• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN TEORI

C. Pemulung

1. Pengertian Pemulung

Pemulung berasal dari kata “pulung” yang mempunyai arti

mengumpulkan barang bekas (limbah) yang terbuang (sampah) untuk dimanfaatkan sebagai bahan produksi dan lain-lain. Sedangkan pemulung adalah orang yang mencari nafkah dengan jalan mencari dan memungut serta memanfaatkan barang bekas kemudian menjualnya kepada

pengusaha yang akan mengolahnya kembali menjadi barang komoditas.46

Sedangkan menurut Argo Twikromo dikutip Arif mengatakan bahwa pemulung adalah orang yang mempunyai pekerjaan utama sebagai pengumpul barang-barang bekas untuk mendukung kehidupannya sehari-hari dan hidup mereka tidak mempunyai kewajiban formal dan tidak terdaftar di unit administrasi pemerintahan.47

Pemulung bekerja di tempat yang kumuh dan merupakan kategori sosial yang belum mendapatkan tempat terhormat di mata masyarakat umum, karena pekerjaan memulung selalu dicemoohkan oleh sebagian besar masyarakat, sebagai orang yang “tidak bisa dipercaya” keadaan

semacam ini secara otomatis akan membentuk strata dimana strata pemulung menempati diri terbawah atau memiliki harga diri yang rendah.48

46

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan., Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.906 47

Arif Rohman, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Tuna Sosial, artikel diakses pada tanggal 14 Oktober 2012, dari

http://rafif.multiply.com/journal/item/772?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem 48

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, Yogyakarta: 1992), h. 140

Ada dua jenis pemulungyaitupemulung lepas yang bekerja sebagai swausahadan pemulung yang tergantung pada seorang bandar yang meminjamkan uang ke mereka dan memotong uang pinjaman tersebut saat membeli barang dari pemulung. Pemulung berbandar hanya boleh menjual barangnya ke bandar dan tidak jarang bandar memberi tempat tinggal kepada pemulung, biasanya di atas tanah yang ditempati bandaratau di mana terletak tempat penampungan barangnya.

Pemulung juga termasuk pekerja sektor informal yang sampai saat ini belum mendapatkan pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. Hal ini baru sekedar kesehatan badannya belum lagi masalah haknya sebagai warga negara yang berhak juga mendapatkan hak pendidikan dan keamanan.49

Selanjutnya, masalah yang sering dirasakan pemulung dan anggota keluarganya adalah stigma masyarakat yang negatif terhadapnya. Hal inilah yang menjadi kepedihan tersendiri bagi para pemulung, namun jika dilihat dari pekerjaannya sehari-hari sebenarnya para pemulung adalah pahlawan kebersihan.

Menurut hasil pengamatan peneliti, ada hal lain yang dihadapi pemulung adalah penentuan harga dari ketua lapak yang semakin tinggi, hal ini yang membuat para pemulung harus bekerja keras mengerahkan tenaganya dengan bantuan anak dan isteri mereka, dengan begitu waktu

49

Junaedi, Semangat Kerja Pemulung Sampah, Pahlawan Lingkungan yang Terlantar, di akses pada tanggal 27 Nopember 2012 dari

http://www.stosfest.org/wp- content/uploads/2012/02/Junaedi-Semangat-Kerja-Pemulung-Sampah-Pahlawan-Lingkungan-yang-Terlantar.pdf

mereka harinya akan tersita untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya sehingga untuk memperoleh hak pendidikan apalagi pendidkan agama sangat sulit untuk terpenuhi.50

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemulung adalah orang yang mempunyai pekerjaan mengumpulkan barang-barang bekas dan menjualnya kepada jurangan atau ketua lapak dan hasilnya untuk mencukupi dan meemenuhi kebutuhan hidupnya dan menurut jenisnya pemulung terbagi menjadi dua yaitu pemulung lepas dan pemulung yang bergantung pada ketua lapak (bandar), sampai saat ini para pemulung belum dikatakan berhak untuk mendapatkan hak-haknya.

Asumsi peneliti bahwa keadaan pemulung yang serba kekurangan di atas, maka perlu bagi mereka mempunyai seseorang yang mampu

membimbing dan memberikan basic agama sebagai sandaran hidup

dengan bekal pengetahuan agama yang dilakukan secara kontinyu dan sedikit paksaan bahwa mempelajari agama itu penting dan dalam pembiasaan proses belajar agama tersebut akan menumbuhkan minat untuk mengamalkan agamanya dalam kehidupannya sehari-hari, serta menjadi acuan hidup untuk selalu optimis walaupun dalam keadaan apapun.

