PENGARUH PEMOTONGAN BUNGA JANTAN TERHADAP
PRODUKSI DAN MUTU BUAH PISANG AMBON
(
Musa
paradisiaca
var.
sapientum
L.)
NGATOIF
A24062054
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
NGATOIF. Pengaruh Pemotongan Bunga Jantan terhadap Produksi dan Mutu Buah Pisang Ambon (Musaparadisiaca var. sapientum L.). (Dibimbing oleh M. RAHMAD SUHARTANTO dan HERI HARTI)
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pemotongan bunga jantan terhadap produksi buah pisang dan mengetahui waktu yang tepat untuk pemotongan bunga jantan pisang. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasir Kuda IPB dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tanggal 2 Februari - 15 Agustus 2010.
Bahan yang digunakan adalah tanaman pisang berumur tujuh bulan setelah tanam (BST) dan aquades. Penelitian menggunakan metode survey dan terdiri dari dua percobaan. Percobaan I yaitu pemotongan bunga jantan pada klon pisang tipe pendek. Percobaan II yaitu pemotongan bunga jantan pada klon pisang tipe tinggi. Perlakuan yang diterapkan yaitu kontrol (perlakuan tanpa pemotongan bunga jantan), P1 (pemotongan bunga jantan setelah 3 minggu setelah tanaman berbunga), P2 (pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga), P3 (pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga). Setiap perlakuan terdiri dari 3 tanaman pisang yang sudah keluar bunga dan buah. Peubah pengamatannya adalah pertambahan panjang tandan, lingkar tandan, panjang buah, lingkar buah, bobot panen, kekerasan buah, dan padatan terlarut total (PTT).
Sedangkan bobot sisir ekonomis panen utuh sebesar 40.01 % dan bobot sisir ekonomis tanpa tangkai sebesar 40.15 %.
Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga pada klon pisang tipe tinggi meningkatkan lingkar buah pangkal, ujung, dan rataan lingkar buah tandan. Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan rataan lingkar tandan dan bobot panen. Bobot tandan panen utuh meningkat 90.66 %, bobot sisir panen utuh meningkat 83.01 % lebih berat dibandingkan kontrol. Sedangkan bobot tandan panen tanpa tangkai meningkat 99.88 %, bobot sisir tanpa tangkai meningkat 84.69 %, dan bobot buah tanpa tangkai 100 % lebih berat dibandingkan kontrol. Sedangkan bobot sisir ekonomis panen utuh meningkat sebesar 75.36 % dan bobot sisir ekonomis tanpa tangkai sebesar 77.34 %.
PENGARUH PEMOTONGAN BUNGA JANTAN TERHADAP
PRODUKSI DAN MUTU BUAH PISANG AMBON
(
Musa
paradisiaca
var.
sapientum
L.)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
NGATOIF
A24062054
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul :
PEGARUH PEMOTONGAN BUNGA JANTAN
TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU BUAH PISANG
AMBON (
Musa
paradisiaca
var.
sapientum
L.)
Nama :
NGATOIF
NIM : A24062054
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, MSi Heri Harti, SP, MSi NIP 19630923 198811 1 001 NIP 19731105 200701 2 003
Mengetahui.
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP 19611101 198703 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kebumen, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 23 Maret 1988. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Irsadi dan Ibu Ngaisah.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis memuji kepada Alloh subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan pertolonganNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini. Skripsi tentang ‘Pengaruh Pemotongan Bunga Jantan terhadap Produksi dan Mutu Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum L.)’ merupakan ide dari penulis sendiri. Penelitian ini dilakukan di UF (University Farm), Kebun Percobaan Pasir Kuda, Ciomas, Bogor, Jawa Barat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orangtua tercinta yang telah mendukung secara moriil dan materiil.
2. Dr. Ir. M. Rahmat Suhartanto, MSi selaku dosen pembimbing I dan Heri Harti, SP, MSi selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahannya selama penelitian dan penulisan skripsi.
3. Dr. Ir. Endah Retno Palupi, M.Sc. selaku dosen penguji.
4. Kepada pengelola kebun percobaan Pasir Kuda, Bogor (Bapak Baisuni dan pegawai kebun) yang telah membantu dalam penyiapan alat selama penelitian.
5. Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada Hera Amransyah yang telah mengajarkan pengolahan data statistik.
6. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak yang telah membantu kegiatan ini baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.
Semoga penelitian ini bermanfaat untuk petani buah pisang pada umumnya, penulis sendiri sebagai bagian dari civitas akademik, dan pihak yang lainnya.
Bogor, April 2011
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN ... 1
Latar belakang ... 1
Tujuan ... 2
Hipotesis ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
Bunga dan Buah Pisang ... 3
Pemotongan Bunga Jantan pada Ujung Tandan Pisang ... 5
BAHAN DAN METODE ... 7
Tempat dan Waktu Penelitian ... 7
Bahan dan Alat ... 7
Metode Penelitian ... 7
Pelaksanaan ... 9
Pengamatan ... 10
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13
Kondisi Umum ... 13
Uji Kehomogenitasan Ragam ... 14
Pemotongan Bunga Jantan pada Klon Pisang Tipe Pendek ... 16
Pemotongan Bunga Jantan pada Klon Pisang Tipe Tinggi ... 20
KESIMPULAN DAN SARAN ... 26
Kesimpulan ... 26
Saran ... 26
DAFTAR PUSTAKA ... 27
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1. Rekapitulasi Hasil Uji Barlett pada Semua Peubah Pengamatan ... 15 2. Nilai Tengah Pertambahan Panjang Tandan dan Lingkar Tandan
pada Klon Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP. ... 17 3. Nilai Tengah Pertambahan Panjang Buah dan Lingkar Buah Klon
Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP ... 18 4. Nilai Tengah Bobot Panen Pisang Utuh dan Bobot Panen Pisang
Tanpa Tangkai pada Klon Pisang Tipe Pendek ... 19 5. Nilai Tengah Bobot Sisir Ekonomis pada Klon Pisang Tipe Pendek .. 20 6. Nilai Tengah Padatan Terlarut Total pada Klon Pisang Tipe Pendek . 20 7. Nilai Tengah Pertambahan Panjang Tandan dan Lingkar Tandan
pada Klon Pisang Tipe Tinggi pada 8MSP ... 21 8. Nilai Tengah Pertambahan Panjang Buah dan Lingkar Buah pada
Klon Pisang Tinggi pada 8 MSP ... 23 9. Nilai Tengah Bobot Panen Utuh dan Bobot Panen Tanpa Tangkai
pada Klon Pisang Tipe Tinggi ... 24 10. Nilai Tengah Bobot Sisir Ekonomis pada Klon Pisang Tipe Tinggi ... 24 11. Nilai Tengah Kekerasan Buah Bagian Tengah dan Padatan Terlarut
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 1. Bunga dan buah pada pisang ... 3 2. Cara Pemotongan Tangkai yang Berisi Bunga Jantan Pisang ... 9 3. Tanaman Pisang yang Berbunga (a) dan Munculnya Bunga Jantan
(b). ... 10 4. Pengukuran Panjang Tandan (a), Lingkar Tandan (b), dan Lokasi
Pengukuran Panjang Tandan dan Lingkar Tandan (c). ... 11 5. Penimbangan Bobot Tandan (a) dan Bobot Sisir pada Waktu Panen
(b). ... 11 6. Pengukuran Kekerasan Buah Menggunakan Penetrometer ... 12 7. Klon Tanaman Pisang Tipe Tinggi (Skala: 1 : 50). ... 13 8. Pertambahan Panjang Tandan (a) dan Lingkar Tandan (b) pada Klon
Pisang Tipe Pendek dari 0 MSP – 8 MSP ... 16 9. Pertambahan Panjang Buah (a) dan Lingkar Buah (b) pada Klon
Pisang Tipe Pendek dari 0 MSP – 8 MSP ... 18 10. Pertambahan Panjang Tandan (a) dan Lingkar Tandan (b) pada Klon
Pisang Tipe Tinggi dari 0 MSP – 8 MSP ... 21 11. Pertambahan Panjang Buah (a) dan Lingkar Buah (b) pada Klon
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Perkembangan Panjang Tandan (cm) pada Klon Pisang Tipe Pendek
dari 2 MSP – 8 MSP ... 30 2. Perkembangan Lingkar Tandan (cm) pada Klon Pisang Tipe Pendek
dari 2 MSP – 8 MSP ... 30 3. Hasil Uji-T Pertambahan Panjang Tandan dan Lingkar Tandan pada
Klon Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP ... 31 4. Pertambahan Panjang Buah pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 2
MSP – 8 MSP ... 31 5. Pertambahan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 2
MSP – 8 MSP ... 32 6. Hasil Uji-t Pertambahan Panjang Buah pada Klon Pisang Tipe
Pendek pada 8 MSP ... 32 7. Hasil Uji-t Pertambahan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tipe
Pendek pada 8 MSP ... 33 8. Hasil Uji-t Bobot Panen Utuh pada Klon Pisang Tipe Pendek ... 33 9. Hasil Uji-t Bobot Tandan Tanpa Tangkai pada Klon Pisang Tipe
Pendek ... 33 10. Hasil uji-t Bobot Sisir Ekonomis pada Klon Pisang Tipe Pendek ... 33 11. Hasil Uji-t Kekerasan Buah dan Padatan Terlarut Total pada Klon
Pisang Tipe Pendek ... 34 12. Perkembangan Panjang Tandan pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 2
MSP – 8 MSP ... 34 13. Perkembangan Lingkar Tandan pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 2
MSP – 8 MSP ... 35 14. Hasil Uji-t Pertambahan Panjang Tandan pada Klon Pisang Tipe
Tinggi pada 8 MSP ... 35 15. Pertambahan Panjang Buah pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 2
MSP – 8 MSP ... 36 16. Pertambahan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 2
MSP – 8 MSP ... 37 17. Hasil Uji-t Pertambahan Panjang Buah pada Klon Pisang Tipe
18. Hasil Uji-t Pertambahan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tipe Tinggi pada 8 MSP ... 38 19. Hasil Uji-t Bobot Panen Pisang Utuh pada Klon Pisang Tipe Tinggi . 38 20. Hasil Uji-t Bobot Panen Pisang Tanpa Tangkai pada Klon Pisang
Tipe Tinggi ... 38 21. Hasil uji-t Bobot Sisir Ekonomis pada Klon Pisang Tipe Tinggi ... 39 22. Hasil Uji-t Kekerasan Buah Bagian Tengah dan Padatan Terlarut
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pisang merupakan salah satu jenis buah yang penting di Indonesia dari segi produksi dan konsumsinya. Indonesia merupakan penghasil pisang ke-6 di dunia pada tahun 2008. Pisang termasuk komoditas nomor ke-7 dari seluruh komoditas yang diunggulkan Indonesia (FAO, 2010). Produksi pada tahun 2008 sebesar 6 004 615ton dengan luas panen 107 791 ha. Negara tujuan ekspor pisang kavendis Indonesia adalah Perancis, Inggris, Mesir, dan Iran (Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 2011). Ekspor pisang Indonesia selama empat tahun meningkat yaitu pada tahun 2003 sebesar 244 652 ton, tahun 2004 sebesar 1 197 495 ton, tahun 2005 sebesar 3 647 027 ton, dan tahun 2006 sebesar 5 280 641 ton (BPS, 2011). Pisang mengandung vitamin A, B6, C dan serotonin (Samson,
1980). Kandungan lain adalah kalium ± 440 mg/buah yang berfungsi menyeimbangkan air, kesehatan jantung, menurunkan tekanan darah, dan membantu mengirimkan oksigen ke otak (Wirakusumah, 2004). Serotonin adalah neurotransmiter yang berperan mengatasi depresi dan sulit tidur. Antioksidan yang terkandung pada buah pisang termasuk nomor dua setelah manggis dan buah naga (Someya et al., 2002).
