• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SEKILAS TENTANG MUI DAN PEMILIHAN UMUM DI

B. Pemilihan Umum

Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk memengaruhi perilaku

seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan para pelaku.20

Sebagai Negara yang berdemokrasi, Indonesia termasuk dari Negara-negara yang menggunakan sistem pemilu dalam sistem kepemerintahannya. Sedikit pengertian mengenai pemilu yaitu merupakan suatu proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu, seperti presiden, anggota DPR dan DPD,

gubernur, bupati/walikota dan kepada desa.21 Pemilihan umum di Indonesia telah

diadakan sebanyak 11 kali yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009 dan 2014, serta Pemilihan umum di Indonesia menganut

asas "LUBER" yang merupakan singkatan dari "Langsung, Umum, Bebas dan

Rahasia". Asas "Luber" sudah ada sejak zaman orde baru.

"Langsung" berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara

langsung dan tidak boleh diwakilkan.

"Umum" berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang

sudah memiliki hak menggunakan suara.

"Bebas" berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada

paksaan dari pihak manapun.

20

. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, Cet. Pertama), h. 17.

21

. Kamus Pemilu di akses hari jumat tgl 5 Juli 2015, jam 13.58 WIB dari http://www.pemiluindonesia.com/kamus.

19

"Rahasia" berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya

diketahui oleh si pemilih itu sendiri.

Kemudian di era reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang

merupakan singkatan dari "Jujur dan Adil". Asas "jujur" mengandung arti bahwa

pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan terpilih. Asas "adil" adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara

pemilu.22 Selanjutnya, penulis akan membahas hal-hal yang menyangkut masalah

pemilu, khususnya di Indonesia.

1. Pengertian Pemilu

Dalam review studi, penulis mengambil contoh sebuah skripsi yang ditulis oleh Acu Nurhidayat yang membahas sejarah pemilihan umum nasional Indonesia, yang mana penulis dalam skripsinya menjelaskan mengenai sistem pemilu dari tahun 1955 sampai dengan masa orde baru, serta membandingkan tentang sistem pemilu pada masa orde lama sampai dengan masa orde baru, namun tidak dijelaskan pengertian pemilu itu sendiri, maka sebagai pembeda dari

22

. Ign Christian, Artikel Politik dan pemerintahan Indonesia, pada hari jumat 5/6/2015, jam 13.27 diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia

20

skripsi sebelumnya penulis mencoba untuk sedikit menjelaskan makna dari pemilu.

Dalam UU No. 22/2007 disebutkan bahwasanya pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.23 Adapun pendapat lain tentang makna pemilihan umum yaitu, salah

satu hak azasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak azasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah untuk melaksanakan pemilihan umum. Sesuai dengan azas bahwa rakyatlah yang berdaulat, maka semuanya itu harus dikembalikan kepada rakyat untuk

menentukannya.24 Yang dimaksud dengan kedaulatan rakyat, yaitu rakyat

mempunyai kekuasaan tertinggi, dan yang menentukan arah tujuan suatu pemerintahan. Suatu negara yang penduduknya sedikit dan luas wilayahnya tidak terlalu besar, kedaulatan rakyat tidak dapat berjalan dengan semurni-murninya. Apalagi dalam negara modern di mana jumlah penduduknya sudah banyak, wilayahnya cukup luas maka tidak mungkin meminta pendapat rakyat seorang

demi seorang dalam menentukan jalannya pemerintahan.25

Pemilihan Umum merupakan salah satu sendi untuk tegaknya sistem demokrasi. Oleh sebab itu tujuan Pemilihan Umum untuk mengimplementasikan

23

. UU No.22/2007 tentang Pemilu, pdf, h. 3 24

. Moh. Kusnardi, Harmaly Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, (T.tp.,

Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan CV “Sinar Bakti”, 2010, Cet. Kedua Belas), h. 329

25

. Titik Triwulan Tutik, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara, (T.tp., Prestasi Pustaka Publisher, 2006, Cet. Pertama), h. 247.

