A. Hassan juga menafsirkan ayat-ayat Alquran dengan perkataan sahabat, bahkan banyak dari perkataan sahabat dimasukkan di dalam kitab tafsirnya, terutama pendapat-pendapat dari ‘Abdullah Ibnu ‘Abba>s, sebagaimana tergambar
pada Q.S. al-Naba’/78: 23, ketika menggambarkan bagaimana lamanya tinggal di dalam neraka bagi orang yang durhaka, sebagai berikut:
23. yang akan diam padanya
beberapa huqub;
23لَابِثِينَ فِيهَا
أَحْقَابًا
Menurut A. Hassan dalam mengartikan kata Huqu>b adalah delapan puluh tahun. Ahqa>b artinya beberapa huqub. Yang berarti bahwa mereka akan berdiam di neraka itu selama satu masa yang tidak ada kesudahannya.
Penafsiran A. Hassan pada ayat tersebut, bersumber dari penafsiran Ibnu
‘Abba>s sebagaimana yang tertera di dalam kitab tafsirnya. pada tafsir Ibnu
‘Abba>s dijelaskan bahwa orang yang durhaka tinggal di dalam neraka selama beberapa huqub.
Adapun yang dimaksud dengan huqu>b (satu huqu>b) ialah delapan puluh tahun, dan dalam satu tahun sebanyak 360 hari dan dalam satu hari di akhirat selama 1000 tahun perhitungan manusia di dunia, ada yang mengatakan bilangan tiap-tiap huqub itu tidak ada yang mengetahui (tidak berkesudahan).
e. Penafsiran yang berhubungan dengan ayat-ayat mutasya>biha>t khususnya pada ahru>f al-muqat}t}a’ah
Menurut Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i>, ah}ruf al-muqa>tt}a’ah termasuk ayat-ayat mutasya>bihat. Sebagai ayat-ayat mutasya>bihat, para ulama berbeda pendapat dalam memahami dan menafsirkannya. Dalam hal ini pendapat para ulama pada intinya terbagi dua, yaitu:
1) Pendapat para ulama yang memahaminya sebagai rahasia yang hanya diketahui oleh Allah, sehingga tidak perlu ditafsirkan. Sebagaimana yang dikatakan oleh al-Sya’bi>, Sufyan al-S|auri, Abu Lais| al-Samarkandi, Abu
Ha>tim dan golongan Muhaddis|in, juga merupakan pendapat Ibnu Mas’ud dan empat orang Khulafa’ al-Ra>syidi>n.
2) Pendapat yang memandang bahwa huruf-huruf di awal surah-surah ini sebagai huruf-huruf yang mengandung pengertian yang dapat dipahami oleh manusia dan dapat diambil faedah-faedahnya. Karena itu penganut pendapat ini memberikan interpretasi dan penafsiran terhadap huruf-huruf tersebut.
Di antara yang berpendapat demikian, Ibnu ‘Abba>s, ‘Ali Ibn Abi> T}a>lib dalam riwayat yang lain, Qut}rub, al-Farra>’, al-Zajja>j, al-Kalbi>, dan lain-lain. Dan para Mutakallimin mengingkari pendapat pertama dan mengatakan bahwa bagaimana mungkin kita bisa bertadabbur, menghayati dan mengamalkan ajaran Alquran serta menghindari larangan-laranganya jika ia hanya bersifat rahasia yang tidak bisa diketahui.
A. Hassan sendiri mendukung pendapat yang kedua, yang menurutnya boleh menafsirkan ah}ru>f al-muqat}t}a’ah sebagaimana penafsiran yang dilakukannya di dalam kitab Tafsir al-Furqan. Dalam Alquran itu sendiri terdapat 29 surah yang terkandung didalamnya ahru>f al-muqatt}a’ah, dengan berbagai bentuk mulai dari satu huruf sampai lima huruf. Hal ini juga menunjukkan bahwa ayat-ayat yang mutasya>bihat yaitu ayat yang artinya samar, boleh untuk di ta’wil.