Budidaya pisang yang dilakukan oleh petani masih sederhana dan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Hal tersebut menyebabkan mutu pisang turun. Penurunan produksi salah satunya disebabkan oleh penerapan standar operasional produksi yang belum memadai. Odeke et al. (1999) menyatakan bahwa produksi pisang menurun disebabkan budidaya pisang yang buruk dan pisang dijual apa adanya.
satu atau beberapa sisir terakhir tandan bertujuan untuk meningkatkan ukuran buah. Harti et al. (2007) menjelaskan bahwa salah satu standar operasional produksi ialah pemotongan bunga jantan pisang bertujuan untuk mengoptimalkan penyerapan unsur hara oleh bakal buah.
Pembuangan bunga jantan dapat meningkatkan bobot tandan dan peningkatan panjang buah (Daniells et al., 1994). Penelitian Kurien et al. (1999) menyatakan bahwa bunga jantan dan tangkai tandan dapat berkompetisi dengan sisir normal. Ujung tandan berisi sisir buah yang tidak berkembang dan belum berkembang. Sisir tersebut akan berkompetisi dengan sisir yang normal dan menghalangi perkembangan sisir normal. Namun, Baiyeri et al. (2010) menyatakan bahwa pemotongan bunga jantan setelah tiga minggu tidak akan meningkatkan hasil.
Penelitian pemotongan bunga jantan pisang dan waktu yang tepat untuk pemotongan bunga jantan pisang belum banyak diketahui sehingga perlu dilakukan penelitian ini.
Tujuan
1.Mempelajari pengaruh pemotongan bunga jantan terhadap produksi dan mutu buah pisang.
2.Mengetahui waktu yang tepat untuk pemotongan bunga jantan.
Hipotesis
1.Pemotongan bunga jantan berpengaruh terhadap produksi dan mutu buah pisang.
TINJAUAN PUSTAKA
Bunga dan Buah Pisang
Bunga pisang keluar melalui bagian tengah batang semu dan menggantung di ujung pelepah batang pisang (Gambar 1a). Tipe pembungaan pisang berupa bunga majemuk yang tersusun dalam kelompok. Kelompok bunga berbentuk padat dan mengerucut. Setiap sisir terbungkus oleh satu kelopak buah yang besar. Kelopak bunga berbentuk bulat telur, berujung lancip, dan berwarna kemerah-merahan. Kelompok bunga terdiri atas 2 baris bunga yang merapat. Kelopak bunga merekah setelah bunga berkembang dan akan rontok (Verheij dan Coronel, 1997).
Keterangan: a) pembungaan pisang, b) bunga jantan, c) bunga betina yang akan menjadi buah pisang, d) irisan melintang buah pisang, dan e) sisir buah (Sumber: Nakasone and Paul. 1995).
Gambar 1. Bunga dan buah pada pisang
Bunga jantan panjangnya kira-kira 6 cm, benang sari berjumlah 5 utas, jarang berisi polen, dan putik semu yang kecil. Beberapa kultivar, bunga jantan dan kelopak bunga yang berhadapan berjatuhan (Gambar 1b). Ujung tangkai tandan diakhiri oleh satu titik tumbuh yang terus-menerus tumbuh. Bunga betina panjangnya 10 cm memiliki bakal buah yang di bawah tersusun atas tiga daun buah yang bersatu (Gambar 1c). Penampang melintangnya mendekati segitiga disangga oleh perhiasan bunga yang pendek tersusun aleh 5 segmen yang menyatu dan satu segmen terpisah. Semuanya berbentuk tabung di sekitar tangkai putik dan benangsari yang steril. Kepala putik bercuping tiga, benang sari semu 5 utas (Verheij dan Coronel, 1997).
Bunga pisang berkembang mulai dari atas. Bunga di bagian tengah kadang-kadang terbentuk bunga netral. Setiap buku pembungaan terdiri 12-20 bunga dan biasanya 5 – 15 buku menghasilkan bunga betina. Daun bunga membuka satu helai per hari. Tangkai pembungaan terus memanjang hingga 50-150 cm. Buah pisang matang pada daerah tropis berumur antara 85 – 110 hari setelah tanaman berbunga. (Nakasone and Paul, 1999).
Gambar 1d adalah gambar buah pisang berupa buah buni, tidak berbiji, berukuran panjang (6.0 – 35.0) cm, diameter (2.5 - 5.0) cm, bengkok, berwarna hijau, kuning atau kemerah-merahan. Setiap kelompok buah pada satu buku yang disebut ‘sisir’ dan setiap buah disebut jari atau finger (Gambar 1e). Buah pisang bersifat partenokarpi. Bakal bijinya cepat mengerut sebelum terjadi pembuahan. Bakal biji yang abortif ini masih dapat dijumpai dengan bintik-bintik kecil berwarna cokelat dalam buah matang (Verheij dan Coronel, 1997).
5 Pemotongan Bunga Jantan pada Ujung Tandan Pisang
Salah satu cara budidaya pisang yang dapat meningkatkan hasil panen adalah pemotongan bunga jantan pada ujung pembungaan. Bunga jantan pisang dipotong setelah dua sisir terakhir keluar. Satu atau dua sisir terakhir dipotong untuk memperpanjang buah yang tidak dipotong (Verheij dan Coronel, 1997).
Simmonds (1965) menyatakan bahwa bunga jantan dibuang pada budidaya pisang. Tujuan pembuangan bunga jantan adalah untuk perkembangan buah. Pemotongan bunga jantan dilakukan pada awal perkembangan buah yaitu dua sampai empat minggu setelah bunga keluar. Beberapa bobot tandan yang dilakukan pemotongan bunga jantan memiliki bobot yang lebih besar dibandingkan bobot tandan yang tidak dipotong bunga jantanya.
Samson (1980) menyatakan bahwa pembuangan bunga jantan dapat menaikkan berat tandan hingga 2-5%. Robinson (1996) menyatakan bahwa bunga jantan dipotong dengan sisir pertama yang dekat dengan bunga jantan. Jarak pemotongan antara sisir akhir dan bagian yang dipotong kira-kira 15 cm. Bunga jantan juga bersaing dalam pemakaian nutrisi yang seharusnya untuk disimpan di bakal buah.
Kelompok bunga jantan dibuang setelah tandan berkembang penuh. Pembuangan satu atau beberapa sisir terakhir pada dasar tandan bertujuan untuk meningkatkan ukuran buah dan mengurangi kompetisi antar sisir (Nakasone and Paul, 1999). Pengaruh pembuangan bunga jantan pada pisang lacatan (pisang barangan) dapat mengurangi periode perkembangan buah sampai 2 minggu. Pemotongan tersebut juga meningkatkan bobot tandan. Pembuangan bunga jantan setelah 20 hari setelah antesis akan mengurangi waktu pemanenan 2 % dan meningkatkan berat buah 3 % pada pisang Gros Michel (Wardlan, 1972) .
