Suharsono (1996) mengatakan terumbu karang terbentuk dari kalsium karbonat (CaCO3) yang disekresikan selama jutaan tahun oleh hewan karang (polip coral). Hewan karang bersimbiosis dengan alga zooxanthellae yang hidup di dalam jaringan karang. Simbiosis yang berlangsung antara hewan karang dengan alga zooxanthella merupakan simbiosis multualisme, dimana zoxanthella mensuplai nutrisi dan hasil fotosintesisinya kepada hewan karang. Sedangkan karang memberi tempat tinggal yang aman dan mensuplai karbondioksida bagi alga zooxanthella.
Suhu air laut di daerah tropis mengalami peningkatan hampir 1oC selama 100 tahun terakhir dan tingakat pertambahannya diperkirakan mendekati 1oC-2oC setiap abad. Bagian utama dari karang pembentuk terumbu yang sehat (reef building corals) sekarang ini hidupnya sudah hampir melampaui batas suhu maksimum. Pertambahan suhu air yang sangat sedikit saja akan membuat terumbu karang mengalami stress/tekanan dan mengalami pemutihan.
Bleaching merupakan suatu reaksi binatang karang terhadap tekanan dari lingkungan. Bleaching dapat terjadi bila pigmen zooxznthellae dalam jaringan karang hilang atau berkurang, konsentrasi zooxanthellae dalam sel berkurang atau gabungan dari kedua kondisi di atas (Glynn 1990). Karang akan cenderung untuk
mati dengan cepat dalam jumlah besar setelah terjadi peristiwa Bleaching, yang dapat meluas di laut ribuan kilometer persegi.
Karang sangat sensitive terhadap perubahan lingkungan, seperti suhu permukaan laut, salinitas, Ph, dan radiasi UV. Coral bleaching dapat di sebabkan salah satunya oleh naiknya suhu permukaan laut sebesar 1-2oC diatas suhu rata- rata. Bleaching merupakan hilangnya pigmen fotosintetik akibat hilangnya zooxanthella dari jaringan karang, sehingga menyebabkan karang berwarna putih pucat (Van Open et al. 2005). Hewan karang bisa pulih kembali dengan menrekrut kembali zooxanthella dari lingkungan perairan ketika kondisi membaik, atau karang bisa mati jika tetap terekspos kondisi ekstrim dalam jangka waktu yang cukup lama. Bleaching tidak hanya terjadi pada karang saja, akan tetapi dapat terjadi pada semua hewan yang bersimbiosis dengan zooxanthella.
Perubahan suhu air laut saat ini telah mengalami perubahan yang cukup mencolok di seluruh dunia, termasuk di Indonesia yang paling parah tercatat pada tahun 1998. Hal ini diduga erat kaitannya dengan terjadinya gejala El Nino yang parah, dimana kolam air hangat yang pada keadaan normal hanya berada di bagian barat Samudera Pasifik, bergeser dan meluas ke timur sampai ke pantai Barat Amerika. Hal ini menyebabkan trend suhu permukaan laut di perairan tersebut termasuk di Indonesia berubah menjadi lebih rendah, karena suhu massa air Airlindo yang melalui perairan Indonesia juga lebih rendah (Wyrtki 1961).
Perubahan suhu yang cukup drastis dalam waktu yang relatif singkat ini mengakibatkan banyak terjadi perubahan factor ekologi di perairan diseluruh dunia. Salah satu akibat yang paling mencolok adalah terjadinya fenomena
bleaching pada ekosistem terumbu karang di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Pada tahun 1998 telah tercatat oleh para peniliti bahwa pada tahun ini merupakan tahun yang sangat berat bagi terumbu karang diseluruh dunia, terutama pada perairan tropis (Marshall and Baird 2000; McClanahan 2000; Loya
et al. 2001 dan Baird and Marshall 2002). Kenaikan suhu permukaan laut yang tidak normal dan mengakibatkan coral bleaching terparah yang pernah tercatat terjadi akibat adanya peristiwa Elnino (McClanahan 2004). Lebih dari 16 % terumbu karang dunia hilang dalam waktu setahun. Bahkan beberapa daerah, sepeti Singapura & Andaman Island untuk pertama kalinya dalam sejarah
16
mengalami bleaching dengan skala besar. Daerah dengan kondisi bleaching
terparah adalah Samudera Pasifik, Samudera Hindia, Laut Merah, Teluk Persian, Mediterania, dan Karibia.
Warwick dan Suharsono (1990) mengatakan El-nino awalnya adalah istilah untuk arus laut hangat yang muncul setiap tahun pada bulan Desember disepanjang pantai Ekuador dan Peru, dan biasanya bertahan selama beberapa minggu sampai sebulan atau lebih. Namun setiap tiga atau tujuh tahun, gejala El- nino dapat bertahan selama beberapa bulan. El-nino dapat terjadi karena pemanasan di ekuator Samudera Pasifik atau karena pemanasan global (global warming).
