• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PSIKOANALISIS PADA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KAJIAN PSIKOANALISIS PADA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY - repository perpustakaan"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran

KLASIFIKASI DATA

Data Ke

pri ba dia

n ya ng me no njo l

Jenis konflik

yang dialami

Tindakan pertahana

n

Klasifik asi emosi

Penggamb aran kedirian

tokoh

... Meskipun ia sudah tidak anak-anak dan tidak remaja lagi, bahkan ia sudah sangat berumur, tetapi ia ingin dilepas kedua orang tuanya layaknya seorang anak yang dimanja dan lagi-lagi dibanggakan. Ia telah berusaha menjadi anak yang baik, anak yang berbakti kepada orang tuanya. Ia hampir selalu mengikuti apa yang diinginkan kedua orang tuanya, kecuali beberapa hal yang ia merasa ia tidak harus mengikuti kemauan orang tuanya. Karena ia merasa bahwa hal itu sama

- - - - Digambar

(2)

sekali tidak mengganggu kedua orang tuanya dan jika ia mengikutinya ia merasa tidak menjadi dirinya sendiri (CSZ, 2011: 4-5).

Nalar kritisnya menguatkan dirinya, bahwa ia sama sekali tidak salah. Apa yang ia tempuh adalah sebuah kemajuan. Ia memiliki potensi besar dan ia harus mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya. Sudah tidak jamannya lagi perempuan diatur-atur oleh adat dan norma yang tidak ada patokan ilmiahnya. Ia bahkan masih harus menunda pernikahannya sampai meraih gelar doktornya. Setelah meraih penghargaan di Beijing akan sangat mudah baginya mendapatkan beasiswa S3 di luar negeri. Bahkan jika ia melamar S3 ke Tsinghua University pasti akan diterima dengan tangan terbuka (CSZ, 2011: 26).

- - - - Digambar

kan oleh pengarang dengan teknik langsung (Telling)

... Ia bertanya-tanya dalam hati, bukankah ia bersusah payah dan berjuang keras mengukir prestasi selama ini untuk membahagiakann kedua orang tuanya? Sebagai anak semata wayang ia tidak mau dimanja-manja. Ia belajar keras dan bekerja tiada henti siang dan malam demi mengangkat derajat kedua orang tuanya.

- - - - Digambar

(3)

... Sebab ia tidak pernah kuliah di luar negeri. Ia murni produk dalam negeri. Menyelesaikan S1 di Fakultas Teknik UGM dan S2 di ITB (CSZ, 2011: 3).

(Telling)

“Saya katakan anak itu mementingkan dirinya sendiri, kesenangannya sendiri. Yang ia pikirkan bagaimana meraih penghargaan ini, gelar ini dan itu, ngisi seminar ini dan itu. Itu saja yang ia pikirkan. Dia tidak pernah mikir kedua orang tuanya tak lama lagi akan mati. Kami semakin tua. Dan dia masih lajang saja, tidak juga berumah tangga. Sekarang ia sudah tua, tak ada yang datang lagi padanya. Orang-orang sudah menggunjingnya sebagai perawan tua. Beberapa kali kami ingatkan itu, ia malah bilang ‘Bapak dan Ibu ndak usah mikir omongan orang. Yang penting Zahrana tahu apa yang harus Zahrana lakukan dan Zahrana bahagia’. Kita ini hidup bermasyarakat bagaimana mungkin tidak memerhatiakn omongan orang” Jelas Bu Nuriyah panjang lebar (CSZ, 2011: 43-44).

- - - - Digambar

kan oleh pengarang dengan teknik tidak langsung (Showing)

Akhirnya ayahnya angkat bicara, “Nduk selama ini ayah dan ibu sudah mengalah. Mengikuti semua keinginanmu. Kami ingin kamu ke pesantren, kamu ingin ke SMA, kami ngalah. Kami ingin kamu lanjut ke IKIP di sini saja, biar tidak jauh dari kami berdua. Kamu ngotot kuliah di UGM Jogja meninggalkan kami, kami ngalah.

- - - - Digambar

(4)

Kami ingin kamu bahagia, kalau kamu bahagia maka kami bahagia. Meskipun mungkin kamu melihat bapakmu mungkin diam saja sama kamu. Tetapi sesungguhnya siang malam bapakmu ini selalu mendoakan kamu. Kamu adalah harta kami yang paling mahal. Kami ingin kamu ada di dekat kami kamu anak kami satu-satunya. Kalau kamu ngajar di Jogja, itu artinya kamu meninggalkan kami. Apa kamu tega meninggalkan ibumu yang kini sudah beranjak tua Nduk? Kalau kamu tetap ngotot ingin ngajar di Jogja, itu artinya kamu sendiri yang minta agra kami mengikhlaskan kamu, seolah-olah kami tidak memiliki anak lagi. Kami tidak bisa melarang, kamu sudah dewasa, bisa mikir dan menentukan langkah kamu. Hanya ya inilah kenyataannya.” (CSZ, 2011: 11-12).

langsung (Showing)

Pak Sukarman memasuki ruangannya sambil bersiul bahagia. Hari ini ia merasakan banyak keinginannya terkabul, dan banyak hal yang membuatnya bahagia. Yang paing membuatnya bahagia adalah ia merasa yakin akan menikah lagi setelah menduda satu tahun lamanya... Pikir Pak Sukarman

... Ketiga, Zahrana sudah sangat berumur. Ia tahu Zahrana adalah anak tunggal dan kedua orang tuanya sudah tua. Pasti kedua orang tuanya sudak mendesak Zahrana untuk segera menikah. Dan

- - - - Digambar

(5)

gadis yang sudah berumur dan cerdas seperti Zahrana justru tidak akan mudah menemukan jodoh yang benar-benar ideal. Yaitu yang umurnya sedikit di atasnya, sama pinternya, sama strata pendidikannya, ganteng, dan masih perjaka. Kalau ada yang seperti itu biasanya akan memilih gadis yang jauh lebih muda dan cantik. Yang masih di bawah tiga puluhan. Yang baru lulus dan masih segar. Dia tidak akan mencari yang seperti Zahrana yang sudah tiga puluh empat tahun (CSZ, 2011: 137-138).

Dengan mata berbinar dan bibir menyungging senyum, Pak Sukarman maju naik ke panggung. Ia berdehem dulu untuk mengetes pengeras suara, lalu memulai pidatonya....

“Ini adalah hari bahagia kita semua, keluarga besar Fakultas Teknik. Terutama saya, sungguh saya merasa sangat bahagia. Saya benar-benar terkesima pada Bu Zahrana, oh maaf, maksud saya pada prestasi Bu Zahrana.” Kata Pak Sukarman.

Mendengar kalimat terakhir Pak Sukarman beberapa dosen tersenyum. Pak Sukarman kembali melanjutkan pidatonya,

“Semua yang menyaksikan liputan khusus pemberian penghargaan itu pasti sepakat dengan saya. Sungguh saya benar-benar terkesima mendengar pidato ilmiah Bu Zahrana, yang penuh

- - - - Digambar

(6)

kekuatan menyihir dan terpeukau melihat penampilan Bu Zahrana di atas mimbar terhormat itu... cantik dan anggun...” (CSZ, 2011: 98).

“Ck..ck..ternyata ada juga ya orang Indonesia yang pinternya mengalahkan orang Jepang.” Celetuk Mbak Mar.

