• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA MANDAR TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 CAMPALAGIAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA MANDAR TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 CAMPALAGIAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

w

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

Muhammad Tahir 10533 721 212

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016

(2)

vi

“Allah Meninggikan Orang-Orang Yang Beriman

Dan Orang-Orang Yang Berilmu Pengetahuan Beberapa Derajat” (Q.S Al Hujarat, 11)

Segala kerendahan hati kupersembahkan karya sederhana ini sebagai bukti kebaktian dan kecintaanku kepada:

Ayahanda dan ibunda yang begitu sabar membesarkan dengan tulus, penuh kasih sayang, dan selalu mengiringi langkahku

hingga harapanku menjadi kenyataan.

Almamater, Bangsa, dan Agamaku yang telah menyertai keberhasilanku

Keluarga dan orang-orang yang selalu berdoa untuk keselamatanku, mencintai, menyayangiku dengan tulus serta ikhlas

membantuku baik moril maupun materil demi keberhasilanku. Sahabat-sahabatku yang tersayang telah memberiku motivasi,

selalu mendukung dalam suka maupun duka menuju kesuksesanku.

(3)

viii

Tiada kata yang patut penulis ucapkan selain puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala rahmat, hidayah dan nikmat yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu. Salam dan salawat tak lupa kita hantarkan kepada Nabi Besar Muhammad Saw beserta keluarganya dan para Sahabatnya yang tetap Istiqamah di jalan Allah.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat akademik guna memeroleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.Adapun judul skripsi ini adalah ”Interferensi Morfologi Bahasa Mandar Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar”. Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan tantangan. Akan tetapi, semua itu dapat teratasi berkat petunjuk dari Allah swt serta kerja keras dan rasa percaya diri dari penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima dengan ikhlas segala koreksi dan masukan-masukan guna penyempurnaan tulisan ini agar kelak dapat bermanfaat.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya

(4)

ix

motivasi hingga sekarang. Prof. Dr. H. Kamaruddin, M. A, Pembimbing I dan Sakaria S.S., S.Pd., M.Pd. Pembimbing II yang penuh kesabaran, keterbukaan, dan semangat serta senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat membuka wawasan berpikir yang sangat berarti bagi penulis sejak penyusunan skripsi hingga selesai.

Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E., M.M, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. Munirah, M.Hum, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Sahabat- sahabat seperjuanganku Danang Wijayanto, Sahreni, Nuraeni, Rimiastika, dan teman-teman angkatan 2012 khususnya kelas F Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Terima kasih atas doa, motivasi, dukungan serta masukan- masukannya sehingga skripsi ini terselesaikan. Semoga kalian semua selalu ada di dalam suka maupun duka meskipun kelak waktu akan memisahkan kita karena cita dan cinta yang harus kita capai.

Bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak seperti yang telah penulis kemukakan di atas tidak dapat dinilai dan dibayar dengan materi. Untuk itu, penulis hanya bisa mendoakan semoga jasa baik mereka mendapatkan imbalan dari Allah Swt.

(5)

x

harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi segenap yang bergelut di dunia pendidikan, terutama pada mahasiswa Program Studi pendidikan, guru, dan dosen dalam membangun pendidikan yang bermartabat, dihormati, serta berpihak pada kemanusiaan, Amin.

Makassar, September 2016

(6)

vii

Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh H. Kamaruddin, dan Sakaria.

Penelitian ini adalah penelaitian lapangan yang bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu memaparkan dan menyampaikan data secara objektif, dengan fokus penelitian keseluruhan bentuk-bentuk interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. Teknik pengumpulan data yaitu data primer dilakukan melalui Teknik observasi yang dilakukan dengan cara mengamati langsung pembicaraan siswa yang menggunakan bahasa Mandar-bahasa Indonesia, dan pengumpulan karangan, yakni teknik yang dilakukan untuk memeroleh data dalam bentuk tulisan, teknik analisis ialah data yang dikumpulkan baik melalui observasi, catatan maupun karangan dianalisis sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar sulit untuk menghindari bentuk interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang dapat menyebabkan kesalahan berbahasa. Bentuk-bentuk interferensi morfologi yang ditemukan terhadap penggunaan bahasa Indonesia dipengaruhi oleh bentuk-bentuk, yakni penggunaan prefiks, morfem, penambahan nya dan partikel dalam bahasa Mandar khususnya pada biang morfologi.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar dalam menggunakan bahasa Indonesia di lingkungan sekolah masih banyak dipengaruhi oleh bahasa ibu (bahasa Mandar)

(7)

xi

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat dan Hasil Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Penelitian yang Relevan ... 5

2. Kedwibahasaan ... 6

3. Interferensi ... 9

a. Pengertian Interferensi ... 9

b. Komponen Bahasa yang Mengalami Interferensi ... 11

(8)

xi

1) Lingkungan ... 14

2) Situasi ... 16

3) Waktu ... 16

4. Afiksasi ... 17

a. Prefiksasi atau Awalan ... 18

b. Sufiksasi atau Akhiran ... 19

c. Infiksasi atau Sisipan ... 19

5. Reduplikasi atau Kata Ulang ... 20

a. Reduplikasi Seluruh ... 20

b. Reduplikasi Sebagian ... 21

c. Reduplikasi Berkombinasi Afiks ... 21

6. Interferensi Morfologi Bahasa Mandar Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia ... 21

B. Kerangka Pikir ... 24

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian... 26

B.

