• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Warga Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Program Bank Sampah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Warga Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Program Bank Sampah"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

RUMAH TANGGA PADA PROGRAM

BANK SAMPAH

MEGA NOVITA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga pada Program Bank Sampah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016

Mega Novita

(4)
(5)

ABSTRAK

MEGA NOVITA. Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga pada Program Bank Sampah. Dibimbing oleh DJUARA P. LUBIS dan ASRI SULISTIAWATI.

Salah satu cara yang dibutuhkan dalam mengurangi sampah yaitu dengan partisipasi warga dalam pengelolaannya. Pengelolaan sampah menjadi hal yang penting karena jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan permasalahan yang lebih kompleks seperti pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana partisipasi warga dalam pengelolaan sampah dan faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi. Diduga terdapat faktor karakteristik individu yang berhubungan dengan tingkat partisipasi. Variabel karakteristik individu yang diteliti adalah umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan lama tinggal. Hasil penelitian kemudian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat partisipasi. Tingkat partisipasi warga diduga berhubungan dengan faktor pelaksanaan kegiatan. Variabel faktor pelaksanaan kegiatan yang diteliti adalah metode kegiatan dan pelayanan kegiatan. Hasil penelitian kemudian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor pelaksanaan kegiatan dengan tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan sampah pada program bank sampah.

Kata kunci: Partisipasi Warga, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

ABSTRACT

MEGA NOVITA. Community Participation of Household Waste Management in Garbage Bank Program. Supervised by DJUARA P. LUBIS and ASRI SULISTIAWATI.

One of the way that needed to reduce household waste is citizen

participation in it’s management. Household waste management become important because if it’s not properly managed, it can becomed more complex

problems such as environmental pollution and nuisance health. This study aimed to determine how community participation in household waste management and the factors that has relations with participation level. Allegedly, there are individual characteristics factors that has relation with participation level. Individuals characteristics factors cosist of age, education level, income level, and length of stay. The results showed that there was a relation between individual characteristics with participation level. Community participation level related to the implementation activity factor. The implementation factors cosist of method activities and services activities. The results showed that there is a correlation between implementation activities level with community participation in the management of household waste in the garbage bank program.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

RUMAH TANGGA PADA PROGRAM

BANK SAMPAH

MEGA NOVITA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga pada Program Bank Sampah.

Skripsi ini merupakan rangkaian proses untuk memahami dan menjelaskan partisipasi warga dalam pengelelolaan sampah rumah tangga pada program bank sampah. Berdasarkan hasil observasi lapang dan analisis berbagai pustaka yang ada, diharapkan akan muncul gagasan baru untuk pengelolaan sampah rumah tangga yang lebih bijaksana.

Skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

a) Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu,

b) Asri Sulistiawati, MSi, selaku dosen pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis,

c) Ibunda Ermiati dan Ayahanda Wisnu Wardana, yang telah memberikan kasih sayang, ketulusan, dan motivasi. Tak lupa untuk Abang Adi, Ka Edwin, Ka Fazri dan Ridho yang selalu menyemangati dan menghibur penulis,

d) Pak Sanhori dan Ibu Darwati (Ketua pengurus bank sampah Melati dan ketua RT 01beserta istri), Pak Muhammad Alfarhan, ST.,MSi (Kepala seksi ekonomi dan pembangunan Kelurahan Bubulak), Pak Benny (Ketua RW 11), dan semua warga Kampung Babakan yang telah menerima penulis dengan baik,

e) Teman-teman sebimbingan, Nela dan Fenny, teman seperjuangan yang merasakan suka duka bersama dalam mengerjakan skripsi,

f) Sahabat-sahabat tersayang, Apri, Amal, Udin, Inna, Fenny, Nensi, Lici, Iip, Fina, Syifa, Kharin, Nurin, dan Wulan. Terima kasih juga kepada Nisa, Nadya, Isna, Syalima, Dwi, Adisa, dan Santi,

g) Keluarga KKP Kampung Ranca Desa Setu Eka, Pipiw, Novel, dan Cempaka yang telah memberi banyak masukan dan bantuan,

h) Keluarga besar mahasiswa SKPM 49 yang telah berjuang bersama-sama sejak TPB, yang selalu bersama saat suka dan duka, dan selalu memotivasi penulis.

Bogor, Juni 2016

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi 5

Presepsi 6

Definisi Sampah dan Cara Pengelolaannya 8

Bank Sampah 10

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Teknik Pengumpulan Data 17

Teknik Pemilihan Responden dan Informan 18

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 19

GAMBARAN UMUM 21

Gambaran Umum Kelurahan Bubulak 21

Gambaran Umum Bank Sampah Melati 27

Gambaran Umum Responden 33

TINGKAT PARTISIPASI RESPONDEN DALAM PENGELOLAAN

SAMPAH 39

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN FAKTOR

EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI 51

Hubungan Karakteristik Individu dengan Tingkat Partisipasi 51 Hubungan Tingkat Umur dengan Tingkat Partisipasi 51 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi 52 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi 54 Hubungan Lama Tinggal dengan Tingkat Partisipasi 55

Uji Hipotesis 56

(14)
(15)

Tingkat Partisipasi 57 Hubungan Metode Kegiatan dengan Tingkat Partisipasi 57 Hubungan Tingkat Pelayanan Kegiatan dengan Tingkat Partisipasi 58

Uji Hipotesis 59

Ikhtisar 60

PENUTUP 63

Kesimpulan 63

Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 65

LAMPIRAN 69

(16)
(17)

DAFTAR TABEL

1 Definisi operasional karakteristik individu 14 2 Luas wilayah menurut jenis pemanfaatan lahan 21 3 Jumlah dan persentase penduduk menurut golongan usia 22 4 Jumlah dan persentase warga berdasarkan mata pencaharian 23 5 Jumlah dan persentase warga berdasarkan tingkat pendidikan 24 6 Jumlah prasarana kebersihan di Kelurahan Bubulak 26 7 Daftar harga sampah di bank sampah Melati 32 8 Jumlah dan persentase berdasarkan tingkat umur responden 33 9 Jumlah dan persentase berdasarkan tingkat pendidikan responden 34 10 Jumlah dan persentase berdasarkan tingkat pendapatan responden 35 11 Jumlah dan persentase berdasarkan lama tinggal responden 36 12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat efektivitas

pelaksanaan kegiatan kegiatan 37

13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pelayanan

kegiatan 38

14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tahapan tingkat

partisipasi 41

15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi 49 16 Jumlah dan persentase tingkat umur dengan tingkat partisipasi

responden 52

17 Jumlah dan persentase tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi

responden 53

18 Jumlah dan persentase tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi

responden 54

19 Jumlah dan persentase lama tinggal dengan tingkat partisipasi

responden 55

20 Jumlah dan persentase metode kegiatan dengan tingkat partisipasi

responden 57

21 Jumlah dan persentase tingkat pelayanan kegiatan dengan tingkat

partisipasi responden 58

22 Hubungan antara karakteristik individu dan pelaksanaan kegiatan dengan

(18)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka analisis 12

2 Struktur pengurus bank sampah Melati 29

(19)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia. Pertambahan jumlah penduduk berdampak langsung terhadap jumlah sampah yang dihasilkan perhari. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia, sampah dapur/rumah tangga menduduki peringkat pertama dengan porsi 58 persen dari total sampah yang dihasilkan negara ini perhari.