“Tidak hanya itu, nanti Mbak Rana juga akan tampak betapa hebatnya dia. Aku baca dikoran Mbak Rana meraih penghargaan tingkat dunia di Beijing mengalahkan banyak arsitektur luar negeri.” Sahut seorang remaja putri berkaos biru muda. (CSZ: 73)

- - - - Digambar

kan oleh pengarang dengan teknik tidak langsung (Showing), dengan mengguna kan percakapa n antar tokoh. Apakah langkah yang ia tempuh salah? Nalar

kritisnya menguatkan dirinya, bahwa ia sama sekali tidak salah. Apa yang ia tempuh adalah sebuah kemajuan. Ia memiliki potensi yang dimilikinya. Sudah tidak jamannya lagi perempuan diatur-atur oleh adat dan norma yang tidak ada patokan ilmiahnya. Ia bahkan masih harus menunda pernikahannya sampai meraih

- Approa

ch-approa ch conflict

Tindakan reaksi formasi

Keingin an yang kuat, keragua n

(7)

gelar doktornya. Setelah meraih penghargaan di Beijing akan sangat mudah baginya mendapatkan beasiswa S3 di luar negeri. Bahkan jika ia melamar S3 ke Tsinghua University pasti akan diterima dengan tangan terbuka.

Tetapi satu sisi nuraninya menegurnya, bahwa ia adalah perempuan yang egois. Kenapa juga tidak segera sadar bahwa umurnya sudah melewati kepala tiga. Siapa bilang norma masyarakat tidak ada patokan ilmiahnya? Ada. Ketika masyarakat menyebut seseorang sebagai perawan tua, itu tidak semata-mata ejekan. Tetapi sebenarnya itu adalah peringatan tanda sayang. Dunia kedokteran sudah menentukan usia produktif perempuan. Idealnya perempuan menikah sebelum usia tiga puluh tahun. Sehingga aman melahirkan keturunan (CSZ, 2011: 26-27).

Tetapi apalah arti semua penghargaan dan ucapan selamat itu jika tidak juga bisa membahagiakan kedua orang tuanya. Ia masih ingat betul wajah ayahnya yang dingin saat pamit. Ayahnya hanya bilang “yah, kalau sudah selesai segera pulang.” Ibunya sedikit lebih ramah, tetapi terasa dingin juga, “Hati-hati ya”. Ia sebenarnya berharap ayah dan ibunya melepasnya dengan rasa bangga, bahkan ikut mengantarnya sampai Bandara Internasional Adi Sumarno Solo. Meskipun ia sudah tidak anak-anak dan tidak remaja lagi,

- Approa

ch avoida nce conflict

retrogressi ve

behavior

Kecewa , sedih, keragua n

(8)

bahkan ia sudah sangat berumur, tetapi ia ingin dilepas kedua orang tuanya layaknya seorang anak yang dimanja dan lagi-lagi dibanggakan. Ia telah menjadi anak yang baik, anak yang berbakti kepada orang tuanya. Apakah baktinya selama ini masih kurang?” (CSZ, 2011: 4).

...Keinginannya adalah masuk Fakultas Kedokteran UI, UGM, UNDIP atau UNS. Ia utarakan pada kedua orangtuanya. Ibunya sangat antusias mendengarnya.

“Wah Pak, kalau rana jadi dokter mulia kita Pak. Oh senangnya kalau punya anak dokrter.” Mata ibunya berbinar-binar.

Tetapi ayahnya menanggapi dengan dingin, “senang-senang, gak dipikir biayanya dari mana! Mbok yo uteke dienggo ojo perasaanne wae sing dienggo!”

Mendengar kalimat ayahnya itu ia lalu mawas diri dan berpikir bahwa untuk menembus masuk Fakultas Kedokteran UI dan UGM ia sangat yakin bisa, tetapi setelah masuk biayanya dari mana. Dari kakak kelas yang sudah dua tahun di Fakultas Kedokteran, ia tahu bahwa biaya pendidikan di Fakultas Kedokteran memang besar. Biaya praktiknya juga maha...

... maka ia menemukan tantangannya dan ia memilih meneruskan kuliah di Fakultas Teknik UGM, Jurusan Arsitektur. Ayahnya kurang setuju,

- Approa

ch avoida nc conflict

Tindakan rasionalisa si

Kesada ran diri

(9)

tetapi ia tetap maju dan memberikan seribu alasan sehingga kemauannya diamini sang ibu. (CSZ, 2011: 5-6).

Prestasi demi prestasi ia raih, mahasiswi teladan tingkat nasional. Namanya dikenal banyak orang di kampusnya, baik dosen, mahasiswa maupun karyawan. Tidak sedikit mahasiswa laki-laki yang mendekatinya tetapi ia acuhkan begitu saja. Yang ia pikirkan adalah belajar, belajar dan menjadi yang terbaik di kampusnya. Sampai akhirnya ia diwisuda dengan prestasi sebagai mahasiswa terbaik diangkatannya. Ayah dan ibunya menyaksikan peristiwa bersejarah itu. Ibunya memeluknya dengan mata berkaca-kaca. “Pak anakmu sudah sarjana.” Kata ibunya pada ayahnya. Dengan agak dingin ayahnya berkata “Alhamdulillah. Ikut senang. Tetapi lebih senang seandainya diwisuda hafal Al-Quran”. Mendengar kalimat ayahnya itu ia ingin menangis. Kanapa ayahnya tidak mau sedikit saja berempati dan ikut merayakan kebahagiaan dan kebanggaan yang ia rasakan.

... Ia merasa tidak salah memilih kuliah di Fakultas Teknik UGM, Jurusan Arsitektur (CSZ, 2011: 9-10).

- approa

ch avoida nce conflict

tindakan represi

Ketegu han, keingin an yang kuat

-

Dua bulan setelah ia diwisuda ia mendapat panggilan dari UGM untuk ikut mengajar. Ia ditawari jadi asisten dosen. Ia langsung

- Approa

ch avoida

Tindakan rasionalisa si

Kecewa , kesadar

(10)

menghadap Dekan Fakultas Teknik. Dari Dekan ia mendapatkan penejalasan bahwa ia diproyeksikan untuk menjadi dosen dan akan dikirim ke Belanda untuk mengambil S2, itu jika ia bersedia.

Dengan penuh rasa bahagia ia ceritakan semua keberuntungan yang menghampirinya kepada ayah dan ibunya. Tetapi tanggapan mereka berdua jauh dari yang ia duga. Ibunya malah berkaca-kaca sedih, bukan bahagia. Tak ada yang keluar dari mulut ibunya tercinta. Akhirnya ayahnya angkat bicata.

... Kalau kamu tetap ngotot ingin mengajar di Jogja, itu artinya kamu sendiri yang meminta agar kami mengikhlaskan kamu, seolah-olah kami tidak memiliki anak lagi.

Kalimat ayahnya itu menusuk kesadarannya. Ia terhenyak sesaat. Kalimat ayahnya terasa mengiris dadanya.

... Itu bahasa halus, bahwa ayah dan ibunya tidak akan menganggap dirinya sebagai anaknya lagi jika nekat mengajar di Jogja. Sangat halus tapi tajam, tajam tapi halus. Tetapi entah mengapa ia tidak bisa berdalih dan berdalil apa-apa kali ini. Ia sama sekali tidak punya alasan yang kuat seperti sebelum-sebelumnya

... dengan berat hati, ia memutuskan untuk tidak mengambil tawaran langka itu (CSZ, 2011: 12).

nce conflict .

(11)

“Aku ingin curhat tentang masalah yang sedang aku hadapi.”

“Boleh.”

“Aku sedang cemas, takut dan bimbang Lin.” “Kenapa?”

“Aku dilamar”

“Lho seharusnya kau senang dong ada yang melamar kamu, bukan malah cemas dan takut.” “Masalahnya ini yang melamar aku Pak Karman. Kau tahu kan siapa Pak Karman.”

“Inna lillahi wa ilaihi raaji’iun.” Ucap Lina sepontan begitu tahu siapa yang melamar Zahrana. “Kalau dia yang melamar kamu wajar kau takut. Sebab musibah ada dihadapanmu. Tetapi kau tidak perlu bimbang kurasa. Sikap yang harus kau ambil sudah jelas kok. Kenapa bimbang? Lanjut Lina.

