Inovasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Melalui Pengadaan Guyub Maggot dan Targa (Tabungan Warga)
“Solution For Food Waste Reduce”
Oleh : Sofie Puji Hayati (Universitas Diponegoro)
PENDAHULUAN
Sampah merupakan merupakan sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (World Health Organization). Berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah merupakan sisa kegiatan sehari- hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat, semi padat, berupa zat organik atau anorganik dan bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai. Berdasarkan definisi tersebut, sampah diartikan sebagai sisa hasil
kegiatan sehari- hari manusia baik organik maupun anorganik.Berdasarkan sifatnya, sampah diklasifikasikan kedalam tiga jenis yaitu organik, anorganik, dan sampah B3.
Setiap tahunnya sampah mengalami peningkatan dimana berdasarkan data yang diperolah dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), data timbulan sampah nasional 2023 mencapai 18,081 ton setiap tahunnya dan sumber sampah terbanyak dihasilkan dari sampah domestik (sampah rumah tangga). Sebanyak 37,3 % sampah di Indonesia dihasilkan dari aktivitas rumah tangga.Berdasarkan direktur pengelolaan sampah KLHK, pemerintah menargetkan 30% pengurangan sampah dan 70% penanganan sampah di tahun 2025.Permasalahan sampah di Indonesia merupakan permasalahan yang kompleks dan menjadi masalah nasional.Sampah menjadi permasalahan sosial yang tidak pernah ada habisnya.Setiap hari, aktivitas manusia pasti menghasilkan sampah yang tidak akan pernah habis dihasilkan.Permasalahan sampah pada akhirnya menjadi masalah sosial karena tidak hanya mencakup sekedar masalah kebersihan dan lingkungan saja.Keterbatasan akan penyediaan lahan maupun kemampuan mengelola sampah tentu menjadi suatu masalah.
.Berdasarkan komposisi sampah nasional berdasarkan pada sumber sampah nya,Indonesia menghasilkan 67,8 juta ton sampah h pada tahun 2020 dan berdasarkan data kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sebanyak 37,3% sampah di Indonesia berasal dari aktivitas rumah tangga. Sebanyak 16,4 % berasal dari pasar tradisional, sebanyak 15,9 % sampah berasal dari kawasan dan sebanyak 14,6% sampah berasal dari sumber lainnya.Aktivitas rumah tangga menjadi penghasil terbesar sampah
Pengelolaan sampah dan penanganan sampah yang baik dimulai di tingkat rumah tangga melalui pelibatan masyarakat.Bentuk manajemen penanganan dan pengelolaan sampah yang baik dimulai dari dari tingkat rumah tangga dengan kegiatan- kegiatan sosialisasi, edukasi terkait dengan kesadaran bahaya sampah dan manfaat dari sampah yang dikelola dengan baik sayangnya, potret pengelolaan sampah yang saat ini dilakukan baru sebatas penampungan di TPS yang kemudian langsung diangkut ke TPA di tingkat kabupaten/ kota..Pengelolaan sampah di tingkat Rukun Warga (RW) ditujukan untuk mengubah sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga menjadi barang bernilai ekonomi dan tidak membahayakan lingkungan. Melalui pengelolaan sampah rumah tangga yang benar, diharapkan dapat menekan penumpukan sampah ditingka RW. .
Penanganan sampah melalui pembentukan guyub maggot merupakan salah satu upaya yang mendukung target pengurangan sampah di Indonesia di tingkat RW dengan pendekatan berbasis masyarakat setempat.Sampah sisa makanan merupakan salah satu sampah rumah tangga yang juga menyumbng banyaknya timbulan sampah di Indonesia. Berdasarkan laporan dari United Nations Environment Programme (UNEP) yang bertajuk Food Waste Index 2021, total sampah makanan di Indonesia dapat mencapai 20,93 juta ton setiap tahunnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukan adanya tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan sampah khusunya sampah sisa makanan di Indonesia.
BSF (Black Soldier Fly) merupakan spesies lalat dari ordo diptera, family Stratiomyidae dengan genus Hermetia. BSF ini merupakan spesies lalat yang berasal dari Amerika.Black Soldier Fly memiliki kemampuan untuk mengekstrak energi dari sisa- sia makanan, atau sampah domestik makanan lainnya dengan kemampuannya untuk mendegradasi sampah organik ini magott mampu bertahan dalam kondisi ekstrem.BSF merupakan jenis lalat yang memiliki kemampuan risiko penyebaran penyakit lebih rendah .Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan BSD diantaranya yaitu BSF ini mampu untuk mengontrol bau dan hama sehingga mampu mengurangi emisi gas rumah kaca, Zat kitin dan protein yang cukup tinggi mampu digunakan sebagai pakan ternak, mampu mendegradasi sampah organik menjadi nutrisi untuk pertumbuhannya , mengkonversi sampah organik menajdi kompos dengan kandungan penyubur yang tinggi, Berdasarkan banyaknya keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan BSF ini sangat memungkinkan untuk dilibatkan dalam pengurangan sampah di Indonesia khususnya sampah rumah tangga.BSF mengalami siklus hidup metamorfosis yang berlangsung kurang leih selama 40 hari tergantung pada kondisi lingkungan dan asupan makanannya.
Inovasi Pengolahan sampah rumah tangga dengan memanfaatkan BSF atau ini Magott merupakan cara untuk mengurangi smapah yang dihasilkan dari rumah tangga khususnya sampah sisa makanan masuk ke TPS.Kemampuan magott untuk mengurai sampah organik dalam waktu singkat, sehingga mampu mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan.Selain kemampuannya mendegradasi sampah organik, magott juga memiliki nilai ekonomis yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan perikanan.Pemanfaatan magott untuk dibudidayakan melalui guyub magott secara tidak langsung mampu mednukung peningkatan taraf hidup para petani di sektor pertanian, perikanan, dan peternakan di Indonesia.