Desain Penelitian ... 26

C. Definisi Operasional Variabel ... 27

(9)

xi

H. Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Data Penelitian ... 31

1. Penggunaan Prefiks ma- Sebagai Pengganti Prefiks men- ... 31

2. Penghilangan Prefiks meng- ... 33

3. Penggunaan morfem na Sebagai Kata Ganti dia ... 33

4. Penambahan -nya ... 35

5. Penggunaan Partikel -ja ... 37

6. Penggunaan Partikel -eh ... 39

B.

Pembahasan ... 42

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 45

B. Saran... 45

C. Daftar Pustaka ... 47 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Kridalaksana (Chaer, 2007: 32). Selanjutnya, Owen (Setiawan, 2006: 1) menyatakan bahwa definisi bahasa yaitu language can be defined as a socially shared combinations of those symbols (Bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang diterima secara social atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan)

Bahasa Indonesia memegang peranan terpenting dikawasan Republik Indonesia. Pentingnya peranan bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda Tahun 1928 yang berbunyi “kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia”. pada UUD Negara kita yang didalamnya tercantung pada pasal 36 khusus yang menyatakan “bahasa Negara ialah bahasa Indonesia”.

Walaupun bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai bahasa resmi Republik Indonesia, namun hanya sebagian kecil yang menggunakan sebagai bahasa pertama (B1) sedangkan sebagian besar lainnya menggunakan bahasa Indonesia. Perlu diketahui bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 500 bahasa daerah dan sebagian besar subjek didik dibesarkan dalam bahasa ibu (bahasa

(11)

daerah). Sehingga kemampuan mereka dalam menggunakan bahasa Indonesia bahasa kedua (B ll) sangat kurang secara esensial . Bahasa Indonesia dan bahasa daerah hidup berdampingan, karena itu sebagian subjek didik menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu (B1)

Di Indonesia tidak sedikit orang yang bilingual, yakni orang yang menggunakan dua bahasa secara berganti-ganti seperti dikemukakan Weinhreich (Hambali 2012: 11) bahwa dua bahasa atau lebih terkontak jika bahasa itu digunakan secara bergantian oleh orang yang sama. Satu hal perlu diingat, bahwa keberadaan bahasa daerah yang ada di Indonesia telah ada sebelum bahasa Indonesia diresmikan, sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara. Hal ini menandakan kecenderungan masyarakat Indonesia pertama kali mengenal bahasa daerah sebagai bahasa pertama yang dikuasai, sedangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, sebagai bahasa yang dipelajari di sekolah. Keadaan penutur bahasa yang bilingual dwibahasawan menunjukkan terjadinya penyimpangan atau kesalahan berbahasa yang pada hakikatnya merupakan gejala interferensi bahasa.

Proses Interferensi bahasa pertama (B1) kepada bahasa kedua (B2) terjadi jika bahasa pertama (B1) dominan penggunaannya, Adanya Interferensi bahasa mengakibatkan timbulnya kesalahan berbahasa seperti akibat pengaruh bahasa Mandar yang sering terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia. Bahasa Mandar adalah bahasa yang digunakan oleh etnis Mandar di Sulawesi Barat yang tersebar di beberapa kabupaten diantaranya kabupaten Polewali Mandar, Majene, Mamuju dan lain-lain.

(12)

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini adalah mengenal pengaruh atau interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang dilakukan oleh siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. Bahasa Mandar adalah bahasa pertama untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari bagi sebagian besar siswa SMA Negeri 1 Campalagian, merupakan bahasa yang paling dikuasai dan paling akrab dengan kehidupan siswa. Untuk itu bahasa Mandar sulit dipisahkan dengan siswa SMA Negeri 1 Campalagian dan sangat memengaruhi bahasa Indonesia siswa tersebut.

Pada penggunaan bahasa Indonesia siswa di sekolah sering dijumpai penyimpangan yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa atau tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Adapun penyimpangan yang diakibatkan oleh pengaruh bahasa daerah siswa merupakan gejala menarik diteliti guna memperbaiki bahasa Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar ?

(13)

2. Bagaimana bentuk-bentuk interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk memeroleh informasi yang lengkap tentang interferensi morfologi

bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.

2. Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.

D. Manfaat dan Hasil Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat

1. Dapat memberikan gambaran yang jelas bagi guru dan siswa tentang bentuk-bentuk interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia.

2. Dapat menjadi bahan informasi bagi masyarakat lain yang ingin mengadakan penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka 1. Penelitian yang Relevan

Sebelumnya dilakukan suatu penelitian yang menggunakan pendekatan interferensi seperti pendekatan yang digunakan oleh peneliti, yaitu dengan judul “Interferensi Morfologi dan Sintaksis Bahasa Jawa Dalam Bahasa Indonesia Pada Kolom “Piye Ya?” Harian Suara Merdeka” oleh Avid Setiyowati (2008), yang berfokus pada interferensi morfologi dan sintaksis bahasa Jawa terhadap bahasa Indonesia dalam tulisan koran harian suara merdeka. Selanjutnya “Interferensi Sintaksis Bahasa Bugis Dalam Tulisan Siswa SD Negeri 6 Cikere Kelas IV Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep” oleh Muslina Syam (2009) yang berfokus pada bentuk-bentuk interferensi sintaksis terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

Berdasarkan uraian tersebut penulis terinspirasi untuk meneliti masalah interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar yang berfokus pada segala bentuk-bentuk interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

Berawal dari asumsi bahwa pengajaran bahasa Indonesia bagi siswa-siswa SMA yang berbahasa pertama bahasa ibu (bahasa daerah) akan mengakibatkan terjadinya kontak antar kedua bahasa, yang kemudian

