• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemotongan Bunga Jantan pada Pisang Ambon Tipe Pendek Penentuan perlakuan dilakukan setelah mengamati pola pembungaan

bunga betina dan bunga jantan pisang. Bunga betina muncul setelah 7 – 10 hari setelah jantung keluar. Sedangkan bunga jantan muncul ± 15 – 20 hari. Percobaan I menggunakan klon tanaman pisang tipe pendek yang tingginya 2.5 meter. Perlakuan waktu pemotongan ujung tandan buah yaitu kontrol (tanpa pemotongan), P1 (pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga). P2 (pemotongan bunga jantan setelah 4 minggu setelah tanaman berbunga), dan P3 (pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga). Sampel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebanyak satu tandan. Setiap perlakuan terdiri dari 3 tanaman yang sudah keluar bunga dan buah dan dipilih acak setiap pertanaman.

8 Percobaan II Pemotongan Bunga Jantan pada Pisang Ambon Tipe Tinggi

Percobaan II sama dengan percobaan pertama, hanya berbeda pada tanaman pisang yang digunakan. Tanaman pada percobaan II adalah klon pisang tipe tinggi yang tingginya 4.5 meter. Semua tandan yang diamati dalam dua percobaan tersebut adalah 24 tandan.

Pengaruh perlakuan dalam percobaam dibandingkan dengan kontrol dengan uji-t. Formulasi uji-t student adalah sebagai berikut.

T = Keterangan :

, = nilai tengah populasi satu dan dua , = jumlah populasi satu dan dua

= simpangan baku gabungan , = ragam populasi satu dua

Nilai berbeda nyata apabila T T dan tidak berbeda nyata apabila T T , T diperoleh dari sebaran nilai t pada taraf (α) 5 %, jika berbeda nyata maka akan diuji lagi dengan taraf 1 %. Nilai berbeda nyata juga dapat diperoleh dengan membandingkan α perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Jika hasil α perlakuan < α kontrol, maka nilai tengah perlakuan berbeda nyata dengan nilai tengah kontrol (Walpole, 1995)

Analisis data yang digunakan adalah uji kehomogenan ragam atau uji

Barlett dengan software Minitab 15, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui

ragam suatu peubah yang diamati. Output yang dihasilkan dari pengujian berupa berupa dua nilai p-value. P-value > α maka dapat disimpulkan bahwa ragamnya homogen. Sebaliknya jika p-value < α maka dapat disimpulkan ragamnya tidak sama. Peubah yang ragamnya sama digabung dan diuji dengan uji-t pada selang 5 % menggunakan SPSS 16, jika berbeda nyata setelah diuji pada selang 5 % kemudian diuji dengan selang 1 %. Jika t-hitung > t-tabel maka terima h1 dan tolak h0, berati nilai tengah peubah berbeda nyata setelah diuji dengan t student.

Pelaksanaan Pemotongan Bunga Jantan

Pemotongan bunga jantan pisang bertujuan untuk mengoptimalkan penyerapan unsur hara oleh bakal buah. Sebelum pemotongan, dilakukan survey terhadap pertanaman pisang yang siap untuk dipotong bunga jantannya. Pemotongan dilakukan dengan dengan pisau dari arah kanan pada 15 – 20 cm dari sisir buah yang terakhir (Gambar 2). Cara pemotongan dengan arah miring dengan tangkai tandan, kira-kira 45o dari arah horizontal.

