• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat dalam Program TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) di Kota Mojokerto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Partisipasi Masyarakat dalam Program TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) di Kota Mojokerto"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM TPST (TEMPAT PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU) DI KOTA MOJOKERTO Hesti Ani Safitri [email protected] Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Departemen Administrasi, Fakulas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga Abstract The purpose of this study was to determine community participation and the factors that influenced community participation in the TPST (Integrated Waste Management Place) program in Mojokerto City. This research was motivated by the garbage problems experienced by Mojokerto City in the form of the 2016 TPST program, the volume of waste in Mojokerto City declined. The theory used to explain community participation according to Kaho, and the factors that influence participation according to Slamet. The method used in this study is a qualitative research method with a descriptive research type. The selection of informants was done by purposive sampling technique and accidental sampling. Data obtained through the process of interviews, observation and documentation. The data analysis technique used is data reduction, data presentation and conclusion drawing. While the technique of checking the validity of the data uses a data source triangulation technique. The results of this study indicate that from the form of participation the community participates in the decisionmaking process, implementation, and utilization of results. However, they did not participate in the evaluation process. Whereas from the degree of participation it turns out that the community is in an interactive degree in terms of decision making, independent degrees in terms of implementation and utilization of results, and consultative degrees in the evaluation process. The results of this study also indicate that the motives that influence community participation are psychological motives, religious motives, economic motives, social motives, and communication motives. Keywords: Community Participation, Programe, Integrated Waste Management. PENDAHULUAN Permasalahan utama pengelolaan sampah di Indonesia adalah sistem pengelolaan sampah yang masih konvensional (kumpul-angkut-buang). TPA di Indonesia masih banyak yang menggunakan sistem open dumping (sistem terbuka). Pengelolaan sampah di Jawa Timur dilakukan dengan berbagai cara, yaitu diangkut, ditimbun, dibakar, dibuang ke kali atau tempat lainnya. Pengelolaan dengan cara diangkut khususnya untuk pemukiman yang terlayani angkutan truk sampah untuk selanjutnya dikelola di TPA, sedangkan bagi yang tidak terlayani angkutan truk sampah pada umumnya sampah ditimbun atau dibakar di pekarangan rumah, bahkan ada sebagian penduduk yang masih membuang sampah ke sungai terutama yang pemukimannya di bantaran sungai. Tak hanya sampah rumah tangga maupun sampah sejenis rumah tangga, jenis sampah spesifik yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3) juga memiliki potensi besar dihasilkan dari sektor industri. Berbagai hal telah menjadi faktor pemicu (driver) dan atau penekan (pressure) terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Salah satu faktor yang seringkali menjadi pemicu terhadap kerusakan lingkungan adalah aspek kependudukan dan tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi.. Permasalahan mulai muncul pada saat jumlah lahan yang tersedia semakin terbatas akibat dari tingginya angka pertumbuhan penduduk dan semakin beragamnya aktifitas seiring dengan pesatnya kegiatan pembangunan. Begitu juga partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dan pengurangan jumlah sampah yang dihasilkan masih minim. Gambar 1 Kepadatan Penduduk Kota-Kota di Jawa Timur (Jiwa/KM2). Berdasarkan proyeksi penduduk 2010 - 2035 Kota Mojokerto memiliki kepadatan penduduk tertinggi kedua setelah kota Surabaya. Mojokerto merupakan kota penyangga utama Ibu kota Provinsi Jawa timur. Dibandingkan kota-kota lain di Jawa Timur Kota Mojokerto yang hanya memiliki tiga kecamatan, yaitu 1.

