• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pengamatan

Dalam dokumen Vincentia Elsa D1509093 (Halaman 36-46)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

G. Metode Pengamatan

Lokasi yang dipilih dalam pengamatan ini adalah di Sub Bagian TataUsaha RSUD Dr. Moewardi yang beralamat di Jl. Kol Soetarto No. 132 Surakarta.

2. Jenis Pengamatan.

Di dalam penelitian ini untuk penulisan Tugas Akhir berawal dari pokok permasalahan yaitu untuk mengetahui bagaimana system yang digunakan di dalam pelaksanaan penyimpanan arsip, perawatan arsip serta pemusnahan arsip, dimana sifatnya menggali, menelusuri, menentukan fakta-fakta, masalah-masalah atau kendala yang mungkin dan sekaligus memberi penjelasan tentang tata kearsipan tersebut. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu metode pengamatan yang memberikan gambaran atau melukiskan keadaan obyek pengamatan pada saat ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana semestinya. Pengamatan ini bertujuan untuk menggambarkan, memaparkan, menentukan dan menganalisa data yang ada secara mendalam.

3. Sumber Data.

Menurut H.B Sutopo (2006:56) sumber data merupakan sumber fakta atau keterangan berbagai informasi tentang apa saja yang benar-benar diperlukan dari suatu obyek yang diamati. Sumber data dari tugas akhir ini adalah :

a. Narasumber atau informan

Jenis sumber data berupa manusia atau biasa disebut responden. Dalam hal ini narasumber yang dimaksud adalah Pegawai Sub Bagian Tata Usaha di RSUD Dr. Moewardi.

b. Sumber tertulis

Sumber tertulis dalam penulisan tugas akhir ini yaitu arsip-arsip dalam kantor kepala, gudang, buku atau modul, dan dokumen pemerintah pusat.

c. Peristiwa atau kejadian

Data atau informasi dapat dikumpulkan dari peristiwa, aktivitas, atau perilaku sebagai sumber data yang berkaitan dengan penelitiannya. Dari pengamatan pada peristiwa tersebut, peneliti dapat mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung. Penulis cenderung memilih informan yang dapat dipercaya dan dianggap mengetahui permasalahan yang sedang diamati dengan jelas dan menangkap kelengkapan data. Informan yang dipilih adalah petugas yang terlibat secara langsung dalam menangani kearsipan di Sub Bagian Tata Usaha RSUD Dr. Moewardi.

4. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman dari H.B Sutopo (2006:66) adalah :

a. Observasi

Observasi merupakan suatu proses melihat, mengamati untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, benda, serta rekaman gambar. Dalam penelitian ini penulis mengadakan pengamatan secara langsung dan pencatatan tentang keadaan atau fenomena yang diselidiki dan dijumpai secara sistematis di Sub Bagian Tata Usaha RSUD Dr. Moewardi.

b. Wawancara

Adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti melalui suatu interaksi untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan maupun komunikasi langsung dan bertatap muka dengan responden yang dapat memberikan keterangan, yang di dalamnya terdapat pertukaran aturan, tanggungjawab, kepercayaan, motif, dan informasi. Dalam penelitian ini, wawancara bersifat terbuka serta tidak terstruktur dan ketat dalam suasana formal yang dilakukan berulang-ulang pada informan yang sama.

c. Dokumen

Teknik pengumpulan data dengan mempelajari dokumen-dokumen, peraturan-peraturan, laporan-laporan dan literatur lainnya.

d. Teknik Analisa Data.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data deskriptif yaitu cara penelitian dengan mengumpulkan, menyusun, menganalisa dan menginterprestasikan arti suatu data, membuat klasifikasi dengan menetapkan standart, menetapkan hubungan kedudukan unsur-unsur satu dengan yang lainnya.

5. Teknik Analisa Data.

Menurut H.B Sutopo (2006:115) teknik analisa data yang dipakai dalam pengamatan ini adalah teknik analisis data kualitatif yaitu secara khusus kegiatannya pada dasarnya dilakukan secara induktif, interaktif dari setiap unit datanya, bersamaan dengan proses pelaksanaan pengumpulan data dan memproses akhir. Tahapan dalam analisis data yaitu :

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan sebelum pengamatan, pada saat pengamatan, dan di akhir pengamatan.

b. Reduksi data

Proses seleksi, pemfokuskan, penyederhanaan, dan abstraksi dari semua jenis informan yang tertulis lengkap dalam catatan lapangan.

c. Sajian data

Suatu rakitan organisasi informasi deskripsi dalam bentuk narasi lengkap yang untuk selanjutnya memungkinkan simpulan pengamatan dapat dilakukan dan disusun berdasarkan pokok-pokok yang terdapat dalam reduksi data, dan disajikan dengan menggunakan kalimat bahasa yang sistematis.

d. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Kesimpulan merupakan tahap terakhir, yaitu kesimpulan jawaban dari pertanyaan pengamatan yang diajukan mengungkapkan

merupakan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat.