Inovasi Guyub Magott yang melibatkan peran masyarakat di tingkat RW , berfokus pada adanya pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga menjadi lebih terintegrasi dimana nantinya sampah sisa makanan setiap rumah akan dikolektifkan sehingga mengurangi sampah yang dibuang di TPS kemudian,masyarakat juga memperoleh media tanam dan pakan ternak dan perikanan untuk mendukung usaha mereka di sektor pertanian, perikanan maupun peternakan.
RANCANGAN SOLUSI
Pembentukan guyub maggot di tingkat rt/rw sebagai tempat untuk menampung maggot dari rumah- rumah warga yang telah dipelihara untuk mengurangi sampah sisa- sisa makanan.Konsepnya adalah dengan memanfaatkan prinsip 1 rumah 1 maggot yang harapanya melalui ternak maggot di masing- masing rumah dapat menekan sampah sisa- sisa makanan yang dihasilkan oleh setiap rumah tangga.Hasil ternak warga akan dikembalikan lagi kepada warga sebagai bentuk Targa “Tabungan Keluarga” yang bisa dimanfaatkan Warga untuk keperluan pribadi suatu dan sekitar 20% nya sebagai bentuk uang kas warga.Pengadaan guyub Maggot ini melibatkan bank sampah setempat untuk ikut pengelolaan dan pelaksanaannya.
Warga menukarkan food waste nya setiap 2 hari sekali ke bank sampah nantinya sampah tersebut akan ditimbang oleh pengelolaan bank sampah dan hasil nya dirupiahkan sesuai dengan jumlah sampah yang sudah masuk.Targa dapat diambil warga setiap 3 bulan sekali sebagai bentuk tabungan.Melalui pengadaan guyub maggot ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengurangi sampah- sampah rumah tangga yang dibuang setiap harinya dan dari sampah sisa- sisa makanan dapat dijadikan sebagai pundi- pundi rupiah yang dapat dimanfaatkan warga sebagai tabungan.
TAHAPAN PEMBENTUKAN INOVASI
1. Advokasi dengan stakeholder setempat dalam hal ini adalah pihak Rt/ Rw, pihak bank sampah, para petani atau peternak setempat dan perwakilan warga
2. Pembentukan Perangkat Guyub Maggot . Dalam hal ini dapat bekerja sama dengan petugas bank sampah setempat.
3. Mencari jaringan pasar untuk menjual Maggot yang sudah panen
4. Merencanakan Tempat, alat dan bahan kebutuhan ternak awal maggot di bank sampah
5. Publikasi dan sosialisasi Gubug Maggot kepada warga
FRAMEWORK INOVASI GUYUB MAGGOT 1. Capacity building
Bekerja sama dan melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk nantinya dapat diadakan sosialisasi dan pelatihan untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan petugas bank sampah setempat terkait dengan pemanfaatan maggot untuk mengurangi sampah organik dan menjadikan produk nya memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Capacity building dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan- pelatihan oleh ahli yang bergerak di bidang lingkungan khususnya yang sudah menekuni pemanfaatan maggot.
2. Teknologi Tepat Guna (TTG)
Melakukan perancangan penggunaan mesin pencacah untuk sampah- sampah sisa makanan dibantu dengan para ahli dengan tujuan memudahkan pengolahan sampah sisa makanan di Bank sampah
3. Membangun mini plant
Membuat rancangan implementasi inovasinya mulai dari desain hingga pengolahan perangkat, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk ternak maggot
4. Implementasi awal mini plant
Mulai melakukan sosialisasi pengadaan maggot dan Targa kepada warga setempat dan menjelaskan mekanismenya. Kemudian melakukan evaluasi pelaksanaan di satu bulan pelaksanaan inovasi.
ANALISIS SWOT
Strength (S) Weakness
- Mendukung program penanggulangan pengurangan sampah pemerintah - Mudah dilakukan dan efektif dalam
mengurangi sampah sisa makanan - Mudah diterapkan pada skala rumah
- Membutuhkan sampah Organik sebagai makanan maggot
- Harus melibatkan kerja sama antar warga dan petugas bank sampah nya agar konsisten
tangga, maupun menengah kebawah - Masih jarang terdengar di masyarakat sehingga perlu usaha ekstra dalam mensosisalisasikan inovasi ini agar dapat terlaksana
- Membutuhkan Mitra untuk menjual maggot yang sudah siap panen
Opportunity Threat
- Banyak Masyarakat Indonesia yang bekerja di sektor pertanian, peternakan dan perikanan
- Maggot yang banyak dicari dipasaran sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi
- Memanfaatkan sampah sisa makanan menjadi pakan untuk maggot
- Adanya sampah organik yang cukup dari warga
- Ketersediaan pakan yang cukup untuk maggot
SARAN /MASUKAN
Inovasi ini membutuhkan dukungan bersama baik dari segi pemerintahan setempat maupun kerja sama antara petugas bank sampah dengan warga setempat. Selain itu, konsistensi dalam pelaksanaan ternak maggot ini perlu dijaga agar guyub maggot dapat terlaksana sesuai dengan rencana dan mampu menjadi pundi- pundi rupiah bagi masyarakat setempat melalui Targa atau tabungan warga yang merupakan output dari penyetorans sampah sisa- sisa makanan dari para warga.