• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Pamulung I}I Yayasan Mei}Ia Amal Tslami Lebak Bulus Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Pamulung I}I Yayasan Mei}Ia Amal Tslami Lebak Bulus Jakarta Selatan"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

i

Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan

Pemulung merupakan komunitas yang sering mendapatkan stigma negatif

“cap maling”oleh masyarakat sekitar, belum lagi masalah ekonomi yang dialami

meluas menjadi krisis dibanyak bidang lainnya, seperti masalah kriminalitas dan moralitas. Masalah kemiskinan juga menyebabkan mereka kurang mendapatkan hak pendidkan dan lebih mengkhawatirkan lagi adalah kurangnya pengetahuan agama khususnya bagi ibu-ibu pemulung yang selayaknya mereka mampu untuk membimbing, mengarahkan anak-anaknya dengan bekal ilmu pengetahuan agama. Oleh karena itu, perlu adanya upaya menanamkan pengetahuan keagamaan bagi ibu-ibu pemulung, karena komunitas mereka rentan dengan kerusakan aqidahnya oleh pihak non muslim.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pada ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus, untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat bagi pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan.

Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan desain deskriptif yaitu penelitian yang menggunakan teknik analisa datanya berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, semua data tersebut menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dalam pengambilan informan peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah pembimbing agama dan empat orang ibu-ibu pemulung. Teknik analisa data yang digunakan adalah triangulasi dan SWOT.

(6)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wataala karena

dengan kuasaNYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam

keselamatan semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi

Wasallam dengan kedatanganNya ke dalam kehidupan ini yang telah menjadikan

sebaik-baiknya kehidupan.

Skripsi yang berjudul “Peran Pembimbing Agama dalam Menanamkan

Pengetahuan Keagamaan Pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus

Jakarta Selatan”, ini disusun untuk menempuh sidang akhir sarjana pada Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis yaitu Cecep.S.Pd.I dan Hamidah

yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, dan jerih payahnya kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan

skripsi ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Arief Subhan, MA,

Pembantu Dekan I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pembantu Dekan II Drs. H.

Mahmud Jalal, MA dan Pembantu Dekan III Drs. Study Rizal LK, MA.

(7)

membalas segala kebaikan ibu dan bapak.

3. Dosen pembimbing skripsi Dra. Musfirah Nurlaily, MA, terima kasih atas

keikhlasan dan bimbingan ibu dan maaf selama penulisan sering dibuat repot

oleh penulis, semoga kebaikan ibu dibalas oleh Allah SWT.

4. Dosen penasehat akademik Dr. Suhaimi M.Si, yang senantiasa memberikan

arahan dan motivasi kepada penulis.

5. Seluruh dosen pengajar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada

mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya penulis,

semoga segala dedikasi dan ilmu yang telah diberikan bapak dan ibu

senantiasa mendapat balasan kebaikan atas barokahnya ilmu dari Allah SWT.

6. Seluruh karyawan staf administrasi, staf perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Perpustakaan Fakultas Psikologi, dan Perpustakaan

utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

membantu memberikan kemudahan kepada penulis untuk mendapatkan

referensi dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Keluarga besar Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V, yaitu kepada H.

Aslih Ridwan, MA dan para ustad/ustdz yang tidak penulis sebutkan namanya

satu persatu tetapi tidak mengurangi rasa ta’zim penulis dan terima kasih

banyak atas penerimaan, bantuan selama penulis memperoleh data dalam

(8)

S.Pd.I, penulis ucapkan terima kasih atas arahan dan support kepada penulis

dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Untuk Suhandi yang telah memberikan perhatian, support, kasih sayangnya

kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan sering menjadi tempat

curahan keluh kesah penulis, semoga semua kebaikanmu akan mendapatkan

balasan dari Allah SWT.

10.Untuk adik-adik penulis Nurul Fauziah Rahmah, Triyana Maulida Nurbaiti

dan Muhammad Aryadlillah Shiddiq, yang selalu memberikan hiburan dan

support kepada penulis agar segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.

11.Untuk kawan-kawan BPI 2008 seperjuangan (Nila, Via, Ina, Ayu, Nina, Kpod,

Pu3, Ais, Indah, Sundus, Try, Obel, Ocit, Iboy, Enan dan lainnya....) semua

sahabat BPI, BEMJ BPI, teman-teman HMI KOMFAKDA Cabang Ciputat,

FORSA Volly, yang penulis tidak sebutkan satu persatu kalian telah menjadi

bagian dalam hidupku semoga persaudaraan ini akan selalu tetap terjaga, tidak

lupa untuk BPI 2009, BPI 2010, BPI 2011, BPI 2012 terima kasih atas support

kalian semua.

12.Semua pihak yang telah ikhlas membantu penulis dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini, sekali lagi terima kasih banyak.

Semoga Allah Subhanahu Wataala memberikan balasan atas segala jasa

dan bantuan yang telah diberikan dengan penuh ketulusan kepada penulis, penulis

menyadari skripsi ini masih mempunyai kekurangan oleh karenanya dibutuhkan

(9)

Ciputat, 7 April 2013

Eka Camalia Nurhidayati

(10)

vi

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Metodologi Penelitian ... 12

E. Tinjauan Pustaka ... 17

F. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II : TINJAUAN TEORI A. Peran Pembimbing Agama 1. Pengertian Peran... 20

2. Pengertian Bimbingan Agama ... 22

3. Fungsi dan Peran Pembimbing Agama ... 24

4. Ruang Lingkup Bimbingan Agama ... 27

B. Pengetahuan Keagamaan 1. Pengertian Pengetahuan Agama ... 35

2. Aspek-Aspek Keagamaan ... 37

3. Fungsi- Fungsi Agama ... 40

(11)

vii

D. Program Yayasan Media Amal Islami ... 50

E. Data Da’i dan Binaan Yayasan Media Amal Islami ... 51

F. Kegiatan Yayasan Media Amal Islami ... 52

BAB IV : TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Identitas Informan

1. Pembimbing Agama ... 53

2. Terbimbing ... 57

B. Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan

Pengetahuan Keagamaan Pemulung ... 60

C. Faktor Pendukung Penghambat Pembimbing Agama dalam

Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Pemulung ... 78

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(12)

1

Masalah kemiskinan telah ada sejak lama dan kini gejalanya

meningkat dengan krisis yang berkepanjangan dan permasalahan ini dihadapi

oleh bangsa Indonesia. Data kemisikinan menurut Badan Pusat Statistik

(BPS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin Jakarta

mencapai 363,43 ribu orang atau sekitar (3,75 persen) meningkat sebesar

51,25 ribu dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 312,18 ribu orang

atau sekitar (3,48 persen).1

Di negara Indonesia khususnya Jakarta, kemiskinan masih menjadi

beban penderitaan masyarakatnya. Ironisnya kemiskinan ekonomi yang

dialami masyarakat meluas lagi menjadi krisis dibidang lainnya, seperti

masalah kriminalitas dan moralitas.2 Kemiskinan juga memberikan pengaruh

yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat khususnya mereka yang berada

dikalangan ekonomi ke bawah. Selanjutnya, angka kemiskinan diatas dapat

dikategorikan pada kelompok masyarakat Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang jumlahnya semakin bertambah setiap

tahunnya.