“Ini menyangkut keinginan kedua orang tua agar aku segera menikah. Juga aku agak pakewuh menolak lamaran itu karena yang menyampaikan lamaran itu Bu Merlin yang aku segani. Kalau menurut Wati, kau ingat kan Wati teman kita yang kini jadi istri lurah itu?”

“Ya ingat. Bagaimana menurut Wati?”

“Menurut dia aku terima saja. Anggap saja niatnya dakwah. Siapa tahu setelah menikah dengan aku Pak Karman jadi baik. Begitu menurut Wati. Menurut kamu bagamana Lin?

- Approa

ch avoida nce conflict

Tindakan sublimasi

Kebing ungan, ketahut an, keresah an

(12)

Aku perlu pendapatmu. Aku sungguh bingung dan cemas.”(CSZ, 2011: 163-164

“Buatlah kami bangga kamu menikah dengan orang yang terhormat dan terpandang, sehingga penantian kamu tidak sia-sia.” Kalimat itu terus terngiang-ngiang dalam telinga, dada dan pikirannya. Jelas sekali kedua orang tuanya menginginkan ia menerima lamaran itu.

Matanya berkaca-kaca. Kalau tidak ada kekuatan iman dalam dada ia mungkin telah memilih sirna dari dunia. Ujian yang ia derita sangat berbeda dengan orang-orang seusianya. Banyak yang memandangnya sukses. Hidup bolehlah disebut berkecukupan. Punya pekerjaan yang terhormat dan bisa dibanggakan. Bagaimana tidak, ia mampu meraih gelar master teknik dari sebuah institut teknologi paling bergengsi di negeri ini. Dan kini ia dipercaya duduk dalam jajaran pengajar tetap di universitas swasta terkemuka di ibukota Propinsi Jawa Tengah: Semarang.” (CSZ, 2011: 183-184).

- Approa

ch avoida nce conflict

Tindakan represi

sedih -

Sore itu ia menghadapi ujian yang menyesakkan jiwanya. Seseorang akan datang. Datang kepada orang tuanya untuk meminangnya. Ia masih bimbang harus memutuskan apa nanti. Ia sudah sangat tahu siapa yang akan datang. Dan sebenarnya ia juga sudah tahu apa yang sudah harus ia putuskan. Nurani, akal sehat, dan suara hati paling dalam sudah menolak pinangan itu.

- Approa

ch avoida nce conflict

tindakan represi

Kesedi han, kebing ungan

(13)

Tak ada pilihan lain. Tak ada kompromi. Ia harus bersabar meniti jalan panjang sampai ia menemukan pendamping hidup yang ia harapkan. Tapi bagaimana ia harus kembali memberikan pemahaman kepada ayah-ibunya yang mulai renta? Ayah dan ibunya yang sepertinya sudah terpikat oleh pesona semu Haji Sukarman yang hendak memperisti dirinya. Bagaimana ia harus memberikan pengertian kepada mereka berdua? (CSZ, 2011: 187).

Tubuh Zahrana menggigil mendengar kata-kata Bu Merlin, ia berusaha menguasai dirinya. Kalau orang lain yang menyampaikan lamaran itu ia bisa lebih tenang. Tetapi ini yang melamarnya adalah Pak Sukarman melalui Bu Merlin. Ia kaget luar biasa. Pak Karman yang beberapa hari yang lalu baru saja menerima lamaran untuk putrinya, dan sudah menetapkan tanggal pernikahan putrinya kini melamarnya untuk dijadikan istrinya. Sesungguhnya ia ingin marah tetapi yang ada di hadapannya adalah Bu Merlin yang ia hormati. Kalau yang mengatakan itu bukan Bu Merlin ia mungkin langsung akan mengungkapkan emosinya saat itu juga. Tampaknya Pak Sukarman sangat jeli dalam memilih orang yang diutusnya untuk menyampaikan maksudnya (CSZ, 2011: 125).

- Avoida

nce-avoida nce conflict

Tindakan represi

- -

(14)

Maghrib berkumandang. Ia cemas dan galau. Tak ada penjual krupuk yang datang kecuali Pak Tua tadi. Ia bingung. Ia cemas. Ia keluar lagi. Berharap ada penjual kerupuk lain yang datang. Penjual krupuk seperti yang ia bayangkan. Ia duduk di kursi berandanya. Airmatanya bercucuran.

“Ya Ilahi jika aku punya dosa, ampunilah dosaku. Cukupkanlah ujian-Mu. Aku mohon mudahkanlah jalanku menyempurnakan separo agamaku sesuai syariat-Mu. Mudahkan diriku menyempurnakan ibadah kepada-Mu”(CSZ, 2011: 238).

c avoida nce conflict

sublimasi galau, bingun g, sedih

Bagaimana mungkin ia bisa menikah dan hidup serumah seterusnya dengan orang yang moralnya sudah bejat seperti itu. Sebenarnya ia bahkan sudah tidak betah mengajar di kampus itu. Faktornya tak lain dan tak bukan ya kepemimpinan Pak Sukaraman. Tetapi setiap teringat kedua orang tuanya dan teringat Bu Merlin dan teman-teman dosennya yang baik-baik ia bisa kuat bertahan. Prinsipnya selama ia tidak diganggu Pak Sukarman maka ia bertahan. Tetapi apa yang terjadi sekarang?

Ia malah dilamar Pak Sukarman. Ia benar-benar tidak bisa tidur malam itu. Ia bahkan tidak percaya dirinya dilamar Pak Sukarman. Ia sebelumnya tidak pernah memikirkan hal itu. Tidak pernah terpikir dirinya dilamar Pak

- Double

approa ch avoida nce conflict

Tindakan represi

(15)

Sukarman.

Zahrana mencoba sholat istikharah. Lina yang dulu mengajarinya sholat istikharah. Setelah sholat ia berharap bisa tidur nyenyak. Kenyataannya ia tetap tidak bisa tidur sampai azan subuh berkumandang. Ia berdoa agar Allah membukakan baginya jalan keluar yang terang (CSZ, 2011: 141).

“Ada apa sebenarnya Bu?” ibunya terus menangis. Hatinya jadi luluh. Tanpa ia sadari air matanya meleleh. Setelah agak lama, ibunya bercerita, “kasihan bapakmu Nduk. Sudah tua. Tak lama lagi juga pensiun. Bapakmu tadi dimarahi habis-habisan oleh atasannya. Dikata-katai dengan kata-kata yang tidak selayaknya. Dihina sehina-hinanya. Tetapi bapakmu tidak bisa berbuat apa-apa. Satu bulan ini sudah tiga kali bapakmu dihina. Tadi itu yang ketiga”.

“Dihina bagaimana Bu?”. “Pokoknya dihina sehina-hinanya.”

“Apa kesalahan Bapak Bu?”

“Karena kemarin ijin tidak masuk kerja. Padahal yang lain kata bapakmu bisa ijin tidak masuk kerja. Khusus untuk bapakmu seolah tidak boleh ijin. Sebab hanya dia yang bisa disuruh-suruh.

Id ya ng me nci pta ka n sup er eg o

- Tindakan

represi

Sedih beruba h menjad i marah

(16)

Hanya dia yang pendidikannya paling rendah.” “Sekarang bapak di mana?”

“Sedang menjalankan tugas dari atasanya. Sebab atasannya mengancam jika bapakmu membantah maka akan diusulkan pensiun dini. Kalau pensiun dini maknanya ia tidak akan mendapatkan gaji pensiun penuh.”

“Orang itu kurang ajar sekali Bu. Biar Rana datangi ya!”

Prestasi demi prestasi ia raih, termasuk mahasiswi teladan tingkat nasional. Namanya dikenal banyak orang di kampusnya, baik dosen, mahasiswa maupun karyawan (CSZ, 2011: 7-9).

Kalimat ayahnya itu menusuk kesadarannya. Ia terhenyak sesaat. Kalimat ayahnya terasa mengiris dadanya.

“Kalau kamu tetap ngotot ingin mengajar di Jogja, itu artinya kamu sendiri yang meminta agar kami mengikhlaskan kamu, seolah-olah kami tidak memiliki anak lagi”. Itu bahasa halus, bahwa ayah dan ibunya tidak akan menganggap dirinya sebagai anaknya lagi jika nekat mengajar di Jogja. Sangat halus tapi tajam, tajam tapi halus. Tetapi entah mengapa ia tidak bisa berdalih dan berdalil apa-apa kali ini. Ia sama sekali tidak punya alasan

Id konflik Approa ch avoida nce conflict

Tindakan rasionalisa si

Bahagi a, beruba h menjad i kesedih an yang menim bulkan kesadar an

(17)

yang kuat seperti sebelum-sebelumnya

... Dengan berat hati, ia memutuskan untuk tidak mengambil tawaran langka itu. Dekan dan para dosennya berusaha membujuknya dan memikirkan baik-baik peluang emas ini, tetapi ia lebih memilih membahagiakan kedua orangtuanya daripada asyik dengan kebahagiaannya sendiri. Ia berharap Allah akan memberikan gantinya yang lebih baik(CSZ, 2011: 12-14).

Zahrana tersenyum. Sejuk rasanya membaca sms dari para mahasiswa yang begitu tulus menghormati dan mencintai dirinya. Dengan bahasa bloko apa adanya, bahasa Nina malah sangat bertempat di hatinya. Tak ada pujian yang menggombal dan menjilat. Agak gaul tapi tidak kehilangan keanggunannya. Biasa saja tapi tidak mengurangi rasa hormat. Terbayang wajah Nina yang selalu cerah dan tersenyum kepadanya termasuk wajah teman-temannya yang tadi siang ikut mengantar dirinya ke Bandara Internasional Adi Sumarno, Surakarta (CSZ: 57).

Id - Tindakan

proyeksi

Bahagi a

-

Dalam hati ia mendoakan para mahasiswanya itu, ssemuanya sukses dan jadi orang yang berhasil kelak. Lebih berhasil dari dirinya. Ia pernah mendengar kalimat yang indah dari salah satu guru SMA dulu, “Guru yang berhasil dari dirinya. Itulah guru sejati.” Ia berharap bisa mengantarkan

Id - - Bahagi

a

(18)

mahasiswanya meraih prestasi internasionla melebihi dirinya (CSZ: 57).

Baru kali ini ia mendaptkan SMS yang begitu panjang dari Pak Sukarman, dekan di Fakultas Teknik. Ia bisa menerima sms itu, tetapi ia merasa kurang nyaman ketika beberapa kali Pak Sukarman memanggilnya dengan : Bu Zahrana yang cantik. Ia merasa ada rayuan gombal di sana. Ia malah merasa itu seperti pelecehan bukan pujian. Ia lebih suka dipanggil Bu Zahrana saja , atau Bu Zahrana yang kami hormati akan terasa lebih elegan”. pidato bahasa Inggris yang telah ia siapkan. Ia cari teks itu di tas cangklongnya. Ia kaget. Tidak ada! Ia cari di kopernya, tidak ada juga. Ia cari lebih teliti lagi di tas dan kopernya. Hasilnya sama; tidak ada! Ia heran, kok bisa? Padahal seingat dia teks pidato itu sudah ia masukkan ke tasnya dalam stof map. Tetapi ia tidak menemukan teks itu. Yang ia

(19)

temukan adalah print out beberapa tulisan ilmiahnya. Ia bingung. Ia harus bagaimana? Apakah besok ia akan pidato tanpa teks saja? Ia tidak percaya diri jika pidato tanpa teks. Bahasanya bisa tidak tertata dengan baik. Ia akan berpidato di level panggung internasional. Tiba-tiba ia tersentum. Teks itu ada filenya di laptopnya (CSZ: 60).

nci pta ka n eg o

Ia tidak mau mempermalukan dirinya sendiri, juga martabat bangsanya. Ia harus menemukan cara. Baginya harga diri yang berkaitan dengan kehormatan ilmiah adalah segala-galanya. Zahrana berfikir keras. Akhirnya ia sampai pada suatu tekad: ia akan menyampaikan pidatonya tanpa teks. Pidato yang telah ia siapkan akan ia hafal diluar kepala, persis seperti saat ia dulu lomba pidato bahasa Inggris saat masih SMA (CSZ: 61).

Id ya ng me ni mb ulk an sup er eg o

- - Ketegas

an

-

“Aku juga sebenarnya sudah memikirkannya Lin. Tapi sekarang di umurku yang sudah tiga puluh empat tahun, pemuda mana yang mau denganku?” (CSZ: 107)

Id - - - -

(20)

merajuk pada ayahnya, “Masak Bapak nggak senang saya mendapatkan penghargaan? Dari luar negri lagi. Di kampus tadi saya mendapatkan sambutan khusus lho pak.” Pak Munajat baru membalikan badan memandang Zahrana.“ Sampai kapan kamu senang-senang sam kaya begituan terus?” Zahrana tertegun mendapat jawaban tajam bapaknya. “Pak, penghargaan yang saya terima’kan kebanggaan keluarga juga. Inggih tho pak?”

“O, gitu, to? Nyatanya semakin kamu terkenal, dapat banyak penghargaan, malah semakin bikin malu orangtua!Kamu bangga, kami malu!”. (CSZ: 114)

retrogress ive behavior

kaget

Tubuh Zahrana menggigil mendengar kata-kata Bu Merlin, ia berusaha menguasai dirinya. Kalau orang lain yang menyampaikan lamaran itu ia bisa lebih tenang. Tetapi ini yang melamarnya adalah Pak Sukarman melalui Bu Merlin. Ia kaget luar biasa. Pak Karman yang beberapa hari yang lalu baru saja menerima lamaran untuk putrinya, dan sudah menetapkan tanggal pernikahan putrinya kini melamarnya untuk dijadikan istrinya. Sesungguhnya ia ingin marah tetapi yang ada di hadapannya adalah Bu Merlin yang ia hormati. Kalau yang mengatakan itu bukan Bu Merlin ia mungkin langsung akan mengungkapkan emosinya saat itu juga. Tampaknya Pak Sukarman sangat jeli

(21)

dalam memilih orang yang diutusnya untuk menyampaikan maksudnya. (CSZ: 125)

ber sa ma an Sepanjang perjalanan dari kampus hingga

perumahan Tlogosari air matanya menetes. Hatinya perih, ia ingin mendapatkan penyembuhan dari Lina, tapi berkali-kali ia menelpon tidak bisa nyambung sama sekali. Ia telpon ke toko bukunya, pegawai Lina mengatakan kalau Lina mendadak diminta menemani suaminya acara di Singapura. Biasanya Lina selalu mengirim kabar padanya, tetapi karena kali itu mungkin sangat mendadak sehingga tidak sempat memberitahu dirinya. Padahal ia sangat memerlukan Lina untuk mencurahkan segala isi hatinya. Ia ingin menangis dan paling enak kalau menangis di bahu Lina. Karena Lina tidak ada maka ia menelpon seorang teman lamanya. Tidak seakrab Lina tetapi cukup akrab, yaitu Wati yang kini menjadi istri Lurah Tlogosari Kulon. (CSZ:129)