Monselise (1986) menyatakan bahwa pemeliharaan lima sisir dalam satu tandan meningkatkan bobot tandan. Penyisihan 11 sisir dalam satu tandan meningkatkan berat tandan sampai 9 %. Terkadang tidak hanya bunga jantan saja, tetapi satu atau dua sisir terakhir yang berada pada ujung tandan. Kurien et al.
dan sisir belum berkembang. Sisir tersebut akan berkompetisi dengan sisir yang normal.
Pemotongan bunga jantan pisang berpengaruh nyata terhadap bobot tandan, bobot sisir, dan sebagian bobot buah (Daniells et al. 1994). Pembuangan bunga jantan dapat meningkatkan bobot tandan dan juga peningkatan panjang buah. Penyisihan sisir pada tandan pisang meningkatkan ukuran buah, berat buah, dan berat buah (Werasinghe dan Rowanpathirana, 2004). Pemotongan bunga jantan meningkatkan ukuran buah, indeks pengisian tandan, proporsi buah dapat dimakan, bobot kering, dan bobot sisir kesatu sampai sisir keenam (Baiyieri et al.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Pasir Kuda Bogor dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Penelitian ini dilaksanakan selama enam setengah bulan mulai dari tanggal 2 Februari – 15 Agustus 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu tanaman pisang berumur tujuh bulan setelah tanam (BST) dan akuades. Alat yang digunakan adalah timbangan, meteran kain, pisau, tangga, gergaji, gerobak, alat tulis, dan alat analisis buah. Alat analisis buah yaitu penetrometer “Setametric Controller MK VI” untuk mengukur kekerasan buah dengan beban 50 gram, selama 5 detik. Alat analisis buah yang lain adalah
handrefraktometer ‘Atago’ dengan skala 0-32 obriks untuk mengukur kandungan
padatan terlarut total yang berupa sukrosa.
Metode Penelitian
Percobaan I Pemotongan Bunga Jantan pada Pisang Ambon Tipe Pendek
Percobaan II Pemotongan Bunga Jantan pada Pisang Ambon Tipe Tinggi
Percobaan II sama dengan percobaan pertama, hanya berbeda pada tanaman pisang yang digunakan. Tanaman pada percobaan II adalah klon pisang tipe tinggi yang tingginya 4.5 meter. Semua tandan yang diamati dalam dua percobaan tersebut adalah 24 tandan.
Pengaruh perlakuan dalam percobaam dibandingkan dengan kontrol dengan uji-t. Formulasi uji-t student adalah sebagai berikut.
T =
Keterangan :
, = nilai tengah populasi satu dan dua , = jumlah populasi satu dan dua
= simpangan baku gabungan , = ragam populasi satu dua
Nilai berbeda nyata apabila T T dan tidak berbeda nyata apabila T T , T diperoleh dari sebaran nilai t pada taraf (α) 5 %, jika berbeda nyata maka akan diuji lagi dengan taraf 1 %. Nilai berbeda nyata juga dapat diperoleh dengan membandingkan α perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Jika hasil α perlakuan < α kontrol, maka nilai tengah perlakuan berbeda nyata dengan nilai tengah kontrol (Walpole, 1995)
Analisis data yang digunakan adalah uji kehomogenan ragam atau uji
Barlett dengan software Minitab 15, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
9 Pelaksanaan
Pemotongan Bunga Jantan
Pemotongan bunga jantan pisang bertujuan untuk mengoptimalkan penyerapan unsur hara oleh bakal buah. Sebelum pemotongan, dilakukan survey terhadap pertanaman pisang yang siap untuk dipotong bunga jantannya. Pemotongan dilakukan dengan dengan pisau dari arah kanan pada 15 – 20 cm dari sisir buah yang terakhir (Gambar 2). Cara pemotongan dengan arah miring dengan tangkai tandan, kira-kira 45o dari arah horizontal.
Gambar 2. Cara Pemotongan Tangkai yang Berisi Bunga Jantan Pisang Pemanenan Tandan Buah
Pengamatan
Sebelum Pemotongan
Pengamatan sebelum pemotongan bunga jantan yaitu pencatatan tanggal
berbunga dan waktu munculnya bunga jantan dilakukan pada seluruh pertanaman pisang.
Tanggal berbunga pisang diamati hampir setiap hari untuk mendapatkan data banyaknya tanaman yang berbunga. Munculnya bunga jantan diamati dengan melihat bunga jantan yang berguguran di permukaan tanah atau dengan melihat pada ujung tangkai tandan (Gambar 3).
Gambar 3. Tanaman Pisang yang Berbunga (a) dan Munculnya Bunga Jantan (b).
Setelah Pemotongan
Setelah pemotongan dilakukan pengamatan terhadap pertambahan ukuran tandan dan buah. Parameter ukuran tandan yang dimati adalah panjang tandan dan lingkar tandan. Sedangkan ukuran buah yaitu panjang buah dan lingkar buah. Data pertambahan diperoleh dari ukuran setelah pemotongan dikurangi ukuran sebelum dilakukan pemotongan. Pengukuran menggunakan meteran kain. Peubah pengamatan yang diamati adalah:
1. Pertambahan Ukuran Tandan
Panjang tandan dan lingkar tandan diamati setiap dua minggu setelah pemotongan bunga jantan. Panjang tandan diukur dari bagian di atas sisir pertama sampai di bawah sisir terakhir. Lingkar tandan diukur dengan melingkarkan meteran kain pada bagian pangkal tandan, tengah tandan, dan ujung tandan.
2. Pertambahan Ukuran Buah
Panjang buah dan lingkar buah diamati setiap dua minggu setelah
11 pemotongan bunga jantan. Panjang buah diukur dari ujung buah sampai pangkal yang melekat pada tangkai pada bagian pangkal tandan, tengah tandan, dan ujung tandan. Lingkar buah diukur dengan melingkarkan meteran kain pada salah satu buah pada bagian pangkal tandan, tengah tandan, dan ujung tandan (Gambar 4).
Sumber: Lassois et al., 2010
Gambar 4. Pengukuran Panjang Tandan (a), Lingkar Tandan (b), dan Lokasi Pengukuran Panjang Tandan dan Lingkar Tandan (c).
Pengamatan Panen
Pengamatan panen dilakukan untuk mengetahui bobot dari masing-masing perlakuan. Pengamatan bobot panen utuh dan bobot panen tanpa tangkai menggunakan timbangan (Gambar 5). Peubah pengamatan yang diamati adalah: 1. Bobot Panen Utuh
Bobot panen utuh diperoleh dari penimbangan setelah panen terhadap bobot tandan, bobot sisir, dan bobot buah.
2. Bobot Panen Tanpa Tangkai
Bobot panen tanpa tangkai diperoleh dari bobot tandan utuh setelah dibuang tangkai tandannya terhadap bobot tandan, bobot sisir, dan bobot buah.
Gambar 5. Penimbangan Bobot Tandan (a) dan Bobot Sisir pada Waktu Panen (b).
a b c
3. Bobot sisir ekonomis
Bobot sisir ekonomis adalah bobot sisir buah yang layak dijual karena mutu buah
lebih baik dari pada bobot yang terserang penyakit burik. Bobor sisir ekonomis
didapatkan dari 4 sisir pertama setiap tandan yang layak dijual.
Pengamatan Pascapanen
Pengukuran pascapanen dilakukan untuk mengetahui peubah mutu buah pisang setelah panen. Buah pisang matang diamati setelah didiamkan selama satu minggu. Peubah pengamatan yang diamati setelah panen yaitu:
1) Kekerasan buah dan kulit.
Pengukuran kekerasan buah dilakukan dengan penetrometer (Gambar 6). Penetrometer bekerja berdasarkan daya penetrasi jarum terhadap buah pisang. Penempatan jarum diarahkan pada bagian pagkal, tengah, dan ujung buah. Penetrasi dilakukan selama 5 detik dengan beban 50 gram. Angka yang terbaca setelah penusukan selama 5 detik dinyatakan sebagai tingkat kekerasan buah (mm/50gram/5detik ).
Gambar 6. Pengukuran Kekerasan Buah Menggunakan Penetrometer 2) Padatan terlarut total.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Pasir Kuda, Ciomas, Bogor, Jawa Barat dengan ketinggian 260 meter di atas permukaan laut. Waktu penelitian mulai tanggal 2 Februari sampai 15 Agustus 2010. Suhu harian kebun berkisar antara 22.7 - 31.7 oC. Luas lahan klon pisang tipe pendek yaitu seluas 700 m2 dan luas lahan klon pisang tipe tinggi seluas 260 m2 dengan tipe tanah liat berdebu. Jarak tanam yang dipakai yaitu 2.5 x 3.0 meter. Bahan tanaman yang digunakan adalah pisang hasil mutasi tahap keempat. Tanaman klon pisang tipe pendek berasal dari tunas dan klon pisang tipe tinggi berupa anakan. Tanaman klon pisang tipe pendek berumur tujuh bulan, sedangkan tanaman klon pisang tipe tinggi berumur 15 bulan. Rata-rata tinggi tanaman klon pisang tipe pendek yaitu 2.5 meter dan rata-rata tinggi tanaman klon pisang tipe tinggi yaitu 4.5 meter.