(2) Kecamatan Magersari, Kecamatan Prajurit Kulon, dan yang terbaru Kecamatan Kranggan, oleh sebab itu Kota Mojokerto dijuluki sebagai kota terkecil di Jawa Timur. Akan tetapi dengan luas wilayah yang kecil Kota Mojokerto memiliki jumlah penduduk yang cukup padat. Dengan keterbatasan lahan yang ada dan sistem yang tidak memadai sampah sudah tidak bisa ditampung lagi. Lebih jelas jumlah penduduk di Kota Mojokerto ditampilkan dalam tabel berikut. Tabel 1 Penduduk Akhir Tahun Menurut Kelurahan Tahun 2014 – 2016 Kecamatan 2014 2015 2016 010. Prajurit Kulon 63.397 63.982 41.286 001. Surodinawan 7.826 8.166 8.405 004. Prajurit Kulon 7.681 8.008 8.153 005. Blooto 6.206 6.135 6.183 006. Mentikan 7.046 7.565 7.514 007. Kauman 3.175 3.291 3.282 008. Pulorejo 7.812 7.681 7.749 020. Magersari 76.280 75.646 60.058 002. Gunung Gedangan 7.181 7.127 7.293 003. Kedundung 15.513 15.381 15.618 004. Balongsari 8.256 7.900 7.925 008. Gedongan 2.495 2.361 2.310 009. Magersari 6.099 5.972 6.042 010. Wates 20.740 20.743 20.870 021. Kranggan 38.817 001. Kranggan 14.046 13.711 13.104 002. Meri 8.474 8.575 8.688 003. Jagalan 3.226 3.345 3.258 004. Miji 9.605 9.425 9.290 005. Sentanan 2.467 2.512 2.456 006. Purwotengah 1.829 1.727 2.021 Mojokerto 139.677 139.628 140.161. Sumber: BPS. Kota Mojokerto1 (diolah). Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kota Mojokerto dari tahun 2014 hingga 2016 mengalami peningkatan, penduduk terpadat di Kota Mojokerto berada pada Kecamatan Magersari dengan jumlah penduduk 60.058 jiwa. Hal ini berdampak pada sampah yang dihasilkan oleh penduduk tersebut. Sehingga menjadi dasar utama dalam pengusulan program TPST yang dilaksanakan di wilayah Kecamatan Magersari. Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat, kebijakan pengelolaan sampah diwujudkan melalui Perda No.4 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah Regional. Provinsi Jawa Timur telah memulai pembebasan lahan untuk pembangunan Pusat Pengelolaan Limbah Industri (PPLI) yang akan dibangun di Kabupaten Mojokerto sebagai solusi pengelolaan limbah B3. Kota Mojokerto adalah salah satu kota yang berusaha untuk merealisasikan Perda No.4 Tahun 2010 1. BPS. Buku Kota Mojokerto Dalam Angka 20152017. 2. tentang Pengelolaan Sampah Regional. Sebagai kota yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi menjadikan kota Mojokerto sebagai kota yang mengutamakan pelayanan sehingga memiliki slogan sebagai Service City. Khususnya dalam penanganan masalah lingkungan Kota Mojokerto melakukan berbagai upaya untuk kelestarian lingkungan dalam kota. Salah satu Upaya yang dilakukan adalah dengan mengusulkan program TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) di Kota Mojokerto yang diresmikan pada tahun 2016. Hal ini dianggap sangat dibutuhkan dalam masyarakat karena di Kota Mojokerto sudah tidak memungkinkan untuk memakai sistem pembuangan sampah konvensional, karena sumber sampah yang dihasilkan di Kota Mojokerto berasal dari sampah rumah tangga, industri UKM (Usaha Kecil Menengah) dan industri besar lainnya. Karena terjadi peningkatan jumlah sampah maka perlu adanya penambahan jumlah sarana dan Prasarana dalam kebersihan. Berikut adalah data potensi kebersihan dan sarana keindahan Kota Mojokerto. Tabel 2 Potensi Kebersihan dan Sarana Keindahan Kota Mojokerto 2014 – 2016 No 1 2. Potensi Kebersihan. Penyapu jalan Sarana / Prasarana a. Transfer Dipo b. TPS c. Dump Truck d. Truck Terbuka e. Arm Roll f. Pick Up g. Bulldozer h. kereta Sampah i. Kereta Serba Guna j. Wheel Louder k. Kontainer Sampah 3 Volume Sampah/ Hari 4 Excavator 5 TPA (Tempat Pembuangan Akhir) 6 Persampahan 7 Saluran 8 Kebersihan Kota (PGC) 9 Tenaga Kontrak/ Non PNS Salurar 10 TPS3R Sumber : BPS Kota Mojokerto. Satuan Orang. Tahun 2014 2015 7 -. 2016 -. Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit. 5 11 7 5 1 2 12 5. 5 11 7 2 5 4 2 8 185. 5 11 7 2 5 6 2 5 189. Unit Unit. t/s t/s. t/s t/s. 1 21. m3 Bego Unit. 269 2 1. 194 2 1. 175 2 1. Orang Orang Orang Orang. 40 4 74 66. 39 4 78 74. 44 4 104 74. Unit. -. 1. 1. Berdasarkan tabel tersebut diatas menerangkan bahwa potensi kebersihan dan sarana keindahan Kota Mojokerto mengalami peningkatan yang baik dari tahun 2014-2016. Terlihat dari beberapa sarana prasarana yang ditambah, volume sampah yang cenderung berkurang, dan kebersihan kota (PGC) yang terus meningkat. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:.

(3) 1.. Bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam Program TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) di Kota Mojokerto? 2. Faktor-faktor dominan apakah yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Program TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) di Kota Mojokerto? Dan berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam Program TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) di Kota Mojokerto. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Program TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) di Kota Mojokerto. Manfaat penelitian yaitu terdiri dari manfaat praktis dan manfaat akademis, yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan masukan untuk pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan publik di pemerintah kota mojokerto. 2. Manfaat Akademis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi perkembangan ilmu administrasi negara dan menambah kajian ilmu administrasi negara khususnya yang berkaitan tentang bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam Program TPST di Kota Mojokerto. Kerangka Teori Pengertian Partisipasi Masyarakat Partisipasi sebenarnya berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “participare“ yang dapat diartikan suatu kegiatan untuk membangkitkan perasaan dan diikut sertakan atau ambil bagian dalam kegiatan suatu organisasi.2 Sehubungan dengan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, partisipasi merupakan keterlibatan aktif masyarakat atau partisipasi tersebut dapat berarti “keterlibatan proses penentuan arah dari strategi kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. Sastrodipoetra menyatakan partisipasi sebagai, “keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai bersama.”3 Alastraire White menyatakan partisipasi sebagai “keterlibatan komunitas setempat secara aktif. dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaannya terhadap proyek-proyek pembangunan.”4 Parttisipasi dapat dibedakan apakah bersifat manipulatif atau spontan. Partisipasi yang dimanipulasi mengandung pengertian partisipan tidak merasa dipaksa untuk melakukan sesuatu, namun sesungguhnya partisipan diarahkan untuk berperan serta oleh kekuatan diluar kendalinya. Oleh karena itu, partisipasi bentuk ini juga sering disebut sebagai teleguided participation. Tjokroamijoyo membagi partisipasi menjadi tiga tahapan, yaitu: a. Partisipasi atau keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah; b. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan; c. Keterlibatan dalam memetik dan manfaat pembangunan secara berkeadilan.5 Istilah partisipasi sering dikaitkan dengan pelaksanaan kegiatan pembangunan. Istilah partisipasi tersebut akan nampak lebih jelas maknanya apabila secara langsung dikaitkan dengan pembangunan. Tjokroamijoyo mengartikan partisipasi sendiri sebagai keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan memerlukan prasyarat-prasyarat atau elemen-elemen partisipasi. Terkait dengan pembangunan pengertian partisipasi memiliki dua pengertian yaitu, partisipasi sebagai keikutsertaan masyarakat dalam proyek pembangunan khusus dan partisipasi sebagai individu diluar aktifitas proyek pembangunan. Charly menyatakan partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang atau sekelompok masyarakat di dalam situasi kelompok yang mendorong yang bersangkutan atas kehendak sendiri (kemauan sendiri) menurut kemampuan swadaya yang ada, untuk mengambil bagian dalam usaha pencapaian tujuan bersama dalam pertanggungjawabannya.6 Partisipasi warga dalam Governance adalah keterlibatan warga dalam pembuatan keputusan mengenai penggunaan sumber daya publik dan pemecahan masalah publik untuk pembangunan daerahnya.7 Berbagai pengalaman pembangunan 4. Ibid.,. 5. Ibid.,. 6. Ibid.,hal 46. 2. Rohman Ainur, Fadillah Putra, Levi Riansyah, Saiful Arif. 2009. Politik, Partisipasi dan Demokrasi dalam Pembangunan. Malang : Averroes Press. Hal 45 3. Ibid.,. 7. Sumarto, Hetifah Sj. 2009. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif dan Partisipasif di Indonesia. Jakarta: Yayasan obor Indonesia hal 109 3.