Id - Tindakan seperti melihat wajah Sukarman yang memuakkannya. Akal sehatnya tidak mungkin bisa menerima Pak Sukarman. Tidak bisa. Meskipun ia berusaha mencerna dan menghayati kata-kata Wati

(22)

bahwa jika Pak Karman taubat itu adalah dakwah dan dia dapat pahala. Tetapi secara logikan apakah akan semudah itu Sukarman yang dimatanya tidak hanya kurang ajar tetapi sangat bejat akan berubah. Ia bahkan sudah haji. Ia sering mengikuti acara pengajian. Ia kalau ramadhan jadi panitia Tarawih Keliling para pejabat teras Propinsi Jawa Tengah. Tetapi mentalitas dan moralitas tidak terpujinya tetap ia pelihara dalam dirinya. (CSZ: 139-140)

t, tawakal

“Buatlah kami bangga kamu menikah dengan orang yang terhormat dan terpandanng, sehingga penantian kamu tidak sia-sia.” Kalimat itu terus terngiang-ngiang dalam telinga, dada dan pikirannya. Jelas sekali kedua orangtuanya menginginkan ia menerima lamaran itu. Matanya berkaca-kaca. Kalau tidak ada kekuatan iman dalam dada ia mungkin telah memilih sirna dari dunia. Ujian yang ia derita sangat berbeda dengan orang-orang seusianya. Banyak yang memandangnya sukses. Hidup bolehlah disebut berkecukupan. Punya pekerjaan yang terhormat dan bisa dibanggakan. Bagaimana tidak, ia mampu meraih gelar master teknik dari sebuah institut teknologi paling bergengsi di negeri ini. Dan kini ia dipercaya duduk dalam jajaran pengajar tetap di universitas swasta terkemuka di ibukota Propinsi Jawa Tengah: Semarang.”(CSZ: 183-184)

(23)

Akhir-akhir ini, ada satu hal yang ia tangisi setiap malam. Setiap kali bermunajat kepada Sang Pencipta siang dan malam. Ia menangisi takdirnya yang belum juga berubah. Takdir sebagai perawan tua yang belum juga menemukan jodohnya. Dalam keseharian ia tampak biasa dan ceria. Ia bisa menyembunyikan derita dan sedihnya dengan sikap tenangnya. Ia terkadang menyalahkan dirinya sendiri kenapa tidak menikah sejak masih duduk di S.1 dahulu? Kenapa tidak berani menikah ketika si Gugun yang diam-diam ternyata mati-matian mencintainya sejak duduk di bangku kuliah itu mengajaknya menikah? Ia dulu memandang remeh Gugun. Ia menganggap Gugun itu tidak cerdas dan tipe lelaki kerdil karena nyaris drop out. Ia sama sekali tidak tertarik ketiak Gugun cerita bisa membeli mobil sendiri untuk usaha jualan pakaian dan mulai merintis usahsa penjualan cor logam.

Matanya berkaca-kaca. Ketika ia sadar harus rendah hati. Ketika ia sadar prestasi sejati tidaklah semata-mata prestasi akademik. Ketika ia sadar dan ingin mencari pendamping hidup yang baik. Baik bagi dirinya dan juga bagi anak-anaknya kelak. Ketika ia sadar dan ingin menjadi Muslimah

(24)

seutuhnya. Ketika ia menyadari semua, yang ia temui kini, adalah jalan terjal yang panjang yang menguji kesabarannya.(CSZ: 186)

eg o Sore itu ia menghadapi ujian yang menyesakkan

jiwanya. Seseorag akan datang. Datang kepada orag tuanya untuk meminangnya. Ia masih bimbang harus memutuskan apa nanti. Ia sudah sangat tahu siapa yang akan datang. Dan sebenarnya ia juga sudah tahu apa yang sudah harus ia putuskan. Nurani, akal sehat, dan suara hati paling dalam sudah menolak pinangan itu. Tak ada pilihan lain. Tak ada kompromi. Ia harus bersabar meniti jalan panjang sampai ia menemukan pendamping hidup yang ia harapkan. Tapi bagaimana ia harus kembali memberikan pemahaman kepada ayah-ibunya yang mulai renta? Ayah dan ibunya yang sepertinya sudah terpikat oleh pesona semu Haji Sukarman yang hendak memperisti dirinya. Bagaimana ia harus memberikan pengertian kepada mereka berdua? (CSZ: 187)

(25)

langsung sampaikan kepada pak karman yang saya hormati. Maafkan jika saya tidak bisa menjawabnya sekarang.” (CSZ: 194-195)

ulk an dor on ga n eg o.

a

“Bu tolong ibu juga mengerti saya. Saya telah berusaha menata hati dan jiwa untuk menerima Pak Karman. Saya tidak mau kerena saya sudah terlambat menikah, lantas saya menikah untuk seolah-olah bahagia. Saya tidak mau batin saya justru menderita. Karena saya benar-benar tidak bisa menerima Pak Karman. Saya sudah shalat istikharah Bu, dan saya tetap tidak bisa. Saya tidak mau, setelah menikah nanti sosok Pak Karman justru jedi monster yang menghantui saya setiap saat. Saya sama sekali tidak bisa mencintainya Bu. Meskipun sebutir zarrah. Ibu kan juga seorang perempuan. Saya mohon ibu bisa memaklumi.” Zahrana menjawab panjang lebar dengan mengajak bicara dari hati ke hati (CSZ: 203-204)

Do ron ga n Id ya ng me ni mb ulk an dor on ga n

- Sabar,

sedih

(26)

sup er eg o Ia masuk rumah. Lima belas menit lagi azan

Maghrib berkumandang. Ia cemas dan galau. Tak ada penjual krupuk yang datang kecuali Pak Tua tadi. Ia bingung. Ia cemas. Ia keluar lagi. Berharap ada penjual kerupuk lain yang datang. Penjual krupuk seperti yang ia bayangkan. Ia duduk di kursi berandanya. Airmatanya bercucuran. “Ya Ilahi jika aku punya dosa, ampunilah dosaku. Cukupkanlah ujian-Mu. Aku mohon mudahkanlah jalanku menyempurnakan separo agamaku sesuai syariat-Mu. Mudahkan diriku menyempurnakan ibadah kepada-Mu”(CSZ: 238)

Id Jenis

konflik Approa c avoida nce conflict

Tindakan sublimasi

Cemas, galau, bingun g, sedih.

-

“Rahmad telah tiada, Anakku! Rahmad meninggal dunia!” “Apa!!?” Ia kaget bagai tersengat listrik beribu-ribu volt. “Rahmad mati tertabrak kereta api!” lanjut Paman Rahmad. “Oh tidak! Tidak! Tidaaak!” Zahrana menjerit histeris. Jeritannya menyyat hati siapa saja yang mendengarnya. Setelah itu ia pingsan seketika. Semua yang ada di rumah itu terpukul. Para tetangga Zahrana yang mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi ikut sedih dan meneteskan air mata. (CSZ: 248)

Id - - bersika

p putus asa, kesedih an

-

(27)

kuat!” katanya dalam pelukan Lina dengan terisak-isak. “Sebut nama Allah ya Rana! Mintalah kepada Allah agar musibah ini diberi ganti yang lebih baik” Lina mencoba menguatkan. “Tapi aku bisa gila Lin. Aku bisa gila!aku shock! Dari pada aku gila lebih baik aku mati saja!” (CSZ:250)

han yang mendal am, rasa putus asa “Saya ikut berduka. Semoga almarhum berdua

diterima di sisi-Nya. Saya berharap gaun pengantinmu benar-benar telah kau kembalikan ke Solo!”. Zahrana tersentak. Kata-kata pak karman baginya aliran listrik yang menyengatnya. Kata-kata itu menguatkan keyakinannya bahwa yang menterornya selama ini adalah Pak Karman. Dan bagaimana bisa Pak Karman tahu ia membeli gaun pengantin itu dari Solo. Tiba-tiba firasatnya mengatakan kematian calon suaminya ada hubungannya dengan SMS Pak Karman yang baru saja ia dengar adalah satu bentuk teror dahsyat yang hendak melumpuhkannya saat itu. Tiba-tiba kekuatannya bangkit. Ia merasa tidak boleh terpancing. Ia harus bisa mengendalikan diri. Ia harus menang. Harus tenang (CSZ: 254-255).