Keempat komponen tersebut saling berhubungan dan mendukung sehingga membantu interaksi dalam proses pengumpulan data sehingga menjadi siklus penting dalam penyusunan laporan. Keseluruhan proses tersebut dilakukan sepanjang proses pengamatan dan dilakukan berulang kali sehingga analisa yang didapat cukup memuaskan.

27

BAB III

DESKRIPSI LEMBAGA

RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit milik pemerintah daerah. Rumah sakit yang berdiri dengan megah ini berada di Jl. Kol. Sutarto No.132 Surakarta 57126. Luas tanah 49.622 m² dan luas bangunan 32.205 m². Bangunan utama terdiri dari 5 lantai dengan klasifikasi kamar mulai kelas III, II, I utama, VIP B, VIP A, VVIP dengan daya tamping seluruhnya 680 TT.

Dengan didukung tenaga paramedik ± 500 orang, para medis non perawatan ± 163 orang, non medis ± 436 orang. Dilengkapi fasilitas modern kedokteran berbagai jenis gangguan penyakit mulai dari penyakit dalam, kebidanan, jantung, saraf, tht, kulit dan kelamin, bedah, dan peralatan canggih lainnya.

A. Sejarah RSUD Dr. Moewardi di Surakarta

Dinamika dan perkembangan Rumah Sakit di Surakarta dibagi menjadi 3 periode, yaitu :

1. Perkembangan pada masa Kolonial

Di wilayah Karesidenan Surakarta, selain Rumah Sakit Zending Jebres yang didirikan pada tahun 1912 oleh Yayasan Kristen yang sampai sekarang terkenal dengan Yayasan Kesehatan Kristen Untuk Umum (YAKKUM), terdapat rumah sakit lain, yaitu :

a. Ziekenzorg, yang berkedudukan di Mangkubumen dengan nama Partikelir Inslandscziekenhuis der Verregniging Ziekenzorg. Tidak diketahui secara pasti kapan rumah sakit ini didirikan, namun yang jelas pada tahun 1907 rumah sakit ini sudah mendapatkan sudah mendapatkan subsidi dari pemerintah Kolonial.

b. Pantirogo, yang merupakan rumah sakit milik pemerintah keratin Kasunanan Surakarta. Diperkirakan rumah sakit ini didirikan pada masa pemerintahan Sunan Paku Buwono X. 2. Perkembangan pada masa pendudukan Jepang (1942-1945)

Pada waktu itu rumah sakit Ziekenzorg juga dipakai sebagai rumah sakit Internering Kamp tetapi pindah ke Jebres menempati Zending Ziekenhuis yang saat ini bernama Rumah Sakit Dr. Moewardi. Sedangkan Zending Ziekenhuis harus pindah ke belakang, dimana didirikan Rehabilitasi Centrum (RC) Prof. Dr. Soeharso.

3. Perkembangan pada masa Pasca Kemerdekaan

Pasca kemerdekaan, rumah sakit Ziekenzorg digunakan

19 Desember 1948. Rumah sakit ini dijadikan markas bagi tentara dalam mempertahankan kemerdekaan dari tentara Belanda yang menduduki wilayah Surakarta. Namun, sesuai dengan SK Komandan Kesehatan Tentara Jawa pada tanggal 26 November 1948 Nomor: 246/Sek/MBKD/48, rumah sakit tersebut dibubarkan dan meniadakannya terhitung sejak tanggal 19 Desember 1948. Oleh karena itu semua anggota tentara yang berada di rumah sakit itu kemudian didemobilisasi serta membebaskan mereka dari tugasnya. Dalam SK itu juga diinstruksikan kepada Kepala Rumah Sakit Tentara Surakarta untuk menyerahkan lembaga pelayanan kesehatan itu kepada PMI Daerah Surakarta. Pada masa peralihan itu tidak dapat bertahan lama. PMI menyerahakn kembali kepada Perhimpunan Bale Kusolo (Partikelir Inslandscziekenhuis der Vereeniging Ziekenzorg) pada tanggal 1 Februari 1949. Sejak saat itu rumah sakit ini bernama Rumah Sakit Bale Kusolo dengan dipimpin oleh Direktur dr. R. Soemarno.