Banyak ahli yang menyatakan penyebab karang bleaching karena berbagai macam factor seperti tinggi dan rendahnya suhu, tingginya radiasi ultra violet, lamanya area karang yang terkena cahaya matahari secara langsung, tinggi rendahnya kadar salinitas, pemasukan air tawar, tingginya sedimen, polusi dan pengurangan nutrient (Coffort 1990; Glynn 1990; McClanahan 2002 dan Van Open et al. 2005).
Penyebab terjadinya bleaching menurut Zamani (1995) adalah akibat interaksi yang sinergis antara gangguan alam dan aktivitas manusia. Gangguan- gangguan tersebut antara lain adalah tereksposnya hewan karang di udara, herbisida, perubahan salinitas, penambahan konsentrasi logam-logam, penyakit, penjenuhan atau penipisan suplai nutrient, peningkatan suhu, pengerukan, terpapar dengan lumpur hasil pemboran minyak, terlindung dari matahari dan sebagainya. Sebagi tambahan, Brown dan Suharsono (1990) menyatakan beberapa kegiatan manusia seperti pelepasan panas kelaut, pengerukan, pembukaan areal untuk menggali lumpur, alkalin dan minyak yang dapat menyebabkan hilangnya
zooxanthellae.
Bleaching juga tercatat Pada tahun 2005 di daerah Karabia, air hangat yang tidak normal mempengaruhi terumbu karang diperairan dangkal dan dalam. Sebanyak 80% terumbu karang mengalami bleaching dan sekitar 40% terumbu karang di bagian timur Karibia mati. Pada tahun itu, di Virgin Island misalnya, suhu air laut naik 3°C diatas rata-rata normal (pada Agustus-November). Dan saat ini, temperature maps mengindikasikan bahwa air laut mengalami durasi
panas lebih panjang dibanding tahun 2005 dan menyebar ke area yang lebih luas (WWF 2010).
Pada periode 2005, daerah yang terpengaruh adalah Lesser Antilles di bagian timur Karibia hingga jauh ke selatan di Guadeloupe. Tahun ini 2010,
bleaching dan suhu panas telah merusakkan terumbu karang di Dutch Antilles, termasuk terumbu karang di Panama dan pulau Curacao dekat Venezuela. Tercatat, suhu permukaan air laut pada bulan September 2010 naik menjadi 30,2°C, dari suhu rata-rata perbulannya.
Gambar 4 Peristiwa coral bleaching didunia. (a) Lokasi dan tahun terjadinya bleaching
(dari beberapa sumber: Brown 1987sources; Brown 1987; Glynn 1993, 1996; Coles and Brown 2003;Wilkinson and Souter 2008) dalam Baker et al 2008. (b) Laporan lokasi terjadinya
bleaching: 1, Arabian Gulf (United Arab Emirates, Qatar, Iran); 2, Red Sea; 3, east Africa; 4, Africa Selatan (Mozambique, Africa Selatan); 5, Madagascar; 6, Mauritius, Reunion; 7, Seychelles; 8, Chagos; 9, Maldives; 10, Sri Lanka/India Selatan; 11, Laut Andaman (Andaman, Thailand, Malaysia); 12, Laut China Selatan (Vietnam, Paracel Islands); 13, Philippines; 14, Indonesia; 15, Barat Australia; 16, Great Barrier Reef; 17, Ryukyu Islands; 18, Mariana Islands; 19, Palau; 20, Papua New Guinea, Vanuatu; 21, Fiji; 22, Samoa; 23, French Polynesia (Mencakup Moorea); 24, Pulau Hawai; 25, Timur Island; 26, Pulau Gala ´pagos; 27, equatorial Pacific Timur (Costa Rica, Pulau Cocos, Panama, Colombia, Ecuador); 28, subtropis Pacific Timur (Me ´xico); 29, Sistem Terumbu Mesoamerican (Me ´xico, Belize, Honduras, Nicaragua); 30, Greater Antilles (Cuba, Haiti, Republik Dominican, Puerto Rico, Pulau Virgin); 31, Bahamas, Florida; 32, Bermuda; 33, Lesser Antilles; 34, Curaçao, Aruba, Bonaire, Los Roques; 35, Brazil (Baker et al.
18
Menurut NASA (2010) merupakan tahun terpanas dalam 131 tahun terakhir. Suhu laut naik diatas rata-rata suhu perairan normal akibat perubahan iklim, peristwa ini terjadi karena adanya peristiwa El Nino (yang ditandai dengan adanya air hangat di pasifik khatulistiwa). Peristiwa ini sangat berbahaya bagi terumbu karang yang dapat menyebabkan pemutihan yang luas. Sebahagian besar pemutihan yang terjadi selama pertengahan tahun ini terkonsentrasi di wilayah Asia Tenggara dan Samudera Hindia bagian timur. Wilayah yang terkena paling keras adalah Thailand (hingga 100% karang menggalami bleaching di semenanjung Thailand), Malaysia, Filipina (diseluruh kepulauan Visayan dan palwan terutama bagian utara), Indonesia (terutama provinsi Aceh dimana 80% dari beberapa spesies mengalamai pemutihan sejak Mei) dan Maladewa (50-70% mengalami pemutihan karang).