Menurut A. Hassan, adapun arti dan maksud huruf-huruf potongan itu, ulama berbeda pendapat: 1) idak ada yang tahu arti dan maksudnya melainkan Allah, 2) Nama bagi surah-surah, 3) Huruf-huruf yang pertama dari nama-nama Allah, 4) Huruf-huruf yang pertama atau yang ditengah dari nama-nama Allah, 5)
Huruf-huruf dari nama-nama Allah, Jibril, Muhammad, dan 6) Huruf-huruf dari kalimat-kalimat yang berhubungan dengan Allah dan Rasulnya.
Dapat penulis simpulkan bahwa ahru>f al-muqat}t}a’ah yang ada dalam kitab Tafsir al-Furqan bersumber dari penafsiran Ibnu ‘Abba>s dalam kitabnya Tanwi>r al-Miqya>s Min Tafsi>r Ibn ‘Abba>s. Sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah/2: 1 berikut ini:
1. Alif, Lam, Mim. 1
الم
Penjelasan A. Hassan pada ayat ini, bahwa menurut sebahagian dari beberapa tafsir, arti
الم
adalah:a) “Alif” itu ringkasan atau potongan huruf dari kalimah “Allah” atau “Ana” (aku)
b) “Lam” itu ringkasan atau potongan huruf dari “Jibril”, “Allah”, atau “Lathif” (pemanis, pelemah lembut).
c) “Mim” itu ringkasan atau potongan huruf dari “Muhammad”, “A’lam”
(yang terlebih mengetahui), atau “Maji>d” (yang amat mulia atau yang amat dijunjung).
Maka “Alif”, “Lam”, “Mim” itu bisa dirangkai bermacam- macam:
a) Allah, Jibril, Muhammad.
b) Aku, Allah, yang terlebih mengetahui c) Allah pelemah lembut, yang amat mulia
Jadi, maksudnya, bahwa:
a) Qur’an ini dari Allah kepada Jibril, kepada Muhammad.
b) Qur’an ini dari pada-Ku, Allah yang terlebih mengetahui.
c) Qur’an ini dari Allah, pelemah lembut, yang amat mulia
Pada contoh yang lain terhadap Q.S. Al-Qalam/68: 1 sebagai berikut:
1. Nun. Perhatikanlah pena dan
apa yang mereka tulis. 1
ن وَالْقَلَمِ وَمَا
يَسْطُرُونَ
(1)Menurut A. Hassan bahwa kata nun berarti tempat tinta, dan yang dimaksud ialah perhatikanlah tinta, kalam dan sesuatu bahan yang digunakan tinta dan kalam padanya, yaitu perhatikanlah Alquran yang diturunkan kepada Muhammad yang tertulis dan terpelihara. Kalau kamu perhatikan, niscaya kamu tidak akan mengatakan Muhammad gila, ahli syair, ahli sihir dan lain lain.
Sementara itu dalam kitab Tafsir al-Qur’a>n al-Az}i>m yang dikarang oleh Imam Abu al-Fida Ibn Kas\i>r (w. 774 H.), ia menjelaskan tentang ayat di atas bahwa permulaan ayat tersebut dimulai dengan huruf nun yaitu termasuk dalam ah}ruf al-muqatta’ah pada awal surah seperti s{ad, qaf dan lain-lain. Ada yang mengatakan arti nun ialah ikan paus yang besar di samudera yang luas.
Kemudian ia mengutip pendapat dari Abu> Ja’far al-T}abari>, yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abba>s berkata bahwa permulaan Allah menciptakan qalam, dan berkata tulislah, qalam berkata apa yang saya tulis? Allah berkata tulislah ketentuan. Maka berlakulah apa yang terjadi di muka bumi sekarang sampai hari kiamat, kemudian menciptakan nun, dan mengangkat uap air, maka terbelahlah langit maka terhamparlah dunia diatas punggung ikan paus itu, ketika bergerak ikan paus itu maka bergoncanglah bumi, maka dikokohkan dengan gunung.
Sesungguhnya ia memiliki kemuliaan di muka bumi.