Gambar 2. Cara Pemotongan Tangkai yang Berisi Bunga Jantan Pisang Pemanenan Tandan Buah

Pemanenan dilakukan ± 98 - 110 hari setelah berbunga atau dengan melihat daun terakhir sudah kering. Pemanenan dilakukan pada pukul 07.00 - 10.00 WIB. Penebangan dilakukan dengan memotong separuh batang bagian kanan dan kiri setinggi 2/3 dari tinggi tanaman pisang. Tahap selanjutnya yaitu pemotongan tandan buah terletak di atas buku tandan yang berjarak sekitar 30 cm dari sisir pertama. Tahap selanjutnya yaitu pembalikan tandan tangkai di bawah agar getah tidak menetes ke buah. Pengumpulan hasil dilakukan dengan cara meletakkan posisi tandan pisang tegak lurus (posisi tangkai buah menghadap ke bawah). Kegiatan panen yang terakhir adalah penimbangan bobot produksi buah pisang. Pemisahan sisir pisang dari tangkainya dilakukan dengan pisau. Tahap selanjutnya adalah penimbangan sisir buah dan penimbangan bobot buah setiap sisir.

10 Pengamatan

Sebelum Pemotongan

Pengamatan sebelum pemotongan bunga jantan yaitu pencatatan tanggal berbunga dan waktu munculnya bunga jantan dilakukan pada seluruh pertanaman pisang. Tanggal berbunga pisang diamati hampir setiap hari untuk mendapatkan data banyaknya tanaman yang berbunga. Munculnya bunga jantan diamati dengan melihat bunga jantan yang berguguran di permukaan tanah atau dengan melihat pada ujung tangkai tandan (Gambar 3).

Gambar 3. Tanaman Pisang yang Berbunga (a) dan Munculnya Bunga Jantan (b).

Setelah Pemotongan

Setelah pemotongan dilakukan pengamatan terhadap pertambahan ukuran tandan dan buah. Parameter ukuran tandan yang dimati adalah panjang tandan dan lingkar tandan. Sedangkan ukuran buah yaitu panjang buah dan lingkar buah. Data pertambahan diperoleh dari ukuran setelah pemotongan dikurangi ukuran sebelum dilakukan pemotongan. Pengukuran menggunakan meteran kain. Peubah pengamatan yang diamati adalah:

1. Pertambahan Ukuran Tandan

Panjang tandan dan lingkar tandan diamati setiap dua minggu setelah pemotongan bunga jantan. Panjang tandan diukur dari bagian di atas sisir pertama sampai di bawah sisir terakhir. Lingkar tandan diukur dengan melingkarkan meteran kain pada bagian pangkal tandan, tengah tandan, dan ujung tandan.

2. Pertambahan Ukuran Buah

Panjang buah dan lingkar buah diamati setiap dua minggu setelah

pemotongan bunga jantan. Panjang buah diukur dari ujung buah sampai pangkal yang melekat pada tangkai pada bagian pangkal tandan, tengah tandan, dan ujung tandan. Lingkar buah diukur dengan melingkarkan meteran kain pada salah satu buah pada bagian pangkal tandan, tengah tandan, dan ujung tandan (Gambar 4).

Sumber: Lassois et al., 2010

Gambar 4. Pengukuran Panjang Tandan (a), Lingkar Tandan (b), dan Lokasi Pengukuran Panjang Tandan dan Lingkar Tandan (c).

Pengamatan Panen

Pengamatan panen dilakukan untuk mengetahui bobot dari masing-masing perlakuan. Pengamatan bobot panen utuh dan bobot panen tanpa tangkai menggunakan timbangan (Gambar 5). Peubah pengamatan yang diamati adalah: 1. Bobot Panen Utuh

Bobot panen utuh diperoleh dari penimbangan setelah panen terhadap bobot tandan, bobot sisir, dan bobot buah.

2. Bobot Panen Tanpa Tangkai

Bobot panen tanpa tangkai diperoleh dari bobot tandan utuh setelah dibuang tangkai tandannya terhadap bobot tandan, bobot sisir, dan bobot buah.

Gambar 5. Penimbangan Bobot Tandan (a) dan Bobot Sisir pada Waktu Panen (b).

a b c

12 3. Bobot sisir ekonomis

Bobot sisir ekonomis adalah bobot sisir buah yang layak dijual karena mutu buah lebih baik dari pada bobot yang terserang penyakit burik. Bobor sisir ekonomis didapatkan dari 4 sisir pertama setiap tandan yang layak dijual.

Pengamatan Pascapanen

Pengukuran pascapanen dilakukan untuk mengetahui peubah mutu buah pisang setelah panen. Buah pisang matang diamati setelah didiamkan selama satu minggu. Peubah pengamatan yang diamati setelah panen yaitu:

1) Kekerasan buah dan kulit.

Pengukuran kekerasan buah dilakukan dengan penetrometer (Gambar 6). Penetrometer bekerja berdasarkan daya penetrasi jarum terhadap buah pisang. Penempatan jarum diarahkan pada bagian pagkal, tengah, dan ujung buah. Penetrasi dilakukan selama 5 detik dengan beban 50 gram. Angka yang terbaca setelah penusukan selama 5 detik dinyatakan sebagai tingkat kekerasan buah (mm/50gram/5detik ).

Gambar 6. Pengukuran Kekerasan Buah Menggunakan Penetrometer 2) Padatan terlarut total.

Pengukuran dengan menghancurkan buah dengan mortar sampai halus kemudian disaring dengan kain kasa. Air yang tersaring diteteskan pada refraktometer. Cara membacanya dengan menerawang refraktometer yang diarahkan kearah cahaya, data hasil pengukuran berupa dalam skala obriks.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Pasir Kuda, Ciomas, Bogor, Jawa Barat dengan ketinggian 260 meter di atas permukaan laut. Waktu penelitian mulai tanggal 2 Februari sampai 15 Agustus 2010. Suhu harian kebun berkisar antara 22.7 - 31.7 oC. Luas lahan klon pisang tipe pendek yaitu seluas 700 m2 dan luas lahan klon pisang tipe tinggi seluas 260 m2 dengan tipe tanah liat berdebu. Jarak tanam yang dipakai yaitu 2.5 x 3.0 meter. Bahan tanaman yang digunakan adalah pisang hasil mutasi tahap keempat. Tanaman klon pisang tipe pendek berasal dari tunas dan klon pisang tipe tinggi berupa anakan. Tanaman klon pisang tipe pendek berumur tujuh bulan, sedangkan tanaman klon pisang tipe tinggi berumur 15 bulan. Rata-rata tinggi tanaman klon pisang tipe pendek yaitu 2.5 meter dan rata-rata tinggi tanaman klon pisang tipe tinggi yaitu 4.5 meter.

Gambar 7. Klon Tanaman Pisang Tipe Tinggi (Skala: 1 : 50).

Sistem budidaya pertanian yang digunakan di kebun percobaan Pasir Kuda sudah baik. Pemeliharaan tanaman terjadwal setiap bulan. Pemangkasan daun menggunakan pisau bergalah hampir setiap dua bulan sekali dan daun disisihkan 6 helai setiap tanaman. Pengendalian gulma dilakukan oleh petugas secara mekanis yaitu dengan mesin pemotong rumput setiap bulan sekali. Tanaman pisang ditanam pada tanggal 11 juli 2009 dan mulai berbunga sekitar tujuh bulan setelah tanam (BST). Pertanaman pisang mulai serempak berbunga yaitu sekitar 9 BST.

14 Tanaman pisang berbunga ditandai dengan munculnya kuncup pembungaan yang berada di ujung batang semu (pseudostem) dan dilindungi oleh daun bendera. Setelah 2 – 3 hari bunga keluar, struktur pembungaan membesar dan daun bendera akan terrbuka. Setelah 4 – 6 hari setelah berbunga, struktur pembungaan melengkung ke bawah karena menyangga sisir yang akan menjadi buah. Tahap selanjutnya yaitu mekarnya bunga betina pisang yang akan menjadi buah setelah 7 – 8 hari setelah berbunga. Pemekaran bunga betina pada klon pisang ambon yaitu antara 1 – 2 sisir bunga betina setiap harinya. Jumlah bunga betina yang mekar berbeda – beda setiap tanaman. Rata – rata 7 – 8 sisir buah betina yang muncul pada pertanaman. Bunga jantan keluar setelah bunga betina keluar dan terletak di ujung tangkai tandan. Bunga jantan keluar sekitar 15 hari setelah susunan pembungaan keluar.