Posisi ibu pemulung sangat besar manfaatnya jika kekosongan waktu mereka diisi dengan kegiatan yang lebih bermanfaat seperti mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan oleh penyuluh agama di

50

Hasil observasi penulis ketika berada di lapak pemulung pada tanggal 28 Desember 2012 pukul 11.28

lembaga tertentu yang didalamnya berisi materi-materi agama, seputar aqidah, akhlak dan syariah (ibadah) yang bermanfaat bagi kebaikan dirinya sendiri, keluarga dan umumnya pada komunitasnya.

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI A. Sejarah Berdirinya Yayasan Media Amal Islami

Pada awalnya Yayasan Media Amal Islami ini didirikan oleh bapak H.

Aslih Ridwan, MA yang sering dipanggil dengan sebutan “abu” yang tinggal

di Jalan Lebak Bulus V No.34, beliau lahir di Jakarta tanggal 11 Juli 1967 dan memiliki riwayat pendidikan strata dua dalam bidang keagamaan yaitu S1 Fakultas Dakwah di STAI Al-Hikmah dan melanjutkan S2 Tafsir di PTIQ pada tahun 2009. Beliau mendirikan Yayasan Media Amal Islami sejak tahun 1999, aktifitas dakwah beliau telah tercatat sebagai Ketua sekaligus pendiri

yayasan Media Amal Islami, sebagai pengisi acara “Nasi Ulam” (Nasihat

Ulama) di Bens Radio, sebagai ketua GPMI (Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia) dan sebagai Account Executive Majalah Aulia.

Berawal dari keprihatinan beliau dalam memandang kaum bawah khususnya pemulung sebagai kaum yang lemah bukan saja secara finansial tetapi juga aqidah mereka dan keimanan mereka mudah untuk berpindah agama, dengan pemberian bantuan-bantuan berupa sembako dan bentuk perhatian orang-orang non muslim yang memiliki tujuan tertentu kepada para pemulung di sekitar Lebak Bulus Jakarta Selatan. Atas dasar keprtihatinan beliau yang didorong oleh dukungan lurah Cilandak untuk menyelamatkan aqidah kaum bawah yaitu pemulung dan kaum dhua’fa maka didirikanlah

yayasan yang diberi nama Media Amal Islami yang sesuai dengan namanya yaitu yayasan yang fokus melakukan amal sholeh.

Yayasan Media Amal Islami adalah Yayasan independen non partisipan yang berdiri pada tanggal 4 Jumadil Tsaniyah 1428 H atau bertepatan dengan 19 Juni 2007. Yayasan Media Amal Islami ini berada di Jalan Lebak Bulus V No.34 Fatmawati, Cilandak Barat Jakarta Selatan.

Dasar hukum atau aspek legal yayasan ini disesuaikan dengan SK Menteri Hukum dan HAM RI No. C-3225.HT.01.02 tahun 2007 dan surat izin Dinas Sosial Jakarta Selatan No. 09.12430.250/078.6. Yayasan ini bergerak dalam bidang dakwah, pendidikan dan ekonomi yang mempunyai tujuan meningkatkan taraf hidup kaum bawah dhuafa dan pemulung untuk mendapatkan haknya dalam bidang pendidikan non formal sesuai dengan wawancara penulis dengan H. Aslih Ridwan, MA seperti berikut:

“Pendidikan untuk kaum bawah dalam hal ini pemulung saya rasa penting karena mereka gak ada yang didik, kurang pengetahuan agama, mereka tidak punya uang untuk membayar guru kerumahnya. Jadi, kita rasa kaum bawah seperti mereka juga perlu mendapatkan pendidikan dan bekal ilmu karena mereka rentan dan hidup dalam

lingkungan yang slum atau kumuh gampang buat menukar aqidahnya.