Berdasarkan hasil studi di tahun 2008 yang dilakukan di beberapa kota, sampah yang dihasilkan per individu setiap harinya sebesar 0.8 kilogram. Jumlah timbunan sampah rata-rata harian berada di kota metropolitan, di mana jumlah penduduknya lebih dari 1 juta jiwa dengan total sampah yang dihasilkan adalah 1.300 ton. Sementara dari sisi sumbernya, yang paling dominan menyumbang sampah adalah rumah tangga yaitu sebanyak 58 persen, pasar tradisional 24 persen, dan kawasan komersial sebesar 9 persen. Sisanya dari fasilitas publik, sekolah, kantor, jalan, dan sebagainya. Pola pengelolaan sampah di Indonesia adalah diangkut dan ditimbun di TPA sebesar 69 persen, dikubur sebesar 10 dilakukannya upaya pengurangan volume sampah secara sungguh-sungguh sejak dari sumber. Semakin meningkatnya jumlah penduduk yang tidak dibarengi dengan penambahan luas tempat pembuangan akhir menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Menurut Soemarwoto (1997) dalam Septiana (2010) permasalahan lingkungan yang dihadapi pada dasarnya merupakan masalah ekologi manusia yakni hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Penambahan jumlah penduduk dan berbagai kegiatan manusia dalam kesehariannya, secara tidak langsung juga dapat menimbulkan pencemaran dan mempengaruhi daya dukung lingkungan hidup. Berdasarkan hal tersebut, sampah kini menjadi salah satu masalah utama dalam pencemaran lingkungan. Salah satu pencemaran yang diakibatkan oleh sampah diantaranya ialah pencemaran air melalui zat-zat yang berbahaya yang terkandung di dalamnya dan pencemaran udara misalnya bau tidak sedap yang ditimbulkan sampah serta sumber penyakit dan sumber bencana alam lainnya seperti banjir.

(20)

2

akhir berkurang. Salah satu alternatif yang sudah dicanangkan untuk mengatasi masalah tentang sampah di berbagai daerah di Indonesia adalah bank sampah.

Konsep bank sampah pertama kali dicetuskan oleh Bambang Suwerda yang berinisiatif untuk menyelamatkan lingkungan dari polusi yang ditimbulkan oleh sampah. Pengelolaan sampah di tingkat komunitas melalui bank sampah pertama kali dilakukan sejak 2008 lalu di Desa Badegan Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Lestari 2012). Konsep dasar bank sampah terdiri atas 5M, yang merupakan kepanjangan dari mengurangi sampah, memilah sampah, memanfaatkan sampah, mendaur ulang sampah, dan menabung sampah. Dari konsep bank sampah tersebut terlihat jelas bahwa pengelolaan sampah ini tidak dapat dilakukan hanya oleh satu pihak. Adanya partisipasi warga untuk turut berperan dalam menggerakkan pengelolaan sampah merupakan hal yang penting demi keberlanjutan organisasi pengelola sampah.

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang berbunyi “Warga dapat berperan serta dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan pemerintah dan/atau pemerintah daerah” hal ini menjelaskan bahwa tugas, tanggung jawab dan wewenang penyelenggaraan pengelolaan sampah secara terpadu, komprehensif, memenuhi hak dan kewajiban warga serta berwawasan lingkungan menjadi milik pemerintah dan pemerintahan daerah. Adanya otonomi dan desentralisasi tersebut diharapkan mampu melahirkan partisipasi aktif warga. Masalah mengenai pengelolaan sampah tidak dapat diselesaikan oleh pemerintah atau satu pihak saja. Namun dibutuhkannya suatu partisipasi dari warga setempat untuk bekerjasama dalam menyelesaikan masalah pengelolaan sampah tersebut. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan warga dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Menurut Wardi (2008) pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Oleh karena itu, pengelolaan sampah bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga mengharapkan partisipasi warga untuk terlibat dalam pengelolaan sampah. Peran aktif dari warga sangat dibutuhkan, terutama dalam mengurangi jumlah sampah, memilah jenis sampah atau berupaya menjadikan sampah bermanfaat dan bernilai ekonomis.

Masalah sampah menjadi salah satu permasalahan di kota-kota besar. Daerah perkotaan seperti Bogor merupakan daerah yang menghasilkan banyak sampah rumah tangga. Hal ini menjadi program prioritas Pemerintah Kota Bogor yang tertuang dalam RPJMD 2015-2019, selain untuk menciptakan Bogor yang bersih juga untuk meraih Adipura. Dalam mewujudkan hal tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Provinsi Jawa Barat, melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) menargetkan setiap rukun warga memiliki bank sampah sebagai salah satu upaya dalam mengatasi persoalan persampahan di kota tersebut. Wali kota Bogor Bima Arya Sugiarto mendorong warganya untuk membentuk bank sampah sehingga bisa mengurangi masalah sampah yang ada di lingkungan.

(21)

3

mengelola dan menanggulangi persampahan. Warga secara mandiri mengelola sampah melalui gerobak sampah yang pada akhirnya meningkat menjadi motor sampah

Berdasarkan uraian tersebut maka partisipasi warga dalam pengelolaan sampah menjadi sebuah keharusan. Kenyataan inilah yang mengharuskan partisipasi warga diakomodasi dalam perencanaan pengelolaan sampah terutama sampah rumah tangga. Kunci keberhasilan pengelolaan sampah terdapat pada pemilahan komposisi dari sampah tersebut oleh warga yang partisipatif dalam pengelolaan sampah. Partisipasi pada dasarnya merupakan suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan (Mardikanto 2013). Pada intinya kegiatan bank sampah sangat tergantung pada respon dari warganya sendiri.

Masalah Penelitian

Masalah mengenai sampah tidak akan terselesaikan apabila warganya tidak mengambil bagian dalam pengelolaan sampah. Kampung Babakan, Kelurahan Bubulak yang dijadikan sebagai salah satu titik bank sampah di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor yang dikenal sebagai daerah yang padat dengan penduduk. Seiring dengan padatnya penduduk serta banyaknya kegiatan yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan, sampah-sampah yang dihasilkan warga Kampung Babakan, Kelurahan Bubulak juga semakin meningkat. Agar tidak timbul masalah mengenai sampah, warga harus secara bersama-sama berpartisipasi dalam pengelolaan sampah. Keberhasilan progam bank sampah yang dirasakan merupakan cermin dari kepedulian warga terhadap lingkungan. Kepedulian tersebut kemudian diwujudkan melalui partisipasi warga dalam pengelolaan sampah. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menidentifikasi bagaimana tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan sampah rumah tangga pada program bank sampah?

Pengelolan sampah rumah tangga yang diwujudkan dalam program bank sampah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut dapat berupa faktor karakteristik individu dan faktor pelaksanaan kegiatan. Faktor karakteristik individu terdiri dari umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan lama tinggal. Oleh karena itu, penting untuk dianalisis bagaimana hubungan karakteristik individu dengan tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan sampah rumah tangga pada program bank sampah?

(22)

4

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan sampah rumah tangga pada program bank sampah di Kampung Babakan, Kelurahan Bubulak.

2. Mengidentifikasi hubungan karakteristik individu dengan tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan sampah rumah tangga pada program bank sampah di Kampung Babakan, Kelurahan Bubulak.

3. Mengidentifikasi hubungan faktor pelaksanaan kegiatan dengan tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan sampah rumah tangga pada program bank sampah di Kampung Babakan, Kelurahan Bubulak.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi akademisi, instansi terkait, dan masyarakat mengenai partisipasi warga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Secara spesifik, manfaat yang didapatkan oleh berbagai pihak adalah sebagai berikut:

1. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian mengenai partisipasi warga dalam pengelolaan sampah. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan atau literatur bagi akademisi yang ingin meneliti lebih jauh dari segi teoritis maupun segi praktis mengenai partisipasi warga dalam suatu program.

2. Instansi yang terkait, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan tindakan memberikan pelatihan-pelatihan atau sosialisasi yang berkaitan untuk meningkatkan partisipasi warga dalam pengelolaan sampah.

(23)

5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Konsep Partisipasi

Partisipasi pada dasarnya merupakan suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan (Mardikanto 2013). Menurut H.A.R. Tilaar (2009) partisipasi adalah wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah

(button-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya.

Nasdian (2006) mengungkapkan bahwa partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan peran serta yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan secara aktif pada proses dan kegiatan masyarakat. Pengertian yang sederhana tentang partisipasi dikemukakan oleh Suryono (2001) partisipasi merupakan ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan pembangunan dan ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan.