Dalam kitab Tafsir al-Furqan ini, A. Hassan menjelaskan bahwa sebagian ulama yang membolehkan menafsirkan ahru>f al-muqat}t}a’ah, dan telah mengartikan empat belas huruf-huruf tersebut sebagai berikut:
ا : الله: أنا ح: حميد, حليم ,حي, حكيم, حنان ر: رحيم, رحمان, رقيب س: سميع, سريع الحساب, سلام ص: صادق, صبور, صمد, صدق لله, صدق محمد
ط: طاهر ع: عليم, عزيز ق: قدوس, قاهر, قادر, قدير, قريب, قيوم, قابض
ك: كريم, كبير, كاف ل: لطيف, جبريل م: مجيد, محمد,ملك, منان ن: نور, دوات, ناصر, نصير ه: هاد ي: يد فوق ايديهم
Artinya:
1. Alif : Allah; Aku
2. Ha’ : Yang terpuji; yang amat sabar; yang hidup; yang bijaksana; yang amat iba.
3. Ra’ : Penyayang; Pemurah; Pengawas.
4. Sin : Yang mendengar, yang cepat menghitung, yang sejahtera
5. Shad : Yang benar; yang amat sabar; yang tiap-tiap suatu perlu
kepada-Nya; telah benar Allah; telah benar Muhammad
6. Tha’ : Yang suci.
7. ‘Ain : Yang mengetahui; yang gagah; (yang mulia).
8. Qaf : Yang maha suci; yang maha kuasa: yang berkuasa;
yang
amat berkuasa; yang hamper; yang berdiri sendiri; yang memegang.
9. Kaf : Yang mulia; (pemurah); yang besar; yang mencukupi 10. Lam : Yang lemah lembut; Jibril.
11. Mim : Yang di junjung; Muhammad; Raja; pengarunia 12. Nun : Cahaya; Tempat tinta; yang menolong, penolong 13. Ha’ : Yang memimpin; (penunjuk jalan).
14. ya : Tangan-Nya di atas tangan-tangan mereka;
(kekuasaan-
Nya melebihi kekuasaan-kekuasaan mereka).
f. Penafsirannya menggunakan sumber Taurat dan Injil
Sebagian penafsir seringkali menggunakan Taurat (perjanjian lama) dan Injil (perjanjian baru) dalam menafsirkan Alquran. Oleh karena di dalamnya, terdapat beberapa persamaan dalam menjelaskan suatu kejadian, baik yang berkenaan tentang cerita-cerita masa lalu, maupun yang berkenaan tentang keyakinan, sehingga kedua sumber tersebut mendukung pernyataan yang ada di dalam Alquran.
A. Hassan dikenal juga sebagai seorang kristolog, yang seringkali melakukan perdebatan-perdebatan dengan para pendeta tentang agama Kristen. Ia termasuk orang yang menguasai kitab Injil dan Taurat sehingga di dalam kitab tafsirnya, A. Hassan menggunakan kedua sumber tersebut sebagai sumber dari
penafsirannya. Namun, pengambilan kedua sumber tersebut, tidak dengan serta merta menerima apa yang tertulis di dalam taurat dan injil serta mengutipnya.
Namun, ia mengutip apa yang sesuai dengan teks Alquran dan maksud Alquran tersebut.
Penjelasan yang digunakan pun sangat sederhana, hanya menyebutkan bahwa di dalam Taurat atau Injil demikian, tanpa menyebutkan sumber letak teks taurat dan Injil tersebut. A. Hassan menggunakan sumber dari Injil dan Taurat ketika ayat tersebut berbicara tentang Bani Israil (Yahudi) dan Nasrani, sebagaimana penjelasan tentang pada Q.S. Al-Baqarah/2: 27 sebagai berikut:
27. Yang memecahkan perjanjian Allah sesudah diteguhkannya, dan memutuskan apa yang diperintah oleh Allah supaya dihubung, dan membikin kebinasaan di bumi.
Mereka ini ialah orang-orang rugi.
27الَّذِينَ يَنْقُضُونَ
عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ
مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ
وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ
أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
A. Hassan menjelaskan, pada penafsiran ayat di atas bahwa di dalam Taurat, Tuhan wajibkan Bani Israil beriman kepada nabi Muhammad yang akan datang.
Yahudi-yahudi dan Nasrani-nasrani yang berpegang kepada Taurat, berarti telah membuat perjanjian akan beriman kepada Muhammad tetapi setelah Muhammad datang, mereka tidak sempurnakan perjanjian itu. Lebih lanjut di dalam Taurat dijelaskan juga bahwa Tuhan melarang mereka memutuskan hubungan keluarga dan membuat rusuh di bumi, tetapi mereka putuskan perhubungan mereka dengan orang-orang yang masuk Islam dari gologan mereka, dan mereka membuat fitnah terus-terusan.