21

prinsip-prinsip demokrasi, dengan cara memilih wakil-wakil rakyat di Badan

Perwakilan Rakyat.26 Karena luasnya wilayah daerah dan banyaknya penduduk

yang hidup di dalamnya, maka demokrasi secara langsung tidak mungkin dilaksanakan lagi. Yang ada hanya demokrasi yang diwakilkan atau demokrasi

tidak langsung.27 Sekalipun demikian, disadari bahwa pemilihan umum tidak

merupakan satu-satunya tolak ukur dan perlu dilengkapi dengan pengukuran beberapa kegiatan lain yang lebih bersifat berkesinambungan, seperti partisipasi

dalam kegiatan partai, lobbying, dan sebagainya.28 Kenyataannya, apapun

alasannya hanya pemerintahan yang representatiflah yang dianggap memiliki legitimasi dari rakyat untuk memimpin dan mengatur pemerintahan. Sehingga dengan melalui pemilu, klaim jajaran elit pemerintahan bekerja untuk dan atas

nama kepentingan rakyat menjadi dapat diakui.29 Sebagaimana hasil wawancara,

syarat-syarat yang ideal bagi seorang pemimpin menurut pandangan MUI ialah

dari segi kapabilitas, kompetensi, keahlian, dan mampu dalam kapasitasnya.30

2. Tujuan Pemilihan Umum

Demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang dibingkai dengan norma-norma konstitusi (UUD Pasal 1 ayat 2). Oleh karena itu, agar derap demokrasi dapat berputar sesuai sumbu konstitusi, maka demokrasi itu harus dijaga.

26

. B. Hestu Cipto Handoyono, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan & Hak Asassi Manusia, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2003, Cet. Pertama), h. 207.

27

. Moh. Kusnardi, Harmaly Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, hal. 129-130.

28

. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 461. 29

. Titik Triwulan Tutik, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara, h. 249. 30

. Wawancara pribadi dengan Hasanudin AF, di MUI Pusat, (Jakarta, Selasa 9 September 2015).

22

Pelaksanaan demokrasi konstitusi terlihat dalam kegiatan pemilihan umum, pembentukan aturan dan pelaksanaan kewenangan lembaga negara. Salah satu ciri negara demokrasi yaitu adanya pelaksanaan pemilihan umum di negara tersebut, untuk Republik Indonesia paling tidak ada tiga macam tujuan pemilihan

umum itu. Ketiga macam tujuan pemilihan umum itu adalah:31

1. Memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan secara aman dan

tertib;

2. Untuk melaksanakan kedaulatan rakyat; dan

3. Dalam rangka melaksanakan hak-hak azasi warga negara.

Kemampuan seseorang ada batasnya. Karena itu adalah suatu hal yang sangat wajar kalau selalu terjadi pergantian pemerintahan. Pergantian pemerintahan di negara-negara totaliter berbeda dengan apa yang terjadi di negara-negara demokrasi. Di negara-negara totaliter pergantian pemerintahan itu ditentukan oleh sekelompok orang. Tidak demikian halnya dalam negara demokrasi. Di negara ini pergantian pemerintahan itu ditentukan oleh rakyat caranya adalah mengadakan pemilihan umum.

Karena itu pemilihan umum disebutkan bertujuan untuk memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan. Kata memungkinkan di sini tidak berarti bahwa setiap kali dilaksanakan pemilihan umum harus ada pergantian pemerintahan, sebab mungkin saja terjadi suatu partai politik dalam sistem pemerintahan parlementer pemerintahan untuk dua, tiga, atau empat kali, atau seorang menjadi Presiden di Amerika Serikat untuk dua kali masa jabatan. Yang

31

23

dimaksudkan dengan kata memungkinkan di sini adalah bahwa pemilihan umum itu harus membuka kesempatan sama untuk menang bagi tiap peserta. Pemilihan umum yang demikian itu hanya mungkin terjadi apabila dilaksanakan dengan jujur. Di samping itu masih diperlukan syarat lain untuk memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan itu, yaitu adanya Majelis Permusyawaratan Rakyat yang susunan anggotanya sesuai dengan kehendak Undang-Undang Dasar 1945.

Sesuai dengan apa yang dicantumkan dalam Pembukaan dan pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, maka Republik Indonesia menganut azas kedaulatan rakyat. Bahwa kedaulatan yang dipunyai oleh rakyat itu antara lain tercermin dengan dilaksanakannya pemilihan umum dalam waktu-waktu tertentu. Karena itu adalah dalam rangka untuk memberikan kesempatan kepada warga negara untuk melaksanakan haknya.