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah individu,

keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan

1

BPS RI, Penjelasan tentang Potret Kemiskinan Kota, artikel diakses pada 20 Agustus 2012 dari http://jakarta.bps.go.id/index.php/

2

(13)

atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya sehingga tidak

terpenuhinya kebutuhan hidup baik jasmani, rohani dan sosialnya secara

memadai dan wajar.Hambatan dari kesulitan tersebut dapat berupa

kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan,

keterasingan dan akibat dari bencana alam maupun bencana sosial.3

Menurut Ronny Cahyana.S.Sos selaku Ketua Seksi Rehabilitasi Sosial

daerah Jakarta Barat yang dikutip oleh Endang mengatakan bahwa kategori

PMKS diantaranya adalah anak jalanan, pengamen, pemulung, gelandangan

dan pengemis. Kelompok ini termasuk kelompok masyarakat ekonomi

rendah. Mereka bukan tidak tahu menahu permasalahan ekonomi yang

sedang mereka hadapi dan sebagai akibatnya mereka terkena imbasnya. Tidak

sedikit dari mereka yang memilih dengan bekerja sebagai pemulung. Hal

inilah yang dapat mereka lakukan dengan keterampilan sederhana dan

seadanyamereka dapat mencari nafkah.4

Kehidupan pemulung di perkotaan cenderung kumuh, mereka tinggal

dan bekerja di tempat yang sangat tidak layak seperti tempat pembuangan

sampah, bantaran kali, selokan dan lainnya. Pemulung masih merupakan

kategori sosial yang belum mendapatkan tempat terhormat di lingkungan

masyarakat sekitarnya.

Setiap harinya anggota keluarga pemulung baik isteri dan anak-anak

mereka tinggal di lapak yang dimiliki oleh bos lapak. Mereka saling

3

Kementrian Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, (Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial,2011), h.5-7.

4

(14)

membantu dalam memilah-milih barang-barang bekas dari tempat

pembuangan sampah kemudian membersihkan barang-barang yang

dihasilkan pada hari itu agar dapat dijual dan menghasilkan uang.5

Masalah lain pemulung dilingkungan masyarakat sering menimbulkan

kecurigaan dan image “maling” karena barang yang diambil berasal dari

sekitar perumahan warga. Selain itu bagi masyarakat kota, gaya hidup

pemulung jalanan dianggap negatif dan dipandang sebagai biang

permasalahan sosial, seperti kekumuhan, keresahan sosial, dan kriminalitas.

Mata pencaharian mereka sangat bergantung pada sampah atau barang

bekas yang masih memiliki nilai jual. Disamping itu mereka juga menyambil

kerja ada yang menjadi buruh cuci, supir dan pembantu rumah tangga agar

dapat mencukupi makan sehari-hari. Sehingga seorang ibu terkadang harus

membantu suami mengais sampah, boleh dibilang ia tidak mempunyai

banyak waktu untuk menemani anak mereka dalam belajar, membimbing

prilaku dan mengajarkan soal agama, karena minimnya pengetahuan

keagamaan yang mereka miliki.

Hal tersebut di atas berdasarkan pengamatan peneliti seperti

pemahaman kebersihandiri (taharah) menurut tata cara mandi hadats besar

dalam fiqih, banyak diantara mereka belum mengetahui hal tersebut. Hemat

peneliti pemahaman mereka soal fiqih ibadah masih minim. Padahal posisi

ibu dalam keluarganya berperan sebagai guru pertama bagi anak-anak

mereka. Selain itu ibu adalah sosok sentral dalam kehidupan seseorang sejak

5

(15)

masih dalam kandungan sampai dewasa bahkan hingga meninggal dunia,

perannya tidak dapat digantikan oleh siapapun.6

Sebagaimana yang dikatakan oleh Manarul Hidayat yang menjelaskan

bahwa ibu memiliki peran yang sangat dijunjung tinggi oleh Nabi

Muhammad karena memiliki tugas mengasuh yang sangat besar yaitu sebesar

75% dari peran anggota keluarga lainnya.7Usaha

menanamkanpengetahuanagama dalam membimbing sikap sesuai dengan

ajaran Islam penting diberikan kepada ibu-ibu pemulung, karena hal ini dapat

menjadi input kebaikan bagi dirinya dan outputnya bagi keluarga serta

masyarakatnya.

Penanaman pengetahuan agama dapat dilakukan melalui kegiatan

keagamaan non formal diantaranya melalui majlis ta’lim, keteladan sikap

yang diberikan para da’i, belajar baca tulis Al-Qur’an serta kegiatan-kegiatan

non formal lainnya yang didampingi oleh seorang pembimbing agama.

Pembimbing agama hakikatnya sama dengan kegiatan orang

yangberdakwah, karena seorang pembimbing agama dapat mengajak dan

selalu menganjurkan agar selalu berjalan dalam kebaikan, dengan fungsinya

sebagai teladan, pembimbing, penolong, pengabdi dan memiliki sifat-sifat

kepemimpinan yang baik karena dia rela mengorbankan kepentingannya

sendiri demi kepentingan orang lain.

6

Hasil observasi peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung di sekitar Yayasan Media Amal Islami, tanggal pukul 28 Desember pukul 14.20

7

(16)

Seperti yang dikatakanoleh M. Arifin dalam bukunya pedoman

pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan agama, bahwa kegiatan bimbingan

agama melalui pendekatan sosiologis dapat mengarahkan seseorang

(terbimbing) untuk hidup di atas rasa solidaritas sosial dan tanggung jawab

sosial serta rasa ikut bertanggung jawab terhadap baik buruk maupun maju

mundurnya hidup bermasyarakat. Kesemuanya dapat menjadi faktor motivatif

terhadap kegiatan bimbingan dan penyuluhan agama tersebut dengan

dilandasi nilai-nilai keimanan dan taqwa.8

Keberadaan Pembimbing agama pada kelompok masyarakat

pemulung sangat dibutuhkan karena mayoritas dari masyarakat yang berada

dikalangan ekonomi kebawah, mereka cenderung berfikir pragmatis saja tidak

peduli soal agama dalam kehidupannya, yang mereka pikirkan adalah cara

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini juga dikatakan oleh H.Aslih

Ridwan selaku pendiri sekaligus ketua di Yayasan Media Amal Islami,

berikut hasil wawancara pribadi peneliti setelah mengikuti kegiatan di

Yayasan MAI:

“Masyarakat pemulung disekitar yayasan ini, ada sejak lama dan kita

prihatin dengan kondisi aqidahnya. Mereka kan orang pinggiran, orang yang sering dikucilin sama masyarakat karena sering dianggap

“maling” dengan lingkungan hidup mereka yang rentan dan ini menjadi perhatian bagi kita semua bukan yayasan ini saja tapi aparat hukum, mahasiswa dan masyarakat sekitar yang peduli dengan keadaan mereka yang lemah kegoda imannya sama sembako-sembako yang diberikan orang non muslim dengan maksud tertentu, maka dari itu kita gerak cepat, misalnya kita adakan pengajian untuk anak-anak, remaja dan orangtuanya.”9

8

M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:Golden Terayon Press, 1982), cet ke-1, hal.36.

9

(17)

Dari kutipan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, keberadaan

Yayasan Media Amal Islami atau lebih dikenal dengan MAI oleh warga

sekitar adalah lembaga non partisipan yang berdiri atas dasar keprihatinan

pendiri yaitu H. Aslih Ridwan, aparat hukum dan jajarannya serta dukungan

Lurah Cilandak Barat yang mengatakan adanya upaya kristenasisasi massal di

lingkungan pemulung Lebak Bulus.