(4) daerah menunjukkan bahwa tanpa partisipasi warga memiliki kelemahan sebagai berikut:8 - Pemerintah daerah kekurangan petunjuk mengenai kebutuhan dan keinginan warganya. - Investasi yang ditanamkan di daerah tidak mengungkapkan prioritas kebutuhan warganya kota. - Sumber-sumber daya publik yang langka tidak digunakan secara optimal. - Sumber-sumber daya masyarakat yang potensial untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat daerah tidak tertangkap. - Standar-standar dalam merancang pelayanan dan prasarana yang tidak tepat. - Fasilitas-fasilitas yang ada digunakan di bawah kemampuan dan ditempatkan pada tempat-tempat yang salah. Berbagai kasus yang tersaji menunjukkan bahwa dengan dibukanya kesempatan berpartisipasi, warga menjadi lebih memiliki perhatian terhadap permasalahan yang dihadapi di lingkungannya dan memiliki kepercayaan diri bahwa mereka dapat berkontribusi untuk ikut mengatasinya. Rahnema dalam Muluk menyebut partisipasi sebagai “the action or fact of partaking, having or forming a part of”. Dalam pengertian ini partisipasi dapat bersifat transitif atau intransitif., dapat pula bermoral atau tidak bermoral.9 Kandungan pengertian tersebut juga dapat bersifat dipaksa atau bebas dan dapat pula bersifat manipulatif ataupun spontan.10 Berbeda halnya dengan Soetomo mengartikan partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan masyarakat dalam suatu proses pembangunan yang didorong oleh determinasi dan kesadarannya tentang arti keterlibatan tersebut.Partisipasi masyarakat dalam pengertian ini adalah partisipasi yang telibat dalam keseluruhan proses pembangunan mulai dari pengambilan keputusan, identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan program, pelaksanaan program, evaluasi dan menikmati hasil. 11 Menurut Tjokrowinoto berpendapat bahwa argumentasi pentingnya konsep dan praktek partisipasi masyarakat dalam pembangunan meliputi: 12 8. Ibid.,. 9. Muluk, Khairul. 2007. Menggugat Partisipasi Publik Dalam Pemerintahan Daerah. Malang : Bayumedia Publishing hal 44 10. Ibid., hal 45. 11. Soetomo. 2008. Strategi-strategi pembangunan Mayarakat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hlm 439-440 12. Mardiyanta, Antun, State of Art: Konsep Partisipasi Dalam Ilmu Administrasi Publik, 2013, jurnal Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik. 26 (4): 227-242 4. 1.. Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan akhir pembangunan, partisipasi merupakan akibat logis dari dalil tersebut. 2. Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemampuan pribadi untuk dapat turut serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat. 3. Partisipasi menciptakan suatu lingkaran umpan balik arus informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaannya akan tidak terungkap. Arus informasi ini tidak dapat dihindari untuk berhasilnya pembangunan. 4. Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimuali dari dimana rakyat berada dan dari apa yang mereka miliki. 5. Partisipasi memperluas zone (kawasan) penerimaan proyek pembangunan. 6. Ia akan memperluas jangkauan pelayanan pemerintah kepada seluruh masyarakat. 7. Partisipasi menopang pembangunan. 8. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi aktualisasi potensi manusia maupunpertumbuhan manusia. 9. Partisipasi merupakan cara yang efektif membangun kemampuan masyarakat untuk pengelolaan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan khas daerah. Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokratis individu untuk dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri. Bentuk Partisipasi Masyarakat Partisipasi dalam penelitian ini diartikan sebagai kerelaan keterlibatan warga secara aktif baik secara individu maupun berkelompok dalam seluruh kegiatan pembangunan, yang meliputi pengambilan keputusan, perencanaan program, pelaksanaan program, dan evaluasi dan menikmati hasil dari pelaksanaan program tersebut. Pendapat dari Hamijoyo dan Iskandar yang membagi jeni-jenis partisipasi sebagai berikut:13 1. Partisipasi buah pikiran, yang diberikan partisipan dalma anjang sono, pertemuan atau rapat. 2. Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipasn dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain, dan sebagainya. 3. Partisipasi harta benda, yang diberikan orang dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan ornag lain dan sebagainya. 13. Huraerah, Abu. 2008. Pengorganisasian dan Pengembangan Mayarakat: Model dan strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Bandung: Humaniora hal 16.