Pada ayat di atas, A. Hassan menjelaskan penafsiran ayat Q.S.
Al-Baqarah/2: 27, dengan menggunakan Taurat yang sering juga disebut dengan kitab perjanjian lama. Penjelasan dari ayat tersebut, bahwa tertulis di dalam Taurat, orang-orang yahudi dan Nasrani telah berjanji untuk beriman kepada nabi Muhammad saw., namun mereka mengingkari janji tersebut. Mereka juga telah memutuskan hubungan kekeluargaan dan memutuskan hubungan terhadap orang-orang yang masuk Islam serta membuat kerusakan di muka bumi, sementara di dalam Taurat telah diajarkan untuk tidak berbuat demikian. Maka, mereka termasuk orang-orang yang merugi.
Penjelasan ini, juga terdapat di dalam Tafsir al-Furqan, sebelum terjadi pengulangan, ia menjelaskan lebih detail tempat pengambilan sumber dari Taurat tersebut. Sebagaimana yang terdapat di dalam kitab perjanjian lama Ulangan 18:
18, 19 sebagai berikut:
“Aku akan utus seorang nabi dari antara saudara mereka seperti engkau, dan aku akan taruh firmanku di mulutnya, dan ia akan sampaikan kepada mereka itu tiap-tiap apa yang aku pesan, dan manusia yang tidak mau dengar firmanku yang ia sampaikan dengan namaku itu nanti aku tuntut akan ia.
.. dari antara saudara mereka “itu artinya dari antara saudara Bani Israil, yaitu dari Bani Ismail, karena Israil itu anak Ishak, anak Ibrahim. Dan Ismail itu anak Ibrahim. Oleh itu dikatakan bahwa Bani Israil itu saudara kepada Bani Ismail.”
g. Menggunakan teknik interpretasi sistemik (muna>sabah ayat) Ayat-ayat Alquran telah tersusun sebaik-baiknya berdasarkan petunjuk dari Allah swt., sehingga, pengertian tentang suatu ayat kurang dapat dipahami begitu saja, tanpa mempelajari ayat-ayat sebelum dan sesudahnya. Oleh karenanya, diperlukan ilmu yang disebut muna>sabah.
Menurut penelitian penulis terhadap kitab Tafsir al-Furqan bahwa A.
Hassan dalam menafsirkan Alquran, juga menggunakan teknik interpretasi sistemik (muna>sabah), baik itu terjadi antar ayat, maupun antar surah. Hal ini dapat dilihat pada Q.S. Al-Baqarah/2: 59 sebagai berikut:
59. Lantas orang-orang yang durhaka itu gantikan perintah (dengan perbuatan) yang tidak diperintahkan kepada mereka, lalu kami turunkan atas orang-orang yang durhaka itu siksaan dari langit dengan sebab mereka melanggar (perintah).
59فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ
لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ
السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ
A. Hassan menjelaskan bahwa di dalam Q.S. Al-Baqarah 2/: 58, Allah perintahkan mereka masuk ke negeri itu dengan merendah diri dan meminta ampun, supaya menjadi orang-orang yang bersih daripada dosa-dosa, tetapi mereka masuk ke negeri itu dengan tidak mengindahkan perintah-perintah tersebut, bahkan mereka berbuat sebaliknya. Itulah maksud menggantikan perintah.
Pada penjelasan ayat di atas, A. Hassan tidak menyebutkan secara langsung bahwa terdapat muna>sabah ayat Q.S. Al-Baqarah/2: 59, dengan ayat sebelumnya yaitu pada ayat 58. Namun, tampak di dalam ayat tersebut keterkaitan antara ayat yang satu dengan ayat yang sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa A.
Hassan juga menggunakan muna>sabah antar ayat dalam menjelaskan Q.S.
Al-Baqarah/2: 59.
h. Menggunakan teknik interpretasi ganda
Penggunaan teknik interpretasi ganda seringkali digunakan oleh seorang penafsir yang menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan, oleh karena penggunaan dua atau lebih teknik interpretasi terhadap satu objek pembahasan.