Partisipasi dilakukan melalui beberapa tahapan untuk mencapai tujuan. Cohen dan Uphoff (1979) dalam Rasyida dan Nasdian (2011) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat.

2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek.

3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.

4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukkan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

(24)

6

Hurriyati (2005) mengungkapkan bahwa karakteristik individu merupakan suatu proses psikologi yang mempengaruhi individu dalam memperoleh, mengkonsumsi serta menerima barang dan jasa serta pengalaman. Karakteristik individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang menggerakan dan mempengaruhi perilaku individu.

Adapun menurut Robbins (2006) karakteristik individu mencakup usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan masa kerja dalam organisasi. Hasil Penelitian Terdahulu

Lebih jauh tentang karakteristik individu, Tamarli (1994) dalam penelitiannya menyatakan bahwa umur merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi. Semakin tua seseorang, relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan mempengaruhi partisipasi sosialnya. Oleh karena itu, semakin muda umur seseorang, semakin tinggi tingkat partisipasinya dalam suatu kegiatan atau program tertentu. Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru.

Murray dan Lappin (1967) dalam Aprianto (2008) menyatakan bahwa terdapat faktor karakteristik individu lain yang mempengaruhi partisipasi yaitu lama tinggal. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin lama tinggal di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara lingkungan dimana dia tinggal.

Penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi et al. (2010) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi warga dalam mengelola sampah. Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki oleh warga mengenai pengelolaan sampah, maka akan semakin tinggi tingkat partisipasi warga karena warga semakin sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan di tempat mereka tinggal.Berdasarkan hasil penelitian Riswan et al. (2011), pengetahuan warga mengenai pengelolaan sampah akan menentukan tingkat partisipasi warga dalam mengelola sampah untuk menjaga kebersihan lingkungannya.

Pendapatan secara tidak langsung berkaitan dengan partisipasi warga dalam pengelolaan sampah. Kegiatan pengelolaan sampah memerlukan biaya operasional, seperti contohnya dalam pengangkutan sampah menuju TPA untuk diolah. Begitu pula dengan pelayanan lainnya untuk menjaga kebersihan lingkungan. Biaya operasional tersebut diperoleh dari pembayaran retribusi yang dilakukan oleh warga. Oleh karena itu, pendapatan warga berhubungan dengan tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan sampah. Penelitian Yuliastusi et al.

(2011) menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan warga memiliki hubungan dengan tingkat partisipasinya terhadap pengelolaan sampah.

Menurut Santoso (1999) dalam Makmur (2005) faktor eksternal dari individu merupakan faktor yang berasal dari luar individu, terdiri dari faktor komunikasi yang terdiri dari gagasan, ide, kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah, kebutuhan masyarakat, kegiatan penyuluhan dan faktor geografis daerah yang ada pada lingkungan tempat hidup masyarakat tersebut.

(25)

7

terhadap program ini. Petaruh kunci adalah siapa yang mempunyai pengaruh yang sangat signifikan, atau mempunyai posisi penting guna kesuksesan program.

Menurut Pangestu (1995) menyebutkan bahwa faktor eksternal partisipasi dipengaruhi oleh pelayanan yang diberikan dalam suatu kegiatan. Pelayanan pengelolaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut. Menurut Barata (2003) suatu pelayanan positif akan terbentuk karena adanya proses pemberian layanan tertentu dari pihak penyedia layanan kepada pihak yang dilayani guna untuk mendapatkan kepuasan dalam hal pemenuhan kebutuhan.

Menurut Arifah (2002) faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi selain pelayanan yaitu metode kegiatan. Metode kegiatan yang dua arah atau interaktif dapat lebih meningkatkan partisipasi seseorang. Hal ini dikarenakan dengan metode yang dua arah maka antar penyuluh dan yang disuluh akan lebih terjalin hubungan erat, sehingga akan dapat meningkatkan partisipasi dalam suatu kegiatan.

Menurut Rothwell dan Kazanas (2003) dalam Sumaryono (2010) menyatakan bahwa metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi. Selain itu, menurut Syah (2010) metode secara harfiah berarti “cara” yaitu cara melakukan suatu kegiatan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.

Presepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut Baron dan Byrne (2004) Persepsi merupakan suatu proses yang didasari oleh penginderaan terhadap suatu obyek, yang diorganisasikan, diinterpretasikan dan diberi kesan/arti sehingga individu dapat menentukan reaksi terhadap obyek tersebut.

Persepsi pada dasarnya menyangkut proses informasi pada diri seseorang dalam hubungannya dengan objek stimulus. Dengan demikian persepsi merupakan gambaran arti atau interprestasi yang bersifat subjektif, Artinya persepsi sangat bergantung pada kemampuan dan keadaan diri yang bersangkutan. Dalam kamus psikologi persepsi diartikan sebagai proses pengamatan seseorang terhadap segala sesuatu di lingkungannya dengan menggunakan indera yang dimilikinya, sehingga menjadi sadar terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan tersebut Dali (1982) dalam Hermawan (2005).

(26)

8

bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang dikeluarkan orang lain, demikian juga perilaku orang lain tersebut (6) postmodernism, mengungkapkan bahwa kepribadian dapat menjadi gaya hidup (7) pernyataan harapan, adalah pembentukan harapan-harapan atas dirinya sendiri dan diri anggota lain, sesuai dengan tugas-tugas yang relevan dengan kemampuan mereka, dan harapan-harapan tersebut mempengaruhi gaya interaksi di antara anggota kelompok (8) identitas adalah menyangkut identitas sosial tertentu, mis: baik atau jahat, menyenangkan atau tidak menyenangkan dll, dan (9) peran, mengungkapkan bahwa perilaku ditentukan oleh peran sosial (Baron dan Byrne 2004).

Definisi Sampah dan Cara Pengelolaannya

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga, yang dimaksud dengan sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga pertama-tama dapat dikelola dengan cara dipilah. Pemilahan yang dimaksud adalah kegiatan mengelompokkan sampah menjadi sedikitnya lima jenis sampah yang terdiri atas: a) sampah yang mengandung bahan berbahaya b) sampah yang mudah terurai c) sampah yang dapat digunakan kembali d) sampah yang dapat didaur ulang dan e) sampah lainnya. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 ini diharapkan dapat mewujudkan pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan.

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (UUPS), yang dimaksud dengan sampah adalah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang merupakan sisa dari kegiatan manusia harus dikelola agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.

Pengurangan sampah yang dimaksud dalam UUPS meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Untuk dapat mewujudkan kegiatan-kegiatan ini, masyarakat dan para pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatannya diharapkan dapat menggunakan bahan yang menimbulkan sampah sedikit mungkin, dapat digunakan kembali, dapat didaur ulang, dan mudah diurai oleh proses alam. Penanganan sampah yang dimaksud dalam UUPS adalah kegiatan yang diawali dengan pemilahan dalam bentuk pengelompokkan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan sifat sampah. Langkah selanjutnya adalah pengumpulan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara, dan pengangkutan sampah dari tempat penampungan sampah sementara menuju ke tempat pemrosesan akhir. Kemudian sampah yang telah terkumpul di tempat pemrosesan akhir dikelola dengan cara mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah atau diproses untuk mengembalikan hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

(27)

9

Dalam proses transformasi sistem, input-input perlu diatur dan ditata sehingga mempunyai nilai guna yang maksimal. Untuk itu dalam sistem pengelolaan tersebut, diperlukan bagian-bagian yang bertugas mengatur masing-masing input sehingga proses transformasi akan berlangsung dengan sebaik mungkin menuju output dan tujuan yang diharapkan. Sisi input ini jelas memerlukan adanya peran serta masyarakat secara aktif dan berkesinambungan, terutama dalam mewujudkan kebersihan lingkungan. Masyarakat dalam hal ini banyak berperan dalam proses penempatan dam pengumpulan sampah sehingga memudahkan dalam pemindahan, pengangkutan, pengelolaan, dan pemanfaatan sampah serta pembuangan sampah akhir yang selama ini ditangani oleh pemerintah daerah, khususnya melalui PD kebersihan.

Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (2003) menyimpulkan pengelolaan adalah suatu usaha Strategi Nasional Pembangunan Berkelanjutan di bidang persampahan dengan konsep 3R (reduction, reuse, recycling) atau 3M (mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang). Yolarita (2011) juga menjelaskan bahwa paradigma baru dalam pengelolaan sampah lebih menekankan pada pengurangan sampah dari sumber untuk mengurangi jumlah timbulan sampah serta mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah. Maka dari itu, prinsip 3R sejalan dengan pengelolaan sampah yang menitikberatkan pada pengurangan sampah dari sumbernya. Departemen Pekerjaan Umum (2007) menjelaskan bahwa prinsip 3R dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Prinsip pertama adalah reduce atau reduksi sampah, yaitu upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara mengubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan hanya menghasilkan sedikit sampah.

2. Prinsip kedua adalah reuse yang berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik, menggunakan kembali botol bekas minuman untuk tempat air, dan lain-lain. Dengan demikian reuse akan memperpanjang usia penggunaan barang melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara langsung.

3. Prinsip ke tiga adalah recycle yang berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna menjadi bahan lain atau barang yang baru setelah melalui proses pengolahan. Beberapa sampah dapat didaur ulang secara langsung oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi dan alat yang sederhana, seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan untuk dijadikan kompos.

(28)

10

penerapan 3R akan mempermudah teknik pengolahan sampah selanjutnya. Kegiatan pemilahan sampah memiliki keuntungan yaitu efisiensi sampah menjadi bentuk baru yang lebih bermanfaat. Keuntungan lain dari kegiatan ini adalah dapat memangkas biaya petugas dan transportasi pengangkut sampah serta mengurangi beban TPA dalam menampung sampah (Yolarita 2011).

Beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sampah merupakan kegiatan bertahap yang pada dasarnya dilakukan untuk mengolah sampah agar dapat diproses menjadi bentuk lain yang memberikan manfaat dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Pengelolaan sampah yang dimaksud pada penelitian ini adalah kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan pada tingkat rumah tangga, berupa pengurangan pemakaian bahan yang sulit terurai, pemilahan sampah, pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara, pemanfaatan kembali sampah, serta kegiatan kebersihan seperti gotong royong untuk kerja bakti di lingkungan tempat tinggal. Bank Sampah

Konsep bank sampah pertama kali dicetuskan oleh Bambang Suwerda yang berinisiatif untuk menyelamatkan lingkungan dari polusi yang ditimbulkan oleh sampah. Pengelolaan sampah di tingkat komunitas melalui bank sampah pertama kali dilakukan sejak 2008 lalu di Desa Badegan Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Lestari 2012). Konsep dasar bank sampah terdiri atas 5M, yang merupakan kepanjangan dari Mengurangi sampah, Memilah sampah, Memanfaatkan sampah, Mendaur ulang sampah, dan Menabung sampah. Dari konsep bank sampah tersebut terlihat jelas bahwa pengelolaan sampah ini tidak dapat dilakukan hanya oleh satu pihak. Adanya partisipasi warga untuk turut berperan dalam menggerakkan pengelolaan sampah merupakan hal yang penting demi keberlanjutan organisasi pengelola sampah.

Bank sampah didefinisikan sebagai tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat di daur ulang atau diguna ulang dan memiliki nilai ekonomi. Berdasarkan peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 13 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksana Reduce, Reuse, dan Recycle melalui bank sampah. Bank sampah hadir dengan tiga alasan, pertama, pengelolaan sampah selama ini belum menerapkan prinsip 3R. Kedua, pengelolaan sampah harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir sehingga dapat memberikan manfaat secara ekonomi, sehat dan aman bagi lingkungan serta mengubah perilaku warga. Ketiga, pemerintah bertugas meningkatkan kesadaran warga dalam pengelolaan sampah.

Menurut Fadhilah (2013) menyatakan bahwa sama seperti di bank-bank penyimpanan uang, para nasabah dalam hal ini warga bisa langsung datang ke bank untuk menyetor. Bukan uang yang disetor, namun sampah yang mereka setorkan. Sampah tersebut ditimbang dan dicatat dibuku rekening oleh petugas bank sampah. Dalam bank sampah, ada yang disebut dengan tabungan sampah.

(29)

11

dimasukkan ke kantong-kantong yang terpisah. Sampah yang akan ditabung harus dalam kondisi bersih dan kering. Petugas akan melakukan penimbangan, pencatatan, dan memasukkan sampah pada tempat yang telah disediakan.

Bank sampah dianggap sebagai sebuah strategi untuk membangun kepedulian warga terhadap sampah untuk mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah. Bank sampah tidak dapat berdiri sendiri. Namun, harus diintegrasikan dengan gerakan 3R sehingga manfaat langsung yang dirasakan tidak hanya dari segi ekonomi, tetapi juga dari segi pembangunan lingkungan yang bersih, hijau dan sehat. Keberadaan bank sampah terus berkembang. Sampai dengan akhir Desember 2012, jumlah bank sampah di seluruh Indonesia sudah mencapai 1195 unit, yang tersebar pada 55 kota/kabupaten di 16 provinsi, dengan jumlah anggota sebanyak 96.203 orang.

Daerah perkotaan seperti Tangerang merupakan daerah yang menghasilkan banyak sampah rumah tangga. Menurut keterangan yang diberikan oleh Walikota Tangerang, Arief R. Wismansyah, sampah yang dihasilkan di Kota Tangerang mencapai 1500 ton perhari. Dari 1500 ton sampah tersebut, jumlah sampah yang diangkut ke TPA Rawa Kucing mencapai 1000 ton (Muhammad 2014). Menyikapi hal ini, pemerintah Kota Tangerang sudah menggalakkan program untuk mengatasi masalah mengenai sampah, salah satunya dengan mendirikan bank sampah di berbagai titik di kota Tangerang. Pemerintah kota Tangerang memiliki target untuk membangun sebanyak 300 titik bank sampah pada tahun 2013, namun hingga saat ini yang sudah berjalan baru mencapai sekitar 175 titik (Riani 2014).

Walaupun penanganan masalah sampah belum dapat dioptimalkan secara merata, salah satu kelurahan di Kota Tangerang yang telah berhasil dalam menjalankan program-program di bidang lingkungan adalah Kelurahan Kunciran Indah. Kelurahan ini telah berturut-turut memenangkan perlombaan dan meraih penghargaan sebagai peringkat pertama kelurahan terbersih di Kota Tangerang (Chaniago 2013). Kelurahan Kunciran Indah memiliki sebuah bank sampah bernama bank sampah Gawe Rukun yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat untuk mengelola sampah secara terpadu. Keberhasilan bank sampah Gawe Rukun tidak terlepas dari partisipasi masyarakat yang peduli terhadap kebersihan lingkungan. Warga secara rutin melakukan pengelolaan sampah rumah tangga, baik sampah organik maupun anorganik.

Kerangka Pemikiran

Partisipasi dalam beberapa dekade terakhir telah menjadi kata kunci dari studi pembangunan. Berbagai kegiatan maupun organisasi memasukan partisipasi sebagai alternatif terhadap pendekatan topdown dari kebijakan dan programnya. Tujuan utamanya yaitu untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat. Salah satu prinsip pengembangan masyarakat yang paling penting adalah partisipasi. Partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan peran serta yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat terlibat secara aktif pada proses dan kegiatan program.

(30)

12

rumah tangga. Kunci keberhasilan pengelolaan sampah terdapat pada pemilahan komposisi dari sampah tersebut oleh warga yang partisipatif dalam pengelolaan sampah.

