorganisasian pengolahan data
yang meliputi:
a. Klassifikasi Data
Dari jawaban responden yang terkumpul melalui angket yang
diklasifikasikan dengan cara memberi kode pada jawaban responden, kemudian
b. Tabulasi Data
Setelah data diklasifikasikan, maka langkah selanjutnya adalah
penyusunan atau pentabulasian data pada tabel yang tersedia.
c. Analisis Data
Setelah pentabulasian data akan dapat diketahui ada tidaknya masalah atau
besarnya setiap masalah yang ada. Untuk memberikan arti terhadap data yang
disajikan, maka data tersebut dianalisa dan diinterpretasikan.
d. Penghitungan.
Penghitungan dilakukan dengan frekwensi dari jawaban kemudian
dimasukkan ke dalam skor bobot nilai dari opsi pilihan jawaban yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
- Jawaban a diberi nilai tiga
- Jawaban b diberi nilai dua
- Jawaban c diberi nilai satu
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah cara untuk memudahkan atau
menyederhanakan pengolahan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
dimengerti. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah
teknik analisis korelasi untuk mengolah data kualitatif menjadi data kuantitatif (
Penerapan sistem suara terbanyak terhadap pelaksanaan demokrasi
dipergunakan rumus statistik Product Moment Pearson :
n Σxy – ( Σx )( Σy )
Гxy =
√ ( n Σx ² - (Σx²)(n.Σy ² - ( Σy ) ²) Г = Korelasi ( hubungan )
N = Jumlah Responden
X = Skor Variabel Bebas yaitu Penerapan sistem suara terbanyak
Y = Skor Variabel terikat yaitu Pelaksanaan demokrasi
Selanjutnya hasil yang diperoleh diuji dengan rumus t
Гxy √ n - 2 t =
√
1 – ( Гxy )²t = Harga untuk sampai berkorelasi
r = Koefisien korelasi
H. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan diuraikan dalam deskriptif yang terdiri
dari :
BAB I. : PENDAHULUAN
Bab ini berisi Latar Belakang, Perumusan Masalah, Ruang
Lingkup, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori,
Kerangka Konseptual, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II DESKRIPSI KECAMATAN BINJAI TIMUR
Bab ini berisi Deskripsi Kota Binjai, Wilayah, Perwakilan di
Legislatif, Partai Peserta Pemilu Pelaksanaan Pemilihan,
Penghitungan Suara, Penetapan Calon Terpilih.
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini berisi hasil penelitian dalam bentuk penyajian hasil
penelitian dan pembahasan.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
BAB II
DESKRIPSI KECAMATAN BINJAI TIMUR
A. Gambaran Umum Binjai
Kota Binjai termasuk kategori Kota Sedang terletak pada garis lintang
98027”03” - 98027”32” BT dan 3031’40” - 3040”02” LU. ditandai dengan 3 (Tiga)
Sungai yang mengalir yaitu Sungai Bingai, Sungai Mencirim dan Sungai
Bangkatan. Luas wilayahnya 9.023,62 ha. Terdiri dari 5 (lima) wilayah kecamatan
dengan jumlah kelurahan sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) kelurahan dan total
jumlah penduduk berdasarkan statistik diperkirakan saat ini lebih kurang 245.000
Jiwa. Sebagai Kota yang terletak pada lintasan antara Sumatera Utara dan
Nangroe Darussalam ( NAD ), Keberadaannya sebagai wilayah pendukung salah
satu kabupaten yang langsung berbatasan yakni Kabupaten Langkat, khususnya
Langkat Hulu dengan Medan dengan Batas Wilayah antara lain :
Sebelah Timur : Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang
• Sebelah Selatan : Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat dan
Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang
• Sebelah Utara : Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.