Hal ini dapat dilihat pada kitab tafsir ini. Walaupun dalam kitab ini penafsir tidak menggunakan teknik interpretasi ini sepenuhnya, namun dari beberapa penafsiran terhadap suatu ayat, ia menggunakannya.
Dalam arti kata, A. Hassan menggunakan teknik interpretasi ganda ialah selain menggunakan teknik interpretasi linguistik termasuk di dalamnya semantik etimologis dan semantik morfologis. Ia juga menggunakan interpretasi tekstual antara ayat dan ayat dalam satu objek pembahasan. Salah satu contoh penafsiran tersebut, ketika A. Hassan menjelaskan kata ÏjùuqtGãB pada Q.S.
Al-Imran/3: 55 sebagai berikut:
55. (Ingatlah) tatkala Allah berkata:
“Hai ‘Isa! Sesungguhnya aku akan ambil-mu dan akan angkatmu kepadaku, dan akan bersihkanmu daripada mereka yang kafir, dan akan jadikan orang-orang yang mengikutmu di atas mereka yang kafir, hingga hari kiamat; kemudian, kepada-Kulah tempat kembali kamu, maka nanti Aku beri keputusan di antara kamu di tentang apa yang kamu berselisihkan.
A. Hassan menafsirkan ayat tersebut, bahwa mutawaffi’ itu isim fa>’il, dari kata tawaffa, yang berasal dari wafa. Kata wafa artinya, menyempurnakan,
mencukupkan. Tawaffa artinya, menerima dengan sempurna atau cukup. Dari sini, diambil arti “akan ambil” itu.
Jadi perkataan inni> artinya, sesungguhnya aku mutawaffi artinya aku mengambil atau menerima. ka artinya mu, atau engkau. akan angkat kepadaku itu maksud dari dari ra>fi’uka ilayya, dan kata ra>fi’u artinya, mengangkat; ka artinya, mu, atau engkau. Kata ilayya artinya, kepadaku. Perkataan “aku akan mengambilmu” mengandung dua arti di antaranya:
a. Aku akan mengambil badan dan ruhmu b. Aku akan mengambil ruhmu saja.
Tetapi oleh sebab beberapa hal:
a. Ada beberapa banyak hadis sahih yang menerangkan bahwa nabi Isa akan turun;
b. Ayat 117 dari al-Maidah (tawaffaitani>) menerangkan bahwa Allah telah mengambil Isa;
c. Ayat 167 dari Q.S. Al-Nisa (rafa’ahu Allah ilaihi), dan ayat 55 dari al-Imran (ra>fiuka ilayya) itu menunjukkan, bahwa Allah telah angkat Isa ke atas;
d. Ayat 159 dari Q.S. Al-Nisa (…illa layu’minanna bih) menunjukkan bahwa nabi Isa akan turun dan akan di imani oleh sekalian ahli kitab;
e. Ayat 61 dari Q.S. Al-Zukhruf (innahu la ‘ilmu lissa’ati) menunjukkan, bahwa nabi Isa akan datang.
f. Ijma’ sekalian sahabat, tabiin dan mujtahidin tentang Isa masih hidup dan akan turun, maka tak dapat dipungkiri bahwa ayat tersebut diberi arti,
bahwa: “Hai Isa! Aku akan mengambilmu, dan akan mengangkatmu ke hadiratku (atau ke langit), dan akan …..”
Lebih lanjut A. Hassan mengatakan ringkasan penafsiran: - ingatlah firman Allah kepada Nabi Isa di waktu Bani Israil hendak membunuhnya, yang maksudnya: “Hai Isa! Janganlah engkau takut kepada tipu daya kaummu itu, karena aku akan mengambil (mengangkatmu) ke langit, dan akan membersihkan dan melepaskanmu dari perangkap dan tipu daya mereka, dan akan jadikan orang-orang beriman kepadamu lebih mulia (atau lebih kuat) daripada mereka yang kufur kepadamu hingga hari kiamat; kemudian kepadakulah tempat kembali kamu, hai orang-orang kafir! dan aku akan berikan keputusan tentang perkara yang kamu berselisih faham padanya.
Berdasarkan langkah-langkah metodologi tersebut dapat diketahui beberapa kesimpulan pembahasan berdasarkan manhaj tafsir di antaranya: