• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. Penambahan -nya

a. Saya pergi ke rumahnya Riska (K.8)

Lambaka lao boyangna Riska (Bahasa Mandar)

Lambaka lao boyangna Riska (Kalimat Bahasa Mandar) Saya pergi ke rumah Riska (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Penambahan enklitik –nya pada kata ‘ke rumah’ di atas merupakan pengaruh dialek Mandar, karena dalam dialek Mandar terdapat enklitik –na

yang memiliki makna sama dengan –nya dalam bahasa Indonesia. Seharusnya siswa dwibahasawan tidak menggunakan enklitik –nya dalam struktur kalimat seperti diatas karena dianggap pemborosan dan untuk menyatakan milik dalam bahasa Indonesia, kata akan diikuti dengan bentuk personal atau nama orang, maka terjadi kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi.

b. Ada keperluan apa kerumahnya Riska (K.9) Parallu apa lao boyangna Riska (Bahasa Mandar)

Parallu apa lao boyangna Riska (Kalimat Bahasa Mandar) Ada keperluan apa kerumah Riska (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Kata ‘ke rumah’ yang memiliki enklitik -nya di atas disebabkan oleh pengaruh dialek Mandar, karena dalam dialek Mandar terdapat enklitik -na yang memiliki makna sama dengan –nya dalam bahasa Indonesia. Seharusnya siswa dwibahasawan menghilangkan penggunaan enklitik –nya pada struktur kalimat di atas karena menyebabkan pemborosan dan untuk menyatakan milik dalam bahasa Indonesia, kata akan diikuti dengan bentuk personal atau nama orang, maka terjadi kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi.

c. Saya pergi ke acaranya sepupu (K.10)

Lambaka lao acarana boyangpissang (Bahasa Mandar)

Lambaka lao acarana boyangpissang (Kalimat Bahasa Mandar) Saya pergi ke acara sepupu (Bahasa Indonesia Baku)

Analisis :

Penambahan enklitik –nya pada kata ‘ke acara’ di atas merupakan pengaruh dialek Mandar, karena dalam dialek Mandar terdapat enklitik –na yang mengandung makna sama dengan –nya dalam bahasa Indonesia. Seharusnya siswa dwibahasawan tidak menggunakan enklitik –nya pada kata ‘ke acara’ di atas karena menyebabkan pemborosan dan untuk menyatakan milik dalam bahasa Indonesia, kata akan diikuti dengan bentuk personal atau nama orang, maka terjadi kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi. 5. Penggunaan Partikel -ja

Misalnya :

a. Apaja kamu bikin disitu sendirian (K.11)

Mapapiao apaja inditing sisammu (Bahasa Mandar)

mapapiao apaja inditing sisammu (Kalimat Bahasa Mandar)

Apa saja yang kamu lakukan disitu sendirian (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Bentuk penggunaan partikel -ja pada kata ‘apa’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, yaitu dalam dialek Mandar terdapat partikel –ja yang memiliki makna sama dengan kata saja dalam bahasa Indonsia, berfungsi menegaskan arti kata yang berikutnya. Akibatnya siswa dwibahasawan cenderung menggunakan partikel –ja sebagai pengganti kata ‘saja’ pada saat menggunakan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

b. Tidak ada, menggambarja (K.12)

Nandiang manggambarja (Bahasa Mandar)

Nandiang manggambarja (Kalimat Bahasa Mandar) Tidak ada, hanya menggambar (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Penggunaan partikel -ja pada kata ‘menggambar’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, yaitu dalam dialek Mandar terdapat partikel –ja yang memiliki makna sama dengan kata hanya dalam bahasa Indonesia, berfungsi menegaskan arti kata yang berikutnya. Akibatnya siswa dwibahasawan cenderung menggunakan partikel –ja sebagai pengganti kata hanya pada saat menggunakan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

c. Ke kelasja, tapi sepi sekali kelasnya (K.13)

Laoja, kelas tapi sunyi sannal kelasna (Bahasa Mandar)

Laoja kelas, tapi sunyi sannal kelasna (Kalimat Bahasa Mandar) Hanya ke kelas, tapi kelas sangat sepi (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Penggunaan partikel -ja pada kata ‘kelas’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, yaitu dalam dialek Mandar terdapat partikel –ja yang memiliki makna sama dengan kata hanya dalam bahasa Indonesia, berfungsi menegaskan arti kata yang berikutnya. Akibatnya siswa dwibahasawan cenderung menggunakan partikel –ja sebagai pengganti kata hanya pada saat

menggunakan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

d. Maukaja ambil buku (K.14)

Meloka’ja ala buku (Bahasa Mandar)

meloka’ja maala buku (Kalimat Bahasa Mandar)

Saya hanya ingin mengambil buku (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Bentuk penggunaan partikel -ja pada kata ‘mau’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, yaitu dalam dialek Mandar terdapat partikel –ja yang memiliki makna sama dengan kata hanya dalam bahasa Indonesia, berfungsi menegaskan arti kata yang berikutnya. Akibatnya siswa dwibahasawan cenderung menggunakan partikel –ja sebagai pengganti kata hanya pada saat menggunakan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