Maka kita rasa penting untuk gerak cepat menarik mereka kembali

dalam rangka menyelamatkan aqidahnya”.1

Lembaga Yayasan Media Amal Islami merupakan lembaga agama yang memiliki keprihatinan bagi kaum bawah dimaksudkan juga kepada para pemulung disekitar yayasan ini, kegiatan yayasan diantaranya melakukan pembinaan khususnya pendidikan agamanya guna memelihara aqidah mereka dan memberikan bekal ilmu yang bermanfaat untuk dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Para pengurus yayasan yang memahami persoalan umat yang

1

Wawancara pribadi dengan H. Aslih Ridwan MA, di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan, tanggal 10 Desember 2012.

kian kompleks menuntutnya untuk selalu berinovasi dan bekerja keras dalam menyelesaikannya, oleh karenanya dibutuhkan sejumlah orang yang memilki kesamaan visi dan cita-cita untuk mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara melalui aktifitas dakwah, sosial dan pendidikan.2

B. Visi dan Misi

Adapun visi misi didirikan yayasan ini untuk mencapai keberhasilan dalam mencapai tujuan yang hendak diprioritaskan yaitu:3

Visi :Menjadikan sebuah lembaga dambaan ummat yang unggul dalam

menentaskan kaum dhu’afa menjadi kaum yang mandiri dan berakhlak yang

shaleh. Misi :

1. Melaksanakan dakwah bil lisan dan bil hal kepada masyarakat dhu’afa

2. Meringankan beban kaum dhu’afa

3. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dengan pelatihan bagi

kaum dhu’afa

4. Mengembangkan menagemen ilmu pengetahuan sehingga tercipta

kesejahteraan ummat

5. Mengajak kaum yang berkemampuan untuk aktif dan peduli terhadap

kaum dhu’afa

6. Mendorong dan memfasilitasi para kader yang terlibat aktif untuk menjadi pengajar dan Pembina dengan memberikan ruang dan

2

AD/ART Yayasan Media Amal Islami tahun 2008 3

kesempatan yang besar untuk mengembangkan diri, meningkatkan keilmuan dan kesejahteraannya.

C. Struktur Organisasi

Pendiri dan Ketua Umum : H. Aslih Ridwan, MA

Wakil Ketua Umum : M. Iqbal Siregar

Sekretaris Umum : Sigit Kuntoro

Wakil sekretaris : Dina Banonwati S.Sos. I

Bendahara Umum : Zhillan Sofandi

Wakil bendahara 1 : Dzulfitri Sulaiman S.Pd. I

Wakil Bendahara 2 : Fathi Ihsan.4

D. Program- Program Yayasan Media Amal Islami

1. Program Sosial Kemanusiaan

a. Pengasuhan dan santunan Yatim & Dhu’afa

b. Pengobatan gratis

c. Bantuan korban bencana alam

d. Pelatihan penanggulangan bencana

2. Program dakwah

a. Pelatihan imam dan da’i

b. Tebar da’I ke komunitas pemulung & papua Barat

c. Pembinaan masyarakat pemulung

d. Training motivasi, skills dan leadership anak yatim, dhu’afa dan

pemulung.

4

3. Pendidikan untuk anak yatim & dhu’afa

a. PKBM berupa paket A,B & C (Lebak Bulus Jakarta Selatan)

b. Madrasah Diniyah (Lebak Bulus Jakarta Selatan, Ds Curug Parung dan

Pedurenan Gn. Sindur Bogor)

c. PAUD (Ds. Curug Parung dan Pedurenan Gn. Sindur Bogor)

4. Program Pembangunan

a. Penyelesaian Asrama yatim & Dhu’afa b. Masjid Al-Kautsar & Pondok Da’I Mandiri

c. Penyelesaian Gedung Madrasah Diniyah & PAUD

E. Data Da’I dan Mustahiq

Guru Madrasah Diniyyah : 9 orang

Guru PAUD : 6 orang

Guru TPA Pemulung : 10 orang

Da’I : 47 orang

Total : 72 orang

Data Mustahiq dan Binaan MAI

Dhu’afa, yatim,jompo : 550 orang

Komunitas pemulung : 625 orang

Rawa Bengkel, Cengkareng : 350 orang

Duren Mekar, Sawangan : 200 orang

F. Kegiatan-Kegiatan Yayasan Media Amal Islami

Adapun kegiatan yang sudah berjalan dan terus dilakukan oleh Media Amal Islami sampai saat ini, antara lain:

1. Madrasah Diniyah Media Amal Islami setiap Senin sampai Jum’at.

2. Pengajian kaum ibu setiap minggu.

3. Pengajian Remaja setiap hari Minggu.

4. Pengajian Pemulung setiap malam Jum’at dan malam Ahad.

5. Pengajian para napi satu kali seminggu.

6. Santunan untuk 500 dhu’afa, yatim, janda, dan jompo setiap 10

hari menjelang Idul Fitri.

7. Penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah pada dhu’afa dan yatim desa

Gunung Sindur.

8. Penyaluran hewan qurban pada hari raya Idul Adha.

9. Pengajian di Komunitas kusta Tangerang

53

1. Pembimbing Agama

Pembimbing agama merupakan seorang juru penerang, pengabdi, pembawa norma dan penolong secara individu maupun kelompok kepada masyarakat dalam memecahkan masalahnya baik secara lahiriah maupun batiniah menyangkut kehidupan masa kini dan masa mendatang untuk ditarik keluar dari kegelapan kecahaya kehidupan yang lebih baik dengan berpedoman pada ajaran-ajaran agama Islam melalui dorongan dari kekuatan iman dan takwa kepada Allah SWT.

Secara akademis pembimbing agama harus memilki wawasan yang luas serta mempunyai kemampuan dalam bidangnya terutama dalam bidang agama yang berpedoman pada Al-Qur’an dan hadits.

Penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang peneliti lakukan di Yayasan Media Amal Islami dan sekitarnya yang merupakan komunitas pemulung di Lebak Bulus V Jakarta Selatan. Dari hasil penelitian diketahui identitas pembimbing agama sekaligus yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah tigaorang ustad yang mempunyai kontribusi dalam menanamkan pengetahuan agama melaui pengajian di yayasan Media Amal Islami, diantaranya ketua, sekretaris dan satu orang ketua bidang pendidikan dan dakwah di yayasan Media Amal Islami.

Adapun identitas pembimbing agama yang menjadi subjek dalam penelitian ini dalam melakukan fungsinya sebagai juru penerang keagamaan di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan, sebagai berikut:

a. H. Aslih Ridwan, MA

Bapak H.Aslih Ridwan, MA yang sering dipanggil dengan

sebutan “abu”, bertempat tinggal di Jalan Lebak Bulus V No.34, beliau lahir di Jakarta tanggal 11 Juli 1967 dan memiliki riwayat pendidikan Strata dua dalam bidang agama yaitu S1 Ilmu Dakwah di STAI Al-Hikmah dan melanjutkan S2 Tafsir di PTIQ lulus pada tahun 2009.

Beliau mulai mendirikan Yayasan Media Amal Islami sejak tahun 1999 pada saat itu belum berdirinya gedung yayasan seperti saat ini, namun beliau yakin yayasan ini mampu menjadi agen perubahan dan pelayanan bagi kaum masyarakat bawah dalam hal ini pemulung. Aktifitas beliau dalam menyampaikan dakwah baginya sudah menjadi panggilan hati, aktifitas beliau tercatat sebagai ketua sekaligus pendiri yayasan Media Amal Islami, sebagai pengisi acara “Nasi Ulam”

(Nasihat Ulama) di Bens Radio, sebagai ketua GPMI (Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia) dan sebagai Account Executive Majalah Aulia.

Berawal dari keprihatinan beliau dalam memandang kaum bawah khususnya komunitas pemulung sebagai kaum yang lemah bukan saja secara finansial tetapi juga lemah dari sisi aqidah mereka

dan keimanan mereka rentan untuk berpindah agama, dengan bujukan pemberian bantuan-bantuan berupa sembako, rekreasi dan bentuk

perhatian orang-orang non muslim yang memiliki tujuan

mengkristenisasi mereka. Atas dasar keprtihatinan itulah beliau terdorong untuk cepat-cepat melakukan pembinaan agama kepada komunitas pemulung di Lebak Bulus, selain itu beliau juga mendapat dukungan dari Lurah Cilandak Barat untuk misi yang sama yaitu menyelamatkan aqidah kaum bawah yaitu pemulung. Maka didirikanlah yayasan yang diberi nama Media Amal Islami yang sesuai dengan namanya yaitu yayasan yang fokus melakukan amal sholeh.1

b. Sigit Kuntoro, S.Pd.I

Pria kelahiran Jepara ini lahir pada tanggal 12 Februari 1975, beliau tinggal di Jalan kampung kebun No.35 Sawangan, Depok. Beliau ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang diadakan di yayasan Media Amal Islami sejak tahun 2008, selain itu beliau menamatkan pendidikan Strata satu bidang pendidikan Islam yakni S1 di STAI Al-Aqidah Jakarta tahun 2010. Ustad Sigit sangat peduli terhadap permasalahan hidup kaum bawah dalam hal ini pemulung, inilah yang membuatnya merasa termotivasi dan terpanggil untuk mendedikasikan dirinya dalam memberikan penerangan keagamaan kepada para pemulung di sekitar yayasan Media Amal Islami.2

1

Wawancara Pribadi dengan H. Aslih Ridwan, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 24 Desember 2012.