B. Wilayah
Wilayah Kota Binjai terdiri dari 5 ( Lima Kecamatan ) antara lain :
1. Kecamatan Binjai Kota 7 Kelurahan
2. Kecamatan Binjai Timur 7 Kelurahan
3. Kecamatan Binjai Utara 9 Kelurahan
4. Kecamatan Binjai Barat 6 Kelurahan
5. Kecamatan Binjai Selatan 8 Kelurahan
Sebagai wilayah dengan heterogenitas penduduknya, dan minimnya
sumberdaya alam maka masyarakat Kota Binjai pada umunya didominasi oleh
pedagang dan usaha mandiri serta industri rumah tangga, dan sebagian pekerja
swasta, tani maupun atau buruh.
Dengan kondisi masyarakatnya yang demikian maka tingkat kemandirian
masyarakatnya cukup tinggi, bahkan mempengaruhi sikap masyarakat pemilihnya
yakni tidak mudah terpengaruh terhadap kondisi politik yang cenderung
indoktrinasi untuk mempengaruhi pemikiran rakyat sebagai pemilih, sehingga
dalam menentukan pilihan akan lebih fair berdasarkan logika dan pemikiran yang
objektif.
Dengan dasar tersebut menurut hemat penulis sangat representatif bila
dijadikan wilayah penelitian, sehingga akan didapat data yang mendekati
Dalam penelitian ini penulis memilih salah satu kecamatan yang menjadi
wilayah penelitian yaitu Kecamatan Binjai Timur dengan alasan :
1. Penulis telah mengenal kondisi wilayahnya.
2. Wilayah penelitian mudah dijangkau
3. Jumlah Kelurahan dalam kecamatan dalam range tengah.
4. Tingkat pendidikan masyarakatnya relatif sudah baik.
5. Tingkat pendapatan masyarakatnya relatif memadai.
Indikator yang penulis kemukakan diatas sebagai dasar untuk melakukan
penelitian ini bertujuan agar penelitian ini lebih objektif dan dapat meminimalisasi
bias yang dapat mengurangi validitas penelitian.
C. Perwakilan di Legislatif
Adapun lembaga legislatif sebagai perwakilan rakyat Kota Binjai adalah
sebanyak 30 kursi, dan berdasarkan hasil Pemilu legislatif 2009 yang
menggunakan sistem suara terbanyak menunjukkan tingkat partisipasi yang cukup
tinggi.
Dari total jumlah penduduk sebanyak 245.000 Jiwa terdapat jumlah
pemilih sebanyak 165.000 jiwa. Dan untuk Kecamatan Binjai Timur terdapat
34.300 Pemilih, dari hasil pemilu yang dilaksanakan termasuk dalam kategori
D. Partai Peserta Pemilu
Dalam pelaksanaan Pemilu legislatif 2009 di Kota Biinjai terdapat 38
partai yang berhak mengikuti Pemilu legislatif 2009 berdasarkan verifikasi oleh
KPU antara lain :
6. Partai Barisan Nasional
7. PKPI
8. PKS
9. PAN
10.PIB
11.Partai Kedaulatan
12.Partai Persatuan Daerah
13.PKB
14.Partai Pemuda Indonesia
15.PNI Marhaen
16.Partai Demokrasi Pembaruan
17.Partai Karya Perjuangan
18.Partai Matahari bangsa
19.Partai Nasional Demokrasi Indonesia
20. Partai Demokrasi Kebangsaan
21. Partai Republika Nusantara
22. Partai Pelopor
33. Partai Inndonesia Sejahtera
34. PKNU
35. Partai Merdeka
36. PNUI
37. PSI
38. PBSI
Dari gambaran tersebut diatas telah mendorong penulis untuk melakukan
penelitian tentang wujud demokrasi pada salah satu wilayah kecamatan yaitu
kecamatan Binjai Timur terkait penerapan sistem suara terbanyak pada Pemilu
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data Hasil Kuisioner
Dalam pembahasan ini penulis akan merujuk pada sistem penyajian data
yang diperoleh dari hasil jawaban responden tahun 2010 melalui metode
pengumpulan data berupa kuisioner dengan menyebarkan angket pertanyaan
kepada yang diambil berdasarkan sampel wilayah yang diwakili sebanyak 50
orang setiap kelurahan, sesuai dengan data hasil jawaban responden sebanyak 350
orang dengan perincian pria sebanyak 200 orang dan wanita sebanyak 150 orang.