Sejak lahir ke dunia seseorang telah mempunyai hak. Orang itu mungkin warga negara dari suatu negara atau berstatus orang asing di negara tempat dia berdomisili. Sebagai warga negara maka salah satu hakya dalam bidang politik yang terpenting adalah hak untuk memilih siapakah wakilnya itulah yang akan menjalankan kedaulatan yang dipunyainya. Di samping itu terbuka pula baginya kesempatan untuk duduk dalam Badan Perwakilan Rakyat sebagai wakil yang dipercayakan oleh para pemilihnya untuk menjalankan kedaulatan yang dipunyai oleh rakyat. Dilihat dari sudut kelompok warga negara yang tergabung dalam suatu organisasi partai politik, maka pemilihan umum itu sangat besar artinya bagi suatu partai politik, karena dengan pemilihan umum itu mereka dapat mengetahui

24

seberapa besar sesungguhnya para pendukung. Apabila terbuka bagi mereka untuk menang, maka pemilihan umum itu adalah suatu media untuk menjalankan programnya.

Karena itu tidak berlebihan kalau dikatakan, apabila suatu pemerintahan telah memutuskan untuk tidak melaksanakan pemilihan umum, maka orang akan mengatakan demokrasi di negara itu telah mulai sirna.

Dari uraian di muka dapat diambil kesimpulan bahwa pemilihan umum tidak saja penting untuk warganegara, partai politik, tapi juga pemerintah sendiri. Bagi pemerintah yang dihasilkan dari suatu pemilihan umum yang jujur berarti bahwa pemerintahan itu mendapat dukungan yang sebenarnya dari rakyat. Sebaliknya kalau pemeritahan yang dibentuk dari hasil pemilihan yang tidak atau kurang jujur maka dukungan rakyat itu hanya bersifat semu.

Dilihat dari sudut pemilihan umum, maka ketiga tujuan itu baru dapat tercapai kalau pelaksanaan pemilihan umum benar-benar jujur, sehingga setiap warga negara yang berhak memilih memberikan pilihannya sesuai dengan hati nuraninya. Dan, adanya ketentuan mengenai pemilihan umum dalam UUD 1945 dimaksudkan untuk memberi landasan hukum yang lebih kuat bagi pemilu

sebagai salah satu wahana pelaksanaan kedaulatan rakyat.32

32. Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 268

25

3. Sekilas tentang Sistem Pemilihan Umum

Karena pemilihan umum adalah salah satu cara untuk menentukan wakil-wakil-wakil rakyat yang akan duduk dalam Badan Perwakilan Rakyat, maka dengan sendirinya terdapat berbagai sistem pemilihan umum.

Sistem pemilihan umum berbeda satu sama lain, tergantung dari sudut mana pandangan ditunjukan terhadap rakyat, apakah ia dipandang sebagai individu yang bebas untuk menentukan pilihannya, dan sekaligus mencalonkan dirinya sebagai calon wakil rakyat, ataukah rakyat hanya dipandang sebagai anggota kelompok yang sama sekali tidak berhak menentukan siapa wakilnya yang akan duduk dalam Badan Perwakilan Rakyat, atau juga tidak berhak untuk mencalonkan diri sebagai wakil rakyat.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka sistem pemilihan umum dapat dibedakan dua macam:

a. Sistem pemilihan mechanis;dan

b. Sistem pemilihan organis.

ad.a. Sistem pemilihan mechanis.

Pandangan mechanis menempatkan rakyat sebagai suatu massa individu-individu yang sama. Aliran Liberalisme, Sosialisme dan Komunisme semuanya berdasarkan pandangan mechanis ini. Bedanya bahwa Liberalisme mengutamakan individu sebagai kesatuan otonom dan memandang masyarakat sebagai kompleks hubungan-hubungan antar individu yang bersifat kontraktuil, sedangkan Sosialisme dan khususnya Komunisme mengutamakan totalitet kolektif masyarakat dan mengecilkan peranan individu dalam totalitet kolektif itu. Tetapi

26

semua aliran di atas mengutamakan individu sebagai pengenali hak pilih aktif dan memandang rakyat (korps pemilih) sebagai suatu massa individu-individu yang masing-masing mengeluarkan satu suara (suara dirinya sendiri) dalam pemilihan umum.