Gambar 7. Klon Tanaman Pisang Tipe Tinggi (Skala: 1 : 50).
Tanaman pisang berbunga ditandai dengan munculnya kuncup pembungaan yang berada di ujung batang semu (pseudostem) dan dilindungi oleh daun bendera. Setelah 2 – 3 hari bunga keluar, struktur pembungaan membesar dan daun bendera akan terrbuka. Setelah 4 – 6 hari setelah berbunga, struktur pembungaan melengkung ke bawah karena menyangga sisir yang akan menjadi buah. Tahap selanjutnya yaitu mekarnya bunga betina pisang yang akan menjadi buah setelah 7 – 8 hari setelah berbunga. Pemekaran bunga betina pada klon pisang ambon yaitu antara 1 – 2 sisir bunga betina setiap harinya. Jumlah bunga betina yang mekar berbeda – beda setiap tanaman. Rata – rata 7 – 8 sisir buah betina yang muncul pada pertanaman. Bunga jantan keluar setelah bunga betina keluar dan terletak di ujung tangkai tandan. Bunga jantan keluar sekitar 15 hari setelah susunan pembungaan keluar.
Penentuan waktu panen dengan menghitung hari setelah tanaman berbunga yaitu antara 85 – 110 hari dan dengan melihat daun bendera dan daun terakhir sudah kering. Umur panen pada pertanaman klon pisang tipe pendek adalah 14 minggu setelah berbunga atau 98 hari setelah tanaman berbunga. Sedangkan umur panen klon pisang tipe pendek rata – rata 15 minggu setelah tanaman berbunga atau sekitar 105 hari setelah tanaman berbunga. Penentuan waktu panen yang lain yaitu dengan melihat bentuk buah pisang yang sudah berubah atau bentuk buah tidak berlingir.
Kondisi sisir buah pada semua hasil panen terserang penyakit burik pisang, sehingga hasil panen dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu bobot sisir buah pada setiap tandan. Kelompok kedua yaitu bobot sisir buah ekonomis. Bobot sisir ekonomis adalah bobot sisir buah yang layak dijual karena mutu buah lebih baik dari pada bobot yang terserang penyakit burik. Bobor sisir ekonomis didapatkan dari 4 sisir pertama setiap tandan yang layak dijual.
Uji Kehomogenitasan Ragam
Uji kehomogenan ragam menggunakan uji Barlett pada taraf 5 %, jika berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut pada taraf 1 %. Data homogen jika
p-value lebih kecil dari taraf kepercayaan. Selang kepercayaan yang dibandingkan
15 sedangkan selang kepercayaan 1 % maka nilai p-value yang tidak homogen adalah
p-value < 0.01. Hasil uji Barlett menunjukkan bahwa peubah kekerasan buah pada
klon pisang tipe pendek tidak homogen ragamnya. Sedangkan hasil uji Barlett
pada klon pisang tipe tinggi menunjukkan bahwa bobot buah, kekerasan buah pangkal, kekerasan buah ujung, dan rataan kekerasan buah tidak homogen. Rekapitulasi hasil uji Barlett pada semua peubah pengamatan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji Barlett pada Semua Peubah Pengamatan
No Peubah Pengamatan p-value
Klon pendek Klon tinggi Pertambahan Ukuran Tandan dan Buah Pisang
1 Panjang tandan (cm) 0.215 0.263
2 Lingkar tandan pangkal (cm) 0.469 0.246
3 Lingkar tandan tengah (cm) 0.664 0.071
4 Lingkar tandan ujung (cm) 0.387 0.593
5 Rataan lingkar tandan (cm) 0.853 0.675
6 Panjang buah pangkal (cm) 0.619 0.523
7 Panjang buah tengah (cm) 0.311 0.595
8 Panjang buah ujung (cm) 0.574 0.672
9 Rataan panjang buah (cm) 0.391 0.072
10 Lingkar buah pangkal (cm) 0.325 0.262
11 Lingkar buah tengah (cm) 0.612 0.983
12 Lingkar buah ujung (cm) 0.63 0.579
13 Rataan lingkar buah (cm) 0.843 0.784
Bobot Panen Pisang
14 Bobot tandan (kg) 0.585 0.571
15 Bobot tandan tanpa tangkai (kg) 0.627 0.482
16 Bobot sisir (kg) 0.847 0.284
17 Bobot sisir tanpa tangkai (kg) 0.829 0.958
18 Bobot buah (kg) 0.231 0.028*
19 Bobot buah tanpa tangkai (kg) 0.173 0.323
20 Bobot sisir ekonomis (kg) 0.339 0.553
21 Bobot sisir ekonomis tanpa tangkai (kg) 0.363 0.179 Pascapanen Buah Pisang
22 Kekerasan buah pangkal (mm/50gram/5detik ) 0.023* 0.035* 23 Kekerasan buah tengah (mm/50gram/5detik ) 0.048* 0.07 24 Kekerasan buah ujung (mm/50gram/5detik ) 0.007** 0.005** 25 Rataan kekerasan buah (mm/50gram/5detik ) 0.019* 0.019*
26 Padatan Terlarut Total buah pangkal (obriks) 0.331 0.164 27 Padatan Terlarut Total buah tengah (obriks) 0.869 0.317 28 Padatan Terlarut Total buah ujung (obriks) 0.812 0.508 29 Rataan Padatan Terlarut Total buah (obriks) 0.696 0.316 Keterangan: *) menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada uji Barlett pada taraf 5 %. **)
Pemotongan Bunga Jantan pada Klon Pisang Tipe Pendek
Pertambahan Ukuran Tandan
Panjang tandan pada semua perlakuan terus mengalami peningkatan selama pertumbuhan (Lampiran 1). Pemotongan bunga jantan satu minggu setelah keluar memiliki rata-rata panjang tandan paling tinggi dari pada kontrol pada 2 MSP, 4 MSP, dan 8 MSP. Panjang tandan kontrol memiliki rata-rata pertambahan panjang tandan yang paling kecil pada 4 MSP – 8 MSP (Gambar 8 a).
Lingkar tandan terus mengalami peningkatan ukurannya selama pertumbuhan (Lampiran 2). Pemotongan bunga jantan tiga minggu setelah keluar memilki rata-rata pertambahan lingkar tandan yang paling tinggi pada 2 MSP dan 4 MSP dibandingkan dengan semua perlakuan. Namun, pada 8 MSP semua perlakuan memiliki rata – rata pertambahan lingkar tandan yang hampir sama (Gambar 8 b).
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan
Gambar 8. Pertambahan Panjang Tandan (a) dan Lingkar Tandan (b) pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 0 MSP – 8 MSP
Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dibandingkan dengan panjang tandan kontrol. Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan lingkar tandan bagian tengah (18.33 cm) dan ujung tandan (15.50 cm) dibandingkan kontrol masing – masing. Namun, pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata terhadap lingkar tandan dibandingkan
0 0.5 1 1.5 2 2.5
0 II IV VI VIII
Panjang Tandan (cm ) MSP Periode Pengamatan (a) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
0 II IV VI VIII
17 dengan kontrol. Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 3), nilai tengah pertambahan panjang tandan dan lingkar tandan pada 8 MSP disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Tengah Pertambahan Panjang Tandan dan Lingkar Tandan pada Klon Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP.
Perlakuan Panjang Tandan (cm) Lingkar Tandan (cm)
Pangkal Tengah Ujung Rataan
Kontrol 0.17 19.17 15.33 3.50 12.67
P1 1.33 26.67 18.33* 15.50* 20.17
P2 1.33 21.33 12.67 9.33 14.45
P3 1.67 22.50 16.00 9.83 16.11
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. MSP= Minggu Setelah Pemotongan. *) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %.
Pertambahan Ukuran Buah
Panjang buah terus mengalami peningkatan ukurannya selama pertumbuhan (Lampiran 4). Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan panjang buah dari 2 MSP – 8 MSP dari perlakuan lain. Sedangkan pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga memilki panjang buah yang cenderung sama dengan kontrol. Namun, pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga memiliki panjang buah yang lebih rendah dari pada kontrol (Gambar 9a).
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan
Gambar 9. Pertambahan Panjang Buah (a) dan Lingkar Buah (b) pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 0 MSP – 8 MSP
Pemotongan bunga jantan 3 minggu tanaman berbunga meningkatkan rataan panjang buah (4.80 cm) terutama bagian tengah buah (5.30 cm) dibandingkan dengan kontrol masing - masing. Namun, pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dengan panjang buah kontrol. Sebaliknya, pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga menurunkan rataan panjang buah (2.30 cm) dibandingkan dengan kontrol (3.19 cm). Pada parameter lingkar tandan, pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dengan lingkar buah kontrol. Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 6 dan Lampiran 7), nilai tengah panjang buah pada klon pisang tipe pendek 8 MSP disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai Tengah Pertambahan Panjang Buah dan Lingkar Buah Klon Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP
Perlakuan Panjang Buah (cm) Lingkar Buah (cm)
Pangkal Tengah Ujung Rataan Tengah Ujung Rataan Kontrol 3.57 3.13 2.46 3.19 2.53 1.84 2.43
P1 5.20 5.30* 2.97 4.80* 3.28 2.46 3.28
P2 3.67 3.33 2.53 3.21 2.92 1.96 2.78
P3 2.64 2.37 0.99 2.35* 2.49 1.33 2.82
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga.*) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %.