Penelitian tentang partisipasi warga dalam pengelolaan sampah rumah tangga pada program bank sampah ini dilakukan dengan meninjau empat tahapan partisipasi yang terdiri dari tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi. Dalam berpartisipasi pada suatu kegiatan atau program tertentu, terdapat beberapa faktor yang memiliki hubungan dengan partisipasi seseorang atau kelompok untuk berperan serta dalam kegiatan tersebut, yaitu mencakup karakterstik individu dan pelaksanaan kegiatan.

Variabel karakteristik individu yang diteliti dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, pendapatan, dan lama tinggal. Keseluruhan faktor tersebut diduga memiliki hubungan dengan tingkat keaktifan peserta program dalam berpartisipasi. Selain itu akan dilihat juga faktor eksternal yang diduga memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi, yaitu pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah meliputi metode kegiatan dan pelayanan kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan sampah. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah ini memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi karena peserta program akan dengan sukarela terlibat dalam suatu program jika sambutan dan pelayanan pihak pengelola positif dan menguntungkan bagi peserta serta fasilitas yang ada dapat membantu proses pengelolaan sampah. Secara garis besar kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Keterangan :

Berhubungan

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran partisipasi warga dalam pengelolaan sampah rumah tangga pada program bank sampah

Y1. Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Sampah

Y1.1: Tahap Pengambilan Keputusan

Y1.2: Tahap Pelaksanaan Y1.3: Tahap Menikmati Hasil Y1.4: Tahap Evaluasi Karakteristik Individu

X1.1: Umur

X1.2: Tingkat Pendidikan X1.3: Tingkat Pendapatan X1.4: Lama Tinggal

Pelaksanaan Kegiatan

X2.1: Metode Kegiatan X2.2: Tingkat Pelayanan

(31)

13

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan sampah rumah tangga pada program bank sampah.

(32)

14

Definisi Operasional

Untuk mempermudah pengukuran variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka penting untuk merumuskan definisi operasional dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 1 Definisi Operasional

No Variable Definisi Operasional Indikator Jenis Data

Faktor Karakteristik Individu

X1.1 Umur Lama waktu hidup responden dari sejak lahir sampai pada saat diwawancarai, diukur dalam

Maka diperoleh hasil sebagai berikut : -Rendah: pendapatan < x-1/2 sd

Baru = 1 Sedang = 2 Lama = 3

(33)

15

-Sedang: pendapatan x-1/2 sd < x < x+1/2 sd

-Tinggi: pendapatan > x+1/2 sd

Maka diperoleh hasil sebagai

(34)
(35)

17

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Untuk pendekatan kuantitatif digunakan metode survey, dimana kuisioner sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan data dari responden. Data yang dikumpulkan terkait dengan tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan sampah dan hubungan antara karakteristik individu dan faktor eksternal individu dengan tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan sampah pada program bank sampah Melati, Kampung Babakan, Kelurahan Bubulak, Kota Bogor. Pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam. Metode ini dipilih karena mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan terperinci. Metode wawancara digunakan untuk memperoleh informasi terkait faktor pelaksanaan kegiatan yang diduga mempengaruhi tingkat partisipasi peserta program. Termasuk juga untuk mencari informasi-informasi yang dapat memperkaya data yang dihasilkan secara kuantitatif.

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Kampung Babakan, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor (Lampiran 7). Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive), tepatnya di Kelurahan Bubulak, karena Kampung Babakan ini memiliki sebuah bank sampah berbasis masyarakat yang baru berdiri tercatat selama 8 bulan yaitu pada tanggal 08 Agustus 2015 bernama Bank Sampah Melati. Bank Sampah Melati merupakan fasilitas yang dibentuk oleh mahasiswa ex-change Institut Pertanian Bogor yang berasal dari Jepang yang didiukung oleh warga Kampung Babakan. Kegiatan ini dilakukan secara swadaya agar warga Kampung Babakan dapat melaksanakan pengelolaan sampah secara terpadu. Pemilihan lokasi di Kampung Babakan didukung dengan adanya faktor kehidupan warga di daerah tersebut masih berada dalam lingkup komunitas yang kecil dari komunitas perkotaan. Homogenitas atau persamaan ciri-ciri sosial dan psikologis seperti bahasa, kepercayaan, adat-istiadat masih terjalin kuat pada masyarakat Kampung Babakan, dan pelapisan sosial pada masyarakat Kampung Babakan dalam piramida sosial tidak terlalu besar dan cenderung berada pada kelas menengah. Oleh karena itu, lokasi ini dianggap representatif untuk mempelajari partisipasi warga dalam pengelolaan sampah pada program bank sampah.

Kegiatan penelitian ini berlangsung selama satu bulan yang meliputi pengambilan data di lapangan mulai pada tanggal 19 Maret sampai dengan 16 April 2016. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

Teknik Pengumpulan Data

(36)

18

Kuesioner tersebut telah diuji validitas dan reabilitasnya sebagai instrumen pengumpulan data kuantitatif sebanyak 10 kuesioner kepada nasabah program bank sampah yang memiliki karakteristik setara dengan nasabah bank sampah Melati yaitu di bank sampah RW 09 dengan hasil Cronbach’s Alpha 0.637 dimana hasil tersebut telah memenuhi syarat dengan ketentuan nilai alfa > 0.50. Pengisian jawaban kuesioner oleh responden didampingi oleh peneliti agar tidak terjadi kesalahan dalam menginterpretasikan pertanyaan. Wawancara mendalam yang dilakukan berisikan pertanyaan yang mencakup metode pelaksanaan kegiatan bank sampah, pelayanan pengurus bank sampah, pelaksanaan kegiatan bank sampah dll. Wawancara dilakukan untuk memastikan bahwa pengisian kuesioner sudah dilakukan dengan benar. Hasil dari pengamatan dan wawancara di lapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari observasi dan pengambilan data langsung di lapangan dengan wawancara dan pengisian kuesioner oleh responden dan informan. Data mengenai karakteristik individu dikumpulkan berdasarkan faktor-faktor yang diteliti yaitu umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan lama tinggal. Data mengenai faktor eksternal yaitu pelaksanaan program yang dikumpulkan beradasarkan tingkat efektivitas pelaksanaan kegiatan dan tingkat pelayanan pelaksanaan kegiatan Bank Sampah Melati.

Data sekunder merupakan data yang didapatkan secara tidak langsung yaitu melalui data-data ataupun literatur yang berkaitan dengan topik penelitian seperti buku potensi wilayah Kelurahan Bubulak, profil wilayah Kelurahan Bubulak, gambaran wilayah dan penduduk Kampung Babakan Kelurahan Bubulak, BPS, serta data-data yang mendukung kebutuhan mengenai fokus penelitian. Pertimbangan dalam pengambilan objek penelitian/responden dikarenakan peserta atau nasabah bank sampah Melati merupakan individu yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program.

Teknik Pemilihan Responden dan Informan

Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua tipe yaitu responden dan informan. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh warga yang menjadi peserta atau nasabah bank sampah Melati. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu peserta atau nasabah bank sampah Melati yang berjumlah 38 orang. Penelitian yang menggunakan seluruh anggota populasinya disebut sampel total (total sampling) atau sensus. Penggunaan metode ini berlaku jika anggota populasi relatif kecil dan relatif mudah dijangkau, maka penulis menggunakan metode total sampling. Dengan metode pengambilan sampel ini diharapkan hasilnya dapat cenderung lebih mendekati nilai sesungguhnya dan diharapkan dapat memperkecil pula terjadinya kesalahan/penyimpangan terhadap nilai populasi Husaini dan Akbar (2008).