Id - - - -

(28)
(29)

dilepas kedua orangtuanya layaknya seorang anak yang dimanja dan-lagi-lagi- dibanggakan. Ia telah menjadi anak yang baik, anak yang berbakti kepada orangtuanya. Apakah baktinya selama ini masih kurang?” (CSZ: 4)

er eg o

Prestasi demi prestasi ia raih, mahasiswi teladan tingkat nasional. Namanya dikenal banyak orang di kampusnya, baik dosen, mahasiswa maupun karyawan. Tidak sedikit mahasiswa laki-laki yang mendekatinya tetapi ia acuhkan begitu saja. Yang ia pikirkan adalah belajar, belajar dan menjadi yang terbaik di kampusnya. Sampai akhirnya ia diwisuda dengan prestasi sebagai mahasiswa terbaik diangkatannya. Ayah dan ibunya menyaksikan peristiwa bersejarah itu. Ibunya memeluknya dengan mata berkaca-kaca. “Pak anakmu sudah sarjana.” Kata ibunya pada ayahnya. Dengan agak dingin ayahnya berkata “Alhamdulillah. Ikut senang. Tetapi lebih senang seandainya diwisuda hafal Al-Quran”. Mendengar kalimat ayahnya itu ia ingin menangis (CSZ: 9)

Eg memerlukan lagi penghargaan-penghargaan ilmiah itu. Yang mereka inginkan darimu adalah kamu segera berumah tangga, lalu memberi mereka cucu. Kamu anak mereka satu-satunya. Mereka sangat

(30)

khawatir jika keturuannya terputus karena kamu terlambat menikah, atau khawatir kamu tidak mau menikah”. Seketika Zahrana menekuri dirinya. Ia sama sekali tidak berpikiran sampai ke sana. Ia terlalu sibuk mengejar prestasi ilmiah. Ia terlalu fokus untuk karir akademik. Ia terlalu kencang memaknai nasihat Robert J. McKain agar hanya mencurahkan perhatian pada hal-hal yang utama, hal-hal yang paling penting untuk apa yang hendak ia raih. Karena alasan kebanyakan sasaran tidak tercapai adalah hilangnya waktu mengerjakan hal-hal yang sekunder. Selama ini ia merasa menikah bukanlah yang harus didahulukan. Masih dalam katagori sekunder. (CSZ: 27)

mb ulk an dor on ga n id

Kata-kata lina yang terakhir itu sangat menohok dirinya, dan ia tidak bisa membantah. Sebab ia baru saja membuktikan kebenaran kata-kata Lina. Ia banyak mendapatka ilmu dan pelajaran nya selama di Beijing. Ia banyak mendapatkan hikmah setelah melihat kemajuan yang diraih China, dan itu ia dapatkan tidak melalui diktat kuliah, tidak juga dari ceramah seorang guru besar. Tetapi ia dapatkan begitu saja saat naik taksi, naik MRT, saat jalan-jalan di sela-sela gedung bertingkat di Beijing atau bahkan saat ia makan di restoran (CSZ: 105)

Eg o

- - kesadar

an

(31)

Bagaimana mungkin ia bisa menikah dan hidup serumah seterusnya dengan orang yang moralnya sudah bejat seperti itu. Sebenarnya ia bahkan sudah tidak betah mengajar di kampus itu. Faktornya tak lain dan tak bukan ya kepemimpinan Pak Sukaraman. Tetapi setiap teringan kedua orang tuanya dan teringat Bu Merlin dan teman-teman dosennya yang baik-baik ia bisa kuat bertahan. Prinsipnya selama ia tidak diganggu Pak Sukarman maka ia bertahan. Tetapi apa yang terjadi sekarang? Ia malah dilamar Pak Sukarman. Ia benar-benar tidak bisa tidur malam itu. Ia bahkan tidak percaya dirinya dilamar Pak Sukarman. Ia sebelumnya tidak pernah memikirkan hal itu. Tidak pernah terpikir dirinya dilamar Pak Sukarman. Zahrana mencoba sholat istikharah. Lina yang dulu mengajarinya sholat istikharah. Setelah sholat ia berharap bisa tidur nyenyak. Kenyataannya ia tetap tidak bisa tidur sampai azan subuh berkumandang. Ia berdoa agar Allah membukakan baginya jalan keluar yang terang. (CSZ: 141) aku hadapi.” “Boleh.”

(32)

“Lho seharusnya kau senang dong ada yang melamar kamu, bukan malah cemas dan takut.”

“Masalahnya ini yang melamar aku Pak Karman. Kau tahu kan siapa Pak Karman.”

“Inna lillahi wa ilaihi raaji’iun.” Ucap Lina spotan begitu tahu siap yang melamar Zahrana. “Kalau dia yang melamar kamu wajar kau takut. Sebab musibah ada dihadapanmu. Tetapi kau tidak perlu bimbang kerasa. Sikap yang harus kau ambil sudah jelas kok. Kenapa bimbang? Lanjut Lina.

“Ini menyangkut keinginan kedua orangtua agar aku segera menikah. Juga aku agak pakewuh menolak lamaran itu karena yang menyampaikan lamaran itu Bu Merlin yang aku segani. Kalau menurut Wati, kau ingat kan Wati teman kita yang kini jadi istri lurah itu?”

“Ya ingat. Bagamana menurut Wati?”

“Menurut dia aku terima saja. Anggap saja niatnya dakwah. Siapa tahu setelah menikah dengan aku Pak Karman jadi baik. Begitu menurut Wati. Menurut kamu bagamana Lin? Aku perlu pendapatmu. Aku sungguh bingung dan cemas.”(CSZ:

nci pta ka n dor on ga n id seb aga i res po n lan jut an

nce conflict

(33)

163-164)

Lalu ia mendapatkan SMS dari Bu Merllin: “ Hari ini saya dicacimaki Pak Karman gara-gara jawabanmu. Saya sungguh kecewa dengan kamu!”. Air matanya meleleh. Keputusannya telah mengakibatkan orang lain terkena imbasnya. Ia tahu suasana di ruang dosen di kampusnya pasti sedang tidak sehat. Ia tahu Pak Karman jika sedang marah. Ia yakin tidak hanya Bu Merlin yang terkena dampaknya. Dosen yang lain, karyawan dan mahasiswa bisa terkena dampaknya. “Maafkan aku Bu Merlin” lirihnya dengan hati perih. Ia merasakan dunia ini begitu sempit. Dinding-dinding kamarnya seakan hendak menggenjetnya. Atap kamarnya seakan mau rubuh menimpanya. Ia hanya bisa pasrah kepada-Nya dan memohon kekuatan agar tetap kuat dan tegar di jalan-Nya. Firasatnya mengatakan ia harus siap menghadapi hal-hal yang kurang menyenangkannya. Hal itu tak lama lagi datang. Maka hanya kepada Allalah dia memohon dan hanya kepada Allah dia bergantung (CSZ: 201).

Eg o

- - Kesedi

han yang mendal am

-

‘Ass wr wb Bu ini Hasan. Alhamdulillah tadi sy sdh wisuda. Dan alhmdulillah sy dinobatkan sbg mhsw terbaik. Ini jg berkat doa dan bimbingan Ibu. Trm ksh sdh mmnjami referensi dll. Mhn doanya.

Eg o

(34)

Wassalam’ ia tersenyum.