Adapun quesioner yang penulis harapkan untuk dijawab oleh para
responden adalah terdiri dari 20 pertanyaan yang masing – masing terdiri dari
variabel X sebanyak 10 pertanyaan dan variabel Y sebanyak 10 pertanyaan,
dengan demikian hubungan dari kedua variabel tersebut ingin penulis ketahui
dengan menggunakan suatu uji hipotesis. Untuk jawaban masing – masing
digolongkan ke dalam 3 katagori yaitu :
Tabel 1
Kategori Setiap Item Pertanyaan
Jawaban Nilai Kategori
A
B
C
3
2
1
Tinggi
Sedang
a. Penyajian Data Identitas Responden
Keadaan responden pada saat dilakukan penelitian dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1
Sumber : Hasil Jawaban Responden 2010
2. Berdasarkan Jenjang Pendidikan Responden
Tabel 3
Jumlah Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Persentase
1
Sumber : Hasil Jawaban Responden 2010
B. Berdasarkan Usia Responden
Tabel 4
Jumlah Responden Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Persentase
Tabel 5
b. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Sistem Suara Terbanyak ( X ) N
1. Menurut Bapak / Ibu apakah Pemilu legislatif 2009 dengan sistem suara terbanyak sudah dilaksanakan
2 Apakah pelaksanaan Pemilu
Legislatif 2009 dengan suara terbanyak sudah sesuai dengan aturan yang ditetapkan ?
Menurut Bapak / Ibu apakah aturan yang ditetapkan pada Pemilu Legislatif 2009 sudah mencukupi ?
259
Apakah pelaksanaan sistem suara terbanyak Pemilu Legislatif 2009 sesuai demokrasi Pancasila ?
294
Menurut Bapak/ Ibu apakah Partai menempatkan calon yang berkwalitas untuk berpeluang mendapatkan suara terbanyak pada pada Pemilu Legislatif 2009 ?
280
Apakah Pemilu Legislatif 2009 dengan Sistem Suara terbanyak lebih dapat dipertanggungjawabkan
Menurut Bapak / Ibu apakah pada Pemilu Legislati 2009 KPU melaksanakan pendidikan / Penyuluhan kepada Masyarakat ?
301
8 Apakah Pendidikan / Penyuluhan tersebut bermanfaat ?
Menurut Bapak / Ibu apakah penyelenggara Pemilu Legislatif 2009 sudah memberikan informasi kepada Masyuarakat ?
10 Apakah informasi tersebut sudah
Tabel 6
c. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Demokrasi ( Y ) N
1. Menurut Bapak / Ibu apakah Pemilu Legislatif 2009 sudah berjalan sesuai prinsip demokrasi ?
2 Apakah Pemilu Legislatif 2009 dengan suara terbanyak dapat memuaskan pemilih?
Menurut Bapak / Ibu apakah Pemilu Legislatif 2009 dapat meningkatkan jumlah Pemilih?
Apakah dalam Pemilu Legislatif 2009 Pemilih sudah mengetahui sistem yang dilaksanakan?
Menurut Bapak / Ibu apakah Pemilu legislatif 2009 dilaksanakan dengan jujur ?
Apakah Pemilu legislatif 2009 sudah memenuhi kwalitas yang
Apakah Pemilu 2009 sudah memenuhi aspirasi bapak / ibu terhadap calon yang dipilih?
315
Apakah suara terbanyak tersebut sudah sesuai dengan kehendak bapak/ibu ?
Menurut Bapak / Ibu, apakah Pemilu 2009 sudah lebih baik dari pemilu sebalumnya ?
10 Apakah Pemilu 2009 hasilnya sudah
mewakili aspirasi rakyat ?