2

Wawancara Pribadi dengan Ustad Sigit Kuntoro, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 24 Desember 2012.

Ustad Sigit menjabat sebagai sekretaris umum di Yayasan Media Amal Islami, namun beliau juga memberikan bimbingan agama untuk para ibu-ibu pemulung jika ustad yang bertugas berhalangan hadir. Pengalaman beliau dalam mendidik para pemulung di komunitasnya, khususnya yang berada dekat dengan yayasan terbilang cukup lama dan usaha beliau boleh dikatakan langka karena beliau juga merasakan sulitnya menarik kepercayaan dan partisipasi mereka khususnya ibu-ibu pemulung untuk mengikuti kegiatan bimbingan agama di yayasan ini, namun perlahan tapi pasti beliau yakin kegiatan ini dapat menjadi input kebaikan bagi para ibu pemulung dan umumnya lingkungan pemulung dalam menanamkan kesadaran mereka untuk terus berada dalam koridor ajaran Islam.

c. Dzulfitri Sulaiman, S.Pd.I

Ustad Dzulfitri Sulaiman lahir di Jakarta pada tanggal 4 Juli 1983, beliau akrab dengan panggilan “ustad Hafid”, beliau tinggal di

Jalan Kesadaran Pamulang No.20 Tangerang Selatan. Beliau menyelesaikan pendidikan S1 jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN sekarang dikenal dengan Universitas Syarif Hidayatullah, lulus pada tahun 2010. Sosoknya sederhana dan hangat terhadap masyarakat binaan di yayasan. Keikutsertaannya pada yayasan ini didorong oleh semangatnya dalam mengaktualisasikan dirinya dengan membantu

kaum bawah untuk mendapatkan hak pendidikan khususnya pendidikan agama.

Beliau menjabat sebagai ketua bidang pendidikan dan beliau juga yang mengatur sistem bidang pendidikan mulai dari narasumber, materi, jadwal kegiatan dan hasil yang ingin di capai dari kegiatan tersebut. Beliau sangat prihatin dari sisi pemahaman agama mereka yang masih minim, khususnya pada anak-anak, remaja dan ibu-ibu pemulung di sekitar yayasan Media Amal Islami ini yang merupakan komunitas pemulung. Beliau juga terlibat langsung dalam kegiatan bimbingan agama tersebut.3 Sosok ustad Hafid disenangi oleh masyarakat binaan karena memiliki sifat humoris selain itu beliau juga memiliki sifat kepemimpinan yang baik kepada para rekan di yayasan dan terhadap kehidupan kaum bawah dalam memenuhi hak-haknya dalam bidang pendidikan.

2. Terbimbing

Sasaran dapat dilakukansecara individual ataupun kelompok, terbimbing merupakan sasaran untuk diberikannya bimbingan agama yang dilakukan oleh pembimbing dengan membantu mereka dalam menghadapi permasalahan yang sedang dialami dengan pendekatan agama. Peneliti dalam penelitian ini berpartisispan dalam kegiatan bimbingan agama tepatnya pengajian para ibu pemulung yang diadakan di yayasan Media Amal Islami. Selanjutnya, peneliti akan menjelaskan identitas terbimbing

3

Wawancara Pribadi dengan Ustad Hapid, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 24 Desember 2012.

yang mengikuti kegiatan bimbingan agama di yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus. Adapun identitas ibu-ibu pemulung yang peneliti wawancarai adalah:

a. Ibu Fitri

Ibu Fitri lahir di Bekasi pada 4 September 1988 dan aktif mengikuti kegiatan di yayasan Media Amal Islami sejak satu tahun yang lalu. Jenjang pendidikanibu Fitri hanya sampai tingkat sekolah menengah pertama (SMP), ibu Fitri merupakan isteri dari bapak Toni yang mencari nafkah sebagai pemulung, dan mereka tinggal di lapak bapak Neen. Keikutsertaan ibu Fitri dalam kegiatan yang diadakan di yayasan media amal Islami berawal dari mengantar anaknya yang belajar mengaji di yayasan dan kemudian ketika yayasan mengadakan bimbinganagama atau tepatnya pengajian kepada para ibu, beliau antusias untuk ikut serta didalamnya.4