(15)

menimbulkan persoalan kedwibahasawan. Setiap dwibahasawan cenderung melakukan interferensi dalam aspek bahasa, baik yang berasal dari bahasa pertama ke bahasa kedua, maupun sebaliknya. Sebagai bahan pertimbangan dan acuan dalam pengembangan penelitian harus didukung beberapa teori dasar, dan berbagai pendapat para ahli serta referensi kepustakaan sebagai sumber utama dalam penyelesaian penelitian. Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut

2. Kedwibahasaan (Bilingualisme)

Negara Indonesia yang terdiri dari beberapa provinsi dan memunyai bahasa daerah masing-masing mengakibatkan masyarakat pada umumnya mengenal dan menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pertama (B1) walaupun bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi (Nasional). Hal inilah yang mendorong setiap individu untuk mengenal dua bahasa agar dapat memperlancar hubungan komunikasi.

Bloomfield (Rahardi 2001: 13) menyatakan kedwibahasaan menunjuk pada gejala penguasaan bahasa kedua dengan derajat penggunaan yang sama seperti penutur asli bahasa itu. Selanjutnya, Mac Namara (Rahardi, 2001: 14) mengusulkan batasan bilingualisme sebagai pemilik penguasaan (Mastery) atas paling sedikit bahasa pertama dan bahasa kedua, kendatipun tingkat penguasaan bahasa yang kedua itu hanyalah pada batas yang paling rendah. Batasan yang demikian nampaknya cukup realistis karena dalam kenyataanya

(16)

tingkat penguasaan bahasa pertama dengan bahasa kedua tidak pernah akan sama.

Mackey (Rahardi, 2001: 17) juga menyatakan bahwa kontak bahasa adalah peristiwa saling memengaruhi antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya, baik yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Peristiwa kontak antara bahasa itu akan dapat menimbulkan perubahan bahasa (Languange Change). Sejalan dengan itu, Mackey dan Fishman (Abdul Chaer, 2004: 84) mengemukakan bahwa secara harfiah bilingualisme yaitu berkaitan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Sedangkan secara linguistik, secara umum bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara beragntian.

Pada umumnya di Indonesia masalah kedwibahasaan dalam arti seseorang mengetahui suatu bahasa dan menggunakannya dalam percakapan telah ditanamkan sejak dini dan dimulai dari pihak keluarga. Hal tersebut dapat dilihat dari penelitian tentang survey kedwibahasaan oleh Nababan, dkk (1992: 10) yang menyatakan bahwa penggunaan bahasa Indonesia pada ranah pribadi orang dewasa masih jauh dibawah 40 % di semua provinsi, sedangkan anak-anak pada umumnya sudah mendekati 40 % bahkan di tiga provinsi sudah melebihi 40 % yaitu Sulawesi Selatan 41 %, DKI Jakarta 49 %, dan Sumatera 69 %.

(17)

Untuk memeroleh gambaran jelas serta wawasan berpikir, maka penulis memaparkan pendapat beberapa ahli bahasa mengenai kedwibahasaan tersebut :

a. Dwibahasawan adalah praktik penggunaan bahasa secara bergantian dari bahasa satu ke bahasa yang lain oleh seorang penutur. Mackey dan Fishman (Chaer, 2004: 87)

b. Dwibahasawan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa. Merumuskan kedwibahasaan sebagai kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih oleh seseorang (the alternative use of two or more language by the same individual) Mackey (Chaer, 2004: 165)

Weinhreich (Hambali, 2002: 23) bahwa dua bahasa atau lebih terkontak jika bahasa itu dipakai secara bergantian oleh orang yang sama. Selanjutnya, Suhardi dan Sembiring (2005: 58) Berapa jauh penguasaan antara bahasa kedua bergantung pada sering tidaknya dia menggunakan bahasa kedua itu. Penguasaan atas dua bahasa itu sedikit banyak akan berpengaruh pada dirinya pada waktu dia berbicara atau menggunakan bahasa. Kelancaran bertutur dalam tiap-tiap bahasa menentukan kesiapan untuk menggunakan bahasa yang dikuasainya secara bergantian.

Berdasarkan pendapat para ahli bahasa yang dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dwibahasawan adalah orang yang dapat menggunakan dua bahasa secara bergantian.

(18)

3. Interferensi

Interferensi merupakan topik utama dalam sosiolinguistik bahkan lebih khusus lagi dalam pengajaran bahasa. Istilah interferensi digunakan untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan suatu bahasa dengan unsur-unsur bahasa lain yang digunakan oleh penutur bilingual.

a. Pengertian Interferensi

Istilah interferensi mengandung makna campur tangan atau gangguan yang datangnya dari satu pihak kepada pihak yang lain. Istilah interferensi berarti penyimpangan yang terjadi pada setiap bahasa sebagai akibat kontak bahasa pada penutur bahasa-bahasa itu.

Menurut Weinreich (Hambali 2012: 11) kontak bahasa itu dapat dikatakan berkontak apabila dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh person yang sama. Selanjutnya, Poerwadarminto (Pramudya 2006: 27) menyatakan bahwa interferensi berasal dari bahasa Inggris interference yang berarti percampuran, pelanggaran, rintangan. Senada dengan itu, Abdul Chaer dan Agustina (2004: 128) mengemukakan bahwa pada satu sisi interferensi dipandang sebagai pengacauan karena merusak sistem suatu bahasa.