Penentuan waktu panen dengan menghitung hari setelah tanaman berbunga yaitu antara 85 – 110 hari dan dengan melihat daun bendera dan daun terakhir sudah kering. Umur panen pada pertanaman klon pisang tipe pendek adalah 14 minggu setelah berbunga atau 98 hari setelah tanaman berbunga. Sedangkan umur panen klon pisang tipe pendek rata – rata 15 minggu setelah tanaman berbunga atau sekitar 105 hari setelah tanaman berbunga. Penentuan waktu panen yang lain yaitu dengan melihat bentuk buah pisang yang sudah berubah atau bentuk buah tidak berlingir.

Kondisi sisir buah pada semua hasil panen terserang penyakit burik pisang, sehingga hasil panen dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu bobot sisir buah pada setiap tandan. Kelompok kedua yaitu bobot sisir buah ekonomis. Bobot sisir ekonomis adalah bobot sisir buah yang layak dijual karena mutu buah lebih baik dari pada bobot yang terserang penyakit burik. Bobor sisir ekonomis didapatkan dari 4 sisir pertama setiap tandan yang layak dijual.

Uji Kehomogenitasan Ragam

Uji kehomogenan ragam menggunakan uji Barlett pada taraf 5 %, jika berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut pada taraf 1 %. Data homogen jika p-

value lebih kecil dari taraf kepercayaan. Selang kepercayaan yang dibandingkan

sedangkan selang kepercayaan 1 % maka nilai p-value yang tidak homogen adalah

p-value < 0.01. Hasil uji Barlett menunjukkan bahwa peubah kekerasan buah pada

klon pisang tipe pendek tidak homogen ragamnya. Sedangkan hasil uji Barlett

pada klon pisang tipe tinggi menunjukkan bahwa bobot buah, kekerasan buah pangkal, kekerasan buah ujung, dan rataan kekerasan buah tidak homogen. Rekapitulasi hasil uji Barlett pada semua peubah pengamatan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji Barlett pada Semua Peubah Pengamatan

No Peubah Pengamatan p-value

Klon pendek Klon tinggi Pertambahan Ukuran Tandan dan Buah Pisang

1 Panjang tandan (cm) 0.215 0.263

2 Lingkar tandan pangkal (cm) 0.469 0.246

3 Lingkar tandan tengah (cm) 0.664 0.071

4 Lingkar tandan ujung (cm) 0.387 0.593

5 Rataan lingkar tandan (cm) 0.853 0.675

6 Panjang buah pangkal (cm) 0.619 0.523

7 Panjang buah tengah (cm) 0.311 0.595

8 Panjang buah ujung (cm) 0.574 0.672

9 Rataan panjang buah (cm) 0.391 0.072

10 Lingkar buah pangkal (cm) 0.325 0.262

11 Lingkar buah tengah (cm) 0.612 0.983

12 Lingkar buah ujung (cm) 0.63 0.579

13 Rataan lingkar buah (cm) 0.843 0.784

Bobot Panen Pisang

14 Bobot tandan (kg) 0.585 0.571

15 Bobot tandan tanpa tangkai (kg) 0.627 0.482

16 Bobot sisir (kg) 0.847 0.284

17 Bobot sisir tanpa tangkai (kg) 0.829 0.958

18 Bobot buah (kg) 0.231 0.028*

19 Bobot buah tanpa tangkai (kg) 0.173 0.323

20 Bobot sisir ekonomis (kg) 0.339 0.553

21 Bobot sisir ekonomis tanpa tangkai (kg) 0.363 0.179 Pascapanen Buah Pisang

22 Kekerasan buah pangkal (mm/50gram/5detik ) 0.023* 0.035* 23 Kekerasan buah tengah (mm/50gram/5detik ) 0.048* 0.07 24 Kekerasan buah ujung (mm/50gram/5detik ) 0.007** 0.005** 25 Rataan kekerasan buah (mm/50gram/5detik ) 0.019* 0.019*