(37)

19

AF selaku anggota pemerintahan Kelurahan Bubulak, Bapak BN selaku donatur dan ketua RW 11 Kampung Babakan Kelurahan Bubulak, Bu YT dan Bu DW selaku nasabah yang sedang aktif dalam pengelolaan sampah pada program bank sampah Melati.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data kuantitatif yang terkumpul diedit, untuk kemudian dimasukkan (entry)

ke dalam sistem data dalam komputer dengan memanfaatkan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS for Windows versi 20. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner dimasukkan ke dalam microsoft excel 2007. Selanjutnya dilakukan proses pengkodean berdasarkan tingkatan ordinal yang sudah dibuat pada definisi operasional. Kemudian dilakukan analisis data dengan uji statistik non-parametrik

rank spearman (untuk data berbentuk ordinal). Uji rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan antara faktor karakteristik individu peserta program yaitu umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan lama tinggal, serta faktor pelaksanaan kegiatan yaitu metode kegiatan dan tingkat pelayanan kegiatan dengan tingkat partisipasi sebagaimana disajikan dalam Gambar 1. Cara yang dilakukan adalah menjumlahkan skor item-item pada setiap variabel untuk mendapatkan skor total variabel. Perhitungan data dilakukan menggunakan Microsoft Excel. Setelah data dihitung dalam tabel, masukkan ke dalam rumus uji korelasi Spearman. Setelah mendapatkan hasil perhitungan tersebut, nilai korelasi Spearman hitung (rs) diperbandingkan dengan Spearman tabel (rs tabel). Keputusan dapat diambil dari perbandingan tersebut. jika rs > rs tabel, H0 ditolak dan H1 diterima begitupun sebaliknya. Artinya, terdapat hubungan antara variabel x dengan y.

Data kualitatif yang telah didapatkan melalui hasil wawancara dianalisis melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. (1) reduksi data merupakan proses pemilihan data serta menyesuaikan kebutuhan variabel-variabel penelitian dengan apa yang telah dicatat dalam catatan lapangan, penyederhanaan data yang didapatkan, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam yang diperoleh di lapang.

(38)
(39)

21

GAMBARAN UMUM

Bab ini mendeskripsikan keadaan umum wilayah penelitian serta deskripsi dan analisis mengenai program bank sampah. Dalam penelitian ini kondisi potensi sosial Kampung Babakan Kelurahan Bubulak dijadikan sebagai bahan untuk menganalisis aspek- aspek kehidupan masyarakat yang meliputi kondisi geografis, kependudukan, sistem sosial ekonomi, dan kelembagaan sosial.

Gambaran Umum Kelurahan Bubulak

Kondisi Geografi dan Demografi

Kelurahan Bubulak merupakan salah satu kelurahan yang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kelurahan ini terbagi ke dalam 13 RW dan 49 RT. Setiap RW di Kelurahan Bubulak memiliki masing-masing nama yang berbeda. Pada wilayah RW 01 dan 02 bernama Kampung Pilar II, RW 03, 04, dan 12 Kampung Semplak, RW 05 Kampung Tawekal, RW 06 Kampung Batuhulung, RW 07 dan 08 Kampung Bubulak, RW 09 dan 11 Kampung Babakan, RW 10 Pondok Surya Kencana, dan RW 13 Perumahan Griya Melati.

Secara Geografis, Kelurahan Bubulak berbatasan langsung dengan Kelurahan Semplak dan Kecamatan Kemang sebelah Utara, Kelurahan Margajaya dan Balambang Jaya di sebelah selatan, Kelurahan Setu Gede di sebelah timur, dan Kelurahan Sindang Barang di sebelah barat. Posisi wilayah Kelurahan Bubulak tersebut menjadikan kelurahan ini rawan terkena banjir karena kelurahan ini merupakan wilayah dataran rendah.

Luas wilayah Kelurahan Bubulak mencapai 796, 70 Ha, berada dalam kisaran 244,00 mdl diatas permukaan laut. Wilayah seluas tersebut diperuntukkan sebagai pemukiman, persawahan, taman, pekarangan, dan prasarana umum lainnya.

Tabel 2 Luas wilayah menurut jenis pemanfaatan lahan di Kelurahan Bubulak tahun 2014.

Pemanfaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

Pemukiman 514.00 64.50

Prasarana Umum 211.50 34.70

Pekarangan 51.00 6.40

Sumber: Data Monografi Kelurahan Bubulak 2014.

(40)

22

mestinya. Sebagian besar penduduk Kelurahan Bubulak adalah penduduk asli yaitu orang Sunda, sedangkan jumlah pendatang hanya sekitar 15 persen dari total penduduk, terdiri dari orang Batak, Minang, Jawa, Madura, Betawi, Aceh, Bali, Makassar, Bugis, Dayak, dan Flores. Adanya pendatang yang pindah ke wilayah Kelurahan Bubulak disebabkan oleh ikatan perkawinan dengan penduduk setempat atau mencari pekerjaan.

No Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 0-9 2113

Sumber : Data Demografi Kelurahan Bubulak 2014 (diolah).

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa rasio beban tanggungan (dependency ratio) di Kelurahan Bubulak adalah 38. Artinya, dalam setiap 100 orang usia produktif menanggung 38 orang usia non-produktif. Dengan jumlah penduduk yang tinggi berdampak langsung terhadap jumlah sampah yang dihasilkan perhari. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, tersedianya prasarana tempat pengelolaan sampah yaitu bank sampah Melati di Kelurahan Bubulak bertempat di RW 11 Kampung Babakan yang dibentuk atas swadaya masyarakat dalam menanggulangi pemasalahan sampah di lingkungan Kampung Babakan.

Kampung Babakan merupakan nama yang diberikan kepada Rukun Warga (RW) 11. Kampung Babakan terletak di wilayah Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Kampung Babakan merupakan salah satu RW dari 13RW yang ada di Kelurahan Bubulak. Kampung Babakan memiliki luas wilayah sekitar 9,7 hektar. Sebagian besar warga Kampung Babakan merupakan daerah perkampungan yang terdiri dari empat RT yaitu RT 01 hingga RT 04 dan sisanya merupakan daerah perumahan umum.

(41)

23

Penduduk Kampung Babakan pada tahun 2015 berjumlah 906 jiwa yang terdiri dari 51 persen laki-laki dan 49 persen perempuan. Adapun jumlah kepala keluarga (KK) mencapai 299 KK. Kondisi sosial masyarakat di Kelurahan Bubulak cukup beragam. Dapat dilihat dari jenis agama dan etnis masyarakatnya seperti dijelaskan pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.

Struktur mata pencaharian di Kelurahan Bubulak sangat beragam. Penduduk berasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada Tabel 4 Penduduk yang bekerja sebagai pengusaha kecil dan menengah, karyawan perusahaan swasta, dan petani berturut-turut memiliki persentase tertinggi. Hal ini sesuai dengan adanya pabrik garmen yang berada di daerah dramaga dan lokasi tersebut berdekatan dengan Kelurahan Bubulak. Lalu, banyaknya warga yang membuka warung sembako di sekitar halaman rumahnya untuk memperoleh pendapatan sehari-hari. Pekerjaan sebagai karyawan perusahaan swasta sebagian besar berlokasi di luar kota. sehingga tidak begitu banyak industri yang berada di wilayah Kelurahan Bubulak. Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah pekerjaan buruh tani masih mendominasi. Hal ini terjadi karena masih banyaknya lahan persawahan dan kebun yang tersedia di Kelurahan Bubulak.

Tabel 4 Jumlah dan persentase warga berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Bubulak tahun 2014.

Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Pengusaha kecil dan menengah 1897 37.01

Karyawan perusahaan swasta 1536 29.38

Buruh tani 1419 27.14

PNS 510 9.75

Pembantu rumah tangga 222 4.24

Jumlah 5228 100.00

Sumber: Profil Kelurahan Bubulak 2014 (diolah).