Maka perlu adanya kegiatan rutin lewat kegiatan ukhuwah Islamiyah

seperti penanaman pengetahuankeagamaan melalui pengajian, mengunjungi

mereka di lingkungannya, agar dapat menumbuhkan jiwa optimis, tidak

mudah putus asa dan selalu bekerja keras.

Hal di atas dipertegas oleh Abraham Maslow yang dikutip oleh

Djamaludin Ancok, yang mengatakan bahwa setiap manusia memiliki

bermacam-macam kebutuhan yang harus dipenuhinya, untuk memahami

masalah kemiskinan yang sangat dekat dengan kekufuran dan problema lain

yang menyertainya. Maka dapat dijabarkan kebutuhan-kebutuhan manusia itu

dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman (safety), kebutuhan

akan kasih sayang, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi

diri.10

Kebutuhan masyarakat kalangan bawah dalam hal ini pemulung

dalam kesehariannya mereka masih diliputi perjuangan untuk mencukupi

kebutuhan dasarnya(makan,istirahat, tempat tinggalnya) dan kebutuhan

10

(18)

lainnya sehingga keinginan untuk taat beragama masih perlu di tumbuhkan

motivasi mereka.

Maka dari itulah pembimbing agama dalam komunitas pemulung

sangat diperlukan, karena disamping ia mengaktualisasikan diri yang sesuai

dengan perintah Allah yaitu berbuat baik dengan sesama manusia atau

hablum minannasi”, selain itu ia juga dapat mengajak masyarakatdengan

memahami kebutuhan-kebutuhan dasar mereka, seperti mengadakan lembaga

pendidikan Islam, pengerahan dana lewat yayasan non profit dan

memperbanyak latihan siap kerja. Penekanannya untuk menanamkan

pemahaman dan aspirasi mereka dengan pendekatan agama. Seruan ini

termasuk dalam surat Al- Baqarah ayat 83 yaitu:

 





“Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu

(masih menjadi) pembangkang.”11

Dari ayat di atas dapat kita petik hikmah yang terkandung di dalamnya

bahwa dalam setiap muslim mempunyai tanggung jawab untuk membantu

meringankan beban orang lain terutama orang miskin. Dan setiap manusia

11

(19)

sebenarnya memiliki bakat beragama atau instink agama, serta dapat

dikembangkan melalui diadakannya bimbingankeagamaanyang dilakukan

secara konsisten.

Dalam sabda Nabi Muhammad SAW juga dijelaskan pula bahwa

setiap manusia itu dilahirkan di atas fitrahnya, sebagaimana haditsnya sebagai

berikut:

“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, maka tergantung pada orang tua

keduanya yang menjadikannya penganut agama Yahudi, atau

beragama Nasrani atau pun beragama Majusi”. (HR. Bukhori).

Dari hadits di atas jelas bahwa yang menjadi pedoman dan pelaksana

pendidikan kepada anak, baik secara formal atau informal terletak dari kedua

orangtuanya. Dalam hal ini selain ayah sosok seorang ibu sangat diharapkan

untuk menjadi panutan bagi anak-anak mereka dalam mencerminkan

perbuatan-perbuatan yang baik dan sesuai dengan ajaran agama.

Agama Islam sangat menganjurkan umatnya untuk saling tolong

menolong dalam kebaikan, apalagi bagi orang-orang miskin yang secara

financial mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

hidupnya secara optimal. Baik secara perorangan, kelompok maupun

kelembagaan. Kelembagaan yang diharapkan masyarakat yang sering kita

dengar dan lihat disebut dengan nama yayasan, yang didalamnya terdapat

program-program pendidikan, keagamaan dan sosial.

Yayasan Media Amal Islami merupakan salah satu lembaga yang

(20)

Selatan.Dan merupakan yayasan non profit yang berdiri sejak tahun 1999.

Program-program di dalamnya salah satunya adalah pembinaan agama bagi

masyarakat pemulung.

Kegiatan tersebut di atas dilakukan untuk membantu meringankan

beban sesama, yang secara formal mereka tidak mampu untuk menambah

wawasan ilmu umum maupun agama, serta dapat menjadi wadah silaturahim

bagi masyarakat pemulung khususnya para ibu-ibu pemulung.12Kegiatan ini

juga merupakan gerakan pendorong untuk menaikkan derajat seseorang

dalam agama karena orang yang paling baik adalah orang yang mengajarkan

dan yang mempelajari agamanya yaitu agama Islam.

Hal di atas diperkuat dalam surat Al-Imran ayat 104, yang

menjelaskan tentang perintah berbuat kebaikan (amar ma’ruf nahi munkar),

yaitu:

  



“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itu

orang-orang yang beruntung.”13

Berdasarkan pandangan inilah peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian terhadap masalah di atas dan menuangkannya pada

penelitian ini yang berjudul “Peran Pembimbing Agama dalamMenanamkan

12

Hasil Observasi saat peneliti mengikuti pengajian di Yayasan Media Amal Islami, pada tanggal 16 Nopember 2012 pukul 16.00

13

(21)

Pengetahuan KeagamaanPemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak

Bulus Jakarta Selatan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penelitiakan membatasi masalah pada peran pembimbingagama dalam

menanamkan pengetahuankeagamaan. Keagamaan disini dibatasi pada pokok

ajaran-ajaran Islam, bagi kelompok ibu-ibu pemulungyang mengikuti

pengajian di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan.

Pembimbing agama dalam penelitian ini adalah seseorang yang

melakukan bimbingan agama kepada para ibu-ibu pemulung. Pembimbing

yang dimaksud bukan hanya menyampaikan pesan agama tetapi berusaha

mengidentifikasi permasalahan mereka, memfasilitasi,memberikan

penyadaran, motivasi dan informasi pada ibu-ibu pemulung di Yayasan

Media Amal Islami Lebak Bulus.Adapun rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana peran pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan

keagamaan padaibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak

Bulus V Jakarta Selatan?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat pembimbing agama dalam

menanamkan pengetahuan keagamaan padaibu-ibu pemulung di Yayasan

Media Amal Islami Lebak Bulus V Jakarta Selatan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(22)

a. Untuk mengetahui tentangperan pembimbing agama dalam

menanamkan pengetahuan keagamaan pada ibu-ibu pemulung di

Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V Jakarta Selatan.

b. Untuk mengetahui tentang faktor pendukung dan penghambat

pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pada

ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V

Jakarta Selatan.

2. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Secara teoritis, penelitian ini dapat dijadikan tambahan bagi

pengembangan keilmuan dakwah diantaranya ilmu patologi sosial,

bimbingan dan penyuluhan Islam, psikologi keluarga, psikologi agama

dan psikologi dakwah.

b. Secara akademis, penelitian ini dapat dijadikan acuan pemikiran dalam

menanamkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan agama

padapemulung umumnya untuk universitas dan khususnya untuk

jurusan BPI dalam kegiatan praktikum (lapangan) dalam memberikan

bimbingan dan penyuluhan pada pemulung. Data-data yang dihasilkan

dapat menjadi acuan kurikulum dengan mengidentifikasi penyuluhan

yang tepat.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

bagi lembaga Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta

Selatan dalam rancangan program yang efektif secara tepat dan dapat

(23)

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Peneliti pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Adapunpenelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dikutip oleh

Moleong adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.14

Adapun desain dalam penelitian ini menggunakan metode

deskriptif yaitu penelitian yang menggunakan teknik analisa datanya

berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.Semua datatersebut

menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.15

Desain deskriptif dalam penelitian ini dengan melakukan survei

yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok objek dalam

waktu tertentu dengan tujuan menilai kondisi atau penyelenggara suatu

program dan hasil penelitiannya digunakan untuk menyusun suatu

perencanaan demi perbaikan program tersebut.16

Dalam hal ini peneliti fokus tentang peran pembimbing agama

terhadap ibu-ibu pemulung dalam menanamkan pengetahuan keagamaan

yaitu ajaran-ajaran Islam (aqidah, syariah dan akhlak)yang diberikanoleh

14

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000),h. 3

15

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 6 16

(24)

pembimbing agama di Yayasan Media Amal Islami,serta apa faktor

pendukung dan penghambat bagi pembimbing agama dalam menanamkan

pengetahuan keagamaan ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal

Islami.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian lapangan atau (field

Reseaech),peneliti terjun langsung di lapangan yakni di yayasan Media

Amal Islami dan sekitarnya ke pemukiman pemulung agar memperoleh

data yang akurat dan dapat di pahami yang sesuai dengan tujuan

penelitian.

3. Lokasi penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Media Amal Islami yang

berada di Jalan Lebak Bulus V No. 34, Fatmawati, Cilandak Barat,

Jakarta Selatan 12430. Adapun waktu penelitian dalam penulisan skripsi

ini dimulai dari bulan Oktober 2012 sampai dengan Maret 2013.

4. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah tempat untuk memperoleh informasi

mengenai objek penelitian.17Adapun teknik pemilihan subjek yang

digunakan peneliti adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah

sampel yang diambil betul-betul sesuai dengan maksud dan tujuan

penelitian.18 Maka dari itu, peneliti menentukan sampel yang sesuai

berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai

17

B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, h. 179 18

(25)

keterkaitan dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui

sebelumnya.

Dengan demikian berdasarkan teknik pemilihan subjek di atas yang

menjadi informan dalam penelitian ini adalah pembimbing agama yang

mengetahui asal mulanya kegiatan pengajian bagi ibu pemulung yang

terdiri dariketua, sekretaris dan satu orang ustad bidang pendidikan dan

empat orangibu-ibu pemulung yang mengikuti pengajian di Yayasan MAI

Lebak Bulus Jakarta Selatan.

5. Teknik Pengambilan Data

Untuk memperoleh keakuratan data atau informasi yang sesuai

dengan penelitian ini, maka dalam hal ini peneliti menggunakan tiga

teknik pengumpulan data, yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan

pengukuran, dan merupakan usaha pengamatan dengan

menggunakanindera penglihatan.19Sedangkan dalam arti luas tidak

hanya terbatas pada pengamatan langsung dan tidak langsung. Dalam

melakukan observasi dalam penelitian ini peneliti memperhatikan,

mencermati dan mencatat fenomena yang muncul dan hubungannya

dengan aspek penelitian tersebut.

b. Wawancara

19

(26)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, dan

dilakukan oleh dua pihak, yang melibatkan pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban

atas pertanyaan.20Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk

menguatkan data yang sebelumnya diperoleh, dan peneliti melakukan

wawancara dengan beberapa pembimbing agama terdiri dari ketua,

sekretaris, satu orang ustad bidang pendidikandi Yayasan Media Amal

Islami dan 4orang ibu-ibu pemulung yang mengikuti kegiatan tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan kepada subjek penelitian.21 Peneliti

mengumpulkan, membaca mengenai hal-hal yang akan diteliti melalui

buku-buku, jurnal, majalah, internet, pengambilan poto yang dapat

dijadikan analisa untuk hasil penelitian ini.

6. Sumber Data

Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut:

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh penelitimelalui observasi

langsung, sebagai pengamat dan wawancara langsung kepada informan

yaitu pembimbing agama dan ibu-ibu pemulung di Lebak Bulus V

Jakarta Selatan.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh penelitimelalui catatan

pribadi, dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini baik dari

20

Lexy.J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2000), cet ke-1, h.135

21

(27)

referensi buku, majalah, jurnal yang ada kaitannya dengan pembahasan

penelitian ini.

7. Teknik Analisa Data

Analisa data menurut Bogdan dan Biklen, yang dikutip oleh Lexy

J. Moleong adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja pada data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dikelola,

mengsistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan. Adapun analisa data kualitatif, prosesnya sebagai berikut:

a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi

kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensistensiskan,

membuat ikhtisar dan membuat indeksnya.

c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai

makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan,

membuat temuan-temuan umum.22

Untuk memeriksa keabsahan data penulis menggunakan teknik

triangulasi. Teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksa keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan

pengecekan atau perbandingan terhadap data tersebut, teknik triangulasi

data yang digunakan adalah pemeriksaan terhadap sumber lain. Dalam hal

22

(28)

ini penulis menggunakan sumber lain yaitu kepada ibu-ibu pemulung

tentang peran yang dilakukan pembimbing agama.

Sedangkan untuk menganalisis keberhasilan bimbingan agama

dalam menanamkan pengetahuan keagamaan ibu-ibu pemulung, penulis

menggunakan teknik analisis Strengths, Weakness, Opportunities dan

Threats (SWOT), analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang

terjadi dalam hal ini penulis ingin mengetahui faktor pendukung dan

penghambat dari bimbingan agama yang dilakukan di yayasan MAI.

8. Teknik penulisan

Dalam penelitian ini peneliti berpedoman dan mengacu kepada

buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,Tesis dan Disertasi) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh ceQDA, Tahun 2007,

cetakan ke-2.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan tinjauan pustaka peneliti tidak menemukan skripsi

dengan judul yang sama dan yang menjadi tinjauan pustaka dalam penelitian

ini adalah:

1. Peran penyuluh agama dalam membina akhlak umat di Kementrian Agama

RI kantor Kota Tangerang, yang ditulis oleh Muhammad Nuh. Hasil

penelitian skripsinya menunjukkan bahwa penyuluh berperan sebagai

animasi sosial, membangkitkan kesadaran masyarakat, sebagai penyampai

informasi. Penyuluh menggunakan metode dialog langsung dengan

(29)

disampaikan melalui dakwah bil lisan, dakwah bil hal dan dakwah bil

hikmah.

2. Peran penyuluh agama dalam pembinaan akhlak anak pemulung di

Yayasan MAI Lebak Bulus V Jakarta Selatan, yang ditulis oleh Rike

Aryana.Hasil penelitiannya adalah peran penyuluh agama sebagai proses

perubahan perilaku, inisiator, fasilitator, motivator, teladan dan pemimpin.

Metode yang digunakan penyuluh agama dakwah bil lisan, bil hal dan bil

hikmah.

3. Peran pembimbing dalam menanamkan norma-norma kehidupan bagi

warga binaan sosial di panti sosial asuhan anak putra utama 6 cengkareng,

yang ditulis oleh Siti Fatimatuz Zahra. Hasil penelitiannya adalah peran

pembimbing sangat berperan dalam menanamkan norma-norma kehidupan

terutama pada norma agama dengan penanaman nilai aqidah dan ibadah,

dan norma sosial dengan menciptakan rasa kasih sayang dan saling

menghargai, metode pembimbing adalah ceramah, tanya jawab, pemberian

tugas, pembiasaan, keteladanan, sosiodarma dan demonstrasi.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti merasa tertarik

untuk melakukan penelitian yang berinteraksi dengan kelompok pemulung

khususnya para ibu-ibu pemulung. Pada skripsi ini peneliti memfokuskan pada

peran apa saja yang dilakukan pembimbing agama kepada ibu-ibu pemulung

dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pada ibu-ibu pemulung di

(30)

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode

Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Teori terdiri dari: Peran Pembimbing Agama yang meliputi: Pengertian Peran, Pengertian BimbinganAgama, Fungsi

dan Peran Pembimbing Agama, Ruang Lingkup BimbinganAgama.