Nababan (Hambali 2012: 12) mendefinisikan bahwa interferensi adalah adanya pengacauan dalam penggunaan bahasa. Selanjutnya, Wenreich (Abdul Chaer dan Agustina 2010: 120) menyatakan bahwa interferensi merupakan perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya

(19)

persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur bilingual. Selanjutnya, Soewito (Chaer, 2010: 123) mengemukakan bahwa interferensi dalam bahasa Indonesia berlaku bolak-balik, artinya unsur bahasa daerah bisa memasuki bahasa Indonesia dan banyak memasuki bahasa-bahasa daerah. Selanjutnya, Haugen (Nursaid dan Marjusman Maksan 2002: 136) menyatakan bahwa interferensi adalah pengambilan unsur-unsur dari suatu bahasa yang dipergunakan dalam hubungannya dengan bahasa lain. Interferensi berupa penggunaan bahasa yang satu dalam bahasa lain pada saat berbicara atau menulis. Di dalam proses interferensi, kaidah pemakaian bahasa mengalami penyimpangan karena adanya pengaruh dari bahasa lain. Pengambilan unsur yang terkecil pun dari bahasa pertama ke dalam bahasa kedua dapat menimbulkan interferensi. Interferensi adalah masuknya unsur suatu bahasa kedalam bahasa lain yang mengakibatkan pelanggaran kaidah bahasa yang memasuki baik pelanggaran kaidah fonologi, gramatikal, leksikal maupun semantik.

Berdasarkan uraian para linguistik di atas, dapat disimpulkan bahwa interferensi adalah adanya pengacauan yang dilakukan oleh penutur bilingual akibat pengaruh dari bahasa ibu (BI) ke bahasa kedua (B2) atau sebaliknya. Hal ini terjadi karena ada kontak bahasa. Dalam bilingualisme, baik dengan pengertian individu maupun masyarakat pastilah terjadi apa yang disebut kontak bahasa itu. Apabila kontak bahasa itu terjadi maka dapatlah dikatakan bahwa orang atau individu bilingual itulah yang merupakan tempat terjadinya

(20)

kontak bahasa. Olehnya itu, pengambilan unsur dari bahasa pertama ke dalam bahasa kedua akan membuahkan interferensi.

Interferensi ini merupakan pengaruh yang tidak disengaja dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Jenis pengaruh ini sangat jelas pada dwibahasawan yang berbicara. Pada situasi ini, dwibahasawan itu menyadari bahwa interferensi dapat menghambat atau mengganggu komunikasi. Interferensi juga dianggap penyakit karena merusak atau mengacaukan kaidah bahasa, karena itu harus dihilangkan.

Jadi, beberapa penjelasan di atas menyiratkan bahwa pada dasarnya interferensi merupakan penyimpangan norma dari setiap bahasa yang dapat menyebabkan kesalahan berbahasa.

b. Komponen Bahasa yang Mengalami Interferensi

Interferensi dapat terjadi pada semua komponen kebahasaan, baik dalam tata bentuk, tata kalimat, tata bunyi, tata kata, serta tata makna. Oleh karena itu, proses perubahan dan perkembangan bahasa serta masalah interferensi merupakan gejala perubahan yang besar dan penting.

1) Interferensi Fonologi

Menurut W.N. Francis (Munirah 2012: 1) fonologi adalah istilah yang mencakup fonetik dan fonemik. Selanjutnya, Franklin dan Rodman (Munirah 2012: 1) menyatakan bahwa fonologi adalah menelaah cara-cara di mana bunyi-bunyi bicara membentuk sistem dalam bahasa manusia. Karena itu, fonologi suatu bahasa adalah sistem dan pola bunyi-bunyi bicara. Lebih lanjut, Crystai (Munirah 2012: 1) mendefinisikan bahwa fonologi adalah

(21)

cabang linguistik yang menelaah sistem bunyi bahasa. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah bidang dalam ilmu linguistik yang meneyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.

Berdasarkan uraian para linguistik di atas, dapat menjadi asumsi bahwa interferensi fonologi terjadi apabila ada pembauran atau pengacauan sistem bunyi bahasa. Adanya masyarakat yang dwibahasawan (bahasa Mandar-bahasa Indonesia) menyebabkan terjadinya perubahan fonem atau sistem bunyi pada kata-kata tertentu dalam bahasa Indonesia. Hal ini terjadi sebagai akibat dari pengaruh bahasa pertama ke bahasa kedua.

2) Interferensi Morfologi

Kridalaksana (Munirah 2011: 2) morfologi ialah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya. Bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata. Selanjutnya, Mulyana (2007: 5) menyatakan bahwa istilah morfologi diturunkan dari bahasa inggris morphology artinya cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang susunan atau bagian-bagian kata secara gramatikal. Kemudian Kridalaksana (Hambali 2009: 24) Morfologi adalah sebagai bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasinya, bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata.

Chaer (2003: 123) menyatakan bahwa interferensi dalam bidang morfologi antara lain terdapat dalam pembentukan kata dengan afiks. Afiks-afiks suatu bahasa digunakan untuk membentuk kata dalam bahasa lain. Umpamanya dalam bahasa belanda dan inggris ada sufiksasi, maka banyak

(22)

penutur bahasa Indonesia yang menggunakannya dalam pembentukan kata bahasa Indonesia, seperti peneonan dan penandaan. Bentuk-bentuk tersebut merupakan penyimpangan dari sistematik morfologi bahasa Indonesia. Sebab untuk membentuk nomina proses dalam bahasa Indonesia ada konfiks per- an, jadi seharusnya peneonan dan penandaan.