(5) 4.. Partisipasi ketrampilan dan kemahiran, yang diberikan ornag untuk mendorong aneka ragam bentuk usaha dan industri. 5. Partisipasi sosial, yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban. Sedangkan Koentaraningrat mengemukakan partisipasi menyangkut dua tipe yang pada prinsipnya berbeda, diantaranya yaitu:14 1. Partisipasi dalam aktifitas – aktifitas bersama dalam proyek – proyek pembangunan yang khusus. Dalam tipe ini rakyat diajak, dipersuasi, diperintahkan atau dipaksa oleh berbagai kalangan pemerintah untuk menyumbangkan tenaga dan hartanya bagi proyek-proyek pembangunan yang khusus biasanya bersifat fisik. 2. Partisipasi sebagai individu di luar aktivitasaktivitas bersama daam pembangunan. Pada tipe ini tidak ada proyek aktivitas bersama yang khusus, tetapi ada proyek – proyek pembangunan biasanya tidak bersifat fisik dan tidak memerlukan suatu partisipasi rakyat atas perintah atau paksaan dari atasannya, tetapi selalu ats dasar kemauan mereka sendiri. Antoft dan Novack mengungkapkan berbagai bentuk partisipasi (dalam pengertian lebih sempit) yang dapat dilakukan oleh komunitas untuk memperjuangkan kepentingan dan kebutuhannya. Bentuknya dapat berlangsung secara simultan, yakni memberikan kesempatan bagi penduduk untuk menikmati akses partisipasi yang lebih besar karena tidak semua penduduk dapat berpartisipasi secara langsung pada waktu yang bersamaan, di tempat yang sama, dengan kepentingan yang sma pula. Ada kendala waktu, tenaga, dan sumber daya lain yang membatasi partisipasi masyarakat. Bentuk-bentuk partisipasi tersebut meliputi electoral participation, lobbying, getting on council agenda, special purpose bodies, dan special purpose participation.15 Berbagai bentuk partisipasi publik dalam arti luas dalam pemerintahan daerah berdasarkan pengalaman berbagai negara di duni dijelaskan oleh Norton sebagai berikut:16 a. Pertama, referenda bagi isu-isu vital di daerah tersebut dan penyediaan peluang inisiatif warga untuk memperluas isu-isu yang terbatas dalam referenda. b. Kedua, melakukan decentralization in cities (desentralisai dalam kota) kepada unit-unit yang lebih kecil sehingga kebutuhan, tanggung jawab dan pengambilan keputusan lebih dekat kepada masyarakat.. 14. Ibid., hal 103-104. 15. Muluk.,op.cit. hal 55. 16. Ibid.,. c.. Ketiga, konsultasi dan kerjasama dengan masyarakat sesuai dnegan kebutuhan dan kepentingan masyarakat itu sendiri. d. Keempat, partisipasi sebagai elected member (anggota yang dipilih) semakin banyak anggota dewan yang dipilih secara proporsional dengan jumlah penduduk maka semakin tinggi partisipasinya. Semakin kecil rasio antara anggota dewan dengan jumlah penduduk maka semakin besar derajat partisipasinya. Kaho menyimpulkan berdasarkan ketiga pandangan tersebut bahwa bentuk partisipasi masyarakat yang dapat diberikan oleh masyarakat adalah berupa:17 1. Partisipasi dalam proses pembuatan keputusan Moebyarto menegaskan “...dalam keadaan paling ideal keikutsertaan masyarakat untuk membuat keputusan politik yang menyangkut nasib mereka, adalah ukuran tingkat partisipasi rakyat. Semakin besar kemampuan untuk menentukan nasib sendiri, semakin besar partisipasi masyarakat” dalam hal ini bentuk partisipasi yang dapat diberikan oleh masyarakat adalah dengan terlibat dalam pembuatan keputusan karena keputusan yang dibuat pada dasarnya menyangkut nasib masyarakat itu sendiri. 2. Partisipasi dalam pelaksanaan Menurut Uphoff dalam melaksanakan pembangunan msyarakat dapat memberikan kontribusi untuk menunjang palaksanaan pembangunan berupa tenaga, uang barang, material,ataupun informasi yang berguna bagi pelaksanaan pembangunan. Moebyarto menambahkan bahwa hal ada hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini yaitu kesediaan masyarakat untuk membantuagar program yang dijalankan dapat berhasil harus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki setiap orang dan tanpa mengorbankan kepentingan diri sendiri. 3. Partisipasi dalam memanfaatkan hasil Masyarakat mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam menikmati setiap usaha bersama yang ada secara adil. Adil yang dimaksud disini adalah setiap orang mendpatkan bagiannya sesuai dengan pengorbanannya dan menurut norma-norma yang berlaku. Menurut Uphoff partisipasi dalam menikmati hasil dapat dilihat dari tiga segi yaitu, aspek manfaat materialnya (material benefit), manfaat sosial (social benefit), dan manfaat pribadi (personal benefit).. 17. Ibid.. 5.