B. Pembahasan
Pembahasan dilakukan bersumber dari data yang dihasilkan dari
pertanyaan sebaran quesioner, jumlah pertanyaan keseluruhan sebanyak 20, setiap
variabel masing – masing 10 pertanyaan dan masing – masing pertanyaan
memiliki nilai berbeda yang perinciannya :
Untuk jawaban a mempunyai skor 3
Untuk jawaban b mempunyai skor 2
Untuk jawaban c mempunyai skor 1
Adapun tabel yang berhubungan antara variabel bebas ( X ) dengan
variabel terikat ( Y ) adalah sebagai berikut :
Dari tabulasi jawaban di atas, Variabel X Sistem Suara Terbanyak, nilai
tertinggi adalah angka 30, sedangkan nilai terendah angka 25. Angka ini dijadikan
dasar untuk mengetahui atau menentukan kategori jawaban responden tergolong
cukup tinggi, sedang dan rendah, maka dicari lebar intervalnya.
Skor tertinggi – skor terendah = 30 – 25 = 1,67
Banyaknya Bilangan 3
Selanjutnya lebar interval tersebut digunakan untuk membatasi 3 ( tiga )
kategori yang digunakan yaitu :
1. Kategori Tinggi = 28,38 – 30,05
2. Kategori Sedang = 26,68 – 28,37
Selanjutnya kategori tersebut dimuat ke dalam tabel frekuensi sebagai
berikut :
Tabel 7
Klassifikasi Frekuensi Jumlah Nilai Jawaban Responden Tentang Variabel X ( Sistem Suara Terbanyak )
Nilai Jawaban Kategori Frekuensi Persentase
28,38 –30,05
Sumber : Jawaban Responden, Diolah.
Dari tabel 26 di atas, bahwa sebanyak 196 responden atau 56 %
menyatakan Penerapan Sistem Suara terbanyak termasuk dalam kategori tinggi,
dan sebanyak 126 responden atau 36 % menyatakan Penerapan Sistem Suara
terbanyak dalam kategori sedang, dan sebanyak 28 orang atau 8 % menyatakan
rendah.
Demikian pula untuk Variabel Y yaitu demokrasi, bahwa hasil jawaban
menunjukkan nilai tertinggi adalah angka 30, sedangkan nilai terendah angka 23.
dan lebar intervalnya.
Skor tertinggi – skor terendah = 30 – 23 = 2,33
Banyaknya Bilangan 3
Selanjutnya lebar interval tersebut digunakan untuk membatasi 3 ( tiga )
1. Kategori Tinggi = 27,68 - 30,01
2. Kategori Sedang = 25,34 – 27,67
C. Kategori Rendah = 23,00 – 25,33
Selanjutnya kategori tersebut dimuat kedalam tabel frekuensi sebagai
berikut :
Tabel 8
Klassifikasi Frekuensi Jumlah Nilai Jawaban Responden Tentang Variabel Y ( Wujud Demokrasi )
Nilai Jawaban Kategori Frekuensi Persentase
27,68 - 30,01
Sumber : jawaban Responden, Diolah.
Dari tabel 28 di atas, bahwa sebanyak 280 responden atau 80 %
menyatakan Pemilu legilatif 2009 demokratis termasuk dalam kategori tinggi, dan
sebanyak 56 responden atau 16 % menyatakan demokratis dalam kategori
sedang, dan sebanyak 14 orang atau 4 % dalam kategori rendah .
Selanjutnya korelasi antara Penerapan system suara terbanyak dengan
Demokrasi menurut rumus korelasi product moment pearson adalah :
N Σx Σy Σy² Σy² Σxy Σ(X)² Σ(Y)²
Data selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus :
n Σxy – ( Σx )( Σy ) Гxy =
√ ( n Σx² - (Σx²)(n.Σy ² - ( Σy ) ²)
350 (194700 ) - ( 6969 )( 6965 )
Гxy =
√ { 350. 194320 – 48566961 ) (350. 195255 – 48511225 )
68145000 – 48539085 Гxy =
√ (19445039)( 19828025)
19605915
Гxy =
√ 385556719417975
19605915
Гxy =
19635598,27
Гxy = 0,998
Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa antara variabel bebas yaitu
Sistem Suara terbannyak dengan variabel terikat yaitu wujud demokrasi adalah t,
untuk dapat diketahui bahwa dari tabel Гxy pada N = 350 yaitu t.