Pengetahuan Keagamaan yang meliputi Pengertian Pengetahuan

Agama, Aspek-Aspek dalam Agama, Fungsi Agama. Pemulung

terdiri dari : Pengertian Pemulung.

BAB III Gambaran umum Yayasan Media Amal Islami yang terdiri dari : Sejarah Berdirinya Yayasan Media Amal Islami, Visi dan Misi,

Struktur Organisasi, Program Yayasan Media Amal Islami, Data

Da’i dan Binaan Yayasan Media Amal Islami, Program dan

Kegiatan Yayasan Media Amal Islami.

BAB IV Temuan dan Analisa Data terdiri dari Identitas informan yaitu Pembimbing Agama dan Terbimbing, Peran Pembimbing Agama

dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan, Faktor Pendukung

dan Penghambat Pembimbing Agama dalam Menanamkan

(31)
(32)

BAB II TINJAUAN TEORI A.Peran Pembimbing Agama

1. Pengertian Peran

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, peran adalah beberapa

tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh seseorang yang berkedudukan

di masyarakat.1Lebih jauh, peran itu harus dilaksanakan dan seseorang

dikatakan dapat memainkan perannya apabila mempunyai status dalam

masyarakat.2

Menurut Soerjono Soekanto mengatakan peran sebagai prilaku

individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, dapat dikatakan

bahwa orang tersebut menduduki suatu posisi dalam masyarakat, maka ia

pun melaksanakan suatu perannya tersebut dengan memperhatikan hak

dan kewajibannya.3

Sedangkan peran menurut teori peran (Role Theory), istilah

“peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater seorang aktor harus

bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan posisinya sebagai tokoh

tersebut dia diharapkan untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.

Begitu pula dalam masyarakat bahwa perilaku yang diharapkan dari tokoh

tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 854.

2

Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Press, 2006), cet ke 1, h. 91

3

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali, 1988), h.220

(33)

adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor

tersebut.4

Dalam teorinya Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam

teori peran ada 4 golongan yaitu:

a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial

b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut

c. Kedudukan antara orang-orang dan peilaku

d. Kaitan antara orang dan perilaku.5

Lebih lanjut, menurut Getzels dan E.G. Guba dalam M. Arifin

mengatakan bahwa gaya hubungan leadership-followership, peranan

seseorang dapat mengubah tingkah laku masyarakat berikut penjelasannya:

a. Role Expectation, pengharapan dari masyarakat kepengikutan kepada

peranan kepemimpinan.

b. Need Disposition, kecenderungan pribadi manusia kepada pemenuhan

kebutuhan.

c. Sosial Behavior, tingkah laku pribadi dan sosial dalam masyarakat

akibat proses kepemimpinan-kepengikutan.6

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat

dikatakan berperan jika telah memiliki status di masyarakatnya atau

diperankan dan bukan hanya memiliki status saja tetapi terdapat pula

tugas-tugas yang sebelumnya disusun berdasarkan harapanmasyarakat.

4

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984), h. 233-234.

5

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, h. 234 6

(34)

Peran seseorang dapat menjadi bagian dari interaksi sosial, hal tersebut

dapat memunculkan suatu tingkah laku yang diharapkan berkaitan dengan

adanya peran seseorang yang berkedudukan di masyarakat.

2. Pengertian Bimbingan Agama

Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata

“Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti menunjukkan,

membimbing, menuntun, atau membantu. Jika dilihat secara umum

bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntuna, namun

tidak semua bentuk bantuan adalah bimbingan.

Menurut kamus bahasa Indonesia, pembimbing adalah orang yang

membimbing, pemimpin, penuntun.7

Dalam pembahasan ini perlu dikemukakan bahwa pembimbing

merupakan orang yang melakukan bimbingan, adapun penjelasan

bimbingan menurut beberapa ahli sebagai berikut:

Menurut Crow & Crow, bimbingan dapat diartikan sebagai

bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang

memilki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai kepada seorang

individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan

kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri,

membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri.8

7

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2005), cet. ke-3, h. 152.

8

Khairul Umam dan Achyar Aminudin, Bimbingan dan Penyuluhan,(Jakarta:

(35)

Menurut M. Arifin mengatakan bahwa bimbingan adalah

menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain kearah tujuan yang

bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang.9

Lebih jauh keterkaitan antara bimbingan dengan penyuluhan,

M.Arifin mengatakan bahwa istilah penyuluhan mengandung arti

menerangi, menasehati atau memberi kejelasan kepada orang lainagar

memahami atau mengerti hal yang sedang dialaminya. Arti penyuluhan

berasal dari kata “counseling” yang kemudian dipadukan dengan

bimbingan menjadi bimbingan dan penyuluhan.10

Selanjutnya menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian

agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan

kepada Tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan

dengan pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya.11

Menurut Harun Nasution, agama mengandung arti ikatan-ikatan

yang harus dipegang dan dipatuhi manusia, ikatan ini mempunyai

pengaruh yang besar sekali dalam kehidupan manusia sehari-hari karena

agama mempunyai kekuatan yang paling tinggi dari manusia.12

Menurut Glock dan Stark dalam Djamaludin mendefinisikan

agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem

9

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama., h.1

10

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama., h.1

11

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 12 12

(36)

prilaku yang terlembagakan dan semuanya itu berpusat pada

persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi.13

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan agama

adalah proses pemberian bantuan atau pertolongan yang berbentuk

pengarahan diberikan pada seseorang agar dapat memahami, mengarahkan

dan suatu usaha yang dilakukan oleh pembimbing pada terbimbingnya

secara terencana, terarah dan bertahap sesuai dengan kesulitan yang

dihadapi terbimbingnya dengan pendekatan agama.

3. Fungsi dan Peran Pembimbing Agama a. Fungsi Pembimbing Agama

Seiring dengan kemajuan zaman dan perjalanan manusia maka

semakin kompleks problema yang dihadapinya, maka diperlukan

seseorang yang dapat mengabdikan dirinya dalam hal ini pembimbing

agama Islam yang berupaya untuk menerapkan dan mengembangkan

fungsi dari al-Qur’an dan hadits dalam kegiatan bimbingan

keagamaan.

Pembimbing agama dalam skripsi ini dapat disimpulkan oleh

penulis sebagai pihak yang memiliki peran yang tidak berbeda dengan

penyuluh agama, dengan asumsi bahwa jika penyuluh agama adalah

jabatan fungsional dan profesi yang secara formal diakui pemerintah,

Sementara pembimbing agama adalah pihak yang melakukan

13

(37)

penyuluhan secara non formal tanpa keahlian layaknya penyuluh

agama.

Menurut Syamsul Munir, bimbingan mempunyai beberapa

fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi pemahaman, berfungsi untuk memberikan pemahaman

terhadap diri terbimbing sendiri (keberadaan), lingkungan dan

masyarakat.

b. Fungsi pencegahan, berfungsi dalam pencegahan dan

terhindarnya seseorang dari berbagai permasalahan yang

berhubungan dengan faktor psikologisnya (perkembangan).

c. Fungsi pengentasan, berfungsi dalam pengentasan masalah dapat

perorangan ataupun kelompok, teori ini mengganti istilah fungsi

perbaikan yang mempunyai konotasi sasaran bimbingan orang

yang tidak baik (rusak).