Ramlan (2001: 21) mengemukakan bahwa morfologi merupakan bagian dari ilmu bahasa yang mengkaji tentang seluk-beluk pembentukan kata. Pembentukan morfem dengan afiks harus disesuaikan dengan kaidah penggunaan bahasa Indonesia. Ramlan (2001: 63) menyatakan bahwa Afiks suatu bahasa digunakan untuk membentuk kata dalam bahasa lain, sedangkan afiks adalah morfem imbuhan yang berupa awalan, akhiran, sisipan, serta kombinasi afiks. Afiks bisa menempati posisi depan, belakang, tengah, bahkan di antara morfem dasar.

3) Interferensi Sintaksis

Kridalaksana (Hambali 2012: 35) mengemukakan bahwa sintaksis merupakan pengaturan dan hubungan antar kata dengan kata atau dengan satuan-satuan yang lebih besar dalam bahasa. Selanjutnya Verhaar (Hambali 2012: 35) mengemukakan bahwa sintaksis adalah tata bahasa yang membahas antar kata dalam tuturan atau berurusan dengan tata bahasa yang membahas struktur kalimat, klausa, dan frase. Sejalan dengan itu, Kridalaksan (Hambali 2009: 26) Menyatakan bahwa sintaksis adalah pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata atau dengan satuan-satuan yang lebih besar dalam bahasa.

(23)

Menurut Suwito (1983: 56 ) Interferensi sintaksis terjadi apabila dalam struktur kalimat satu terserap struktur kalimat bahasa lain. Selanjutnya Chaer dan Leonie (1995: 162) mengemukakan bahwa interferensi sintaksis dapat terlihat pada penggunaan serpihan kata, frasa dan klausa dalam kalimat. Jadi dapat disimpulkan bahwa Interferensi sintaksis terjadi apabila dalam suatu bahasa terdapat struktur kalimat yang diserap dari bahasa lain, baik secara lisan maupun tulisan. Interferensi sintaksis biasa disebut interferensi struktur. Penyimpanagan ini karena adanya kontak antara bahasa yang digunakannya dengan bahasa lain yang dikuasainya.

c. Faktor yang Memengaruhi Terjadinya Interferensi

Terjadinya interferensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berupa lingkungan, situasi dan waktu.

1) Lingkungan

a) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga memunyai pengaruh yang sangat besar dalam penggunaan bahasa yang baik dan benar, apabila dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluaraga lebih dominan menggunakan bahasa Mandar dalam berkomunikasi, anak yang baru belajar bahasa kedua akan dapat hambatan karena adanya interferensi dari bahasa pertama.

Di sisi lain keluarga sebagai orang yang paling akrab dengan anak-anaknya terutama ibu, sehingga cepat atau lambat dipastikan bahwa bahasa yang mereka dengar setiap hari adalah bahasa yang sering digunakan oleh ibu dan keluarga secara umum. Hal tersebut akan menyebabkan anak-anak

(24)

kesulitan ketika sedang belajar memahami bahasa kedua (bahasa Indonesia). Sehingga sangat diperlukan untuk membiasakan diri memakai bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dalam lingkungannya, terutama ibu.

Memperhatikan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga sangat mempengaruhi terjadinya interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia bagi siswa khusunya siswa SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.

b) Lingkungan Masyarakat

Siswa SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar berada dalam lingkungan masyarakat yang menggunakan bahasa Mandar sebagai bahasa pergaulan. Dengan demikian, bahasa nasional digunakan pada lembaga pendidikan dan dipakai secara berdampingan dengan bahasa Mandar. Hal yang demikian dapat menyebabkan terjadinya interferensi bahasa.

Di dalam berinteraksi sehari-hari masyarakat di Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar menggunakan bahasa daearah (Mandar) sebagai bahasa pergaulan dan hal ini berdampak pada siswa-siswa dalam tahap belajar menjadi siswa yang dwibahasawan.

Weinreich (Ruriana 2010: 64-65) menyatakan bahwa selain kontak bahasa ada faktor lain penyebab terjadinya interferensi yaitu Kedwibahasaan peserta tutur merupakan pangkal terjadinya interferensi dan berbagai pengaruh lain dari sumber bahasa, baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Hal itu disebabkan terjadinya kontak bahasa dalam diri penutur yang dwibahsawan, yang pada akhirnya dapat menimbulkan interferensi.

(25)

Fenomena tersebut menjadi sesuatu yang tidak bisa dianggap sebagai persoalan, karena itu yang terpenting adalah bagaimana peran masyarakat di sekitarnya berpartisipasi dengan terlibat dalam semua proses pendidikan yang ada sekalipun itu secara tidak langsung terutama dalam hal berinteraksi satu sama lain dan yang lebih penting lagi dalam proses pemerolehan bahasa kedua (bahasa Indonesia).

Berdasarkan paparan di atas dapat diambil asumsi bahwa keadaan masyarakat di lingkungan siswa dapat memengaruhi terjadinya interferensi morfologi bahasa pertama (bahasa Mandar) terhadap bahasa Indonesia siswa, khususnya siswa SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. Faktor lingkungan masyarakat perlu diperhatikan dalam pengajaran bahasa Indonesia pada tingkat SMA.