b. Ibu Umaroh

Ibu Umaroh yang lahir di Bekasi pada tanggal 4 Desember 1988, ia juga aktif mengikuti kegiatan yang diadakan di yayasan sudah hampir satu tahun yang lalu. Jenjang pendidikan ibu Umaroh hanya tamat sekolah dasar (SD). Ibu Umaroh merupakan isteri dari bapak Joyo yang mencari nafkah sebagai pemulung, mereka bertempat tinggal di lapak pak Neen. Semangat mempelajari ilmu agama pada diri ibu Umaroh khususnya untuk menambah pemahaman dalam

4

Wawancara pribadi dengan ibu Fitri, di Lapak Pak Neen, tanggal 13 Januari 2013 pukul 15.10

mengamalkan ajaran agama (ibadah) sehari-hari tidak pernah pudar, ilmu agama hanya ia dapatkan waktu berada di kampungnya dulu dan setelah ia tinggal di Jakarta ia pun aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan yang diadakan Yayasan Media Amal Islami.5

c. Ibu Sonih

Ibu Sonih yang lahir di Bekasi pada tanggal 5 Oktober 1980, juga mengikuti kegiatan yang diadakan di yayasan namun berbeda dengan ibu-ibu lain hanya membantu suaminya dirumah dengan menunggu hasil barang bekas untuk dibersihkan dan dipilah-pilih, tetapi sehari-harinya ibu Sonihikut memulung bersama suami ke daerah Terogong, Banjar Sari dan Cilandak untuk membantu mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Ibu Sonih merupakan isteri dari bapak Saman yang mencari nafkah sebagai pemulung. Ibu Sonih tidak sempat mendapatkan hak pendidikan formal sejak kecil karena permasalahan kekurangan ekonomi yang juga dihadapi oleh orangtuanya sejak mereka hidup di kampungnya dulu. Beliau mengatakan cukup senang dengan kegiatan yang diadakan para pembimbing agama di yayasan Media Amal Islami, karena dengan adanya kegiatan tersebut dapat menjadi pencerahan hidupnya

dan menambah ilmu agama yang belum banyak diketahuinya.6

d. Ibu Erni

5

Wawancara pribadidengan ibu Umaroh, di Lapak Pak Neen tanggal 13 Januari 2013 pukul 15.27

6

Wawancara pribadi dengan ibu Sonih, di Lapak Pak Sanuari, tanggal 13 Januari 2013 pukul 14.53.

Ibu Erni yang lahir di Bekasi tanggal 10 Oktober tahun 1988, juga aktif mengikuti kegiatan yang diadakan di yayasan sudah hampir dua tahun yang lalu. Jenjang pendidikan ibu Erni hanya tamatan sekolah dasar (SD), ibu Erni merupakan isteri dari bapak Sanudin yang mencari nafkah sebagai pemulung. Keikutsertaan ibu Erni pada kegiatan yang diadakan di Yayasan Media Amal Islami juga disebabkan karena mengantar anaknya mengaji di (Taman Pendidikan Al-qur’an) TPA di yayasan, lama kelamaan beliau merasa perlu untuk

mengikuti kegiatan di yayasan karena minimnya pengetahuan agama yang ia miliki sehingga timbul minatnya untuk ikut dalam kegiatan yang diadakan di yayasan dengan harapan dapat mengerti ilmu agama khususnya dalam mempelajari hukum-hukum ajaran ibadah sehari-hari, besar harapan ibu Erni dapat mentransfer ilmu yang ia dapatkan

untuk membimbing anak-anaknya kelak.7

B. Hasil dan Analisis Data

1. Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaaan pada ibu-ibu Pemulung.

Komunitas pemulung yang berada di sekitar Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V Jakarta Selatan ini merupakan salah satu komunitas masyarakat yang terkena dampak dari permasalahan kemiskinan yang dihadapi kota-kota besar salah satunya adalah kota Jakarta. Mereka hidup

7

Wawancara pribadi dengan ibu Erni, di Lapak pak Neen, tanggal 13 Januari 2013. pukul 15.43.

dalam lingkungan yang boleh dikatakan kumuh, dan lingkungannya pun

Dokumen terkait