Ia bahagia membaca SMS itu. Bagaimnana tidak bahagia jika ada seorang murid yang berhasil tidak lupa pada gurunya. Ia teringat saat dulu diwisuda di UGM dan menjadi lulusan terbaik di Fakultasnya. Saat itu ia sangat bahagia. Dan itu pula yang saat ini sedang dirasakan mahasiswanya, Hasan (CSZ: 241).

Apakah langkah yang ia tempuh salah?

Nalar kritisnya menguatkan dirinya, bahwa ia sama sekali tidak salah. Apa yang ia tempuh adalah sebuah kemajuan. Ia memiliki potensi yang dimilikinya. Sudah tidak jamannya lagi perempuan diatur-atur oelh adat dan norma yang tidak ada patokan ilmiahnya. Ia bahkan masih harus menunda pernikahannya sampai meraih gelar doktornya. Setelah meraih penghargaan di Beijing akan sangat mudah baginya mendapatkan beasiswa S 3 di luar negri. Bahkan jika ia melamar S3 ke Tsinghua University pasti akan diterima dengan tangan terbuka. Tetapi satu sisi nuraninya menegurnya, bahwa ia adalah perempuan yang egois. Kenapa juga tidak segera sadar bahwa umurnya sudah melewati kepala tiga. Siapa bilang norma masyarakat tidak ada patokan ilmiahnya?

(35)

Ada. Ketika masyarakat menyebut seseorang sebagai perawan tua, itu tidak semata-mata ejeken. Tetapi sebenarnya itu adalah peringatan tanda sayang. (CSZ: 26-27)

... Vincent mengatakan Jean Nouvel, Tadao Ando dan belasan arsitek terkemuka duni juga datang.

Mendengar nama-nama itu, Zahrana merasa dirinya kerdil. Ia belum ada apa-apanya, belum ada sekukunya dibandingkan prestasi mereka (CSZ, 2011: 64).

Do ron ga n sup er eg o

- - kerdil -

Ia telah meneguhkan azzamnya bahwa ia akan menambah dedikasinya dalam mendidik anak bangsa, dan ia harus mengambil S3 paling lambat dua atau tiga tahun ke depan. Ia sudah mendapatkan dua tawaran beasiswa. Pertama dari Fudan University. Dan kedua, dari Shanghai Jiao Tong University. Sungguh sayang jika disia-siakan. Yang justru ia risaukan, jika ia ijin untuk belajar ke luar negeri, apakah ayah dan ibunya akan mengijinkannya? (CSZ, 2011: 84).

Do ron ga n sup er eg o ya ng me ni

(36)

mb ulk an dor on ga n id Ia sering geram sendiri. Apa pemerintah tidak bisa

membuat aturan dan sistem yang melindungi para petani? Padahal dari keringat para petanilah hampir seluruh penduduk negeri bisa makan. Ketika orang-orang kaya itu makan nasi dengan cah kangku dan ikan gurami saus tiram misalnya. Pernah mereka berpikir bahwa nasi itu ada karena kerja keras para petani. Cah kangkung itu, kangkungnya yang menanam juga petani. Juga sambalnya, siapa yang menanam lomboknya? Ikan guraminya yang memelihara juga petani dan peternak? (CSZ: 88)

Do ron ga n sup er eg o

- - Marah -

Zahrana emosi, ia mau marah pada sopir truk yang ia anggap mengerem seenaknya saja. Tetapi ia segera sadar apa yang terjadi dari mendengar cacimakian sopir truk pada anak remaja yang sudah hilang dari pandangan mata itu, ia tahu

Su per eg o

Jenis konflik ini yakni

Tindakan mengurun gkan niatnya

Kemara han

(37)

bahwa sopir truk terpasa mengerem mendadak karena tidak mau menabrak orang. Jadi tidak salah. Ia yang salah karena seharusnya ia juga mengerem. Tetapi karena ia melamun dan mikir masalah lamaran Pak Karman ia jadi terlambat mengerem (CSZ: 149).

me menguatkan Zahrana dalam menghadapi kehidupannya. Ia sudah sangat ikhlas seikhlas-ikhlasnya meninggalkan kampusnya. Dan ia siap mengabdi di mana saja yang paling peting itu mendatangkan manfaat sebesar-besarnya bagi orang lain, bagi nusa, bangsa, dan agama. (CSZ:

“Sedang apa perawan tua?”

“Ternyata jadi perawan tua itu indah”

“Jangan-jangan jilbabmu ittu kedok untuk menutupi daging tuamu yang sudah busuk dikerubung lalat!” Zahrana tersentak dan geram. Sebuah teror. Teror paling primitif, dengan

(38)

kata yang merendahkan dan menyakitkan. Ia senjata yang paling ampuh. Menanggapi omongan orang gila berarti juga ikut jadi gila. Menanggapi sikap orang dungu berarti ikut jadi dungu. (CSZ: 223)

Hp-nya kembali berdering. Dua kali. Ia buka, “Apa kabar Perawan Tua? “Kelapa itu semakin tua semakin banyak santanya. Banggalah jadi Perawan Tua!” ia meneteskan air mata. Tubuhnya bergetar. Hatinya sakit. Tapi ia harus menang. Diam adalah senjata pamungkasnya untuk menang. Ia tidak akan meladeni kata-kata yang tidak mencerminkan datang dari orang terdidik itu. Akhirnya, ia matikan ha-nya. Ia memilih asyik berselancar di dunia

(39)

penyejuk jiwa.” Tiba-tiba ha-nya, berdering. Satu SMS masuk,

“Apa kabar perawan tua? Jika kau telah beli gaun pengantin. Sebaiknya kau kembalikan saja. Kau tak akan memakainya di hari pernikahan yang telah kautentukan. Kau masih akan lama menyandang statusmu sebagai perawan tua. Bukankah jadi perawantua itu indah. Tiap saat dilamar banyak orang dan bisa dengan semena-mena menolaknya. Kenapa kau tidak menikmatinya saja? Kenapa tergesa-gesa? Demi kebaikanmu sendiri, sebaiknya kau kembalikan saja gaun pengantinmu itu. Jadilah perawantuan selamanya.”

Ia kaget. SMS berisi kata-kata teror itu muncul lagi. Entah kenapa, kali ini ia tidak setenang dulu menghadapi SMS teror itu. Kali ini ia sangat marah. Rasanya ia ingin membunuh orang yang mengirim SMS kurang ajar itu. Dengan sangat geram ia membalas,

“Semoga laknat Allah mengenaimu hai iblis tua! Semoga kau menemui ajalmu dalam keadaan hina di mata manusia!”

(40)

(CSZ: 245)

“Bu Zahrana ini Hasan. Saya setuju dengan syarat Ibu. Ibu siapkan wali dan saksinya saya akan siapkan maharnya dan penghulunya. Kami sekeluarga insya Allah berangkat sekarang, dan kami shalat Isya di masjid dekat rumah Ibu.” “Kau Serius Hasan?”

“Iya Bu.”

“Kau bisa mencintaiku?” “Iya Bu.”

“Kalau begitu jangan lagi kau panggil aku Ibu. Panggila aku, Dik. Dik Zahrana. Coba kau bisa nggak?” Zahrana merasa tidak perlu malu “Saya coba... dik Zahrana, tunggu aku di masjid.”Mata Zahrana berkaca-kaca mendengarnya. Ribuan hamdalah menyesak dalam dada. “Te...terima kasih. Kita bertemu di masjid, insya Allah” sambungan ditutup. Zahrana menangis tersedu-sedu. Melihat hal itu sang ibu bingung dan bertanya-tanya pada Zahrana. Dengan terisak-iasak Zahrana menjelaskan apa yang terjadi. Sang ibu turut menangis. Zahrana lalu sujud syukur. (CSZ: 269)

Su per eg o

- - Kebaha

gian yang sangat mendal am

(41)

SINOPSIS

NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA

Novel Cinta Suci Zahrana adalah seri trilogi kedua dari novel pembangun jiwa yaitu “Dalam Mihrab Cinta”. Dalam versi novelet, berjudul Tabir Cinta Zahrana. Kang Abik (sebutan untuk pengarang novel) mempercantik Cinta Suci Zahrana dengan tambahan scene awal bersetting Beijing, China. Ditutup pula dengan keindahan Beijing.