Kelurahan Bubulak merupakan kawasan yang berada dekat dengan daerah perkotaan, banyaknya pertokoan yang berada di Kelurahan Bubulak menjadi alasan strategis bagi pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk berwirausaha di wilayah tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, hampir seluruh warga Kelurahan Bubulak telah terdedah dengan kehidupan kota. Warga juga terlihat sangat berorientasi materi dan uang. Namun, masyarakat di Kelurahan Bubulak terutama di Kampung Babakan terlihat masih mempunyai rasa memiliki antara satu sama lain. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya aktivitas warga dikerjakan secara berkelompok dan bersama-sama. Seperti kerja bakti, gotong royong, pengajian, dsb.

Warga Kampung Babakan Kelurahan Bubulak itu setiap ada lomba tentang kebersihan lingkungan dan pembuatan kerajinan selalu menang, soalnya emang ibu-ibu PKK disana aktif dan kompak” (Bapak AF, 36 tahun, Kepala seksi ekonomi dan pembangunan Kelurahan Bubulak).

(42)

24

terlihat bahwa sebagian besar warga hanya lulusan SD atau sederajat atau sekitar 36 persen dari total jumlah penduduk Kelurahan Bubulak. Bahkan ada sebanyak 1 persen total penduduk yang tidak tamat SD atau sederajat.

Tabel 5 Jumlah dan persentase warga berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Bubulak tahun 2014.

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Tamat S-3/sederajat 12 0.09

Tamat S-1/sederajat 470 3.53

Tamat D-3/sederajat 719 5.40

Tamat SMA/sederajat 3061 23.01

Tamat SMP/sederajat 3249 24.42

Tamat SD/sederajat 4765 35.81

Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak tamat 90 0.67 Usia 3-6 tahun yang sedang TK/Play group 948 7.12

Total 13304 100.0

Sumber: Profil Kelurahan Bubulak 2014 (diolah).

Menurut pengakuan salah seorang warga di Kampung Babakan Kelurahan Bubulak, kebanyakan masyarakat di wilayah tersebut hanya lulusan SD. Seperti diungkapkan Ibu Aat, salah seorang nasabah Bank Sampah Melati.

“Ibu-ibu disini mah kebanyakan cuman lulusan SD neng. Saya juga termasuk cuma lulus SD. Soalnya, sekolah mah kan dulunya

mahal, gak ada biayanya buat ngelanjut SMP” (Ibu AT, 56 tahun, warga Kampung Babakan).

Kelembagaan Sosial

Berdasarkan kondisi di lokasi penelitian diketahui bahwa sistem pengelolaan sampah yang ada di Kampung Babakan Kelurahan Bubulak dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa pihak yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dalam sistem pengelolaan sampah, baik berupa instansi pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat. Pengelolaan sampah di Kampung Babakan Kelurahan Bubulak bukan hanya menjadi tanggung jawab petugas kebersihan saja, karena jumlah petugas kebersihan yang berasa di lokasi tersebut sangat terbatas. Maka dari itu, kelembagaan sosial atau yang biasa dikenal dengan Lembaga Masyarakat yang bertempat tinggal di lingkungan tersebut juga penting untuk berkontribusi dalam sistem pengelolaan sampah yang ada.

(43)

25

terbesar memiliki peran utama dalam pengelolaan sampah. Peran warga ini terlihat dari keterlibatannya dalam kegiatan pengelolaan sampah dalam ikut mrngumpulkan sampah ke motor sampah maupun bank sampah. Sistem pengelolaan sampah yang menggunakan motor sampah untuk mengangkut sampah keliling kampung dan tersedianya bank sampah terbentuk atas swadaya masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan di sekitarnya.

Rukun Tetangga

Kelurahan Bubulak merupakan salah satu kelurahan dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Kelurahan ini memiliki Rukun Tetangga (RT) sebanyak 49 yang tersebar di 13 Rukun Warga (RW). Pada lokasi penelitian yang terletak di RT 01 RW 11, dua dari 4 RT di RW 11 warganya telah berkontribusi menjadi nasabah Bank Sampah di Bank Sampah Melati.

Rukun Tetangga dibentuk oleh masyarakat untuk memberikan pelayanan kepada warga di sekitarnya, misalnya pelayanan dalam pembuatan KTP dan urusan administrasi lainnya. Rukun Tetangga (RT) tidak hanya bertindak sebagai lembaga pemerintahan saja, namun juga bertindak sebagai kelembagaan sosial. Dalam peranannya, RT memiliki tugas untuk ikut serta membantu masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Salah satu permasalahan lingkungan yang menjadi perhatian adalah masalah mengenai sampah. Daerah Kelurahan Bubulak yang merupakan daerah rawan banjir membuat sebagian warga di kelurahan ini peduli terhadap masalah sampah. daerah ini terkena rawan banjir karena lokasi rumah penduduk berdekatan dengan sungai ataupun kali yang menjadi tempat pembuangan sampah oleh masyarakat sekitar. Hal inilah yang membuat peluang terjadinya banjir di daerah tersebut semakin besar. Melanjutkan upaya pengelolaan sampah, peran RT dalam masalah pengelolaan sampah di lingkungan ini yaitu dengan membeli motor sampah untuk menjemput dan menampung sementara sampah-sampah yang berada di rumah warga.

(44)

26

Tabel 6 berikut merupakan data mengenai prasarana kebersihan yang tersedia di Kelurahan Bubulak.

Tabel 6 Jumlah Prasarana Kebersihan di Kelurahan Bubulak tahun 2014.

Prasarana Jumlah

Prasarana kebersihan yang paling banyak tersedia di Kelurahan Bubulak yaitu prasarana tong sampah yang berjumlah sebanyak 88 unit, satgas kebersihan sebanyak 3 kelompok yang terdiri dari 3 orang pada setiap kelompoknya, gerobak sampah yang berjumlah sebanyak 7 unit, serta tempat pembuangan sementara (TPS) yang tersedia hanya berada di 2 lokasi saja, serta tidak tersedianya tempat pembuangan akhir (TPA) di lokasi tersebut.

Akan tetapi berdasarkan hasil observasi di lapang, keberadaaan tong sampah yang terlihat di sekitar lingkungan Kelurahan Bubulak sangat sedikit, bahkan sangat jarang sekali terlihat. Sehingga masih banyak sampah yang berserakan di sekitar lingkungan tersebut. Hal ini membuat masih banyaknya warga yang membuang sampah ke halaman belakang rumah untuk kemudian dibakar. Pemulung yang berada di lokasi penelitian hanya mengambil sampah-sampah yang dapat didaur ulang saja, membuat sampah-sampah yang sudah tersusun rapi menjadi berserakan kembali. Hal ini bahkan tidak menjadikan lingkungan bersih bahkan sebaliknya, membuat sampah-sampah berserakan kembali di sekitar halaman warga karena pemulung mengambil sampah-sampah tertentu saja yang memiliki nilai ekonomis untuk dijual kembali. Lalu, tidak tersedianya lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) di Kelurahan Bubulak. Sehingga sampah-sampah yang telah diangkut harus dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA) yang berlokasi di Dramaga.

Karang Taruna

(45)

27

PKK

PKK adalah Pembinaan Kesejahteraan Keluraga, gerakan PKK bertujuan memberdayakan keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan. Strategi PKK dalam upaya menjangkau sebanyak mungkin keluarga, dilaksanakan melalui “Kelompok PKK”, yaitu kelompok 10-20 KK yang berdekatan. Ketua kelompok membina 10 rumah dan mempunyai tugas menyuluh, menggerakkan dan mencatat kondisi keluarga yang ada dalam kelompoknya, seperti adanya ibu hamil, ibu menyusui, balita, orang sakit, orang yang buta huruf, dan sebagainya. Anggota Tim Penggerak PKK adalah para relawan, yang tidak menerima gaji yang menyediakan sebagian waktunya untuk PKK, tim penggerak PKK berperan sebagai motivator, fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali, dan penggerak. Pembinaan teknis kepada keluarga dan masyarakat dilaksanakan dalam kerjasama dengan unsur dinas instansi pemerintah terkait. Peran PKK dalam pengelolaan sampah di Kelurahan Bubulak sangat besar. Seperti salah satu anggota PKK yang menjadi pengurus bank sampah pada awalnya sangat aktif dalam mengundang warga untuk menghadiri sosialisasi dalam pengelolaan sampah.