0 1 2 3 4 5
0 II IV VI VIII
Panjang B u ah (cm ) MSP Periode Pengamatan (a) 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
0 II IV VI VIII
19 Bobot Panen
Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot tandan panen utuh (12.45 kg) sebesar 48.21 % lebih tinggi dari pada kontrol. Namun, pemotongan bunga jantan saat 4 dan 5 minggu tidak berbeda nyata terhadap bobot tandan kontrol. Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 8), nilai tengah bobot panen utuh klon pisang tipe pendek disajikan pada Tabel 4.
[image:31.595.102.518.442.515.2]Bobot panen tanpa tangkai diperoleh dari penimbangan bobot panen utuh dari lapang dikurangi dengan bobot tangkai tandan. Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot tandan (11.94 kg) sebesar 47.22 % dan bobot sisir tanpa tangkai (1.51 kg) sebesar sebesar 29.06 % lebih tinggi dari pada kontrol. Namun, pemotongan bunga jantan dua dan tiga minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata terhadap bobot tandan tanpa tangkai dan bobot sisir tanpa tangkai kontrol. Berdasarkan uji-t (Lampiran 9), nilai tengah bobot panen pisang tanpa tangkai disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai Tengah Bobot Panen Pisang Utuh dan Bobot Panen Pisang Tanpa Tangkai pada Klon Pisang Tipe Pendek
Perlakuan Bobot Panen Utuh (Kg) Bobot Panen Tanpa Tangkai (Kg)
Tandan Sisir Buah Tandan Sisir Buah
Kontrol 8.4 1.24 0.09 8.11 1.17 0.08
P1 12.45* 1.56 0.15 11.94* 1.51* 0.15
P2 11.14 1.37 0.11 10.6 1.3 0.1
P3 9.4 1.29 0.09 9.17 1.24 0.09
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. *) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %.
Bobot Sisir Ekonomis
Tabel 5. Nilai Tengah Bobot Sisir Ekonomis pada Klon Pisang Tipe Pendek Perlakuan Bobot Sisir Ekonomis (kg)
Utuh Tanpa Tangkai
Kontrol 1.39 1.32
P1 1.96* 1.85*
P2 1.71 1.62
P3 1.55 1.49
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. *) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %.
Peubah Pascapanen
Semakin matang buah maka padatan terlarut total (PTT) semakin tinggi. Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan padatan terlarut total bagian ujung buah (27.01 obriks) dibandingkan kontrol. Namun, pemotongan bunga jantan 3 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata terhadap padatan terlarut total kontrol. Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 11), nilai tengah padatan terlarut total pada klon pisang tipe pendek disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai Tengah Padatan Terlarut Total pada Klon Pisang Tipe Pendek Perlakuan Padatan Terlarut Total (
o
Briks)
Pangkal Tengah Ujung Rataan
Kontrol 24.72 23.59 23.19 23.83
P1 23.81 22.62 25.07 23.83
P2 24.76 24.96 27.01* 25.56
P3 24.29 22.98 23.70 23.66
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. *) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %.
Pemotongan Bunga Jantan pada Klon Pisang Tipe Tinggi
Pertambahan Ukuran Tandan
21 Lingkar tandan pada semua perlakuan terus mengalami peningkatan ukurannya (Lampiran 13). Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga memiliki lingkar tandan lebih tinggi dari pada semua perlakuan dari 2 MSP - 8 MSP. Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga memiliki lingkar tandan yang hampir sama dengan kontrol (Gambar 10b).
[image:33.595.125.500.209.362.2]Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga.MSP = Minggu Setelah Pemotongan
Gambar 10. Pertambahan Panjang Tandan (a) dan Lingkar Tandan (b) pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 0 MSP – 8 MSP
Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dengan panjang tandan kontrol. Pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan rataan lingkar tandan. Namun, pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dengan lingkar tandan kontrol. Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 14), nilai tengah pertambahan lingkar tandan pada klon pisang tipe tinggi pada 8 MSP disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai Tengah Pertambahan Panjang Tandan dan Lingkar Tandan pada Klon Pisang Tipe Tinggi pada 8MSP
Peubah Panjang Tandan (cm) Lingkar Tandan (cm)
Pangkal Tengah Ujung Rataan
Kontrol 2.33 12.33 8.33 7.17 9.28
P1 1.67 15.83 19.33 10.33 15.17
P2 6.00 26.00 22.50 15.67 21.39**
P3 3.67 16.67 15.67 12.00 14.78*
Keterangan: Kontrol= Tanpa pemotongan, P1= Pemotongan setelah 3 minggu, P2= Pemotongan setelah 4 minggu, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu.*) berbeda nyata pada uji-t pada uji-taraf 5 %. **) menunjukkan berbeda sangauji-t nyauji-ta pada uji-uji-t pada uji-taraf 1%. 0 1 2 3 4 5 6 7
0 II IV VI VIII
Panjang Tandan (cm ) MSP Peride Pengamatan (a) 0 5 10 15 20 25
0 II IV VI VIII
Pertambahan Ukuran Buah
Panjang buah pada semua perlakuan terus mengalami peningkatan ukuran tandannya (Lampiran 15). Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga memiliki panjang tandan lebih tinggi dari pada semua perlakuan mulai dari 2 MSP – 8 MSP. Namun, pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga memilki panjang buah lebih kecil dari kontrol (Gambar 11a).
Lingkar buah semua perlakuan terus mengalami peningkatan selama pertumbuhannya (Lampiran 16). Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga memiliki lingkar buah lebih tinggi dari pada semua perlakuan mulai dari 2 MSP – 8 MSP. Namun, pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga memiliki panjang buah cenderung sama dengan kontrol (Gambar 11b).
[image:34.595.124.507.358.524.2]Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan
Gambar 11. Pertambahan Panjang Buah (a) dan Lingkar Buah (b) pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 0 MSP – 8 MSP
Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berdeda nyata dibandingkan dengan panjang buah kontrol. Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan lingkar buah (3.08 cm) terutama bagian pangkal (3.24 cm) dan tengah (3.03 cm) dibandingkan kontrol masing – masing. Namun, pemotongan bunga jantan 4 dan 5 minggu setelah tanaman berbunga tidak berbeda nyata dibandingkan dengan lingkar buah
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
0 II IV VI VIII
Panjang B u ah (cm ) MSP Periode Pengamatan (a) 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
0 II IV VI VIII
23 kontrol. Berdasarkan hasil uji-t (Lampiran 17 dan Lampiran 18), nilai tengah pertambahan lingkar buah pada klon pisang tipe tinggi pada 8 MSP disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai Tengah Pertambahan Panjang Buah dan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tinggi pada 8 MSP
Perlakuan Panjang Buah (cm) Lingkar Buah (cm)
Pangkal Tengah Ujung Rataan Pangkal Tengah Ujung Rataan Kontrol 2.57 2.60 1.76 2.50 2.19 2.02 1.45 2.04
P1 4.27 3.62 4.02 3.99 3.24* 3.03* 2.63 3.08* P2 2.30 1.72 1.80 1.97 2.31 2.14 2.02 2.16 P3 2.07 1.70 1.08 1.67 1.84 1.78 1.81 1.90 Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman
berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. *) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %.
Bobot Panen
Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot tandan panen utuh (12.23 kg, 17.35 kg, dan 14.53 kg) sebesar 34.40 %, 90.50 %, dan 59.67 % lebih berat dibandingkan dengan kontrol (9.10 kg). Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot sisir panen utuh (1.46 kg, 1.94 kg, dan 1.76 kg) sebesar 37.73 %, 83.02 %, dan 66.04 %% lebih besar dibandingkan kontrol (1.06 kg).
Tabel 9. Nilai Tengah Bobot Panen Utuh dan Bobot Panen Tanpa Tangkai pada Klon Pisang Tipe Tinggi
Perlakuan Bobot Panen Utuh (Kg) Bobot Panen Tanpa Tangkai (Kg)
Tandan Sisir Tandan Sisir Buah
Kontrol 9.1 1.06 8.59 0.98 0.06
P1 12.23* 1.46** 11.87* 1.37** 0.08** P2 17.35** 1.94** 17.17** 1.81** 0.12** P3 14.53** 1.76** 14.11* 1.55** 0.10** Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman
berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. *) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %. **) menunjukkan berbeda sangat nyata pada uji-t pada taraf 1%.
Bobot Sisir Ekonomis
Bobot sisir ekonomis didapatkan dari 4 sisir pertama setiap tandan karena sisir tersebut layak dijual. Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot sisir ekonomis utuh (1.86 kg, 2.42 kg, dan 2.08 kg) sebesar 34.78 %, 75.36 %, dan 50.72 % lebih besar dibandingkan dengan kontrol (1.38 kg). Pemotongan bunga jantan 3, 4, dan 5 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot sisir tanpa tangkai (1.74 kg, 2.27 kg, dan 1.76 kg) sebesar 35.94 %, 77.34 %, dan 37.50 % lebih besar dibandingkan kontrol (1.28 kg). Berdasarkan uji-t (Lampiran 21), nilai tengah bobot sisir ekonomis pada klon pisang tipe pendek disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Nilai Tengah Bobot Sisir Ekonomis pada Klon Pisang Tipe Tinggi Perlakuan Bobot Sisir Ekonomis (kg)
Utuh Tanpa Tangkai
Kontrol 1.38 1.28
P1 1.86** 1.74**
P2 2.42** 2.27**
P3 2.08* 1.76**
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga. *) menunjukkan berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 %. **) menunjukkan berbeda sangat nyata pada uji-t pada taraf 1%.
Peubah Pascapanen
25 tidak berpengaruh terhadap padatan terlarut total (Ebeed et al., 2008). Berdasarkan uji-t (Lampiran 22), nilai tengah kekerasan buah bagian tengah dan padatan terlarut total buah disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Nilai Tengah Kekerasan Buah Bagian Tengah dan Padatan Terlarut Total Buah pada Klon Pisang Tipe Tinggi
Perlakuan Kekerasan buah (mm/50g/5detik) Padatan Terlarut Total (
o
Briks)
Tengah Pangkal Tengah Ujung Rataan
Kontrol 70.11 30.64 30.80 30.83 30.76
P1 66.26 31.34 31.60 31.37 31.44
P2 61.78 29.89 29.79 29.23 29.64
P3 55.56 30.20 29.71 29.53 29.82
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan setelah 3 minggu tanaman berbunga, P2 = Pemotongan setelah 4 minggu tanaman berbunga, dan P3 = Pemotongan setelah 5 minggu tanaman berbunga.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemotongan bunga jantan pada klon pisang tipe pendek meningkatkan pertambahan lingkar tandan (tengah dan ujung), panjang buah (tengah dan rataan). Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot tandan panen utuh 48.21 %, bobot tandan panen tanpa tangkai 47.23 %, dan bobot sisir tanpa tangkai 29.06 % dibandingkan kontrol. Sedangkan bobot sisir ekonomis panen utuh meningkat sebesar 40.01 % dan bobot sisir ekonomis tanpa tangkai sebesar 40.15 %.
Pemotongan bunga jantan pada klon pisang tipe tinggi meningkatkan pertambahan ukuran lingkar buah (ujung, tengah, rataan). Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan bobot tandan panen utuh sebesar 90.66 %, bobot sisir utuh sebesar 83.02 %, bobot panen tanpa tangkai 99.88 %, bobot sisir tanpa tangkai sebesar 84.69 %, dan bobot buah tanpa tangkai sebesar 100 %. Sedangkan bobot sisir ekonomis panen utuh meningkat sebesar 75.36 % dan bobot sisir ekonomis tanpa tangkai sebesar 77.34 %.
Secara umum pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan panjang buah dan lingkar buah pada kedua klon tanaman pisang. Waktu pemotongan bunga jantan yang terbaik pada klon pisang tipe pendek adalah 3 minggu setelah tanaman berbunga. Sedangkan, waktu pemotongan bunga jantan yang terbaik pada klon pisang tipe tinggi adalah 4 minggu setelah tanaman berbunga.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2010. Produksi Buah-Buahan Indonesia. http://bps.go.id. [25 Januari 2010]. Baiyeri, K.P., Aba S.C. and A.Tenkouano. 2010. Timing of bunch pruning
enhances bunch and fruit qualities of ‘PITA 24’ plantain (Musa AAB) hybrid. Journal of Applied Biosciences 33:2110-2118
Daniells, J.W., A.T. Lisle and N.J. Bryde. 1994. Effect of bunch trimming and leaf removal at flowering on maturity bronzing, yield, and other aspects of fruit quality of bananas in North Queensland. Australian Journal of Experimental Agriculture 34(2):259-265
Ebeed, S. 2008. Effect of gibberellic acid and male bud removal on yield and fruit quality of banana plants. Research Journal of Agriculture and Biological Sciences, 4(4): 289-292
FAO. 2010. FAO Statistical database. http://faostat.fao.org. [23 Februari 2010]. Harti, H., M.R. Suhartanto, Sobir, dan S. S. Hariyadi. 2007. Acuan Standar
Operasional Produksi Pisang. Bogor. Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika, LPPM-IPB. 79 hal
Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2011. Produksi dan Luas Panen Buah. http://database.deptan.go.id [4 Januari 2011]
Kurien, S., B.K. Anil, P.K. Rajeevan, V. Bharathan, and S. Krishnan. 2000. Phosphorus mobilisation to uneconomic tissues and effects of bunch trimming regimes in banana. Scientia Horticulturae 83:25-32.
Lassois, L., H. Bastiaanse, M. Chillet, A. Jullien, M.H. Jijakli and L. de Lapeyre de Bellaire. 2010. Hand position on the bunch and source–sink ratio influence the banana fruit susceptibility to crown rot disease. Annals of Applied Biology. p221–229.
Monselise, S.P. 1986. Handbook of Fruit Set and Development. Boca Raton, Florida : CRC Press Inc. 568p.
Nakasone, H.Y. and R.E. Paul. 1995. Tropical Fruit. Honohulu USA: CABI Publishing
Odeke, M., P.R. Rubaihayo, and D.S.O. Osiru. 1999. Effect of spacing, stage, and method of desuckering on bunch size and yield of banana cultivar kibuzi (AAA-EA). African Crop Science Journal 7:349-353.
Puslitbang Hortikultura. 1989. Produksi Pisang di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Jakarta. 120 hal
Robinson, J.C. 1996. Bananas and Plantains. Cambrigde. Cambrigde University Press. p18-19
Samson, J.A. 1980. Tropical Agricultural series Tropical Fruits. New York: Longman Inc
Simmonds, N.W. 1966. Bananas. London: Longman group limited. 512p
Someya, S., Y. Yoshiki, and K. Okubo. 2002. Antioxidant compound from banana (Musa cavendish). Food Chemistry Journal 79:351-354.
Verheij, E.W. M. and R.E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2, Buah-Buahan yang Dapat Dimakan (diterjemahkan dari: Resources of South-East Fruit Edibles Asia 2, penerjemah: S. Danimihardja, H. Sutarno, N. W. Utami, D. S. H. Hoesen, Penyunting A. H. Pudjaatmaka, H. Sutarno, S. Danimiharja. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. hal 285-296 Walpole, R.E. 1992. Pengantas Statistika Edisi ke-3 (diterjemahkan dari:
Introduction to Statistics 3rd Edition, penerjemah: B. Sumantri). PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 531 hal
Wardlan, C.W. 1972. Bananas Diseases Including Plantain and Abaca. London : Longman. 22-23pp
Werasinghe, S.S. and K.H. Rowanpathirana. 2004. Effect of the de-handing on bunch characteristic of banana. Annals of the Sri Lanka Department of Agricultuera 6:227-235
Lampiran 1. Perkembangan Panjang Tandan (cm) pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 2 MSP – 8 MSP
Perlakuan Umur
0 MSP 2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MS
Kontrol 0.00 0.17 0.17 0.17 0.83 P1 0.00 0.67 0.67 0.67 2.33 P2 0.00 0.33 0.33 1.00 1.00 P3 0.00 0.00 0.33 1.33 1.33 Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah
tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan
Lampiran 2. Perkembangan Lingkar Tandan (cm) pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 2 MSP – 8 MSP
Perlakuan Umur
0 MSP 2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP
……….Pangkal (cm)……….
Kontrol 0.00 0.00 4.00 12.00 16.67
P1 0.00 1.33 7.67 14.33 17.00
P2 0.00 0.00 4.00 8.00 17.00
P3 0.00 2.50 11.33 14.33 15.83
……….Tengah (cm)……….
Kontrol 0.00 0.00 3.67 12.00 14.33
P1 0.00 0.00 0.33 11.33 14.33
P2 0.00 0.00 6.67 9.33 11.33 P3 0.00 8.50 9.00 9.50 16.00
……….Ujung (cm)……….
Kontrol 0.00 0.00 0.00 8.00 9.67
P1 0.00 2.83 2.83 13.17 15.50
P2 0.00 1.33 6.00 7.67 10.33 P3 0.00 4.33 4.67 7.00 13.17
……….Rataan (cm)……….
Kontrol 0.00 0.00 2.56 10.67 13.56
P1 0.00 1.39 3.61 12.94 15.61
P2 0.00 0.44 5.56 8.33 12.89
P3 0.00 5.11 8.33 10.28 15.00
31 Lampiran 3. Hasil Uji-T Pertambahan Panjang Tandan dan Lingkar Tandan
pada Klon Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP Perlakuan Panjang Tandan Lingkar Tandan
Pangkal Tengah Ujung Rataan Kontrol vs P1 -1.70tn -1.41tn -0.33tn -4.48* -1.62tn Kontrol vs P2 -1.30tn -0.29tn 0.28tn -1.21 tn -0.39tn Kontrol vs P3 -1.24tn -0.61tn -0.07tn -2.76* -0.76tn Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah
tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan. *) berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 % dengan nilai t-tabel 5% yaitu 2.776. tn) tidak berbeda nyata.
Lampiran 4. Pertambahan Panjang Buah pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 2 MSP – 8 MSP
Perlakuan Umur
0 MSP 2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP
……….Pangkal (cm)……….
Kontrol 0.00 2.07 2.46 2.76 3.17 P1 0.00 3.06 3.30 4.09 4.58 P2 0.00 1.52 2.14 2.34 3.19 P3 0.00 0.44 1.12 1.41 2.04
……….Tengah (cm)……….
Kontrol 0.00 1.89 2.15 2.48 2.85 P1 0.00 3.27 3.86 4.27 4.77 P2 0.00 1.78 2.10 2.60 3.05 P3 0.00 0.52 1.20 1.33 1.90
……….Ujung (cm)……….
Kontrol 0.00 1.38 1.52 1.88 2.40 P1 0.00 2.07 2.47 2.90 3.45 P2 0.00 1.17 1.43 2.08 2.42 P3 0.00 0.20 0.98 1.30 1.70
……….Rataan (cm)……….
Kontrol 0.00 1.85 2.13 2.47 2.90 P1 0.00 2.80 3.18 3.75 4.27 P2 0.00 1.52 1.97 2.35 2.91 P3 0.00 0.42 1.13 1.39 1.94 Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah
Lampiran 5. Pertambahan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tipe Pendek dari 2 MSP – 8 MSP
Perlakuan Umur
0 MSP 2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP
……….Pangkal (cm)……….
Kontrol 0.00 0.42 0.94 1.51 2.19
P1 0.00 0.83 1.26 1.88 2.72
P2 0.00 0.62 1.29 1.83 2.53
P3 0.00 0.78 1.53 2.02 2.53
……….Tengah (cm)……….
Kontrol 0.00 0.53 0.99 1.49 2.1
P1 0.00 0.96 1.47 2.12 2.87
P2 0.00 0.61 1.13 1.68 2.48
P3 0.00 0.33 0.84 1.34 1.84
……….Ujung (cm)……….
Kontrol 0.00 0.47 0.80 1.28 1.87
P1 0.00 1.06 1.45 2.02 2.68
P2 0.00 0.49 1.02 1.49 2.13
P3 0.00 0.31 0.71 1.23 1.58
……….Rataan (cm)……….
Kontrol 0.00 0.47 0.93 1.47 2.10
P1 0.00 0.93 1.38 1.98 2.75
P2 0.00 0.59 1.16 1.69 2.40
P3 0.00 0.55 1.13 1.66 2.13
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan
Lampiran 6. Hasil Uji-t Pertambahan Panjang Buah pada Klon Pisang Tipe Pendek pada 8 MSP
Perlakuan Panjang Buah (mm)
Pangkal Tengah Ujung Rataan Kontrol vs P1 -2.60tn -3.90* -1.10 tn -3.41* Kontrol vs P2 -0.25tn -0.60tn 0.58tn -0.08 tn
Kontrol vs P3 1.53tn 1.88tn 3.34* 2.95* Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah
33 Lampiran 7. Hasil Uji-t Pertambahan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tipe
Pendek pada 8 MSP
Perlakuan Lingkar Buah (mm)
Pangkal Tengah Ujung Rataan
Kontrol vs P1 -2.18tn -1.65tn -1.62 tn -2.23 tn Kontrol vs P2 -0.59tn -1.14tn -0.18 tn -0.94 tn Kontrol vs P3 -0.87tn 0.08tn 0.97tn -0.78 tn Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah
tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan. tn) tidak berbeda nyata.
Lampiran 8. Hasil Uji-t Bobot Panen Utuh pada Klon Pisang Tipe Pendek Perlakuan Bobot Panen Utuh
Tandan Sisir Buah
Kontrol vs P1 -2.91* -2.81* -2.62 tn Kontrol vs P2 -1.48tn -1.03tn -1.52 tn Kontrol vs P3 -0.71tn -0.30tn -0.02 tn Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah
tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. *) berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 % dengan nilai t-tabel 5% yaitu 2.776. tn) tidak berbeda nyata.
Lampiran 9. Hasil Uji-t Bobot Tandan Tanpa Tangkai pada Klon Pisang Tipe Pendek
Perlakuan Bobot Panen Tanpa Tangkai
Tandan Sisir Buah
Kontrol vs P1 -3.01* -2.83* -2.50 tn Kontrol vs P2 -1.44tn -1.02tn -1.47 tn Kontrol vs P3 -0.77tn -0.38tn -0.05 tn Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah
tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. *) berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 % dengan nilai t-tabel 5% yaitu 2.776. tn) tidak berbeda nyata.
Lampiran 10. Hasil uji-t Bobot Sisir Ekonomis pada Klon Pisang Tipe Pendek
Perlakuan Bobot Sisir Ekonomis
Utuh Tanpa Tangkai
Kontrol vs P1 -4.554* -5.125*
Kontrol vs P2 -2.082tn -2.189 tn
Kontrol vs P3 -0.743tn -0.855 tn
Lampiran 11. Hasil Uji-t Kekerasan Buah dan Padatan Terlarut Total pada Klon Pisang Tipe Pendek
Perlakuan Kekerasan Buah Tengah
Padatan Terlarut Total (% Briks)
Pangkal Tengah Ujung Rataan Kontrol vs P1 1.02tn 0.59tn 0.53tn -1.26 tn 0.00tn Kontrol vs P2 1.02tn -0.05tn -0.90tn -2.80 tn -1.64tn Kontrol vs P3 1.11tn 0.33tn 0.28tn -0.26 tn 0.10tn Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah
tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. tn) tidak berbeda nyata.
Lampiran 12. Perkembangan Panjang Tandan pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 2 MSP – 8 MSP
Perlakuan Umur
0 MSP 2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP
Kontrol 0.00 0.33 1.00 1.00 3.33
P1 0.00 0.00 0.33 0.33 1.00
P2 0.00 1.67 1.67 2.67 6.33
P3 0.00 1.67 1.67 2.00 3.67
35 Lampiran 13. Perkembangan Lingkar Tandan pada Klon Pisang Tipe Tinggi
dari 2 MSP – 8 MSP
Perlakuan Umur
0 MSP 2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP
……….Pangkal (cm)……….
Kontrol 0.00 0.00 3.00 7.00 12.33
P1 0.00 0.00 1.33 5.00 13.00
P2 0.00 9.10 14.67 18.5 25.33
P3 0.00 5.17 6.67 12.5 16.67
……….Tengah (cm)……….
Kontrol 0.00 0.00 4.67 5.33 7.00
P1 0.00 0.00 9.00 11.67 18.67
P2 0.00 2.00 8.50 9.17 18.17
P3 0.00 2.5 3.67 9.67 15.67
……….Ujung (cm)……….
Kontrol 0.00 0.00 1.33 5.33 10.00
P1 0.00 0.67 3.33 4.33 11.67
P2 0.00 1.33 4.33 13.33 16.00
P3 0.00 2.83 7.50 10.33 12.00
……….Rataan (cm)……….
Kontrol 0.00 0.00 3.00 5.89 9.78
P1 0.00 0.22 4.56 7.00 14.44
P2 0.00 4.14 9.17 13.67 19.83
P3 0.00 3.50 5.94 10.83 14.78
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan
Lampiran 14. Hasil Uji-t Pertambahan Panjang Tandan pada Klon Pisang Tipe Tinggi pada 8 MSP
Perlakuan Panjang Tandan Lingkar Tandan
Pangkal Tengah Ujung Rataan Kontrol vs P1 0.71tn -0.51tn -1.57tn -0.64 tn -2.59tn Kontrol vs P2 -2.08tn -1.76tn -3.21* -2.26 tn -8.05** Kontrol vs P3 -0.65tn -0.63tn -2.50tn -1.25 tn -4.06tn Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah
Lampiran 15. Pertambahan Panjang Buah pada Klon Pisang Tipe Tinggi dari 2 MSP – 8 MSP
Perlakuan Umur
0 MSP 2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP
……….Pangkal (cm)……….
Kontrol 0.00 1.67 2.01 2.12 2.43 P1 0.00 2.83 3.44 3.82 4.18 P2 0.00 0.99 1.42 1.54 1.86 P3 0.00 0.79 1.01 1.34 2.07
……….Tengah (cm)……….
Kontrol 0.00 1.86 2.18 2.37 2.56 P1 0.00 2.35 2.98 3.17 3.42 P2 0.00 0.52 0.97 1.27 1.72 P3 0.00 1.10 1.30 1.45 1.70
……….Ujung (cm)……….
Kontrol 0.00 1.46 1.94 2.00 2.23 P1 0.00 2.03 3.22 3.39 3.44 P2 0.00 0.99 1.11 1.28 1.34 P3 0.00 0.60 0.88 1.06 1.16
……….Rataan (cm)……….
Kontrol 0.00 1.68 2.03 2.16 2.42 P1 0.00 2.46 3.28 3.55 3.77 P2 0.00 0.87 1.19 1.38 1.63 P3 0.00 0.81 1.05 1.29 1.67 Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah
37 Lampiran 16. Pertambahan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tipe Tinggi
dari 2 MSP – 8 MSP
Perlakuan Umur
0 MSP 2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP
……….Pangkal (cm)……….