(6) 4.. Partisipasi dalam evaluasi Sudah disepakati secara umum bahwa setiap penyelenggaraan apapun dalam kehidupan bersama, hanya dapat dinilai berhasil apabila dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Seharusnya masyarakat diberi kesempatan untuk menilai hasil kerja yang telah dicapai. Masyarakat dapat dijadikan hakim yang jujur dan adil dalam menilaihsil yang ada. Dari berbagai pandangan mengenai bentukbentuk partisipasi masyarakat sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, maka bentuk partisipasi masyarakat dalam program TPST di kota Mojokerto sebagai berikut: 1. Partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan keputusan, bentuk partisipasi yang dapat diberikan melalui ikut serta terlibat dalam pembuatan keputusan. Karena keputusan yang dihasilkan akan berguna untuk masyarakat itu sendiri. 2. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan, bentuk partisipasi yang diberikan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh masyarakat yang sesuai dengan peranannya untuk mendukung pelaksanaan program TPST di Kota Mojokerto. 3. Partisipasi dalam memanfaatkan hasil, dimana masyarakat yang menjadi pelaksana program TPST dapat ikut memanfaatkan hasil dari program tersebut secara adil sesuai dengan porsi kontribusi yang dilakukan. Partisipasi dalam evaluasi, masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan penilaian terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam program TPST di Kota Mojokerto. Faktor-Faktor Partisipasi Masyarakat Setiap kegiatan dilakukan dalam masyarakat mempunyai alasan atau motif – motif tertentu sebagai faktor pendorong dalam melaksanakan suatu tindakan. Begitu pula dengan partisipasi maysarakat dalam kegiatan pembangunan juga memiliki berbagai motifmotif tertentu. Menurut Sumarto menyebutkan ada tiga faktor yang selama ini menjadikan partisipasi mengalami kendala yakni:18 1. Hambatan struktural. Hambatan ini berkenaan dengan struktur politik yang meliputi konstitusi dan birokrasi. 2. Hambatan kultural. Hambatan ini menyebutkan bahwa di internal masyarakat sendiri masih belum membudayakan gairah partisipasi yang kuat, yang ditandai dengan kurang inisiatif dari warga untuk hadir dan terlibat dalam prosedur dan partisipasi yang sudah dilegitimasi. 3. Hambatan teknis. Hambatan ini berkenaan dengan kurang dikuasainya metode dan teknik-teknik 18. Rohman., op.cit.,hal 29-31 6. partisipasi pembangunan melalui prosedur yang berlaku. Dimana metode dan prosedur tersebut memakai bahasa birokratis yang tidak semua orang mampu memahaminya. Menurut Conyers ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan sebuah partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan yaitu: 19 1. Hasil keterlibatan masyarakat. Masyarakat tidak akan berpartisipasi atau kemauan sendiri atau dengan antusias yang tinggi dalam kegiatan perencanaan kalau mereka merasa bahwa partisipasi mereka dalam perencanaan tersebut tidak mempunyai pengaruh pada rencana akhir. 2. Masyarakat merasa enggan berpartisipasi dalam kegiatan yang tidak menarik minat mereka atau yang tidak mempunyai pengaruh langsung yang dapat mereka rasakan. Menurut Sastropoetro berdasarkan pengalaman dan penelitian terkait dengan partisipasi, mengemukakan bahwa ada lima unsur penting dalam partisipasi yang menjadi penentu berhasil/tidaknya suatu proyek / proyek atau kegiatan – kegiatan partisipasi yang telah dilakukannya antara lain:20 1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif/ berhasil 2. Perubahan sikap, pendapat, dan tingkah lakuyang diakibatkan oleh pengertian yang menumbuhkan kesadaran. 3. Kesadaran yang didasarkan kepada perhitungan dan pertimbangan. 4. Enthousiasme yang menumbuhkan spontanitas, yaitu kesediaan melakukan sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri tanpa di paksa orang lain. 5. Adanya rasa tangung jawab terhadap kepentingan bersama Sedangkan menurut Najib memandang keberhasilan partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:21 1. Siapa penggagas partisipasi: apakah pemerintah pusat, pemerintah daerah atau LSM. Nongovernment stakeholders berpeluang untuk lebih lanjut. 2. Untuk kepentingan siapa partisipasi itu dilakukan, apakah untuk kepentingan pemerintah atau untuk masyarakat. Jika untuk kepentingan warga maka program kemiskinan dengan pendekatan partisipasi akan lebih berlanjut. 3. Siapa yang memegang kendali, apakah pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau lembaga donor. Jika pemerintah daerah atau LSM cenderung lebih mengetahui permasalahan, 19. Ibid.,. 20. Sastropoetro,Op.Cit.,hal 41. 21. Huraerah, Op.Cit., hal 108.

(7) kondisi dan kebutuhan daerah atau masyarakatnya dibanding pihak luar. 4. Hubungan pemerintah dengan masyarakat, apakah kepercayaan dari masyarakat terhadap pemerintahannya, jika hubungan ini baik, partisipasi akan lebih mudah dilaksanakan. 5. Kultural, daerah yang masyarakatnya memiliki tradisi dalam berpartisipasi (proses pengambilan keputusan melalui musyawarah) cenderung lebih mudah dan berlanjut. 6. Politik, kepemerintahan yang stabil serta menganut sistem yang transparan, menghargai keberagaman dan demokratis. 7. Legalitas, ketersediaannya (diupayakan) regulasi yang menjamin partisipasi warga dalam pengelolaan pembangunan (terintegrasi dalam sistem kepemerintahan di daerah). 8. Ekonomi, adanya mekanisme yang menyediakan akses bagi warga miskin untuk terlibat atau memastikan bahwa mereka akan memperoleh “manfaat” (langsung maupun tidak langsung) setelah berpartisipasi. 9. Kepemimpinan, adanya kepemimpinan yang disegani dan memiliki komitmen untuk mendorong serta melaksanakan partisipasi, dapat dari kalangan pemerintah, LSM, masyarakat itu sendiri atau tokoh masyarakat. 10. Waktu, penerapan partisipasi tidak hanya sesaat, tetapi ditempatkan pada kurun waktu yang cukup lama. 11. Tersedianya jaringan yang menghubungkan antara warga msyarakat dan pemerintah (forum warga). faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi menurut Slamet yaitu : 22 a. Usia Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah keatas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya. b. Jenis Kelamin Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah di dapur yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin 22. Indah, Cahyani. 2014. Partisipasi Masyarakat dalam Kepengurusan Akta Kelahiran di Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan. Surabaya : Unesa University Press.. lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempauan yang semakin baik. c. Pendidikan Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat d. Pekerjaan Hal ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan. Seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong sesorang untuk berpartisipasi dalam kegiatankegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomiannya. e. Lamanya tinggal Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut. Pengelolaan Sampah Terpadu Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan sampah dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan sampah meliputi: a. Pembatasan timbulan sampah. b. Pendauran ulang sampah. c. Pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi: a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah. b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu. c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir. d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah. 7.