2) Situasi

Penggunaan bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor linguistik, tetapi juga oleh faktor non linguistik. Faktor non linguistik berpengaruh terhadap penggunaan bahasa antara lain faktor sosial dan faktor situasional. Dengan adanya faktor seperti itu akan menimbulkan berbagai variasi pada penggunaan bahasa, baik variasi yang masih sejalan dengan kaidah bahasa bersangkutan maupun yang menyimpang dari kaidah bahasa yang bersangkutan.

3) Waktu

Selain lingkungan dan situasi, waktu juga turut memengaruhi penggunaan bahasa. Penggunaan suatu bahasa akan berbeda apabila

(26)

dipergunakan pada waktu yang berbeda. Hal ini didasarkan pada uraian yang diberikan oleh Suwito, (1983: 30) yang menyatakan bahwa dalam penggunaan suatu bahasa kita harus memerhatikan beberapa faktor, diantaranya lawan bicara, suasana pembicaraan, dan kapan pembicaraan dilakukan. Dengan demikian, jelaslah bahwa salah satu aspek yang turut memengaruhi penguasaan bahasa seseorang adalah waktu (kapan ia menggunakan bahasa).

Pada penelitian ini hanya membahas mengenai Intereferensi Morfologi Bahasa Mandar Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar

4. Afiksasi

Rahman, (2013: 31) afiksasi adalah proses pembentukan kata melalui afiks pada suatu morfem. Misalnya :

tatar + meng - menatar

gigit + meng - menggigit

baca + meng - membaca

Penambahan afiks [meng-] pada bentuk “tatar” menjadi “menatar”, pada bentuk “gigit” menjadi “menggigit”, pada bentuk “baca” menjadi “membaca”. Alomorf dari [meng-] itu berbeda-beda sesuai dengan bentuk dasar yang ditempelinya. Jika [meng-] bertemu dengan bentuk dasar yang diawali fonem /g/ maka [meng-] berubah menjadi [meng-]. Jika bertemu dengan fonem /d/ maka [meN-] berubah menjadi [men-]. Jika bertemu dengan fonem /k/ maka [meN-] berubah menjadi [meng-] dan fonem /k/ luluh. Jika [meng-] bertemu dengan fonem \b\ maka akan menjadi [mem-].

(27)

a. Prefiksasi atau Awalan

Awalan atau prefiksasi adalah proses pembentukan kata melalui penambahan prefiks pada morfem. Prefiks ini mengubah morfem menjadi kompleks. Contoh prefiksasi dalam bahasa Indonesia :

1) Alomorf

meN-me- : menyanyi, meluas, menyebar, merokok

mem- : membawa, membongkar, membabi buta, membelot men- : mendatang, mendasar, mendarat, mendo’a

meng- : mengaduh, menghilang, mengecil, menghukum meny- : menyapu, menyuci, menyela, menyemai

menge- : mengecat, mengebor, mengelas, mengetik 2) Alomorf

peN-pe- : pemalas, pemarah, periang, peramah pem- : pembawa, pemberi, pembuat, pembelot pen- : pendatang, pendosa, pencukur, penjahit peng- : pengangkut, pengecil, penguat, penghalus peny- : penyapu, penyuci, penyela, penyemai penge- : pengecat, pengebor, pengelas, pengetik per- : perirstri, perjelas, perbudak, perluas

3) Alomorf

ber-ber- : bertemu, bernyanyi, bersama, berjumpa be- : bekerja, beternak, berebut, berasa bel- : belajar, belunjur

(28)

4) Alomorf

di-di- : diukur, dijual, dipukul, dibangun, didapat, digesek 5) Alomorf

ter-ter- : terambil, terbawa, tercekik, terdapat, tergila b. Sufiksasi atau Akhiran

Sufiksasi yaitu proses pembentukan kata melalui penambahan sufiks pada morfem. Sufiksasi ini mengubah morfem menjadi kompleks. Contoh Sufiksasi dalam bahasa Indonesia :

1) sufiks –kan : bawakan, bubuhkan, dekatkan, jauhkan, tuliskan, dudukkan, tunjukkan, temukan, bersihkan.

2) sufiks –an : makanan, minuman, jalanan, bacaan, halangan, batuan, kotoran, bacaan.

3) sufiks –i : cubiti, senangi, tolongi, dapati, cintai, pagari, kapuri, tulisi.

4) sufiks –man : seniman, budiman, rohaniman

5) sufiks –wan : karyawan, hartawan, budayawan, olahragawan.

6) sufiks –wati : karyawati, hartawati, budayawati, olahragawati.

c. Infiksasi atau Sisipan

Infiksasi adalah proses pembentukan kata melalui penambahan infiks pada morfem. Infiksasi ini mengubah morfem menjadi kompleks. Contoh Sufiksasi dalam bahasa Indonesia :

(29)

1) infiks -el- : telunjuk, pelatuk, geletar, gelembung.

2) infiks -em- : gemunung, temali, gemilang, temurun, kemuning, gemuruh.