Bahwa antara variabel bebas ( x ) dengan variabel terikat ( y )
efektifitasnya positip dalam kategori sangat kuat, hal ini dapat dilihat sebagai
Tabel 9
Interpretasi Korelasi Product Moment
R Interpretasi Ada / Sangat Rendah Sumber : Sugiyono14
t =
√
1 – ( Гxy )²t = Harga untuk sampai berkorelasi
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah sampel
0,998 √ n - 2
Untuk menguji kebenaran hipotesis yang dikemukakan sebelumnya, maka
dilakukan uji t dengan rumus :
Гxy √ n - 2
18,61 t =
0,997
t = 18.665
Dari hasil uji t tersebut lalu dihitung apakah uji t lebih besat atau lebih
kecil dari t tabel dengan anggapan dasar sebagai berikut :
N = 350
Dk = N-2
Dk = 348
Selanjutnya untuk taraf signifikan 5 % dan derajat kepercayaan 95 % maka
untuk dk 348 adalah t = 1,645. Dari hasil pengujian ternyata
t
Hitung>
darit
Tabelyaitu 18,665 > 1,645. Oleh karena itu Ha diterima, dan hasil uji tersebut
menyimpulkan bahwa adanya pengaruh yang kuat antara Sistem Suara terbanyak
dengan Demokrasi.
Berdasarkan perhitungan yang ditunjukkan pada pada hipotesis uji di atas
dapat dinyatakan bahwa t hitung jatuh pada daerah penolakan Ho, maka hipotesis
nol yang menyatakan tidak ada pengaruh antara Sistem Suara terbanyak dengan
Demokrasi. ditolak dan hipotesis alternatif diterima, maka hipotesis penelitian
yang menyatakan sistem suara terbanyak adalah wujud demokrasi dapat diterima.
Oleh karena itu koefisien antara sistem suara terbanyak dengan demokrasi
sebesar 0,998 adalah signifikan, artinya koefisien tersebut dapat digeneralisasikan
atau dapat berlaku pada populasi pemilih di kecamatan Binjai Timur dimana
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan Pemilu merupakan bagian dari kepentingan rakyat untuk
melaksanakan hak demokrasi dan kedaulatannya sebagai penentu arah dan
jalannya negara yang dilaksanakan oleh pemerintah.
2. Pemilu dan demokrasi adalah satu kesatuan yang saling terkait untuk
menempatkan wakil – wakil rakyat dalam parlemen.
3. Hasil penelitian dengan perhitungan rxy pada 0,998 berarti penerapan
system suara terbanyak berada pada kategori kuat dan terbukti sebagai
perwujudan demokrasi pada pemilu legislatif 2009
4. Dari hasil perbandingan, ternyata
t
Hitung>
darit
Tabel yaitu 18,665 >1,645 maka antara variabel bebas ( X) dengan variabel ( Y ) adalah
berada pada level yang kuat.
5. Pengujian dengan rumus t membuktikan Sistem suara terbanyak
merupakan wujud demokrasi yang dipilih oleh rakyat.
B. Saran – saran.
1. Bahwa penerapan suara terbanyak pada Pemilu agar dapat ditingkatkan
kwalitasnya untuk terwujudnya demokrasi yang ideal.
2. Dalam hal kualitas dan kuantitas maka Pemilu Legislatif 2009 telah cukup
3. Dengan adanya hubungan yang kuat antara penerapan system suara
terbanyak dengan wujud demokrasi, maka kepercayaan rakyat menjadi
bagian penting yang harus diutamakan.
4. Kepada masyarakat diharapkan dapat menghindari perbuatan tercela dalam