26 Padatan Terlarut Total buah pangkal (obriks) 0.331 0.164 27 Padatan Terlarut Total buah tengah (obriks) 0.869 0.317 28 Padatan Terlarut Total buah ujung (obriks) 0.812 0.508 29 Rataan Padatan Terlarut Total buah (obriks) 0.696 0.316 Keterangan: *) menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada uji Barlett pada taraf 5 %. **)

16 Pemotongan Bunga Jantan pada Klon Pisang Tipe Pendek

Pertambahan Ukuran Tandan

Panjang tandan pada semua perlakuan terus mengalami peningkatan selama pertumbuhan (Lampiran 1). Pemotongan bunga jantan satu minggu setelah keluar memiliki rata-rata panjang tandan paling tinggi dari pada kontrol pada 2 MSP, 4 MSP, dan 8 MSP. Panjang tandan kontrol memiliki rata-rata pertambahan panjang tandan yang paling kecil pada 4 MSP – 8 MSP (Gambar 8 a).

Lingkar tandan terus mengalami peningkatan ukurannya selama pertumbuhan (Lampiran 2). Pemotongan bunga jantan tiga minggu setelah keluar memilki rata-rata pertambahan lingkar tandan yang paling tinggi pada 2 MSP dan 4 MSP dibandingkan dengan semua perlakuan. Namun, pada 8 MSP semua perlakuan memiliki rata – rata pertambahan lingkar tandan yang hampir sama (Gambar 8 b).

Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan

Gambar 8. Pertambahan Panjang Tandan (a) dan Lingkar Tandan (b) pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 0 MSP – 8 MSP

Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dibandingkan dengan panjang tandan kontrol. Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan lingkar tandan bagian tengah (18.33 cm) dan ujung tandan (15.50 cm) dibandingkan kontrol masing – masing. Namun, pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata terhadap lingkar tandan dibandingkan

0 0.5 1 1.5 2 2.5 0 II IV VI VIII Panjang Tandan (cm ) MSP Periode Pengamatan (a) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 0 II IV VI VIII Li ngkar Tandan (cm ) MSP Periode Pengamatan (b) Kontrol P1 P2 P3

dengan kontrol. Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 3), nilai tengah pertambahan panjang tandan dan lingkar tandan pada 8 MSP disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Tengah Pertambahan Panjang Tandan dan Lingkar Tandan pada Klon Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP.

Perlakuan Panjang Tandan (cm) Lingkar Tandan (cm)

Pangkal Tengah Ujung Rataan

Kontrol 0.17 19.17 15.33 3.50 12.67

P1 1.33 26.67 18.33* 15.50* 20.17

P2 1.33 21.33 12.67 9.33 14.45

P3 1.67 22.50 16.00 9.83 16.11

Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. MSP= Minggu Setelah Pemotongan. *) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %.

Pertambahan Ukuran Buah

Panjang buah terus mengalami peningkatan ukurannya selama pertumbuhan (Lampiran 4). Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan panjang buah dari 2 MSP – 8 MSP dari perlakuan lain. Sedangkan pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga memilki panjang buah yang cenderung sama dengan kontrol. Namun, pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga memiliki panjang buah yang lebih rendah dari pada kontrol (Gambar 9a).

Lingkar buah terus mengalami peningkatan ukurannya selama pertumbuhan (Lampiran 5). Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga memiliki lingkar buah yang lebih tinggi dibandingkan dengan semua perlakuan. Namun, pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga memiliki lingkar buah yang cenderung sama dengan kontrol (Gambar 9b). Grafik menunjukkan bahwa pertambahan panjang buah paling besar terjadi pada 2 MSP dibandingkan dengan yang lain. Robinson (1999) menyatakan bahwa percepatan pertambahan panjang buah pada umur 30 hari, setelah itu menurun, dan antara 30 – 85 hari pertumbuhan buah menjadi rata. Percepatan pembelahan sel terjadi 6 minggu sebelum berbunga dan 4 minggu setelah berbunga. Sedangkan 4 – 12 minggu setelah berbunga terjadi percepatan pemanjangan sel. Pada 12 – 15 minggu setelah berbunga terjadi pendewasaan buah.