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, berfungsi dari

terpeliharanya dan terkembangkannya potensi positif dan kondisi

positif seseorang agar perkembangan dirinya menjadi mantap dan

terarah.

e. Fungsi advokasi, berfungsi dalam menghasilkan pembelaan

terhadap seseorang dalam rangka upaya pengembangan seluruh

potensi diri secara optimal.14

14

(38)

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa,

pembimbing agama berfungsi sebagai seseorang yang memberikan

informasi (edukatif) dalam hal ini dengan menanamkan ajaran agama

Islam kepada ibu-ibu pemulung dengan menyediakan dirinya sebagai

media konsultatif atas permasalahan yang ada pada lingkungan

pemulung dan kurang pengetahuan agama maka dapat sharring dan

berfungsi sebagai advokatif dalam menyelamatkan aqidah mereka dari

pengaruh kemiskinan yang mereka hadapi dan rentan dengan

kerusakan aqidahnya.

b. Peran Pembimbing Agama

Menurut Ife dalam Isbandi mengatakan bahwa sebagai

pemberdaya sosial atau agen perubah baik dari organisasi pemerintah

maupun organisasi non pemerintah dalam komunitas tertentu

diantaranya peran-perannya dibagi menjadi dua yaitu:

1. Peran Fasilitatif atau animasi sosial adalah membangkitkan

keterampilan melakukan animasi sosial menggambarkan

kemampuan petugas sebagai agen perubah atau pemberdaya

masyarakat untuk membangkitkan energi, inspirasi, antusiasme

masyarakat dan termasuk juga didalamnya mengaktifkan dalam

mengembangkan motivasi warga untuk bertindak dengan memberi

dukungan baik yang bersifat ekstrinsik (material) dan juga yang

bersifat instrinsik seperti pujian, penghargaan dalam bentuk

(39)

2. Peran Edukasional, membangkitkan kesadaran masyarakat berawal

dari upaya menghubungkan antara individu dengan struktur yang

lebih makro. Agen perubah bertujuan untuk membantu individu

melihat permasalahan, impian, aspirasi, penderitaan ataupun

kekecewaan mereka dalam mengupayakan agar masyarakat mau

dan mampu mengatasi ketidakberuntungan mereka maka harus

mau menjalin hubungan antara satu dengan yang lain hal inilah

yang menjadi tujuan awal dari penyadaran masyarakat.15

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peran

pembimbing yang disejajarkan oleh agen perubah yaituterbagi menjadi

dua bagian fasilitatif berupa faktor ekstrinsik melaui dukungan berupa

material sedangkan instrinsik melaui pujian dan penghargaan. Bagian

edukatif berupa upaya membangkitkan kesadaran masyarakat melalui

kegiatan yang lebih makro agar mereka mau dan mampu mengatasi

ketidakberuntungannya.

Pembimbing agama dalam komunitas pemulung penting

terutama dalam memberikan penerangan keislaman kepada para ibu

pemulung yang sekaligus sebagai ْ اْل سرْدم ّاْل bagi anak-anaknya.

Mereka membutuhkan kehadiran seseorang yang dapat memberi

pemahaman, bimbingan dan motivasi dalam menjalani kehidupan

mereka dengan disertai wawasan agama untuk mewujudkan tata

kehidupan yang harmonis.

15

Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan

(40)

4. Ruang Lingkup Bimbingan Agama

Adapun dalam melakukan kegiatan pembimbing agama kepada

masyarakat dalam hal ini ditujukan pada kelompok masyarakat ibu-ibu

pemulung terdapat unsur-unsur yang melingkupi pembimbing agama,

diantaranya adalah:

a. Pembimbing Agama

Pembimbing agama sebagai juru penerang agama juga

dijelaskan dalam kitab suci Al-qur’an surat At-Taubah ayat 71, yang

didalamnya terdapat perintah untuk menyeru sesama ke jalan Allah

merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim. Sebagaimana Allah

berfirman: sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.

Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang

munkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah.

Sungguh, Allah mahaperkasa lagi mahabijaksana”.(QS.At-Taubah

ayat 71).16

Pembimbing atau juru penerang agamadapat dikatakan sebagai

orang yang kompeten dalam meyakini akan kebenaran agama yang

dianutnya, menghayati dan mengamalkan agama karena seorang

16

(41)

pembimbing agamamampu menjadi pembawa norma agama yang

konsekuen baik lahir dan batin bagi masyarakat.17

Menurut Ahmad Mubarok mengatakan peranan seorang

pembimbing agama terhadap yang dibimbing pasti harus lebih besar,

karena pembimbing agama sebagai seorang pemimpin harus memiliki

kelebihan dibanding dengan orang lain, berikut ciri pembimbing yang

dapat dikatakan sebagai seorang pemimpin masyarakat:

1. Memiliki kecakapan minimal dalam teknis kepemimpinan agama

khasnya misalnya memimpin dalam ritual keagamaan (ibadah).

2. Memiliki kecakapan secara umum dalam masyarakat juru penerang

agama memiliki ciri kharismatik.

3. Memiliki kecakapan sampai pada tingkatan tertentu misalnya

mengerti tafsir dan mengajarkannya.18

Sedangkan teori yang dikemukakan oleh R.M. Stogdill, yang

pernah melakukan penelitian tentang kepemimpinan seseorang di

dalam masyarakat menunjukkan hasil bahwa sifat dan ciri pemimpin

dalam berbagai situasi yang berbeda, tidak sama dengan

pengikut-pengikutnya.19

Menurut Arifin, dalam hubungannya dengan sikap

kepengikutan (followership) di kalangan masyarakat kita kenal adanya

tiga sebab psikologis, sebagai berikut:

17

Aida Vitayala S. Hubies, dkk, Penyuluhan Pembangunan di Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, 1992), h. 19.

18

Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, h. 202 19

(42)

1. Adanya dorongan mengikuti pemimpin sehingga weerstand atau

resistensi (daya tahanan) dari orang-orang untuk mengikutinya

dengan mudah dapat dilaluinya.

2. Adanya sifat-sifat khusus pada pemimpin yaitu sifat-sifat dan ciri

kepemimpinan yang mampu mempengaruhi jiwa orang lain

sehingga tertarik kepadanya.

3. Adanya kemampuan pada diri pemimpin untuk menggunakan

teknik atau metode kepemimpinan.20

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembimbing agama adalah juru penerang,pengabdi, pembawa norma

dan penolong secara individu maupun kelompok masyarakat dalam

memecahkan masalahnyabaik secara lahiriah maupun batiniah

menyangkut kehidupan masa kini dan masa mendatang untuk ditarik

keluar dari kegelapan kecahaya kehidupan yang lebih baik dengan

berpedoman pada ajaran-ajaran agama Islam melalui dorongan dari

kekuatan iman dan takwa kepada Allah SWT.

b. Sasaran

Sasaran adalah seorang atau kelompok masyarakat yang

diberikan pencerahan, penjelasan dan pertolongan dalam memahami

masalahnya dan cara menghadapi masalah tersebut dengan bimbingan

agama yang dilakukan secara terus menerus. Prakteknya sasaran

pembimbing agama tidak terikat oleh waktu, terbuka terhadap segala

20

(43)

usia, strata sosial, jenis kelamin dan pelaksanaannya dan waktu dapat

bersifat fleksibel.