Tempo alur novel ini tergolong lambat. Jebakan membosankan tentu saja menghantui jika sang penulis tidak pandai menyiasatinya. Terlebih Kang Abik seringkali menghadirkan flash back di beberapa titik. Misal ketika Zahrana dalam pesawat saat keberangkatan menuju Beijing. Kang Abik menampilkan Zahrana yang tengah menghadirkan kembali kenangan/peristiwa sebelumnya. Tentu ini membuat novel terasa makin lambat.

Namun, Kang Abik tahu betul bagaimana membuat novelnya tak terasa membosankan. Bahkan dengan tempo alur yang lambat sekalipun. Kekuatan karakter tokoh dan kematangan konflik menjadikan novel ini tetap renyah dinikmati hingga akhir.Bercerita tentang Dewi Zahrana, seorang wanita cantik dan berprestasi di bidang arsitektur. Artikel yang ia tulis di jurnal ilmiah dan diterbitkan oleh RMIT Melbourne, Australiaternyata mendapatkan apresiasi yang sangat luas dari pakar arsitektur dunia.

Puncaknya, ia diundang ke Beijing untuk memperoleh penghargaan level internasional dari School of Architecture, Tsinghua University, sebuah universitas ternama di Cina. Tentu saja tidak mudah mendapat penghargaan dan pengakuan prestisius seperti ini. Di Asia Tenggara, dialah orang pertama yang meraihnya. Ia tidak hanya mengangkat martabat keluarga, tetapi juga mengangkat martabat bangsa dan negara. Ya, martabat bangsa dan negara yang bernama Indonesia dan sangat dicintainya.

Ia telah mendapatkan puluhan email ucapan selamat. Dari sesama dosen sejawat di kampus serta yang telah mengajarnya dahulu. Ada juga dari teman-teman kuliahnya dulu, bahkan dari Menteri Pendidikan Nasional Indonesia. Di kalangan akademisi Fakultas Teknik, khususnya Jurusan Arsitektur di Indonesia, ia sedang menjadi bintang dan bahan perbincangan. Banyak yang tidak menyangka tulisan artikel ilmiahnya mampu tembus dan diterbitkan oleh sejumlah jurnal di luar negeri. Tidak hanya oleh RMIT Melbourne, tetapi juga oleh NUS, UCLA, ANU, MIT, Utrecht University, dan Osaka Institute of Teknology.

(42)

Universitas Mangunkarsa Semarang. Lulusan S1 UGM Yogyakarta, S2 ITB Bandung. Peraih penghargaan prestisius Tsinghua International Award bidang arsitektur. Putri pasangan Bapak Munajat dan Ibu Nuriyah. Zahrana berusia 34 tahun. Sayangnya, belum menikah.

Namun semua jerih payah dan prestasi membanggakan tersebut sedikitpun tidak membuat kedua orang tuanya bangga. Masih ada yang mengganjal di benak mereka. Diumurnya yang telah berkepala tiga, Zahrana belum juga menikah dan membina rumah tangga. Sebagai anak semata wayang, kedua orang tuanya tidak lagi membutuhkan sederetan piagam penghargaan internasional. Yang mereka inginkan ialah, melihat Zahrana bersanding di pelaminan dan dapat segera menimang cucu.

Padahal sudah banyak pria yang berusaha mendekatinya. Tapi lagi-lagi, semuanya itu ia tolak dengan halus. Dengan alasan ia masih ingin menimba ilmu. Lambat laun kedua orang tuanya pun tidak luput dari gunjingan para warga masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Yang mengatakan kalau Zahrana adalah seorang perawa tua. Tidak mudah bagi Zahrana untuk melaluinya. Berbagai cobaan terus saja datang menghampiri dirinya. Seakan tak rela melihat dirinya bahagia dan menemukan pasangannya. Hingga akhirnya, dengan bersusah payah dan penuh liku-liku perjuangan, Zahrana pun mampu bangkit dan mengatasi semuanya. Siapakah pria yang paling beruntung mendapatkan hati dan cintanya tersebut?

Jalan kehidupan tak mungkin satu jalan saja. Ada berbagai jalan yang bisa ditempuh. Adakalanya manusia memilih jalan yang lusuh dan bernoda. Ada pula yang memilih jalan bersih dan suci. Terkadang terasa mudah dan lapang jalan itu dilewati. Terkadang pula terjal berliku. Dan, rasanya manusia tak mungkin sanggup meniti jalan panjang itu seorang diri. Butuh sosok pendamping yang diharapkan dapat mengiringi setiap episode jalan kehidupannya. Dan, selama penantian itu, manusia haruslah tetap melangkah. Lagi-lagi, manusia dihadapkan pada pilihan. Melewati masa penantian itu dengan nista, ataukah dengan ksatria.

Bukannya Zahrana tidak ingin menyegerakan menikah, atau hanya ingin fokus dalam karir akademiknya. Terlebih orangtuanya selalu mendorongya untuk segera mengakhiri masa lajangnya. Tapi Zahrana sedang menanti jodoh yang indah.

(43)

Penolakan lamaran itu ternyata berbuntut panjang. Bahkan Zahrana harus mengundurkan diri dari dosen di Universitas tersebut. Sedangkan Pak Karman terus melontarkan teror sms kepada Zahrana.

(44)

Biodata Penulis

Adapun biodata penulis skripsi ini yakni, Agnes Apryliana, lahir di Purwokerto, 10 April 1991. Anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Triyono dan Ibu S. Triyanti. Pendidikan yang pernah ditempuh yakni Pendidikan dsar ditempuh di SD N 02 Bantarsoka Purwokerto, SMP N 01 Kedungreja Cilacap, SMA N 01 Cipari/Patimuan Cilacap.

Pendidikan selanjutnya ditempuh di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, mengambil Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguguran dan Ilmu Pendidikan. Sekarang tinggal di Ds. Suren Rt 01/03 Kec.Kedungreja. Cilacap Jateng.

Referensi

Dokumen terkait

3. Pemeriksaan karya ilmiah yang telah terkumpul oleh panitia yang ditunjuk. Pendokumentasian hasil-hasil seminar. Pembentukan panitia penyelenggara seminar. Untuk

pola sidik jari menggunakan Fingerprints Frist dengan metode Spiral Model. yang mengindentifikasi pola-pola pada sidik jari pada

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Analitik dengan pendekatan cross sectional study untuk mengetahui faktor- faktor yang

Telah dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh iradiasi sinar gamma dalam melemahkan Streptococcus agalactiae sebagai bahan vaksin untuk pencegahan penyakit

Kepemimpinan dianggap sebagai faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap kinerja organisasi, manajer dan karyawan. Kepemimpinan dianggap sebagai faktor yang

TCExam dijadikan contoh untuk ujian pada penilitian ini dikarenakan TCExam merupakan aplikasi yang fokus terhadap ujian berbasis komputer (CBT) dengan berbagai

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ketiga variabel bebas; kesadaran halal, pengetahuan dan kemudahan mendapatkan produk berpengaruh secara signifikan terhadap

Melalui penelitian ini akan dilakukan pemetaan positioning dari B2B2C Zalora, Berrybenka, VIPplaza dan Etclo terhadap atribut website design, reliability,