Gambaran Umum Bank Sampah Melati

Deskripsi Bank Sampah Melati

Bank sampah Melati merupakan salah satu kegiatan sistem pengelolaan sampah yang terbentuk atas inisiatif seorang mahasiswa yang berasal dari Jepang yang sedang melakukan exchange study di IPB bernama KF. Bank sampah Melati ini merupakan program yang diciptakan untuk mengatasi permasalahan lingkungan berupa sampah yang berserakan di sekitar area Kampung Babakan, Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. khususnya di RW 11 RT 01. Dalam hal ini, permasalahan sampah yang berserakan di lingkungan sekitar kampung babakan menyebabkan lokasi ini kumuh dan terkena banjir akibat masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke sungai. Permasalahan ini dapat diatasi dengan adanya program pengembangan masyarakat yaitu terbentuknya Bank Sampah Melati.

Bank sampah Melati mengalami kemajuan cukup baik dalam perkembangannya, meskipun tetap menghadapi berbagai macam permasalahan dan kesulitan. Seperti masih rendahnya perhatian dan tingkat partisipasi masyarakat di masa-masa awal terbentuknya bank sampah. Seperti ketua RT dan pengurus yang tidak kompak dalam menjalankan program serta kepedulian warga yang masih kurang terhadap kebersihan lingkungan sekitar.

(46)

28

Sejarah Perkembangan Bank Sampah

Pada awalnya Kampung Babakan, Kelurahan Bubulak sudah memiliki sistem pengelolaan sampah yang berdiri pada tahun tahun 2010. Pada sistem pengelolaan sampah tersebut, masing-masing ketua RT selaku pengurus di Kampung Babakan mengajak warganya untuk mengumpulkan sampah di rumah masing-masing sampai pada waktunya sampah tersebut akan diangkut oleh truk pengangkut sampah. Namun, karena lokasi rumah warga yang berada di dalam gang, membuat warga malas untuk mengantarkan sampahnya ke truk sampah yang berada di jalan dan warga tetap memilih untuk membuang sampah ke sungai ataupun membakarnya di belakang halaman rumah. Pada tahun 2013 masing-masing ketua RT selaku pengurus mengusulkan untuk membeli motor sampah agar dapat menjemput dan mengangkut sampah-sampah yang berada di rumah warga secara rutin yakni 2 hari sekali dengan membayar iuran sebanyak 2000 rupiah dalam setiap penyetoran sampah. Uang iuran penyetoran sampah tersebut digunakan untuk membayar kredit motor sampah yang diajukan selama 36 bulan.

Setelah berjalannya motor sampah untuk mengangkut sampah-sampah di rumah warga selama enam bulan, partisipasi pengurus dalam sistem pengelolaan sampah tersebut mulai berkurang, terlihat dari sudah tidak adanya pengurus yang mau mengelola sampah dengan membawa motor sampah ke rumah-rumah warga. Hal inilah yang membuat sistem pengelolaan sampah dengan menggunakan motor sampah menjadi kurang efektif. Hanya ketua RT 01 selaku pengurus yang masih menerapkan sistem pengelolaan dengan rajin membawa motor sampah ke rumah-rumah warga dengan berkeliling sekitar warga RW 11 sebanyak dua hari sekali.

“Setelah 3 minggu,6 bulan, sampai 3 tahun pada tahun 2013 motor sampah udah jalan ke rumah-rumah warga, udah gak ada lagi prngurus yang mau bawa motor sampah keliling rumah warga, jadi hanya saya sendiri yang bawa motor sampah ke rumah-rumah warga

sekarang”. (Bapak SH, 47 tahun, Ketua RT 01).

Akhir tahun 2014, mahasiswa yang berasal dari Jepang yang sedang melakukan exchange study di IPB bernama KF datang menemui Bapak SH selaku pengurus dan ketua RT 01 dengan tujuan untuk meneliti dan ingin mengetahui bagaimana sistem pengelolaan sampah dengan menggunakan motor sampah di lingkungan tersebut. KF pun ikut membantu Bapak SH keliling menggunakan motor sampah untuk mengangkut sampah-sampah di rumah warga selama 3 bulan. Setelah KF mengetahui sistem pengelolaan sampah yang telah berjalan di Kampung Babakan kurang efektif dikarenakan hanya satu pengurus saja yang aktif membawa motor sampah keliling RW, pada akhirnya KF memiliki ide untuk mendirikan bank sampah di lingkungan tersebut.

(47)

29

dibuatkan tempat untuk menampung sampah-sampah yang nantinya akan dikumpulkan warga.

Pada akhirnya bank sampah Melati ini mulai beroperasi pada bulan Agustus 2015. Setelah seminggu berjalannya program bank sampah Melati, Bapak SH diberikan SK oleh pemerintah Kelurahan Bubulak dan diberikan apresiasi karena bank sampah Melati ini merupakan bank sampah pertama yang berada di Kelurahan Bubulak serta diresmikan secara langsung oleh Wali Kota Bogor, Bapak Bima Arya.

Program bank sampah ini, dilaksanakan bersama tokoh-tokoh yang dianggap memiliki pengaruh di Kampung Babakan. Salah satunya yang paling banyak memiliki peran adalah Bapak SH, 47 tahun, ketua RT 01 Kampung Babakan dan telah lama berkosentrasi menangani permasalahan lingkungan di sekitar rumahnya. Seperti menanggulangi sampah yang dibuang sembarangan dengan membawa motor sampah keliling rumah warga agar warga tidak membuang sampahnya ke sungai ataupun membakarnya di halaman rumah. Bapak SH sangat banyak berkontribusi dalam tahap perencanaan dan pembentukan bank sampah Melati bersama KF. Seperti menjadikan rumahnya sebagai tempat bank sampah dan tempat berkumpul, sebagai pusat kegiatan bank sampah Melati, beliau juga banyak berperan dalam mengajak dan mempersuasi warga agar ikut berpartisipasi dalam pembentukan bank sampah Melati.

Berikut adalah struktur pengurus bank sampah Melati pada saat pertama kali dibentuk bersama KF.

Gambar 2 Struktur pengurus bank sampah Melati (Sumber: Buku pengurus bank sampah 2015)

Untuk merealisasikan program bank sampah Melati, KF selaku penggagas bank sampah kemudian mengajak warga untuk berkumpul dan bersosialisasi mengenai pentingnya menjaga lingkungan sekitar dan pengetahuan mengenai

Gambar

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran partisipasi warga dalam pengelolaan sampah
Tabel 1 Definisi Operasional
Tabel 5 Jumlah dan persentase warga berdasarkan tingkat pendidikan di
Gambar 2 Struktur pengurus bank sampah Melati
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini memiliki fokus berupa bentuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menjaga akuntabilitas keuangan khususnya Desa Mojorejo Kecamatan Modo Kabupaten

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Made Novandri SN (2010) yang menunjukkan bahwa variabel kualitas produk mempunyai pengaruh

Dari 47 tanaman Nipponbare mutan penanda aktivasi yang diuji, sembilan tanaman menunjukkan respons yang sama dengan tanaman Nipponbare non transforman, yaitu tidak

1. Pada fasilitas pelayanan ini terdapat 5 buah pelayanan dengan aturan pelayanannya yaitu pelanggan yang pertama datang akan dilayani pertama serta dapat menampung tak

Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan

2) Jika persiapan pasien baik/bersih, suntikkan media kontras melalui intravena 1 cc saja, diamkan sesaat untuk melihat reaksi alergis. 3) Jika tidak ada reaksi alergis

Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 1) pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap minat berwirausaha, 2) pengaruh lingkungan keluarga terhadap