• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terima kasih, Yang Mulia Majelis Hakim atas pertanyaan yang diberikan dan juga kepada Wakil dari Pemerintah, unsur pemerintah serta dari Pengacara Bapak Joni. Saya menjawab semuanya, ya. Jadi saya urutkan saja sesuai apa yang saya catat di sini. Dari Bapak Joni … ini Bapak Joni, maaf.

53. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Pak dr. Joni itu.

54. AHLI DARI PEMOHON: ZAURA KISWARINA

Pak dr. Joni tadi bertanya pada saya, Pak, ya. Yang … maaf ini agak … kalau ada konsil KTKI, apakah mereka captain of the team? Baik.

Izinkan saya untuk menjawab, Yang Mulia. Jadi begini, Pak Joni, yang disebut captain of the team adalah seseorangt tenaga yang mempunyai kewenangan untuk berdasarkan keilmuannya dan berdasarkan profesionalisemnya untuk menetapkan apa yang perlu dilakukan terhadap pasien atau ya … pasien yang dihadapi, sehingga interfensi yang diperlukan tadi seperti yang saya katakan bisa interfensi medis teknis saja, bisa interfensi bedah, itu atau interfensi lain yang non-medis misalnya perilaku, itu bisa didelegasikan, tetapi decision pasien ini diapakan oleh siapa, di mana, berapa lama, dengan apa, itu seyogianya dan harusnya memang merupakan kewenangan dari seseorang tenaga prosefional yang memang dididik sesuai dengan kedalaman keilmuannya untuk menentukan kasus-kasus, di dalam dokter pun ada kasus yang sederhana, ada kasus spesialistik, ada kasus sub spesialistik.

Jadi, dari ilmu kedokteran, segi ilmu kedokteran bahwa kemampuan dan kewenangan untuk melakukan intervensi pada tubuh manusia harus dilandaskan pada dasar keilmuan yang kokoh. Siapa yang menentukan bahwa dokter itu berhak atau tidak berhak? Bahwa dokter itu layak untuk menjadi captain of the team atau tenaga lain tidak layak untuk menjadi captain of the team, itu adalah para pengampu ilmu yang berasal dari pakar-pakar yang menguasai, yang paham betul tentang keilmuan tersebut. Sehingga sekali lagi, demi dan atas nama keselamatan pasien, maka istilah captain of the team ini merupakan sesuatu yang patut kita tempatkan dengan wajar yang tidak mencampuradukkan kewenangan itu dengan jenis-jenis tenaga yang bukan merupakan captain of the team. Captain of the team ini sifatnya universal dan itu sudah ada kesepakatan. Kesepakatan-kesepakatan di

tingkat internasional tentang captain of the team dan itu bergabung di … kalau kami kedokteran gigi, World Federation of the Dental International, itu adalah gabungan dari organisasi-organisasi profesi yang didalamnya ada pakar-pakar keilmuan yang kita sebut … yang biasa tergabung dalam … yang kita sebut Koligim. Koligim itu adalah pengampu keilmuan. Mereka adalah pakar yang menentukan untuk melakukan sesuatu, seseorang harus dididik bagaimana lingkup kewenangannya apa, kompetensinya apa, berapa lama, di mana, oleh siapa.

Jadi sekali lagi, rasanya kalau istilah captain of the team ini digunakan di luar medis, itu kurang pas, tetapi kalau untuk perubahan perilaku, intervensi-intervensi epidemiologis, intervensi kesehatan lingkungan dan lain-lainnya, pakar-pakar untuk program itu bisa menjadi captain of the team kesehatan tetapi bukan captain of the team untuk tindakan medis yang sifatnya adalah klinis.

Tapi mohon maaf, Pak Joni. Bahwa sebagian dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh tenaga non-medis, dokter atau dokter gigi dilakukan tadi delegated function, perpanjangan tangan kewenangan yang diberikan, tetapi kewenangan yang diberikan itu juga tidak serta-merta, itu juga harus ada keputusan dari pakar yang mana yang bisa diberikan kepada siapa, yang mempunyai pendidikan seperti apa, berapa lama, di mana, dan lain sebagainya.

Jadi, Bapak Joni. Kiranya itu adalah jawaban dari saya sehingga dengan demikian kesimpulannya bahwa dokter dan dokter gigi sebagai captain of the team dengan sifat-sifat mengapa mereka disebut captain of the team itu tidak bisa disamaratakan. Bukannya harus tinggi atau rendah, bisa koordinasi tetapi bukan dalam hal keprofesian. Dalam hal administratif, dalam hal bagaimana pendayagunaan, monggo, silakan. Itu masalah koordinasi dari segi administratif. Tetapi dari segi keprofesian, harus orang yang betul-betul paham. Sedangkan di sini kami melihat, mengapa itu menjadi kekhawatiran yang sangat besar? Karena di sini KTKI itu mempunyai tugas membina dan mengawasi council masing-masing tenaga kesehatan.

Saya mempertanyakan sekali ini karena ini bukan terdiri melulu dari pakar. Apakah council KTKI dan diturunkan lagi di tingkat … kalau enggak salah di tingkat wilayah juga mempunyai tugas dan fungsi yang serupa di tingkat daerah. Itu mungkin menjawab sekalian pertanyaan dari Bapak Hakim Yang Mulia, tadi saya lupa namanya.

Tapi untuk singkatnya, Pak Sundoyo dari Pemerintah mempertanyakan tenaga medis dan kesehatan yang mempunyai kompetensi berhak dan mempunyai kewenangan … ya, berhak sesuai dengan kewenangannya. Betul, Pak Sundoyo. Bahwa … saya melihat bahwa ada kewenangan-kewenangan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan yang tentunya mungkin dibicarakan bersama-sama dengan organisasi profesi. Tetapi saya merasa bahwa dari pengamatan beberapa belas tahun yang lalu, dalam pelimpahan kewenangan tadi, ada

ketidaksingkronan antara kurikulum dengan standar kompetensi, “Kok enggak match?” Antara kurikulum standar kompetensi, “Oke, match.” “Tapi kok dengan standar pelayanannya tidak match.” Sehingga ini kalau ini sampai ada council sendiri yang kemudian dikukuhkan kekuatannya sebagai yang berwenang untuk membuat peraturan-peraturan, saya yakin dengan Igo dari masing-masing tenaga kesehatan itu, ini keyakinan dari hati bahwa ini sangat meresahkan, akan timbul tadi chaos. Chaos itu di tingkat atas, di tingkat provider, tetapi bagaimana chaos itu diturunkan menjadi lebih chaos lagi untuk masyarakat kita yang tidak paham, yang tidak tahu, yang belum sampai ke sana bisa menentukan memilih mana yang baik atau tidak baik.

Sehingga dalam hal ini adalah sekali lagi kami di bidang kedokteran sangat concern terhadap passion safety, tidak hanya bagaimana pandainya dokter, tetapi bagaimana seorang dokter bisa seutuhnya melindungi pasien dalam arti yang seluas-luasnya dan itu ada di dalam lafal sumpah yang dilahirkan oleh Hippocrates.

Jadi, Bapak Majelis dan Ibu Hakim Yang Mulia, walupun dokter secara mandiri, dia sebetulnya scientist yang mengerjakan pekerjaan keprofesiannya secara mandiri tanpa harus ada pengawas-pengawas di sekitarnya tetapi insya Allah di dalam batinnya itu karena kami dididik dengan ruh sumpah Hippocrates, maka serasa di pundak kami itu ada yang mengawasi yang lebih daripada kekuatan birokrasi atau kekuatan apa pun melainkan kekuatan dari Yang Maha Kuasa.

Jadi, itulah kemuliaan the nobility dari profesi dokter yang kalau ketemu pasien, save the patient, selamatkan pasien-selamatkan pasien. Jadi, itu bukannya kami menginginkan sesuatu yang spesial untuk profesi kedokteran tetapi letakkanlah pengurusan tentang keprofesian ini mandiri sendiri karena kami rasa kami dengan adanya unsur dari masyarakat juga di situ dan juga ada unsur dari pemerintah atau negara terwakili semua, pemerintah dan masyarakat, di dalam konsil itu mudah-mudahan keyakinan ini semakin bisa ditumbuhkan sehingga perlindungan pada masyarakat, kepercayaan masyarakat, itu semakin besar.

Dan saya yakin Bapak Majelis Hakim yang saya muliakan, sekarang ini masyarakat sudah jauh lebih aware, lebih sadar, akan hak dan kewajibannya. Walaupun pada kasus-kasus tertentu berlebihan, ada yang memanfaatkan secara kurang benar, kurang pas. Tetapi saya yakin dari pengalaman saya puluhan tahun, saya mendidik dokter gigi sampai sekarang pun saya masih kerja sebagai staf pengajar, dokter-dokter dan dokter gigi itu semakin hati-hati. Jadi, kalau pun ada kasus, ini sekalian menjawabnya boleh ya, Hakim, ada kasus tadi yang dipertanyakan apakah tidak bisa dicegah, Bapak Hakim Yang Mulia Pak Suhartoyo, di pintu ketika memberikan STR? Di dalam suatu keluarga besar ada selalu anak yang terperosok, yang tergelincir, yang jatuh tapi kita harus lihat apakah itu secara intentional dan sebagian besar kasus yang masuk ke

MKDKI yang diadukan oleh masyarakat memang ada kelemahan, tetapi dalam hal kelemahan komunikasi dan itu menjadi kelemahan di dalam pendidikan. Sehingga kemudian di konsil yang kami juga mengawal standar pendidikan dari hulu, kami juga menekankan bahwa harus ada pendidikan keprofesian, pendidikan etika, pendidikan disiplin, dan pendidikan hukum yang lebih kuat lagi sekarang dan di masa mendatang.

Jadi, kemudian apabila dokter tersebut nakal, anak nakal juga ada di hukum tapi tidak di hukum begitu saja Bapak Hakim Yang Mulia. Ada pembinaan yang dilakukan oleh organisasi profesi, ada pembinaan yang (suara tidak terdengar jelas) juga yang re-schooling sekolah kembali. Jadi, saya kembali kepada pertanyaan dari Pemerintah, mohon maaf melantur ke sana ke mari.

Sekali lagi, kewenangan itu harus dilakukan melalui kajian-kajian dari pakar yang mengayomi ilmu tersebut. Jadi, bukan kajian dari birokrasi semata, tapi saya yakin Kementerian Kesehatan juga sering bekerja sama, sering mengundang kami dari … dari fakultas, mengundang juga dari organisasi profesi, tapi sekali lagi selalu ada saja benturan-benturan Igo. Itu yang kita mengurangi sebanyak mungkin benturan itu dimulai dari penataan dari aspek pengaturan peraturan perundang-undangan.

Pak Sundoyo bagaimana … saya maju ke Pak Hakim Yang Mulia Bapak Suhartoyo. Mohon izin untuk menjawab Pak Suhartoyo. Uji kompetensi tidak dilakukan oleh KKI. Jadi, tidak ada pemindahan ketika nanti ada KTKI uji kompetensi dilakukan oleh KKI. Yang melakukan uji kompetensi … uji kompetensi untuk diakui dia layak untuk praktik, itu dilakukan oleh organisasi profesi. Kemudian bahwa dia sudah layak memenuhi persyaratan untuk diluluskan menjadi dokter itu oleh pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi sekarang itu menjadi satu sehingga anak-anak kita tidak perlu ujian dua kali.

Karena begini Bapak Majelis Hakim yang saya muliakan. Bahwa lulusan dari berbagai universitas tidak bisa dijamin bahwa mereka itu setara dalam arti kata mungkin ada yang sub-standar, ada yang sudah memenuhi standar. Nah, untuk pemastian itu, organisasi profesi IDI dan PDGI, ketika menerima lulusan juga ingin memastikan bahwa lulusan itu mempunyai kesetaraan sesuai dengan standar kedokteran yang praktik. Jadi aspek etikanya, aspek profesionalism-nya, dan lain sebagainya. Sehingga uji kompetensi itu insya Allah masih tetap dilakukan oleh organiasasi profesi, berkoordinasi dengan perguruan tinggi.

Bapak Suhartoyo yang saya muliakan, jadi akhirnya keanggotaan yang guru besar di konsil itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan proses pe ... uji kompetensi. Tetapi beberapa waktu yang lalu memang ada sengketa, ada disharmonisasi dan KKI memang berperan memfasilitasi agar ditemukan solusi yang sebaik-baiknya mengenai uji

kompetensi sehingga dipastikan bahwa yang lulus itu benar-benar kompeten.

55. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Di permohonan Pemohon nanti kita klirkan bersama, kalau enggak sekarang, persidangan yang akan datang bahwa kekhawatiran itu di dalam posita permohonan bahwa tujuan kompetensi yang semula dilakukan KKI itu untuk mengeluarkan STR, dikhawatirkan diambil alih oleh perguruan tinggi yang apa … Ibu yang kalau Ibu yang benar tentunya saya nanti minta pertanggung jawaban atau saya sendiri yang salah, nanti minggu depan saya klirkan.

Terima kasih, Ibu.

56. AHLI DARI PEMOHON: ZAURA KISWARINA

Mohon izin untuk melanjutkan untuk menjawab Yang Mulia Hakim Bapak Patrialis Akbar. Pijakan berbeda, yaitu memang yang menjadi concern dari uraian saya bahwa pijakan independensi dari profesi kedokteran untuk mengatur, untuk membina keprofesiannya itu perlu dilakukan secara independent oleh orang-orang atau pihak-pihak internal profesi yang betul-betul paham. Di dalam proses itu kita berbagi, berbagi peran untuk meningkatkan kredibilitas, yaitu satu, contohnya di KKI, ada unsur masyarakat di situ ikut memonitor, ikut membina, memberi masukan bagaimana mulai dari hulu, standar pendidikan seharusnya. Kemudian ketika dia akan diluncurkan untuk berpraktik dengan mengeluarkan STR itu juga ada keterlibatan. Dan seterusnya.

Jadi, di sini dengan spesifisitas dari profesi dokter yang tidak dipunyai oleh tenaga lain karena tadi ciri-ciri tanggung jawab pendidikan dan sebagainya, tetapi yang paling penting adalah pembinaan profesionalism, tidak bisa dilakukan oleh orang yang bukan ahlinya. Tetapi kalau masalah pendayagunaan, masalah administrasi lain-lainnya, silakan kita sebagai warga negara yang baik, para dokter juga adalah warga negara yang harus tunduk, tetapi soal mengatakan, “Dokter itu layak atau tidak layak.” Dan sebagainya itu adalah profesi yang mempunyai kapasitas (capability) dan mempunyai kewenangan.

Ya, ini tadi chaos itu akan terjadi peraturan ... timbul peraturan-peraturan yang begini, KTKI itu sebetulnya dengan sama begitu, saya tidak mengatakan harus lebih tinggi, bukan. Tetapi harus mengakomodasikan kekhususan, kekhasan, sehingga profesi yang diatur itu menjadi tidak terbelenggu. Bisa secara benar dan secara baik untuk memgembangkan keprofesiannya, demi pengabdiannya menjadi lebih baik untuk masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan lebih terlindungi. Kalau memang soal koordinasi, itu bisa. Tetapi, sekali lagi,

kalau soal profesi, itu tidak bisa tawar-menawar. Kebenaran ilmu di atas segala-galanya.

Jadi … dan kebenaran ilmu itu bisa dipertanggungjawabkan, Bapak Majelis Hakim karena ini berlaku universal dan juga terus-menerus dikembangkan secara terarah melakui penelitian-penelitian yang sangat rigid, yang sangat kuat, dan harus dilakukan … apa namanya ... testing dengan segala pihak ... dengan pihak yang sangat banyak, dan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di ... secara global.

Jadi menurut pendapat saya sekali lagi Pak Patrialis, dengan adanya perbedaan pijakan ini, sebetulnya yang kami mohonkan adalah peraturan, apa pun peraturan harus mampu memberdayakan dan mengajukan apa yang diatur, tidak membelenggu karena yang rugi adalah negara dan juga negara dalam arti kata pemerintah dan rakyat.

Tadi tanggung jawab melalui menteri, apakah mengurangi independensi? Kalau menurut pengalaman saya, terasa Hakim. Terutama dari segi administratif. Jadi banyak hal yang seharusnya kami bisa lakukan tetapi karena alasan finansial, alasan administrasi yang mestinya cepat jadi lambat, akhirnya tidak bisa terlaksana. Jadi independency bukan hanya dalam segi bagaimana membina profesionalisme dan juga bagaimana kita mengayomi masyarakat, tetapi juga independency dari pembiayaan segi pendanaan (…)

57. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR

Bu, bisa di ini, Bu, bisa dikonkretkan. Sebelum ada undang-undang ini, apa yang Ibu sampaikan ternyata bisa berjalan. Tapi setelah ada undang-undang ini, justru malah jadi hambatan. Coba dikomparasi yang mana.