ad.b. Sistem pemilihan organis

Pandangan organis menempatkan rakyat sebagai sejumlah individu-individu yang hidup bersama dalam berbagai macam persekutuan hidup berdasarkan : geneologis (rumah tangga, keluarga), fungsi tertentu (ekonomi, industri), lapisan-lapisan sosial (buruh, tani, cendekiawan) dan lembaga-lembaga sosial (Universitas). Masyarakat dipandangnya sebagai suatu organisme yang terdiri atas organ-organ yang mempunyai kedudukan dan fungsi tertentu dalam totalite organisme itu, seperti persekutuan hidup itulah yang diutamakannya sebagai pengendali hak pilih, atau dengan perkataan lain sebagai pengendali hak untuk mengutus wakil-wakil kepada perwakilan masyrakat.

Menurut sistem pemilihan mechanis, partai-partai yang mengorganisir pemilih-pemilih dan memimpin pemilih berdasarkan sistem Bi Party atau Multy Party (Liberalisme Sosialisme) atau Uni Party (Komunis). Sedangkan menurut sistem pemilihan organis, partai-partai politik tidak perlu dikembangkan, karena pemilihan diselenggarakan dan dipimpin oleh tiap-tiap persekutuan hidup dalam

lingkungannya sendiri.33

33

27

4. Gambaran Umum Pemilu di Indonesia

Sejak kemerdekaan hingga tahun 2004 bangsa Indonesia telah menyelenggarakan sembilan kali pemilihan umum, yaitu pemilihan umum 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, dan 2004. Dari pengalaman sebanyak itu, pemilihan umum 1955 dan 2004 mempunyai kekhususan atau keistimewaan dibanding dengan yang lain.

Sebenarnya pemilihan umum sudah direncanakan mulai bulan Oktober 1945, tetapi baru dapat dilaksanakan oleh kabinet Burhanudin Harahap pada tahun 1955. Pada pemilihan umum itu pemungutan suara dilakukan dua kali, yaitu satu kali untuk memilih anggota DPR pada bulan September, dan satu kali untuk memilih anggota Konstituante pada bulan Desember. Sistem pemilihan yang digunakan ialah sistem proporsional. Pada waktu itu sistem itu, sebagaimana yang dicontohkan oleh Belanda, merupakan satu-satunya sistem pemilihan umum yang dikenal dan dimengerti oleh pemimpin negara.

Pemilihan umum diselenggarakan dalam suasana khidmat, karena merupakan pemilihan umum pertama dalam suasana kemerdekaan. Pemilihan umum berlangsung sangat demokratis; tidak ada pembatasan partai-partai, dan tidak ada usaha dari pemerintah mengadakan intervensi terhadap partai-partai sekalipun kampanye berjalan seru, terutama antara Masyumi dan PNI. Pula

administrasi berjalan lancar dan jujur.34 Patut dicatat dan dibanggakan bahwa

pemilu yang pertama kali tersebut berhasil diselenggarakan dengan aman, lancar, jujur, dan adil demokratis. Pemilu 1955 bahkan mendapat pujian dari berbagai

34

28

pihak, termasuk dari negara-negara asing. Yang menarik dari Pemilu 1955 adalah

tingginya kesadaran berkompetisi secara sehat.35 Pemilihan Umum Indonesia

1955 adalah pemilihan umum pertama di Indonesia dan diadakan pada tahun

1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia yang paling

demokratis.36

Pemilu-Pemilu berikutnya dilangsungkan pada tahun 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Pemilu-Pemilu ini diselenggarakan dibawah pemerintahan Presiden Soeharto. Pemilu-Pemilu ini seringkali disebut dengan Pemilu Orde Baru. Sesuai peraturan Fusi Partai Politik tahun 1975, Pemilu-Pemilu tersebut hanya diikuti dua partai politik dan satu Golongan Karya. Pemilu-Pemilu tersebut

kesemuanya dimenangkan oleh Golongan Karya.37 Kondisi Politik menjelang

Pemilu tahun 1999 ditandai dengan ambruknya legitimasi rezim Orde Baru sebagai akibat bobroknya moralitas para penyelenggara negara melalui penguatan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) secara sistematik yang pada gilirannya mengakibatkan kritis multi-dimensional. Kondisi semacam inilah yang kemudian

mengakibatkan kompromi-kompromi di kalangan elit politik.38 Kompromi yang

adil merupakan salah satu proses yang paling produktif untuk mengatasi konflik atas dasar konsensus, di mana cara ini diterima oleh semua pihak melampaui

aturan, sasaran, dan hak-hak dasar yang dimiliki setiap orang di masyarakat.39

35

. Titik Triwulan Tutik, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara, h. 262 36

