• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemimpin Di Dalam Paguyuban Pujakesuma

4.3. Kepengurusan di Dalam Paguyuban Pujakesuma

4.3.1. Pemimpin didalam Paguyuban Pujakesuma

Seperti halnya pada organisasi-organisasi lainnya, Paguyuban Pujakesuma juga tentunya memiliki seorang pemimpin. Pemimpin adalah seorang yang mampu membawa dan mengarahkan sebuah organisasi yang lebih baik, terkadang maju dan mundurnya sebuah perkumpulan atau sebuah organisasi ditentukan oleh seorang pemimpin. Maka tokoh tersebut memiliki tempat khusus yang menjadikannya contoh bagi anggotanya. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Supeno :

Pemimpin itu harus memiliki sifat yang baik dan juga peduli sama bawahannya, salin itu peimimpin itu harus memiliki dan memahami falsafah orang Jawa seperti; Ingarso Sungtulada, Ingmadyo Mangunkarso, Tut Wuri Handayani29

29

Secara etimologi, Ing Ngarso Sung Thulodo adalalah: Sebuah semboyan yang berarti seorang [pemimpin] yang berada di depan haruslah selalu memberi contoh. Sebuah contoh untuk dapat diikuti dan diamalkan terutama oleh dirinya dan orang-orang yang dipimpinnya. Ing Madya

Mangun Karsa adalah di tengah sebagai pengikut atau pengemban seharusnya membangun karsa

atau kehendak, dan Tut Wuri Handayani adalah memberi pengajaran bimbingan baik didepan

. Nah sifat-sifat inilah yang harus dimiliki oleh pemimpin Jawa, selain pemimpin dipilih berdasarkan pulung, ia juga harus memiliki Kharisma dan juga keadaan financial yang cukup agar dapat membantu orang yang dipimpinnya.

Pemimpin itu juga harus bisa menjadi Adigang, Adigung, Adiguna, pemimpin-pemimpin seperti inilah yang menjadi contoh bagi rakyatnya atau bawahnnya, dia juga harus mampu mengembangkan dan mampu berkorban demi bawahnnya.

Ungkapan bahasa Jawa adigang, adigung, adiguna tepat untuk menggambarkan keadaan multidimensi seseorang, penguasa, pemimpin informal maupun formal, termasuk pejabat negara dan pemerintah. Adigang berarti membanggakan kekuatan, adigung: membanggakan kebesaran atau keagungan (termasuk kebesaran harta benda atau kekayaannya) dan adiguna membanggakan kepandaian.

Dalam ungkapan wawancara diatas disebutkan bahwa pemimpin harus mampu membawa dan memepertahakan nilai-nilai tradisional budaya Jawa, walaupun Pujakesuma merupakan organisasi yang diisi juga oleh orang-orang bukan Jawa tetapi harapannya adalah bahwa tidak menghilangkan nilai-nilai budaya Jawa yang dijaga. Pemimpin juga diharapkan memiliki keadaan ekonomi yang cukup dan juga mapan, pemimpin didalam Paguyuban Pujakesuma bisa disetarakan dengan kelompok Priyayi. Priyayi merupakan suatu golongan yang penting dalam masyarakat Jawa, priyai-priyai ini sebagaian besarnya hidupnya dalam kondisi yang relative cukup, merupakan golongan yang memiliki tugas mengemban dan meneruskan nilai-nilai tradisional Jawa, yaitu nilai-nilai asli dari budaya Jawa30

30

Indriastuti PW, Diah (Priyai, Dulu Dan Sekarang, 1993, Skripsi, Tidak Diterbitkan)

. Pada budaya Tradisional Jawa, kaum priyayi menjadi contoh bagi para kebanyakan orang “wong cilik” dan jga mampu bertindak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

Pemimpin adalah pribadi yang memiliki keterampilan teknis, khususnya dalam satu bidang, hingga ia mmpu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas, demi mencapai satu atau tujuan organisasi. Dalam Masyarakat Jawa Tradisional, pemimpin yang disama artikan dengan orang yang memiliki kelebihan dalah hal apapun serta proses pencapaian akan kekuasaannya juga bermacam-macam.

Menurut Bapak Suryanto,

Pemimpin adalah orang yang mampu membantu orang lain, pemimpin juga harus bisa member contoh bagi rakyat keci, dia harus bisa dan memperjuangkan hak-hak orang-orang yang dipiminnya. Selagi ia mampu ya rakyat juga pasti akan tetap mempercayainya, selain itu pemimpin itu harus punya kharisma dan wibawa agar bisa membawa nama baik kelompok yang dipimpinnya.

Dalam banyak literatur, kharisma disama artikan dengan pancaran aura dari dalam diri seseorang, jika kharisma seorang pemimpin dapat meyakinkan orang, maka akan banyak orang yang akan semakin percaya dengan kemimpinan orang tersebut.

Pemimpin harus memiliki sifat seperti air yang berarti mengalir sampai jauh dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Meskipun wadahnya berbeda-beda, air selalu mempunyai permukaan yang datar. Artinya, pemimpin harus berwatak air yang berprinsip keadilan dan sama rata, kesamaan derajat dan kedudukan. Selain itu, sifat dasar air adalah menyucikan. Pemimpn harus bersih dan mampu membersihkan diri dan lingkungannya dari hal yang kotor dan mengotori31

.