6. Penggunaan partikel - eh Contoh :

a. Kak banguneh pergi ke sekolah (K.15)

pembue’eh kak lamba lao passikolang (Bahasa Mandar)

pembue’eh kak lamba lao passikolang (Kalimat Bahasa Mandar) Kak bangunlah pergi ke sekolah (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Bentuk penggunaan partikel -eh pada kata ‘bangun’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, yaitu dalam dialek Mandar terdapat partikel

-eh yang dapat disejajarkan dengan partikel -lah dalam bahasa Indonesia. Akibatnya siswa dwibahasawan menghilangkan partikel –lah dan menggunakan partikel –eh pada saat menggunankan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

b. Arman pulangeh di rumah (K.16)

malaioeh Arman dio boyang (Bahasa Mandar)

malaioeh Arman dio boyang (Kalimat Bahasa Mandar) Arman pulanglah di rumah (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Penggunaan partikel -eh pada kata ‘pulang’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, seharusnya siswa menggunakan partikel –lah pada kata ‘pulang’ di atas tetapi dalam dialek mandar terdapat partikel -eh yang dapat disejajarkan dengan partikel –lah dalam bahasa Indonesia. Akibatnya siswa dwibahasawan menghilangkan partikel -lah dan menggunakan partikel -eh pada saat menggunakan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

c. Akhirnya saya pergieh tidur di kamar (K.17)

Akhirna lambakaeh matindo dio kamar (Bahasa Mandar)

Akhirna lambakaeh matindo dio kamar (Kalimat Bahasa Mandar) Akhirnya saya pergilah tidur di kamar (Bahasa Indonesia Baku)

Analisis :

Bentuk penggunaan partikel -eh pada kata ‘pergi’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, yaitu dalam dialek Mandar terdapat partikel -eh yang dapat disejajarkan dengan partikel -lah dalam bahasa Indonesia. Akibatnya siswa dwibahasawan menghilangkan partikel –lah dan menggunakan partikel –eh pada saat menggunankan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

d. Ayo pergieh (K.18)

Inggai lambaeh (Bahasa Mandar)

Inggai lambaeh (Kalimat Bahasa Mandar) Ayo pulanglah (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Bentuk penggunaan partikel -eh pada kata ‘pergi’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, yaitu dalam dialek Mandar terdapat partikel -eh yang dapat disejajarkan dengan partikel -lah dalam bahasa Indonesia. Akibatnya siswa dwibahasawan menghilangkan partikel –lah dan menggunakan partikel –eh pada saat menggunankan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

e. Ayo pulangeh (K.19)

Inggai malaieh (Bahasa Mandar)

Ayo pulanglah (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Bentuk penggunaan partikel -eh pada kata ‘pulang’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, seharusnya siswa menghilangkan partikel –eh dan menggantinya dengan partikel –lah pada kata ‘pulang’ di atas, tetapi dalam dialek Mandar terdapat partikel -eh yang dapat disejajarkan dengan partikel -lah dalam bahasa Indonesia. Akibatnya siswa dwibahasawan cenderung menghilangkan partikel -lah dan menggunakan partikel –eh pada saat menggunankan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapatlah terlihat interferensi yang terjadi pada karangan siswa dalam bentuk dialog, atau percakapan. Hal ini menunjukkan bahwa interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia cukup tinggi khusunya pada interferensi morfologi. Oleh karena itu masalah interferensi perlu mendapat perhatian khusus agar penggunaan bahasa Indonesia dapat berkembang dengan baik.

Interferensi bahasa Mandar terjadi baik dalam bentuk lisan maupun tulisan terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang dilakukan dwibahasawan yang berbahasa pertama bahasa Mandar, interferensi ini terjadi karena seringnya pola struktur bahasa Mandar ditransfer kedalam bahasa Indonesia.

Hasil penelitian interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia ini belum terungkap secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada faktor-faktor penghambat atau faktor-faktor lain yang ada kaitannya dengan interferensi Morfologi, untuk memperoleh data tentang faktor tersebut, tentu saja memerlukan penelitian lanjutan, akan tetapi karena penulis mempunyai keterbatasan waktu, kesempatan, tenaga dan dana, maka penulis hanya dapat mengungkapkan sebagian kecil dari sekian banyak persoalan interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia khususnya dalam bidang Morfologi dari hasil penelitian ini.

1. Penggunaan prefiks ma- sebagai pengganti prefiks

men-Dalam penghilangan prefiks men- terdapat 3 kata yang terfinterferensi dituliskan oleh 3 orang siswa.

2. Penghilangan prefiks

meng-Dalam penghilangan prefiks meng- terdapat sebuah kata yang terfinterferensi dituliskan oleh seorang siswa.

3. Penggunaan Morfem na Sebagai Kata Ganti dia

Dalam penggunaan morfem na terdapat 3 kata yang terfinterferensi dituliskan oleh 3 orang siswa.

4. Penambahan –nya

Dalam penambahan –nya terdapat 3 kata yang terinterferensi dituliskan oleh 2 orang siswa.

Dokumen terkait