(8) e.. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Dalam Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dikatakan bahwa setiap orang wajib melakukan pengurangan sampah dan penanganan sampah. Selain perorangan, produsen juga wajib melakukan pembatasan timbulan sampah dengan cara: a. Menyusun rencana dan/atau program pembatsan timbulan sampah sebagai bagian dari usaha atau kegiatannya. b. Menghasilkan produk dengan menggunakan kemasan yang mudah diurai oleh proses alam dan yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin. Menurut Dirjen Cipta Karya, pengelolaan sampah dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu: 1. Penanganan Setempat Penanganan setempat dimaksudkan penanganan yang dilaksanakan sendiri oleh penghasil sampah dengan menanam dalam galian tanah pekarangannya atau dengan cara lain yang masih dapat dibenarkan. Hal ini dimungkinkan bila daya dukung lingkungan masih cukup tinggi misalnya tersedianya lahan, kepadatan penduduk yang rendah, dan lain-lain. 2. Pengelolaan Terpusat Pengelolaan persampahan secara terpusat adalah suatu proses atau kegiatan penanganan sampah yang terkoordinir untuk melayani suatu wilayah / kota. 3. Pengelolaan sampah secara terpusat mempunyai kompleksitas yang besar karena cakupan berbagai aspek yang terkait. Aspek – aspek tersebut dikelompokkan dalam 5 aspek utama, yakni aspek institusi, hukum, teknis operasional, pembiayaan dan retribusi serta aspek peranserta masyarakat. Sebagaimana dikemukakan oleh Suarna aktifitas pengelolaan sampah tidak hanya pada aspek teknis saja tetapi juga aspek-aspek lain yaitu: 1. Aspek sosial politik, yang menyangkut kepedulian kepedulian dan komitmen pemerintah dalam menentukan anggaran APBN melalui kementerian atau APBD untuk pengelolaan keuangan (sampah). 2. Aspek sosial demografi yang meliputi sosial ekonomi 3. Aspek sosial budaya yang menyangkut keberadaan dan interaksi antar lembaga/adat, aturan adat, kegiatan ritual, nilai struktur ruang, jiwa pengabdian sosial tulus, sikap mental dan perilaku warga apatis.. 8. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe peneliitan kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan tujuan untuk menjelaskan, menggambarkan atau mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif mengenai partisipasi masyarakat dalam program TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) di Kota Mojokerto. Dalam tipe penelitian ini memiliki dua ciri utama yaitu focus pada masalah yang bersifat aktual dan menggambarkan fakta-fakta sesuai dengan kondisi/ masalah yang ada di lapangan secara objektif. Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Mojokerto dan TPST Kota Mojokerto. Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan imformasi lengkap dan akurat. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan atau dokumen lainnya yang mendukung seperti data jumlah pelanggan parkir, serta data penerimaan retribusi parkir berlangganan. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif sebagai suatu proses penerapan langkah-langkah dari yang spesifik hingga yang umum dengan berbagai level analisis yang berbeda. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Pembahasan Bentuk Partisipasi masyarakat dalam program TPST 1.. Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan bentuk partisipasi masyarakat dalam program TPST dapat diinterpretasikan bahwa bentuk partisipasi masyarakat terdiri dari berbagai indikator yaitu: a. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan program TPST. Masyarakat berperan dalam menyampaikan usulan secara tidak langsung, yaitu melalui keterwakilan di RT/RW. Namun apabila masyarakat ada yang ingin ikut serta dalam rapat sangat diperbolehkan dan tidak mengurangi fungsi pengambilan keputusan yang dilakukan masyarakat karena semua keputusan yang diambil di masyarakat di sampaikan secara keseluruhan oleh RT/RW didalam musyawarah/ rapat warga di Kelurahan. Sehingga partisipasi.