Sementara itu Rumah Sakit Pantirogo pada periode ini seiring dengan berubahnya orientasi masyarakat pemakainya,

berganti nama menjadi Rumah Sakit Kadipolo. Rumah Sakit Kadipolo nasibnya serupa dengan Rumah Sakit Zending Jebres yang kesulitan memenuhi biaya operasionalnya, oleh karena itu kedua rumah sakit ini diambil alih oleh pemerintah RI untuk keperluan perjuangan pada masa revolusi.

Pengambilalihan Rumah Sakit Bale Kusolo oleh pemerintah RI sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI tanggal 2 Maret 1950, No.384/Sekr./D/7, terhitung mulai tanggal 1 Januari 1950, Rumah Sakit Bale Kusolo diambil alih dan dikelola oleh Pemerintah RI. Surat keputusan ini sekaligus menetapkan nama Rumah Sakit Bale Kusolo diganti dengan nama Rumah Sakit Pusat Surakarta dengan dr. Toha sebagai Direktur pertamanya. (Selanjutnya tanggal 1 Januari 1950 ditetapkan sebagai hari jadi RSUD Dr. Moewardi)

Sejak saat itu di Surakarta terdapat 3 rumah sakit yang semuanya dikelola oleh pemerintah, yaitu :

1. Rum 2. 3.

Keberadaan ketiga rumah sakit pemerintah di Surakarta itu, di satu sisi menimbulkan pertentangan di kalangan masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh adanya dua rumah sakit di wilayah yang sama namun keduanya menggunakan nama Surakarta yaitu Rumah Sakit Pusat Surakarta dan Rumah Sakit Surakarta. Untuk mengakhiri polemik dan permasalahan yang ada di tengah-tengah masyarakat Surakarta, maka Inspektur Kepala Jawatan Kesehatan Prov Jateng mengirim surat usulan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jateng pada tanggal 15 September 1953 dengan nomor surat : K.23429/KK tentang pergantian nama Rumah Sakit di Surakarta. Dalam surat tersebut diusulkan adanya pergantian nama rumah sakit, yaitu :

a. Rumah Sakit Pusat Surakarta menjadi Rumah Sakit Umum Mangkubumen

b. Rumah Sakit Surakarta menjadi Rumah Sakit Umum Jebres

Pergantian nama itu kemudian dikukuhkan dengan SK Menteri Kesehatan RI tanggal 9 Juli 1954 Nomor 44751/R.S.

Dengan tidak mengurangi hak, tugas, serta status dan kewajiban-kewajiban sebagai pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dan terjadinya perubahan otonomi daerah yang menyatakan ketiga rumah sakit yang berada di Kota Surakarta diserahkan kepada Pemerintah Daerah Swatantra Tingkat I Jawa Tengah Semarang. Masing-masing rumah sakit berdiri sendiri, serta bertanggung jawab kepada Pemerintah Daera Swatantra Tingkat I Jawa Tengah. Di samping menyelenggarakan pelayanan kesehatan, ketiganya juga menyelenggarakan pendidikan bagi tenaga para medis, keadaan yang demikian yang dianggap kurang efisien guna mencapai keseragaman serta efisiensi kerja dalam bidang medis dan teknis, tata usaha pendidikan, penghematan keuangan negara, maka perlu diadakan reorganisasi dengan tujuan mempersatukan ketiga rumah sakit tersebut ke dalam satu unit di bawah satu pimpinan beserta tenaga stafnya.

Dengan memperhatikan usulan dari Kepala Dinas Kesehatan Rakyat Daerah Swatantra Tingkat I Jawa Tengah tertanggal 19 Februari 1960 No. K.693/UNH, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah melalui surat No. H.149/2/3 tertanggal 1 Maret 1960 memutuskan untuk menyatukan ketiga rumah sakit tersebut ke dalam satu unit organisasi di bawah seorang

Mulai tanggal 1 Juli 1960 Rumah Sakit Surakarta terdiri atas tiga

dan Rumah Sakit Jebres itu diadakan spesialisasi ataupun unit-unit pelaksana fungsional, diantaranya :

a. Rumah Sakit Kadipolo disebut juga Rumah Sakit Komplek A, khusus untuk pelayanan penyakit dalam. Rumah sakit ini terletak di Kampung Panularan, Kelurahan Panularan, Kecamatan Laweyan, Surakarta.