Kontrol 0.00 0.78 1.27 1.67 2.23 P1 0.00 1.22 2.17 2.48 2.85 P2 0.00 0.73 1.2 1.62 2.17 P3 0.00 0.59 1.19 1.51 1.84
……….Tengah (cm)……….
Kontrol 0.00 0.82 1.15 1.60 2.12 P1 0.00 1.27 2.02 2.37 2.65 P2 0.00 0.74 1.00 1.56 1.89 P3 0.00 0.83 1.03 1.37 1.78
……….Ujung (cm)……….
Kontrol 0.00 0.68 1.09 1.44 1.90 P1 0.00 1.32 1.89 2.28 2.57 P2 0.00 0.62 1.06 1.40 1.67 P3 0.00 0.67 1.01 1.46 2.03
……….Rataan (cm)……….
Kontrol 0.00 0.75 1.18 1.58 2.09 P1 0.00 1.26 2.04 2.39 2.71 P2 0.00 0.69 1.10 1.52 1.91 P3 0.00 0.68 1.08 1.46 1.90 Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah
tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan
Lampiran 17. Hasil Uji-t Pertambahan Panjang Buah pada Klon Pisang Tipe Tinggi pada 8 MSP
Perlakuan Panjang Buah (cm)
Pangkal Tengah Ujung Rataan Kontrol vs P1 -1.21tn -1.55tn -1.75 tn -1.64 tn
Kontrol vs P2 0.25tn 1.70tn -0.06 tn 0.59 tn Kontrol vs P3 0.48tn 1.26tn 0.87tn 0.94 tn Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah
Lampiran 18. Hasil Uji-t Pertambahan Lingkar Buah pada Klon Pisang Tipe Tinggi pada 8 MSP
Perlakuan Lingkar Buah (cm)
Pangkal Tengah Ujung Rataan
Kontrol vs P1 -4.24* -2.93* -2.23 tn -4.01* Kontrol vs P2 -0.50tn -0.39tn -1.56 tn -0.47 tn
Kontrol vs P3 1.29tn 0.63tn -0.72 tn 0.47 tn Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah
tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. MSP = Minggu Setelah Pemotongan. *) berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 % dengan nilai t-tabel 5% yaitu 2.776. tn) tidak berbeda nyata.
Lampiran 19. Hasil Uji-t Bobot Panen Pisang Utuh pada Klon Pisang Tipe Tinggi
Perlakuan Bobot Panen Utuh
Tandan Sisir Buah Kontrol vs P1 -3.31* -9.10** -6.11**
Kontrol vs P2 -4.86** -10.39** -3.19* Kontrol vs P3 -4.35** -6.10** -6.88** Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah
tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. *) berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 % dengan nilai t-tabel 2.776. **) berbeda sangat nyata pada uji-t pada uji-taraf 1 % dengan uji-t-uji-tabel 4.604.
Lampiran 20. Hasil Uji-t Bobot Panen Pisang Tanpa Tangkai pada Klon Pisang Tipe Tinggi
Perlakuan Bobot Panen Tanpa Tangkai
Tandan Sisir Buah
Kontrol vs P1 -3.41* -9.98** -6.80** Kontrol vs P2 -4.76** -18.16** -6.31** Kontrol vs P3 -3.75* -12.03** 7.14** Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah
39 Lampiran 21. Hasil uji-t Bobot Sisir Ekonomis pada Klon Pisang Tipe
Tinggi
Perlakuan Bobot Sisir Ekonomis
Utuh Tanpa Tangkai
Kontrol vs P1 -5.062** -5.375**
Kontrol vs P2 -6.059** -6.730**
Kontrol vs P3 -4.109* -6.462**
Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga, P2 = Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah berbunga, P3 = Pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga. *) berbeda nyata pada uji-t pada taraf 5 % dengan nilai t-tabel 5% yaitu 2.776. **) berbeda sangat nyata pada uji-t pada taraf 1 % dengan t-tabel 1% yaitu 4.604.
Lampiran 22. Hasil Uji-t Kekerasan Buah Bagian Tengah dan Padatan Terlarut Total pada Klon Pisang Tipe Tinggi
Perlakuan Kekerasan Buah Tengah
Padatan Terlarut Total (% Briks)
Pangkal Tengah Ujung Rataan Kontrol vs P1 0.15tn -1.1tn -1.52tn -0.89 tn -1.19tn Kontrol vs P2 0.34tn 0.90tn 1.34tn 2.31 tn 1.50tn Kontrol vs P3 0.59tn 0.74tn 2.07tn 2.22 tn 1.69tn Keterangan: Kontrol = Tanpa pemotongan, P1 = Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah
PENGARUH PEMOTONGAN BUNGA JANTAN TERHADAP
PRODUKSI DAN MUTU BUAH PISANG AMBON
(
Musa
paradisiaca
var.
sapientum
L.)
NGATOIF
A24062054
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
NGATOIF. Pengaruh Pemotongan Bunga Jantan terhadap Produksi dan Mutu Buah Pisang Ambon (Musaparadisiaca var. sapientum L.). (Dibimbing oleh M. RAHMAD SUHARTANTO dan HERI HARTI)
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pemotongan bunga jantan terhadap produksi buah pisang dan mengetahui waktu yang tepat untuk pemotongan bunga jantan pisang. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasir Kuda IPB dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tanggal 2 Februari - 15 Agustus 2010.
Bahan yang digunakan adalah tanaman pisang berumur tujuh bulan setelah tanam (BST) dan aquades. Penelitian menggunakan metode survey dan terdiri dari dua percobaan. Percobaan I yaitu pemotongan bunga jantan pada klon pisang tipe pendek. Percobaan II yaitu pemotongan bunga jantan pada klon pisang tipe tinggi. Perlakuan yang diterapkan yaitu kontrol (perlakuan tanpa pemotongan bunga jantan), P1 (pemotongan bunga jantan setelah 3 minggu setelah tanaman berbunga), P2 (pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga), P3 (pemotongan bunga jantan 5 minggu setelah tanaman berbunga). Setiap perlakuan terdiri dari 3 tanaman pisang yang sudah keluar bunga dan buah. Peubah pengamatannya adalah pertambahan panjang tandan, lingkar tandan, panjang buah, lingkar buah, bobot panen, kekerasan buah, dan padatan terlarut total (PTT).
Sedangkan bobot sisir ekonomis panen utuh sebesar 40.01 % dan bobot sisir ekonomis tanpa tangkai sebesar 40.15 %.
Pemotongan bunga jantan 3 minggu setelah tanaman berbunga pada klon pisang tipe tinggi meningkatkan lingkar buah pangkal, ujung, dan rataan lingkar buah tandan. Pemotongan bunga jantan 4 minggu setelah tanaman berbunga meningkatkan rataan lingkar tandan dan bobot panen. Bobot tandan panen utuh meningkat 90.66 %, bobot sisir panen utuh meningkat 83.01 % lebih berat dibandingkan kontrol. Sedangkan bobot tandan panen tanpa tangkai meningkat 99.88 %, bobot sisir tanpa tangkai meningkat 84.69 %, dan bobot buah tanpa tangkai 100 % lebih berat dibandingkan kontrol. Sedangkan bobot sisir ekonomis panen utuh meningkat sebesar 75.36 % dan bobot sisir ekonomis tanpa tangkai sebesar 77.34 %.
PENGARUH PEMOTONGAN BUNGA JANTAN TERHADAP
PRODUKSI DAN MUTU BUAH PISANG AMBON
(
Musa
paradisiaca
var.
sapientum
L.)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
NGATOIF
A24062054
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul :
PEGARUH PEMOTONGAN BUNGA JANTAN
TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU BUAH PISANG
AMBON (
Musa
paradisiaca
var.
sapientum
L.)
Nama :
NGATOIF
NIM : A24062054
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, MSi Heri Harti, SP, MSi NIP 19630923 198811 1 001 NIP 19731105 200701 2 003
Mengetahui.
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP 19611101 198703 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kebumen, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 23 Maret 1988. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Irsadi dan Ibu Ngaisah.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis memuji kepada Alloh subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan pertolonganNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini. Skripsi tentang ‘Pengaruh Pemotongan Bunga Jantan terhadap Produksi dan Mutu Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum L.)’ merupakan ide dari penulis sendiri. Penelitian ini dilakukan di UF (University Farm), Kebun Percobaan Pasir Kuda, Ciomas, Bogor, Jawa Barat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orangtua tercinta yang telah mendukung secara moriil dan materiil.
2. Dr. Ir. M. Rahmat Suhartanto, MSi selaku dosen pembimbing I dan Heri Harti, SP, MSi selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahannya selama penelitian dan penulisan skripsi.
3. Dr. Ir. Endah Retno Palupi, M.Sc. selaku dosen penguji.
4. Kepada pengelola kebun percobaan Pasir Kuda, Bogor (Bapak Baisuni dan pegawai kebun) yang telah membantu dalam penyiapan alat selama penelitian.
5. Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada Hera Amransyah yang telah mengajarkan pengolahan data statistik.
6. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak yang telah membantu kegiatan ini baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.
Semoga penelitian ini bermanfaat untu