(9) b.. c.. masyarakat dalam pengambilan keputusan sudah berjalan dengan baik. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program TPST. Sebagian masyarakat ibu-ibu berpartisipasi aktif dengan melakukan kegiatan pemilahan sampah rumah tangga di masingmasing rumah warga. Karena sebagian besar tidak bsia meninggalkan pekerjaan rumah tangga dan ingin tetap membantu dalam proses pemilahan sampah. Untuk memudahkan proses dan mempersingkat waktu agar tidak mengganggu aktifitas lainnya maka warga sangat antusias melakukan pemilahan di masing-masing rumah. sedangkan kegiatan pengelolaan sampah di TPST dilaksanakan oleh petugas dari DLH dan pengurus TPST dari KSM Magersari. Petugas dari DLH biasanya bertugas untuk mengangkut sampah dirumah warga yang tidak bisa melakukan setor langsung ke TPST dan pengurus TPST bertugas untuk memproses seluruh sampah yang telah terkumpul hinggan tahap akhir. Namun masyarakat lain juga bebas untuk membantu dalam proses pengolahan di TPST tanpa terikat dengan KSM. Sehingga partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program TPST sudah berjalan dengan baik. Karena masyarakat sudah menjalankan partisipasinya sesuai dengan peran dan kapasitas masing-masing. Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan hasil Program TPST. Pemanfaatan program TPST dapat langsung dirasakan dalam proses penukaran sampah yang langsung diganti dengan uang yang dapat ditabung di bank sampah dan diakumulasi untuk pembayaran PBB dan transaksi lainnya sesuai kebutuhan. Manfaat lain yang dirasakan oleh masyarakat yaitu jumlah timbulan sampah di rumah warga berkurang, otomatis timbulan sampah yang dikirim di TPA juga berkurang. Karena sebelum dikiri ke TPA sudah diproses terlebih dahulu di rumah warga dan di TPST. Untuk sampah yang tidak bisa diproses lagi akan dikirim ke TPA untuk dilakukan pemrosesan akhir sesuai jenis sampah nya. Sehingga. partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan hasil program TPST ini sudah digunakan dengan baik dan sesuai dengan arahan inovasi yang diberikan oleh pemerintah. d. Partisipasi masyarakat dalam proses evaluasi program TPST. Dalam proses evaluasi masyarakat dilibatkan dalam pemberian saran dan usulan. Karena dalam perjanjian yang tertuang dalam MoU terkadang masih terdapat kelemahan dalam proses pelaksanaan. Sedangkan untuk pengambilan keputusan dalam evaluasi ditentukan oleh pengurus TPST yang disesuaikan dengan kondisi di dalam TPST. Sehingga partisipasi masyarakat dalam proses evaluasi program TPST dilaksanakan dalam batas tertentu. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program TPST Partisipasi masyarakat dilakukan karena adanya dorongan tertentu yang mendukung adanya keinginan untuk turut ikut serta dalam mengambil peran secara langsung. Dalam program TPST faktor-faktor yang mendorong adanya partisipasi masyarakat adalah ditunjukkan dengan beberapa indikator sebagai berikut: 1. Usia Faktor usia mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam hal keinginan tanpa adanya paksaan. Keinginan untuk ikut berpartisipasi dalam program TPST secara umum dilaksanakan oleh masyarakat yang berusia diatas 45 tahun. Karena dalam usia tersebut sudah memasuki usia kurang produktif. Hal iniyang mendasari keinginan warga yang sudah tidak bekerja atau sudah pension dari pekerjaan sebelumnya memiliki waktu yang luang dan mau memberikan waktunya untuk lebih bermanfaat terhadap lingkungan. 2. Jenis kelamin Faktor jenis kelamin mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan keputusan ditunjukkan dalam komunikasi para ibu-ibu dalam acara arisan atau perkumpulan pengajian secara tidak langsung ikut mendiskusikan masalah persampahan. Faktor jenis kelamin juga banyak 9.

(10) 3.. 4.. 5.. mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam bentuk pelaksanaan program TPST. Hal ini dilihat dari keterlibatan perempuan lebih banyak dilakukan dirumah masingmasing warga dari pada di lokasi TPST. Sedangkan laki-laki banyak meluangkan waktunya untuk berpartisipasi di TPST. Perbedaan jenis kelamin tidak menjadi kendala atau masalah untuk ikut berpartisipasi langsung dalam program TPST. Pendidikan Berdasarkan hasil penyajian data dan analisis data yang ditemukan menunjukkan bahwa pendidikan menjadi salah satu faktor yang turut mempengaruhi adanya partisipasi masyarakat dalam program TPST. Sebagian besar pengurus yang dari KSM memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Karena untuk melakukan perubahan masyarakat diperlukan orang – orang yang mampu untuk memberikan pengarahan dan bisa berkomunikasi yang baik dengan masyarakat untuk bisa mengajak dan mempengaruhi warga. Pekerjaan Faktor pekerjaan merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program TPST. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan jumlah pengurus yang ada setelah mengetahui jika penghasilan dari TPST tidak sesuai dengan ekspektasi awal. Karena awal pembentukan TPST masih perlu banyak pembenahan dan sosialisasi. Sekarang yang masih bisa bertahan adalah orang-orang yang memiliki dedikasi tinggi dan tidak semata-mata mencari keuntungan finansial. Disamping itu karena pengurus adalah mantan karyawan perusahaan dan instansi yang memiliki tabungan pension yang masih cukup untuk memenuhi kebutuhan finansial. Lamanya tinggal. Faktor Lamanya tinggal adalah terkait dengan tingkat kepedulian warga masyarakat terhadap wilayah tempat tinggal mereka. Waktu tinggal di sebuah wilayah 10. dalam waktu yang cukup lama secara tidak langsung menumbuhkan keinginan untuk memperbaiki apa yang menjadi permasalahan di wilayah tersebut. Hal ini yang mendasari antusiasme masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam program TPST. Sehingga untuk menyerahkan tanggung jawab kepengurusan sebuah program dari pemerintah salah satunya adalah dnegan pertimbangan sebagai anggota KSM Magersari yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Kesimpulan Dalam rangka menjawab rumusan permasalahan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keberhasilan partisipasi masyarakat dalam Program TPST ini dapat dilihat dari bentuk partisipasi masyarakat dan derajat partisipasi masyarakat, yang diuraikan dalam bentuk partisipasi masyarakat terdiri dari : 1. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan program TPST. Masyarakat berperan dalam menyampaikan usulan secara tidak langsung, yaitu melalui keterwakilan di RT/RW. Namun tidak mengurangi fungsi pengambilan keputusan yang dilakukan masyarakat karena semua keputusan yang diambil di masyarakat di sampaikan secara keseluruhan oleh RT/RW didalam musyawarah/ rapat warga di Kelurahan. 2. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program TPST. Masyarakat berpartisipasi aktif dengan melakukan kegiatan pemilahan sampah rumah tangga di masing-masing rumah warga. Untuk kegiatan pengelolaan sampah di TPST dilaksanakan oleh petugas dari DLH dan pengurus TPST dari KSM Magersari. Namun masyarakat lain juga bebas untuk membantu dalam proses pengolahan di TPST tanpa terikat dengan KSM. 3. Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan hasil Program TPST. Pemanfaatan program TPST langsung dirasakan dalam proses penukaran sampah dengan uang yang dapat ditabung di bank sampah dan diakumulasi untuk pembayaran PBB. Timbulan sampah di rumah warga berkurang, otomatis timbulan sampah di TPA juga berkurang. 4. Partisipasi masyarakat dalam proses evaluasi program TPST. Dalam evaluasi masyarakat dilibatkan tapi sebatas, dimintai saran dan usulan. Untuk pengambilan keputusan setelah evaluasi ditentukan oleh pengurus TPST yang disesuaikan dengan kondisi di dalam TPST. Untuk menjawab rumusan masalah kedua berdasarkan hasil temuan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam Program TPST diantaranya sebagai berikut:.