3) infiks -er- : seruling, gerigi. 4) infiks -in- : sinambung, kinerja. 5. Reduplikasi atau Kata Ulang

Rahman, (2013: 39) menyatakan bahwa Kata ulang atau reduplikasi adalah salah satu proses pembentukan kata. Proses yang terjadi adalah pengulangan bentuk dasarnya. Jadi, reduplikasi adalah proses pembentukan kata melalui pengulangan bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya itu dapat berupa morfem atau bentuk kompleks.

a. Reduplikasi Seluruh

Reduplikasi seluruh adalah proses pembentukan kata melalui pengulangan seluruh bentuk dasarnya. Ciri-ciri redupilkasi seluruh adalah :

1) Tidak terjadi perubahan fonem

2) Tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks 3) Bentuk dasar yang berafiks diulang seluruhnya Contoh :

rumah < rumah-rumah meja < meja-meja sekali < sekali-sekali larangan < larangan-larangan

(30)

b. Reduplikasi Sebagian

Reduplikasi sebagian adalah proses pembentukan kata melalui pengulangan sebagian bentuk dasarnya. Hasil dari proses morfologi ini selalu berupa kata ulang. Hampir semua bentuk dasarnya adalah bentuk kompleks. Contoh : menulis < menulis-nulis membaca < membaca-baca mengarang< karang-mengarang terbatuk < terbatuk-batuk bersiap < bersiap-siap c. Reduplikasi Berkombinasi Afiks

Pada proses ini, bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Proses pengulangan yang terjadi itu bersama-sama dengan proses penambahan afiks pada bentuk dasarnya. Proses pengulangan dan penambahan afiks itu bersamaa-sama pula mendukung satu fungsi. Contoh :

mobil < mobil-mobilan rumah < rumah-rumahan

6. Interferensi Morfologi Bahasa Mandar terhadap Bahasa Indonesia

Interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia berarti pencampuran antara bunyi bahasa Mandar ke dalam bahasa

(31)

Indonesia. Dalam proses pemerolehan bahasa pertama masalah interferensi ini merupakan variasi kebahasaan yang cukup tinggi.

Bahasa Indonesia sering mendapat pengaruh dari bahasa Mandar dengan tambahan prefiks (na) dan sufiks (kik), misalnya :

a. pergi menjadi pergikik b. pinjam menjadi na pinjam c. kapan menjadi kapankik

Sumber: Muslina Syam 2009: 15- 16

Dalam bahasa daerah Mandar, prefiks (na) dan sufiks (kik) digunakan untuk memperhalus bahasa itu sendiri. Namun dalam penggunaan bahasa Indonesia tidak dipergunakan, karena dalam bahasa Indonesia tidak dikenal adanya prefiks (na) dan sufiks (kik).

Begitu juga Afiksasi [meng-] [men-] dalam bahasa Indonesia sering berubah karena pengaruh bahasa daerah, misalnya :

a. gigit + meng menggigit, menjadi menggigitkik b. kukur + meN mengukur, menjadi mengukurkik c. tatar + meng menatar, menjadi menatarkik d. baca + meng membaca, menjadi membacakik e. daki + meng mengukur, menjadi mengukurkik Sumber: Sumber: Muslina Syam 2009: 16

Kata-kata tersebut di atas merupakan kata-kata yang secara tidak langsung diperbaurkan antara ucapan bahasa Indonesia dan ucapan bahasa

(32)

Mandar, hal ini disebabkan oleh kebiasaan pengucapan bahasa atau dialek bahasa Mandar dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan sosial.

Berdasarkan contoh di atas, dapat diuraikan bahwa kemungkinan interferensi bahasa Mandar ke dalam bahasa Indonesia disebabkan oleh adanya tambahan akhiran (kik) diakhir kata bahasa Indonesia yang diucapkan, sehingga muncul kata lain yang bunyinya hampir sama dengan arti dari bahasa asal.

Bunyi pada akhir kata yang terjadi di atas merupakan sumber interferensi dan sangat berpengaruh terhadap bunyi bahasa Indonesia, sehingga dapat dikatakan bahwa interferensi adalah ketidaksesuaian antara bunyi yang satu dengan bunyi yang lain yang timbul sebagai akibat pengaruh bahasa daerah yang muncul secara simultan dalam penggunaan bahasa Indonesia.

Semakin tingginya interferensi bahasa Mandar kedalam bahasa Indonesia dalam pengucapannya memberikan pengaruh dalam berbahasa Indonesia. Oleh karena itu, guru sekolah perlu menjaga dan mengadakan koreksi secara langsung atau tidak langsung terhadap penggunaan bahasa Indonesia oleh siswa.

Terjadinya bahasa dalam kehidupan sehari-hari disebabkan oleh situasi kebahasaan dalam lingkungan social untuk memberikan penekanan terhadap cara-cara pengucapan dan penggunaan bahasa Indonesia secara benar. Sekarang ini ada kecenderungan dikalangan anak didik dalam segala tingkatan dari sekolah menengah sampai pada tingkat lanjutan, menggunakan kata-kata

(33)

seperti “biarmi, sudahmi, maukak” yang merupakan kata-kata rancu yang timbul karena kemungkinan teman dengan teman memiliki bahasa yang sama.

B. Kerangka Pikir

Memperhatikan uraian pada tinjauan pustaka, maka pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang dijadikan penulis sebagai landasan berpikir. Landasan berpikir yang dimaksud mengarahkan penulis untuk menemukan data dan informasi dalam penelitian ini guna memecahkan masalah yang telah dipaparkan. Untuk itu akan diuraikan secara rinci landasan berpikir yang dijadikan pegangan dalam penelitian ini.