Rumah sakit ini memiliki luas tanah 24.096 m², dan luas bangunan 5.931 m².

b. Rumah Sakit Mangkubumen disebut juga Rumah Sakit Komplek B, untuk pelayanan radiologi, kulit dan kelami, gigi, mata, THT, chirurgie, neurologi dan lain-lain. Rumah sakit ini terletak di Kampung Mangkubumen, Kelurahan Mengkubumen, Kecamatan Banjarsari, Surakarta. Rumah Sakit ini memiliki luas tanah 41.740 m² dan luas bangunan 14.106 m².

c. Rumah Sakit Jebres disebut juga Rumah Sakit Komplek C, khusus untuk pelayanan kebidanan dan penyakit kandungan, kanak-kanak dan keluarga berencana. Rumah Sakit ini terletak di Kampung Jebres, Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Surakarta ini mempunyai luas tanah 49.622 m² dan luas bangunan 15.868 m².

Mengingat Rumah Sakit Kadipolo pada saat itu dinilai tidak efisien, maka bulan September 1976 rumah sakit tersebut dipindahkan ke Rumah Sakit Mangkubumen dan pada akhirnya penggantian ini dikukuhkan dengan SK Menteri Kesehatan RI tanggal 9 Juli 1954 No.4475/R/S. Dan pada akhirnya Gubernur Jawa Tengah melalui SK No. 445/29684 tanggal 24 Oktober 1988 menetapkan nama Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

RSUD Dr. Moewardi yang merupakan rumah sakit pemerintah terbesar di Provinsi Jawa Tengah harus menyesuaikan dan mampu menjadi pusat rujukan wilayah Surakarta dan sekitarnya. Atas pertimbangan tersebut pada lokas Jebres kemudian didirikan bangunan fisik baru yang memenuhi standar rumah sakit Kelas B2 Pendidikan. Baru pada tanggal 28 Februari 1997 RSUD Dr. Moewardi lokasi Jebres diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto, dan sejak itulah seluruh kegiatan rumah sakit Dr. Moewardi menjadi satu lokasi.

B. Identitas RSUD Dr. Moewardi Nama : RSUD Dr. Moewardi

Pemilik : Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Alamat : Jl. Kol. Sutarto No. 132 Surakarta Telp (0271) 634634, Fax 637412 Kelas : B2 Pendidikan

Jumlah : 627 tempat tidur Terdiri dari kelas sesuai penyakit : - Paviliun Cendana

- Melati (penyakit dalam)

- Mawar (kandungan, bedah, ICCU) - RGB (kecelakaan)

- Anggrek 2 (stroke) - Aster (jantung)

Dasar hukum atau landasan operasional :

1. SK-B Menteri Kesehatan No 554 / Menkes / SKB / X / 1981, Menteri P & K No 0430 / V / 1981 dan Menteri Dalam Negeri No. 3241 A / 1981

2. Perda No. 3 / 1997, tentang struktur organisasi dan tata kerja RSUD Dr. Moewardi

3. Perda No. 14 / 1999 tentang perubahan RSUD Dr. Moewardi menjadi RS Unit Swadana

C. Visi, Misi, Tujuan, dan Tugas RSUD Dr. Moewardi 1. Visi

2. Misi

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan berstandar Internasional bermutu prima dan memuaskan secara holistik dan paripurna.

b. Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional, efektif, efisien, dan terjangkau.

c. Menyelenggarakan pendidikan unggul menjadi wahana penelitian yang terkemuka dan melaksanakan pengabdian masyarakat ( Hospital Social Responsibility ) secara komprehensif.

3. Tujuan

Mengupayakan tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal bagi masyarakat Surakarta dan sekitarnya dengan menyelenggarakan pelayanan melalui upaya penyembuhan, penyuluhan kesehatan, dan meringankan penderitaan pasien serta asuhan keperawatan di samping upaya pencegahan maupun peningkatan kesehatan sebagai pusat rujukan wilayah Surakarta dan sekitarnya serta tempat pendidikan dan latihan yang handal bagi calon dokter, dokter spesialis maupun tenaga kesehatan lainnya.

4. Tugas RSUD Dr. Moewardi

Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan kesehatan yang dilaksanakan.

D. Pelayanan Kesehatan

Dalam dokumen Vincentia Elsa D1509093 (Halaman 36-46)

Dokumen terkait