. Redaksi, Sejarah Pemilu 1995 di akses hari jumat tgl 5 Juli 2015, jam 13.54 dari http://www.pemiluindonesia.com/sejarah/pemilihan-umum-indonesia-1955.html.

37

. Ibid, di akses hari jumat tgl 5 Juli 2015,

http://www.pemiluindonesia.com/sejarah/pemilihan-umum-orde-baru-1977-1997.html, 38

. B. Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan & Hak Asasi Manusia, h. 223.

39

. Thomas Meyer, Jalur Idela Menuju Demokrasi, Friedrich-Eber-Stiftung (FES), (T.tp., Sumber Rezeki Print, 2008, Cet. Pertama), h. 33.

29

Pemilu 2004 merupakan pemilu pertama di mana para peserta dapat memilih langsung presiden dan wakil presiden pilihan mereka. Pemenang Pilpres 2004 adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Pilpres ini dilangsungkan dalam dua putaran, karena tidak ada pasangan calon yang berhasil mendapatkan suara lebih dari 50%. Putaran kedua digunakan untuk memilih presiden yang diwarnai persaingan antara Yudhoyono dan Megawati yang akhirnya dimenangi oleh pasangan Yudhoyono-Jusuf Kalla. Pergantian kekuasaan berlangsung mulus dan merupakan sejarah bagi Indonesia yang belum pernah mengalami pergantian kekuasaan tanpa huru-hara. Satu-satunya cacat pada pergantian kekuasaan ini adalah tidak hadirnya Megawati pada upacara pelantikan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden. Sedangkan pemilu pada zaman reformasi, seperti juga di bidang-bidang lain, reformasi membawa beberapa perubahan fundamental. Pertama, dibuka kesempatan kembali untuk bergeraknya partai politik secara bebas, termasuk mendirikan partai baru. Ketentuan ini kemudian tercermin dalam pemilihan umum 1999 yang diselenggarakan dengan disertai banyak partai. Kedua, pada pemilihan umum 2004 untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia diadakan pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung, sebelumnya presiden dan wakil presiden dipilih melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Ketiga, diadakan pemilihan untuk suatu badan baru, yaitu Dewan Perwakilan Daerah yang akan mewakili kepentingan daerah secara khusus.

Keempat, diadakan “electoral threshould”, yaitu ketentuan bahwa untuk pemilihan legislatif setiap partai harus meraih minimal 3% jumlah kursi anggota badan legislatif pusat. Untuk pemilihan presiden dan wakil presiden, partai politik

30

harus memperoleh minimal 3% jumlah kursi dalam badan yang bersangkutan atau

5% dari perolehan suara secara nasional.40Setiap pemilihan umum mempunyai

azas-azas yang tertentu. Demikian pula pemilihan umum tahun 1955. Dan azas pemilihan umum itu disebutkan dalam pasal 35 Undang-Undang Dasar 1950 yang

berbunyi: “Kemauan rakyat adalah dasar kekuasaan penguasa, kemauan ini

dinyatakan dalam pemilihan berkala yang jujur dan yang dilakukan menurut hak pilih yang bersifat umum dan berkesamaan, serta dengan pemungutan suara yang rahasia ataupun menurut cara yang menajamin kebebasan mengeluarkan

pendapat”. Dengan demikian azasnya adalah pertama umum yaitu bahwa setiap warga negara yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan berhak untuk ikut memilih dan dipilih. Tidak boleh ada perbedaan antara warga negara. Berkesamaan maksudnya bahwa semua wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentunya harus dipilih melalui pemilihan umum. Dengan sendirinya setiap warga negara yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan berhak memilih dan dipilih. Tidak ada sebagian rakyat yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan/ditetapkan

tidak boleh memilih atau dipilih.41

40

. Ibid. h. 483 41

31

Dokumen terkait