• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Pemuda

Dalam buku Angelsaksis, istilah pemuda (youth) memperoleh arti yaitu suatu masa peralihan antara masa remaja dan masa dewasa. Dalam buku tersebut dijumpai pemisahan antara adolesensi (12-18 tahun) dan masa pemuda (19-24 tahun).

Remaja usia 13 tahun menunjukkan perbedaan yang besar dengan remaja usia 18 tahun, lepas daripada perbedaan sosial-kultural dan seksual diantara para remaja sendiri. Dalam buku-buku Jerman dan Belanda memang secara global dibedakan antara pubertas dan adolesensi. Istilah pubertas datang dari kata puber (pubescent). Kata lain dari pubertas berarti mendapatkan pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan perkembangan seksual. Bila selanjutnya dipakai istilah puber, maka yang dimaksudkan adalah remaja sekitar masa pemasakan seksual. Pada umumnya masa pubertas terjadi antara 12-16 tahun pada anak laki-laki dan 11-15 tahun pada anak wanita (Monks, 2004:263)

Bagi usia 12-18 tahun tugas perkembangannya adalah: 1. Perkembangan aspek-aspek biologis

2. Menerima peranan dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan masyarakat sendiri.

3. Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan/atau orang dewasa yang lain.

4. Mendapatkan pandangan hidup sendiri.

5. Merealisasi suatu identitas sendiri dan dapat mengadakan partisipasi dalam kebudayaan pemuda sendiri.

Anak remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Ditinjau dari segi tersebut mereka mereka masih termasuk golongan kanak-kanak, mereka masih harus menemukan tempat dalam masyarakat. Pada umumnya mereka masih belajar di Sekolah Menengah atau Perguruan Tinggi. Bila mereka bekerja mereka melakukan pekerjaan sambilan dan belum mempunyai pekerjaan yang tetap. Banyak remaja yang sudah tidak sekolah namun juga belum mendapatkan sesuatu pekerjaan tertentu , khususnya di Indonesia.

Masalah pengangguran yang begitu diprihatinkan oleh Pemerintah Indonesia sebagian besar terdiri dari golongan remaja. Golongan remaja yang seakan-akan masih belum menentu keadaannya ini karena mereka, berhubung salah satu sebab, tidak dapat melanjutkan sekolah tetapi juga belum dapat bekerja, terdiri dari anak laki-laki maupun wanita. Meskipun di Indonesia ada kesempatan yang persis sama bagi laki-laki maupun wanita untuk menduduki jenjang karier pekerjaan dalam masyarakat, namun bagi wanita maka perkawinan masih sering merupakan penyelesaian yang baik bila seorang wanita yang tidak lagi bersekolah tetapi juga tidak mendapat suatu pekerjaan tertentu.

Remaja ada dalam tempat marginal. Berhubung ada macam-macam persyaratan untuk dapat dikatakan dewasa, maka lebih mudah untuk dimasukkan

kategori anak daripada kategori dewasa. Baru pada akhir abad ke 18 maka masa remaja dipandang sebagai periode tertentu lepas dari periode kanak-kanak. Meskipun begitu kedudukan dan status remaja berbeda daripada anak. Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status kanak-kanak. Dipandang dari segi sosial, remaja mempunyai suatu posisi marginal.

Ausubel menyebut status orang dewasa sebagai status primer, artinya status itu diperoleh berdasarkan kemampuan dan usaha sendiri. Status anak adalah status diperoleh (derived), artinya tergantung daripada apa yang diberikan oleh orang tua (dan masyarakat). Remaja ada dalam status interim sebagai akibat daripada posisi yang sebagian diberikan oleh orang tua dan sebagian diperoleh melalui usaha sendiri yang selanjutnya memberikan prestise tertentu padanya. Status interim berhubungan dengan masa peralihan yang timbul sesudah pemasakan seksual (pubertas). Masa peralihan tersebut diperlukan untuk mempelajari remaja mampu memikul tanggung jawabnya nanti dalam masa dewasa. Makin maju masyarakatnya makin sukar tugas remaja untuk mempelajari tanggung jawab ini.

Batas antara masa remaja dan masa dewasa makin lama makin kabur. Pertama kali karena sebagian para remaja yang tidak lagi melanjutkan sekolah akan bekerja dan dengan begitu memasuki dunia orang dewasa pada usia remaja. Gadis-gadis yang kawin pada usia 18-19 tahun juga akan sudah memasuki dunia orang dewasa. Kalau dalam keadaan ini dapat dikatakan sebagai masa remaja yang diperpendek, maka keadaan yang sebaliknya dapat disebut sebagai masa

remaja yang diperpanjang, yaitu bila orang sesudah usia remaja masih hidup bersama orang tuanya, masih belum mempunyai nafkah sendiri dan masih ada di bawah otoritas orangtuanya. Hal semacam ini masih banyak terjadi di Indonesia.

Sebagai ciri khas anak muda di antara masa pubertas fisik dan kedewasaan yuridis-sosial, adalah bahwa dia dapat mewujudkan dirinya sendiri. Pada waktu itu anak muda membebaskan dirinya dari lingkungan orang tua. Hal ini tidak hanya berarti bahwa ia dalam usahanya untuk berdiri sendiri, mencoba untuk membebaskan dirinya dari pengaruh kekuasaan orang tua, baik dalam segi afektif maupun dalam segi ekonomi seperti halnya pada remaja yang bekerja. Hal ini berarti bahwa remaja secara mental tidak suka lagi menurut pada orang tuanya.

Apa yang merupakan sifat khas perkembangan anak muda dalam masa hidup ini paling baik dapat dilukiskan dengan istilah emansipasi. Dalam proses seseorang, selama berkembang dan bersama-sama orang lain yang ada dalam keadaan yang sama, belajar untuk mengaktualisasi dirinya sebagai kelompok yang diperlakukan sama dan sebagai orang-orang yang di dalam kelompok itu mendemonstrasi individualitasnya sendiri. Hal ini dilakukan dengan membebaskan diri dari ikatan irasional yang membuat mereka menjadi kelompok yang didiskriminasi.

Di Indonesia batas kedewasaan adalah 21 tahun. Hal ini berarti bahwa pada usia itu seseorang sudah dianggap dewasa dan selanjutnya dianggap sudah mempunyai tanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatannya. Tanggung jawab terhadap perbuatannya tadi berarti pula bahwa ia sudah dapat dikenai sangsi-sangsi pidana tertentu apabila ia melanggar peraturan hukum yang ada. Ditinjau

dari segi ini maka arti kedewasaan di sinipun mengandung arti juridis dan sosiologis (Monks, 2004:291)

Pemuda sering disebut generasi muda yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai, yang merupakan pengertian ideologis dan kultural. Misalnya ‘pemuda harapan bangsa’, ‘pemuda pemilik masa depan’ dan lain sebagainya yang kesemuanya merupakan beban moral bagi pemuda. Tetapi di lain pihak pemuda menghadapi persoalan-persoalan seperti kenakalan remaja, ketidakpatuhan kepada orang tua/guru, kecanduan narkotika, frustasi, masa depan suram, keterbatasan lapangan kerja dan masalah lainnya, kesemuanya akibat adanya jurang antara keinginan dan harapan dengan kenyataan yang mereka hadapi.(Ahmadi, 2000:122)

2.3 Program Pelayanan Sosial

Dokumen terkait