18

Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan

Gambar 9. Pertambahan Panjang Buah (a) dan Lingkar Buah (b) pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 0 MSP – 8 MSP

Pemotongan bunga jantan 3 minggu tanaman berbunga meningkatkan rataan panjang buah (4.80 cm) terutama bagian tengah buah (5.30 cm) dibandingkan dengan kontrol masing - masing. Namun, pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dengan panjang buah kontrol. Sebaliknya, pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga menurunkan rataan panjang buah (2.30 cm) dibandingkan dengan kontrol (3.19 cm). Pada parameter lingkar tandan, pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dengan lingkar buah kontrol. Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 6 dan Lampiran 7), nilai tengah panjang buah pada klon pisang tipe pendek 8 MSP disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Tengah Pertambahan Panjang Buah dan Lingkar Buah Klon Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP

Perlakuan Panjang Buah (cm) Lingkar Buah (cm)

Pangkal Tengah Ujung Rataan Tengah Ujung Rataan Kontrol 3.57 3.13 2.46 3.19 2.53 1.84 2.43

P1 5.20 5.30* 2.97 4.80* 3.28 2.46 3.28

P2 3.67 3.33 2.53 3.21 2.92 1.96 2.78

P3 2.64 2.37 0.99 2.35* 2.49 1.33 2.82

Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga.*) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %.

0 1 2 3 4 5 0 II IV VI VIII Panjang B u ah (cm ) MSP Periode Pengamatan (a) 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 0 II IV VI VIII Li ngkar B u ah (cm ) MSP Periode Pengamatan (b) Kontrol P1 P2 P3

Bobot Panen

Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot tandan panen utuh (12.45 kg) sebesar 48.21 % lebih tinggi dari pada kontrol. Namun, pemotongan bunga jantan saat 4 dan 5 minggu tidak berbeda nyata terhadap bobot tandan kontrol. Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 8), nilai tengah bobot panen utuh klon pisang tipe pendek disajikan pada Tabel 4.

Bobot panen tanpa tangkai diperoleh dari penimbangan bobot panen utuh dari lapang dikurangi dengan bobot tangkai tandan. Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot tandan (11.94 kg) sebesar 47.22 % dan bobot sisir tanpa tangkai (1.51 kg) sebesar sebesar 29.06 % lebih tinggi dari pada kontrol. Namun, pemotongan bunga jantan dua dan tiga minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata terhadap bobot tandan tanpa tangkai dan bobot sisir tanpa tangkai kontrol. Berdasarkan uji-t (Lampiran 9), nilai tengah bobot panen pisang tanpa tangkai disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Tengah Bobot Panen Pisang Utuh dan Bobot Panen Pisang Tanpa Tangkai pada Klon Pisang Tipe Pendek

Perlakuan Bobot Panen Utuh (Kg) Bobot Panen Tanpa Tangkai (Kg)

Tandan Sisir Buah Tandan Sisir Buah

Kontrol 8.4 1.24 0.09 8.11 1.17 0.08

P1 12.45* 1.56 0.15 11.94* 1.51* 0.15

P2 11.14 1.37 0.11 10.6 1.3 0.1

P3 9.4 1.29 0.09 9.17 1.24 0.09

Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. *) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %.

Bobot Sisir Ekonomis

Bobot sisir ekonomis didapatkan dari 4 sisir pertama setiap tandan. Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot sisir ekonomis utuh (1.96 kg) sebesar 41.01 % dan bobot sisir ekonomis tanpa tangkai (1.85 kg) sebesar 40.15 % lebih tinggi dibandingkan kontrol masing – masing. Sedangkan pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dibandingkan kontrol. Berdasarkan uji-t (Lampiran 10), nilai tengah bobot sisir ekonomis pada klon pisang tipe pendek disajikan pada Tabel 5.