Tempat yang dapat dilakukan di rumah, masjid, gedung dan

aula, sesuai dengan pembahasan ini sasaran dalam penelitian ini adalah

untuk kelompok ibu-ibu pemulung yang aktif mengikuti kegiatan

pengajian di yayasan Media Amal Islami.

c. Materi

Materi yang digunakan pembimbing agama pada dasarnya

adalah ajaran agama Islam yang bersumber pokok dari al-Qur’an dan

Hadits meliputi aqidah, syariah dan akhlak. Pembimbing agama wajib

mengetahui bahwa al-Qur’an adalah sebagai wahyu Allah SWT,

pedoman hidup dan kehidupan manusia untuk kebahagiaan di dunia

maupun di akhirat.

d. Metode

Pengertian metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui)

dan “hodos”(jalan). Dari pengertian tersebut jelas bahwa metode

adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.

Adapun metode yangdapat digunakan sebagai berikut:

1). Metode ceramah

Metode ceramah adalah cara penyampaian pesan yang

digunakan oleh pembimbing agama dan teknik ini sudah lazim

digunakan, biasanya ceramah diartikan karena mereka menyampaikan

(44)

memperhatikan dan mencatat jika diperlukan, pembimbing agama

menyajikan sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan dengan

bahasa yang mudah dimengerti.21 Dalam hal pembimbing agama yang

memberikan materi pokok ajaran Islam dan ibu-ibu pemulung yang

memperhatikan, bahkan mencatat hal yang diperlukan.

2). Metode Diskusi

Menurut Samsul Munir, metode diskusi hampir sama dengan

metode group guidance artinya ada kontak langsung antara

pembimbing dengan sekelompok terbimbing yang agak besar setelah

mereka mendengar ceramah kemudian ikut aktif berdiskusi serta

menggunakan kesempatan untuk tanya jawab.22 Dan metode ini

lanjutan dari metode diatas dan hal ini dapat mendorong terbimbing

dalam berpikir dan mengeluarkan pendapatnya pada materi yang telah

disampaikan agar dapat lebih memahami materi yang diberikan

kepadanya.

3). Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyampaian pesan dengan

sengaja pembimbing agama memperlihatkan suatu contoh dapat

berupa benda, keteladan dapat dikatakan dakwah bil hal, melalui

peristiwa, dan sebagainya dalam rangka pembimbing agama

21

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Tangerang: PT. Ciputat Press, 2005), h. 34-45

22

(45)

mementaskan sesuatu terhadap sasaran dengan maksud dan tujuan

tertentu.23

4). Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyampaian pesan dengan

cara mengajukan pertanyaan atau memberikan jawaban kepada

terbimbing yang merasa bahwa penjelasan pembimbing agama yang

dirasa belum dimengerti.

Dari penjelasan metode-metode di atas maka dapat disimpulkan

bahwa metode yang dapat digunakan pembimbing agama yaitu dengan

metode ceramah, tanya jawab, metode diskusi dan metode

demonstrasi.

Dalam hal ini pembimbing agama juga dapat menggunakan

metode bil hikmah,mauhizoh hasanah, dan mujadalah bilati hiya

ahsandengan mempelajari suatu peristiwa yang dapat menanamkan

pengetahuan akan ajaran-ajaran Islam pada ibu pemulung.

e. Tujuan

Menurut M. Arifin tujuan dari penerangan agama adalah untuk

menanamkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan

ajaran agama yang dibawa oleh penerang agama.24

Selanjutnya menurut M. Lutfi tujuan dari kegiatan yang

dilakukan oleh pembimbing agama adalah menyelenggarakan dan

membantu seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat agar dapat

23

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 34-45

24

(46)

mengenal, mengarahkan dan mewujudkan dirinya sendiri sebagai

manusia seutuhnya sehingga terbuka jalannya untuk mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.25

f. Tolak Ukur peran pembimbing agama

INPUT THRUPUT OUTPUT

(sikap, kepribadian dan (kognisi, konasi, emosi yang (perubahan sikap/tingkah

Motivasi yang diberikan berada dalam proses penerimaan laku berupa kesadaran

oleh pembimbing agama) pengaruh pembimbing agama). Penghayatan/pengamalan

ajaran agama/ ibadah.

FEEDBACK (umpan balik)

Penjelasan:

Input yang diberikan pembimbing agama yang terlihat dari

hubungan pengaruh mempengaruhi antara juru penerang dengan

sasarannya, sehingga terwujudlah suatu rangkaian proses cybernetic yaitu

INPUT yang berupa motivasi dakwah yang dibawa oleh juru penerang

agama dengan sikap dan kepribadiannya kearah sasaran dakwah yang

berupa manusia sebagai individu dan anggota masyarakat dimana tiga

kekuatan rohaniah digerakkan (kognisi, konasi dan emosi) melalui proses

belajar sehingga timbul pengertian, kesadaran, penghayatan dan

pengamalan agama yang merupakan THRUPUT sedangkan tingkah laku

yang berubah berupa pengamalan agama merupakan OUTPUT.26

25

M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan /Konseling Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008).h.99

26

(47)

B.PengetahuanKeagamaan

1. Pengertian Pengetahuan Agama

Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata pengetahuan berasal

dari kata “tahu” yang berarti mengerti setelah melihat, menyaksikan,

mengalami. Dan setelah mendapat awalan peng- dan akhiran an- yang

artinya segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau segala sesuatu yang

diketahui berkenaan dengan hal pelajaran.27

Menurut Julian Baggini mengatakanpengetahuan adalah

kepercayaan sejati yang dibenarkan sebagai tiga bagian tentang

pengetahuan yaitu kepercayaan, fakta bahwa kepercayaan itu benar dan

fakta bahwa seseorang bisa menyediakan cerita rasional untuk

mewujudkan bahwa kepercayaan itu benar.28

Lebih lanjut menurut Jujun S. Suriasumantri mengatakan

pengetahuan merupakan segenap apa yang diketahui manusia tentang

suatu objek tertentu yang akan mempengaruhi prilaku, termasuk di

dalamnya adalah ilmu yang merupakan bagian dari pengetahuan.29

Selanjutnya, pengertian agama menurut sosiologi merupakan

definisi yang empiris. Sosiologi tidak pernah memberikan definisi agama

yang evaluative (menilai). Ia “angkat tangan” mengenai hakiki agama,

baik atau buruknya agama atau agama-agama yang tengah diamatinya.

Pengamatan ini hanya sanggup memberikan definisi yang deskriptif

27

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet ke-1, h.884 28

Julian Baggini, Lima Tema Utama Filsafat, (Jakarta: Teraju, 2004),h. 28

29

(48)

(menggambarkan apa adanya), yang mengungkapkan apa yang dimengerti

dan dialami pemeluk-pemeluknya.30

Menurut kamus besar bahasa Indonesia,agama setelah mendapat

awalan ke- dan akhiran –an kata keagamaan berarti yang berhubungan

dengan nilai-nilai agama yang diajarkan dalam syariat Islam.31

Dari pengertian di atas perlu dikemukakan kembali bahwa dalam

membicarakan masalah tentang keagamaan, antara pengetahuandan

pengamalanagamaseseorang merupakan perwujudan dari sikap keagamaan

yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar

ketaatannya terhadap agama.