(11) 1.. Usia Faktor usia mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam hal keinginan tanpa adanya paksaan. Keinginan untuk ikut berpartisipasi dalam program TPST secara umum dilaksanakan oleh masyarakat yang berusia diatas 45 tahun. 2. Jenis Kelamin Faktor jenis kelamin mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan pelaksanaan program TPST. Ditandai dengan adanya perbedaan peran yang diambil antara warga laki-laki dan perempuan. Perempuan cenderung mengambil peran partisipasi di lingkungan rumah sedangkan laki-laki di lingkungan TPST. 3. Pendidikan Faktor pendidikan mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam hal kepercayaan masyarakat kepada pengurus TPST. Sebagian besar pengurus yang dari KSM memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi. Hal ini diperlukan untuk proses sosialisasi dan negosiasi dengan masyarakat. 4. Pekerjaan Faktor pekerjaan merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program TPST. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan jumlah pengurus aktif di TPST karena alas an finansial. 5. Lamanya Tinggal Faktor Lamanya tinggal adalah terkait dengan tingkat kepedulian warga masyarakat terhadap wilayah tempat tinggal mereka dan rasa memiliki yang tinggi. Sehingga menimbulkan rasa antusiasme berpartisipasi aktif untuk sebuah perubahan menjadi lebih baik. Jadi, partisipasi masyarakat dalam program TPST di Kota Mojokerto berdasarkan bentuk partisipasinya sudah berjalan cukup baik, namun pelibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan proses evaluasi belum dilakukan secara langsung. Dan faktor dominan yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program TPST di Kota Mojokerto Adalah faktor pekerjaan.. 3.. dasar yang wajib dilaksanakan masyarakat, seperti penentuan tarif minimal iuran sampah. Dalam memberikan pemanfaatan hasil program TPST pemerintah kota perlu memberikan peraturan baku yang mendukung sinergitas antara bank sampah dan TPST, agar dalam pelaksanaan di masyarakat tidak menyimpang dari ketentuan yang berlaku.. Daftar Pustaka Huraerah, Abu. 2008. Pengorganisasian dan Pengembangan Mayarakat: Model dan strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Bandung: Humaniora Muluk, Khairul. 2007. Menggugat Partisipasi Publik Dalam Pemerintahan Daerah. Malang : Bayumedia Publishing Rohman Ainur, Fadillah Putra, Levi Riansyah, Saiful Arif. 2009. Politik, Partisipasi dan Demokrasi dalam Pembangunan. Malang : Averroes Press Soetomo. 2008. Strategi-strategi pembangunan Mayarakat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sumarto, Hetifah, Sj. 2009. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif dan Partisipasif di Indonesia. Jakarta: Yayasan obor Indonesia Jurnal Mardiyanta, Antun, State of Art: Konsep Partisipasi Dalam Ilmu Administrasi Publik, 2013, jurnal Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik. 26 (4): 227-242. Saran Merujuk pada hasil penelitian yaitu partisipasi masyarakat dalam program TPST di kota Mojokerto maka perlu adanya perbaikan dalam proses pelaksanaan program diantaranya sebagai berikut: 1. Dalam pelaksanaan program TPST Magersari perlu melakukan inovasi pengolahan sampah bekas, untuk menaikkan nilai jual. 2. Dalam pengambilan keputusan dan proses evaluasi Dinas Lingkungan Hidup perlu tetap hadir dengan memberikan peraturan 11.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Selain upaya dr KPU Kota Denpasar juga diperlukan partisipasi aktif masyarakat maupun keluarga untuk mendata secara akurat warga penyandang disabilitas agar mereka mau dan

Salah satu cara yang dibutuhkan dalam mengurangi sampah yaitu dengan partisipasi warga dalam pengelolaannya. Pengelolaan sampah menjadi hal yang penting karena

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilaksanakan oleh Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, penelitian ini mempunyai ruang

partisipasi politik adalah keterlibatan warga negara secara individu dalam kegiatan politik sampai pada bermacam-macam level di dalam sistem politik.... • Menurut

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, maka dapat dilakukan deskripsi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan melalui program kasih setia di

Menurut Keith Davis sebagaimana yang dikutip Sastropoetro (1988, h.16), jenis partisipasi masyarakat yang ada di Desa Mulyoagung dalam pengelolaan sampah, berupa

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengolahan sampah di tempat pengelolaan sampah

Nilai lebih rendah dari taraf nyata 0,05 sehingga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman berkelompok dengan tingkat partisipasi warga