Saya ini memimpin Pujakesuma sudah 10 tahun. Bersamaan dengan waktu, paguyuban ini terus berkembang. Dari yang semula, paguyuban ini hanya ada di beberapa daerah kini sudah berkembang keluar propinsi, mulai dari Jabotabek, Sumbar, Riau dan NAD (Nanggroe Aceh Darussalam). Sudah begitu saat ini tidak hanya Pujakesuma tapi sudah berkembang ada GM (Generasi Muda), ada ulama, ada mahasiswa. Dan ini saat inilah waktunya bagi orang yang sudah mengembangkan paguyuban itu untuk membentuk kader-kader yang bisa untuk meneruskan organisasi ini agar lebih besar dan lebih besar lagi. Tapi mereka harus yang benar-benar bisa menghayati dan memahami paguyuban itu. Itu yang paling berat. Karena banyak orang yang dilatih dan dibesarkan pemikiran patembayan. Jadi paguyuban dan patembayan adalah dua organisasi dalam sistem sosial kemasyarakatan di dunia ini. Itu kalau ditinjau dari teori sosialoginya. Patembayan itu adalah organisasi pabrik, mulai organisasi pemerintahan, perusahaan sosial, organisasi politik. Dan semua kita hidup di organisasi itu. Dan yang itu pamrih asal masih punya tujuan atau kepentingan. Apakah kepentingan uang, posisi dan segala macam lainnya.

Pujakesuma adalah Paguyuban murni yang membangun persaudaraan lewat keikhlasan. Organisasi ini bisa berkembang karena kaikhlsannya. Jadi sekarang, setelah begitu lama sebagai pemimpin Pujakesuma haris ditinggalkan dan diestafetkan. Organisasi ini tidak boleh tergantung pada seseorang. Tidak boleh bergantung kepada satu atau beberapa orang terus-terusan. Makanya di kepengurusan yang baru sekarang yang dahulunya tidak ada, sekarang secara formal ada, misalnya pengurus harian maupun ketua-ketua lainnya dan beberapa organisasi sayap baik social maupun ekonomi32

Selanjutnya adalah pemimpin informal, yaitu tokoh yang sering disebut dengan sesepuh didalam paguyuba pujakesuam. Mereka (para

.

Dalam Paguyuban Pujakesuma, tokoh yang memimpin Jalannya Paguyuban ini dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu; pemimpin formal dan juga pemipin informal. Pemipin formal adalah sosok seseorang yang selalu tampil didepan publik dan duduk sah sebagai pemimpin didalam Paguyban, pemimpin menjalankan fungsi kempimpinan dan membawa paguyuban kearah yang lebih baik sesuai dengan visi dan misi yang telah direncanakan dan ditetapkan.

32

sesepuh) adalah orang-orang yang dipercaya oleh para anggota paguyuban untuk mengawasi arah dan tujuan paguyuban. Mereka mengawasi dan membimbing para pemimpin formal di dalam paguyuban agar membawa peguyuban kearah yang lebih baik.

Dalam perjalannyan, para anggota yang tergabung dalam paguyuban pujakesuma lebih menuruti kata-kata atau perintah yang diserukan oleh para sesepuh mereka didalam paguyuban pujakesuma. Hal ini dikarenakan sesepuh dipercaya oleh orang Jawa memiliki sifat manunggaling kawulo lan gusti yang berarti masyarakat dan pemimpin adalah satu, pemimpin adalah titisan Tuhan.

4.3.2. Dewan Pembina dan Majelis Pertimbangan Pujakesuma

Seperti yang tercantum dalam AD/ART, dimana didalamnya diatur tentang fungsi dan tugas dari Dewan Pembina dan Majelis Pertimbangan Pujakesuma. Pembina untuk kepengurusan DPP Pujakesuma adalah berasal dari unsur Pejabat Negara dan atau Tokoh Nasional/Tokoh Masyaraka. Pembina untuk kepengurusan DPW Propinsi dan DPD Kabupaten/Kota adalah berasal dari unsur Muspida dan Ketua DPRD Setempat. Pembina untuk kepengurusan DPC adalah berasal dari unsur Lurah/Kepala Desa dan Ketua LPM/Desa/Kelurahan. Pembina untuk kepengurusan Deperan adalah berasal dari unsur Lurah/Kepala Desa dan ketua LPM Desa/Kelurahan, Majelis pertimbangan Pujakesuma mulai dari tingkat pusat sampai ranting dipilihdan ditetapkan dalam musyawarah

organisasi menurut tingkatnya, berasal dari para pini sepuh, mantan pengurus, mantan aktivis Pujakesuma.

Pembina sesuai dengan kapasitasnya memberikan pembinaan, pertimbangan, saran-saran, petunjuk-petunjuk kepada masing-masing tingkatan kepengurusan. Majelis Pertimbangan mempunyai tugas memberikan pertimbangan serta dukungan moril dan materialnya kepada kepungurusan Pujakesuma sesuai dengan wilayahnya tingkatannya. Mereka juga bertugas mengawasi segala kativitas dan kepetusan-keputusan yang telah dibuat bagi Paguyuban Pujakesuma tersebut.

BAB V

Pemimpin Formal dan Pemimpin Informal

Dokumen terkait