58. AHLI DARI PEMOHON: ZAURA KISWARINA

Ya, mohon maaf, Pak Hakim Yang Mulia. Bahwa KTKI ini belum berjalan, tetapi kalau kita mengkaji, saya tidak pandai di segi hukum, tapi kalau baca artinya mengerti sekali. Bahwa tugas dari Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia memfasilitasi dukungan pelaksanaan tugas konsil

masing-masing, bisa mendukung, bisa enggak mendukung.

Mendukungnya itu bisa ... arahnya bisa positif, bisa negatif begitu. Kemudian mengevaluasi tugas konsil masing-masing, kemudian membina dan mengawasi konsil masing-masing, itu sudah ... dan ini tanggung jawabnya kepada menteri untuk diteruskan pada presiden. Padahal sekarang adalah langsung pada presiden.

Yang Mulia Hakim Aswanto, pengelompokan. Pengelompokan, kami tidak memohonkan siapa di atas, siapa di bawah, tetapi dari segi logikan keilmuan yang seperti saya katakan tadi bahwa keutuhan body of knowledge itu yang paling utuh adalah pada profesi dokter dan

tingkatannya, dan dokter gigi, yang lainnya adalah delega ... delegated function atau malah ada yang bukan delegated function nanti kalau misalnya dia tradisional.

Dengan demikian, maka yang dimintakan, yang dimohonkan dengan segala hormat adalah meletakkan kembali hakikat dari suatu profesi yang tidak bisa dicampur karena kondisi-kondisi tadi, yang tidak bisa dicampur pengaturan secara administratif, oke, tetapi kalau sudah sampai mencederai independency itu, maka kita mengalami kerugian yang luar biasa baik negara maupun profesi itu sendiri.

Struktur-struktur di KTKI itu merupakan perwakilan dari konsil. Perwakilan dari konsil itu hanya dari segi koordinasi, tetapi kalau tadi sinergi ... tadi apa ... persoalannya itu bisa lebih ... sebentar ... memudahkan koordinasi tadi kata-katanya, ya, koordinasi, program, dan sebagai, tapi masalah pembinaan profesi dan perlindungan masyarakat bagaimana seharusnya menuruf profesi, itu yang sulit untuk dikoordinasi. Tetapi karena pelayanan kesehatan adalah menjadi rumpun dari kedokteran, maka program yang bersifat administratif bisa dikoordinasikan tapi tidak perlu membentuk konsil yang kemudian me … apa namanya ... mem ... mereduksi peran dari konsil dari segi makna kenapa konsil itu dibentuk awalnya. Yang paling awal konsil terbentuk konsil di negara ini di bidang kesehatan adalah Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran ... Konsil Kedokteran Indonesia, yang nafasnya adalah pure professionalism dan keselamatan patient safety, gitu.

Jadi, Yang Mulia Prof. Maria tidak bertanya pada saya, maaf. Yang Mulia Hakim Arief, saya terharu sebetulnya mendapatkan undangan, undangan ... pertanyaan atau ... ya, undangan untuk menyampaikan jawaban secara tertulis, secara komprehensif, insya Allah akan saya siapkan Bapak Hakim, dan mengenai captain of the team bukan captain-captain-an, tetapi maknanya sebetulnya selain tadi membuat the best clinical professional judgement juga nilai-nilai keilmuan dan cara-cara bagaimana ilmu itu dipraktikkan itu menjadi acuan bagi pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan medis, dengan tubuh manusia. Demikian.

Demikian, mungkin saya akhiri jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada saya. Terima kasih.

59. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik, terima kasih, Ibu Dr. Zaura. Waktunya kurang-lebih tinggal, ya, 10 menit begitu, Pak Shofie, ya. Bisa untuk di ... lebih komprehensif jawabnya, tapi kalau memang masih kita butuhkan nanti bisa saja Pemohon bisa minta tertulis, nanti disampaikan pada kita karena sangat bermanfaat. Ini kan jawaban dari Pemohon ... Ahli Pemohon kan untuk kepentingan Pemohon, jadi Pemohon kalau bisa disampaikan juga secara

tertulis, ya. Karena kita masih ada persidangan-persidangan yang lain, ya.

Silakan, Pak Dr. Shofie.

Dokumen terkait