Hal di atas dikarenakan adanya konsistensi antara kepercayaan

terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai

unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Jadi,

sikap keagamaan merupakan integrasi secara komplek antara pengetahuan

agama, perasaan agama serta tidakan keagamaan dalam diri seseorang.32

Ungkapan di atas diperkuat oleh pendapat Mc. Guire yang dikutip

oleh Bambang Syamsul, proses perubahan sikap dari tidak menerima

menjadi menerima berlangsung melalui tiga tahap perubahan sikap yaitu

30

Hendropuspito, OC, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), cet 1, h. 29. 31

Tim Penyusunan Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet ke 10, h.1 32

(49)

perhatian(attention), pemahaman(comprehension), dan

penerimaan(acceptance).33

Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan agama bersifat mutlak dan

wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan agama yang lebih

penting disamping informasi tentang Tuhan, juga informasi tentang iman

kepada hari akhir (ukhruwi)merupakan ajaran pokok agama dan sekaligus

merupakan ajaran yang membuat manusia optimis akan masa depannya ini

dapat dilihat secara langsung dan tidak langsung dalam sikap

keagamaannya.

2. Aspek-Aspek dalam Keagamaan

Sebagaiamana telah diketahui bahwa keagamaan di atas adalah

ajaran Islam, ajaran yang paling sempurna karena memang semuanya ada

dalam Islam, mulai dari urusan kebersihan sampai urusan negara, Islam

telah memberikan petunjuk di dalamnya.

Menurut Endang Saifudin dalam Djamaludin mengatakan bahwa

pokok ajaran Islam pada aqidah, syariah dan akhlak.34

a. Aqidah

Aqidah menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim

terhadap kebenaran ajaran agamanya, terutama terhadap

ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik, keyakinan tersebut dalam

33

Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung::CV PUSTAKA SETIA, 2008),

cet ke-1, h.57

34

(50)

Islam menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, Nabi (Rasul),

kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar.35

Lebih lanjut, menurut Thib dalam bukunya mengatakan bahwa

Aqidah merupakan ajaran Islam yang bersifat fundamental yang berkaitan

dengan dasar-dasar keyakinan dalam Islam. Aqidah juga merupakan titik

sentral di atas syariat dan akhlak. Aqidah tersusun atas enam unsur pokok

yang terdapat dalam rukun iman yaitu iman kepada Allah SWT, iman

kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada Rasul, iman akan

adanya hari akhir dan iman kepada takdir.36

Selanjutnya, aqidah yang terdapat di dalamnya keimanan. kata

iman menurut bahasa artinya al-tashdiq berarti membenarkan, yang

dimaksud di sini adalah membenarkan dalam hati. Menurut istilah kata

iman berarti membenarkan terhadap segala ketentuan agama yang dibawa

oleh Nabi Muhammad SAW, yang wajib diketahui.37

b. Syariat

Syariat menurut kamus besar bahasa Indonesia, “syariat” diartikan

sebagai hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia, baik

hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan alam sekitar.38

Kata syariat di sini diartikan sebagai Islam yang secara etimologis

berarti tunduk, patuh, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Dan

35

Djamaludin Ancok dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, h.80

36

Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam

Islam, (Bogor: Kencana, 2003), h.23 37

Oneng Nurul Bariyah, Materi Hadits (tentang Islam, hukum, ekonomi, sosial dan lingkungan), (Jakarta: Kalam Mulia, 2007),h. 8

38

(51)

menurut istilah kata syariat (Islam) yaitu tunduk dan taat kepada Allah

serta mengesakanNya dengan melaksanakan kewajiban pokok yang

menjadi rukun Islam.39

Syariat juga diartikan sebagai segala aturan yang diturunkan oleh

Allah SWT yang harus dihadapi oleh seorang muslim. Syariat juga dapat

diartikan sebagai segala bentuk perbuatan yang harus dilakukan dan

ditinggalkan oleh seorang muslim. Syariat terdiri atas lima unsur yang

terdapat dalam rukun Islam yaitu syahadatain, mendirikan shalat,

mengeluarkan zakat, puasa di bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah

haji.40

c. Akhlak

Akhlak menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah budi pekerti

atau kelakuan seseorang.41 Akhlak juga merupakan aspek Islam yang

mengatur tata krama, sopan santun, dan perilaku manusia yang

hubungannya bukan saja dengan Allah SWT, sesama manusia dan alam

sekitarnya tetapi juga akhlak manusia terhadap dirinya sendiri.

Adapun menurut Ismail, akhlak yaitu keadaan jiwa yang

mengajaknya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tanpa melalui

pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.42

Menurut Djamaludin Ancok mengatakan “akhlak” menunjuk pada

seberapa tingkatan muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran

39

Oneng Nurul Bariyah, Materi Hadits (tentang Islam, hukum, ekonomi, sosial dan lingkungan), h. 6

40

Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, h.25

41

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 20 42

(52)

agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama

dengan manusia lain. Dalam keberislaman hal ini meliputi perilaku suka

menolong, bekerjasama, berderma, menyejahterakan dan

menumbuhkembangkan orang lain, dan lain sebagainya.43

Dapat disimpulkan bahwa aspek dalam agama Islam mencakup

tiga aspek besar yaitu aqidah, syariah dan akhlak. ketiga-tiganya

merupakan aspek yang saling berkaitan dalam diri seseorang.

3. Fungsi- Fungsi Agama

Menurut Bambang Syamsul Arifin dalam bukunya menjelaskan

bahwa fungsi agama bagi kehidupan masyarakat dalam praktiknya,

sebagai berikut:

a. Fungsi Edukatif

Penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut

memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi, ajaran agama secara

yuridis berfungsi menyuruh dan melarang, kedua unsur suruhan dan

larangan ini mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar

pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan ajaran agama yang

dianutnya.

b. Fungsi Penyelamatan

Dimana pun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya selamat,

keselamatan yang diberikan agama kepada penganutnya adalah

keselamatan yang meliputi dua alam yaitu dunia dan akhirat.

43

Gambar

Gambar II Peneliti bersama ibu-ibu pemulung di Yayasan MAI dan di Lapak pemulung
Gambar IV (Peneliti bersama H.Aslih Ridwan)
Gambar VI (Materi panduan penyuluhan agama di Yayasan MAI)

Referensi

Dokumen terkait

Acara yang digagas untuk dilakukan rutin dan dalam suasana yang lebih santai ini diharapkan dapat bermanfaat pada peningkatan kualitas dan kesadaran akan perlunya

[r]

The imported materials by foreign firms accounted for around 40 percent of total imported materials in manufacturing between 1980 and 2005, while the percentage

Dengan ini diharapkan untuk dapat menunjukan dokumen asli kualifikasi atau rekaman yang sudah dilegalisir oleh pihak yang berwenang dan bukti pendukung Data

Terkadang memberi perhatian setiap beritany a (3-4 kali seminggu ketika ada tay angan/ artikel/ posting berita tersebut) Selalu memberi perhatian setiap beritany a (set iap hari

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh kelas kuat kayu terhadap kuat tekan, berat jenis beton ringan dan volume kayu yang digunakan sebagai agregat

Peserta yang dinyatakan lulus SKD paling banyak 3 (tiga) kali jumlah formasi pada masing- masing jabatan berdasarkan peringkat, berhak mengikuti Seleksi Kompetensi

Serangan dengan membanjiri banyak request pada system yang di layani oleh layanan tersebut. Hacking pada system computer