20 Tabel 5. Nilai Tengah Bobot Sisir Ekonomis pada Klon Pisang Tipe Pendek

Perlakuan Bobot Sisir Ekonomis (kg)

Utuh Tanpa Tangkai

Kontrol 1.39 1.32

P1 1.96* 1.85*

P2 1.71 1.62

P3 1.55 1.49

Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. *) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %.

Peubah Pascapanen

Semakin matang buah maka padatan terlarut total (PTT) semakin tinggi. Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan padatan terlarut total bagian ujung buah (27.01 obriks) dibandingkan kontrol. Namun, pemotongan bunga jantan 3 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata terhadap padatan terlarut total kontrol. Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 11), nilai tengah padatan terlarut total pada klon pisang tipe pendek disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai Tengah Padatan Terlarut Total pada Klon Pisang Tipe Pendek Perlakuan Padatan Terlarut Total (

o

Briks)

Pangkal Tengah Ujung Rataan

Kontrol 24.72 23.59 23.19 23.83

P1 23.81 22.62 25.07 23.83

P2 24.76 24.96 27.01* 25.56

P3 24.29 22.98 23.70 23.66

Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. *) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %.

Pemotongan Bunga Jantan pada Klon Pisang Tipe Tinggi

Pertambahan Ukuran Tandan

Panjang tandan pada semua perlakuan terus mengalami peningkatan ukurannya (Lampiran 12). Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga memiliki panjang tandan lebih tinggi dari pada semua perlakuan dari 2 MSP – 8 MSP. Namun, pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga memiliki panjang tandan yang lebih rendah dari kontrol (Gambar 10a).

Lingkar tandan pada semua perlakuan terus mengalami peningkatan ukurannya (Lampiran 13). Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga memiliki lingkar tandan lebih tinggi dari pada semua perlakuan dari 2 MSP - 8 MSP. Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga memiliki lingkar tandan yang hampir sama dengan kontrol (Gambar 10b).

Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga.MSP = Minggu Setelah Pemotongan

Gambar 10. Pertambahan Panjang Tandan (a) dan Lingkar Tandan (b) pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 0 MSP – 8 MSP

Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dengan panjang tandan kontrol. Pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan rataan lingkar tandan. Namun, pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dengan lingkar tandan kontrol. Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 14), nilai tengah pertambahan lingkar tandan pada klon pisang tipe tinggi pada 8 MSP disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai Tengah Pertambahan Panjang Tandan dan Lingkar Tandan pada Klon Pisang Tipe Tinggi pada 8MSP

Peubah Panjang Tandan (cm) Lingkar Tandan (cm)

Pangkal Tengah Ujung Rataan

Kontrol 2.33 12.33 8.33 7.17 9.28

P1 1.67 15.83 19.33 10.33 15.17

P2 6.00 26.00 22.50 15.67 21.39**

P3 3.67 16.67 15.67 12.00 14.78*

Keterangan: Kontrol= Tanpa pemotongan, P1= Pemotongan setelah 3 minggu, P2= Pemotongan setelah 4 minggu, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu.*) berbeda nyata pada uji- t pada taraf 5 %. **) menunjukkan berbeda sangat nyata pada uji-t pada taraf 1%. 0 1 2 3 4 5 6 7 0 II IV VI VIII Panjang Tandan (cm ) MSP Peride Pengamatan (a) 0 5 10 15 20 25 0 II IV VI VIII Li ngkar Tandan (cm ) MSP Periode Pengamatan (b) Kontrol P1 P2 P3

22 Pertambahan Ukuran Buah

Panjang buah pada semua perlakuan terus mengalami peningkatan ukuran tandannya (Lampiran 15). Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga memiliki panjang tandan lebih tinggi dari pada semua perlakuan mulai

Dokumen terkait