Negara Indonesia terdiri atas beberapa provinsi dan setiap provinsi mempunyai bahasa daerah mengakibatkan masyarakat pada umumnya mengenal dan menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pertama (B1) walaupun bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi (Nasional). Apabila dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh person yang sama, hal inilah yang menyebabkan terjadi kontak bahasa. Adapun yang menjadi bahan penelitian ini adalah “Interferensi Morfologi Bahasa Mandar Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar”. Didalamnya berkaitan dengan morfologi, afiksasi, reduplikasi, analisis, dan temuan. Untuk lebih jelasnya, penelitian merangkumnya dalam sebuah skema atau bagan kerangka pikir berikut:

(34)

Bagan Kerangka Pikir

BILINGUALISME

Kontak Bahasa

Fonologi Morfologi Sintaksis

Afiksasi

Semantik

Reduplikasi

Analisis

Temuan

Interferensi B1 (Bahasa Mandar) Terhadap Penggunaan B2 (Bahasa Indonesia)

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu penelitian berupa hal-hal yang berhubungan dengan cara kerja, cara memperoleh data, dan sampai mendapatkan kesimpulan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode lapangan yang disajikan dalam bentuk deskriftif kualitatif meliputi variabel dan desain penelitian, definisi operasional variabel, fokus penelitian, instrument penelitiian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan prosedur deskriptif kualitatif. Yaitu mengumpulkan, mengolah, mereduksi, menganalisis, dan menyajikan data secara objektif atau sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian pada hakikatnya merupakan strategi yang mengatur ruang atau teknis penelitian agar memperoleh data maupun kesimpulan penelitian. Menurut jenisnya, penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Oleh karena itu, dalam penyusunan desain harus dirancang

(36)

berdasarkan pada prinsip metode deskriptif kualitatif. Yaitu mengumpulkan, mengolah, mereduksi, menganalisis, dan menyajikan data secara objektif atau sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Untuk itu, Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, siswa kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.

C. Definisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas ruang lingkup penelitian ini, maka dikemukakan definisi operasional variabel. Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini yaitu interferensi bahasa Mandar dan bahasa Indonesia Ragam Lisan. Interferensi adalah pengacauan atau gangguan struktur tata bahasa akibat adanya pembauran atau penggabungan antara unsur bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang dilakukan oleh penutur dwibahasawan. Bahasa Mandar adalah bahasa ibu atau bahasa daerah yang digunakan oleh etnis Mandar dalam berinteraksi sehari-hari, sedangkan bahasa Indonesia adalah bahasa resmi atau bahasa nasional dan bahasa Negara.

D. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah keseluruhan bentuk- bentuk interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.

(37)

E. Data dan Sumber Data 1. Data

Data dalam penelitian ini adalah keterangan yang dijadikan objek kajian, yakni setiap kata, kalimat/ungkapan yang mendukung interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber tulis, yaitu berupa teks. Teks karangan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.

F. Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui data tentang kehadiran siswa, keaktifan, dan perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar berlangsung.

2. Tes Mengarang

Tes mengarang diberikan kepada siswa untuk memperoleh data atau informasi tentang bentuk-bentuk interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia.

(38)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer.

1. Data primer

Data primer diperoleh melalui

a. Observasi dilakukan untuk mengenal situasi tempat penelitian dan mengamati langsung pembicaraan siswa dengan adanya observasi peneliti tidak akan merasa asing dengan keadaan lokasi dan akan mendapatkan data awal mengenai situasi tempat penelitian.

b. Tes mengarang

Pengumpulan data dalam penelitian ini pelaksanaannya dilakukan dengan cara memberi tugas untuk menyusun karangan dalam bentuk percakapan atau karangan dialog kepada siswa pada kertas yang telah dibagikan, karangan tersebut berupa karangan bebas, artinya siswa secara bebas memilih topik karangan yang telah disiapkan dan mengembangkannya dalam bentuk karangan dialog atau percakapan sederhana.

Contoh bentuk- bentuk interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia, yang terdapat pada karangan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.

Penggunaan Afiksasi dalam bahasa Indonesia sering berubah karena pengaruh bahasa daerah (Mandar).

1. penggunaan prefiks (meng-, men-, per) dalam bahasa Indonesia sering berubah karena pengaruh bahasa Mandar, misalnya :

(39)

a. harap + meng mengharap, menjadi mengharapkik b. cubit + meN mencubit, menjadi mencubitkik c. budak + per perbudak, menjadi perbudakkik

Sumber : Teks Karangan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar”.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang penulis lakukan dalam mengolah data melalui instrumen yang dilakukan adalah :

1. Mengidentifikasi/menentukan teks karangan Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.

2. Mengklasifikasi/menggolongkan seluruh data yang dicurigai terinterferensi dari bahasa Mandar kedalam bahasa Indonesia

3. Menelaah seluruh data yang telah diperoleh berupa interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia.

4. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data berdasarkan aspek yang ditelaah sebagai hasil penelitian.

(40)

BAB IV

DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian

Pada bab 4 ini akan diuraikan secara rinci hasil penelitian tentang interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia. Bentuk interferensi morfologi ini dilakukan oleh siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar, bentuk interferensi morfologi tersebut dibahas satu persatu pada uraian data yang terkumpul dari karangan siswa yang menunjukkan bahwa adanya interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia di kalangan siswa Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar, sebagai berikut :

1. Penggunaan Prefiks ma Sebagai Pengganti prefiks

men-Contoh :

a. Malihatki cincin di jari tanganku (K.1)

maitao ciccing dio gareme lima’u (Bahasa Mandar)

maitao ciccing dio gareme lima’u (Kalimat Bahasa Mandar) Kamu melihat cincin di jari tangan saya (Bahasa Indonesia baku) Analisis :

Bentuk penggunaan prefiks ma- sebagai pengganti prefiks men- pada kata ‘lihat’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, yaitu dalam dialek Mandar terdapat prefiks ma- yang dapat disejajarkan dengan prefiks men- dalam bahasa Indonesia. akibatnya siswa dwibahasawan menghilangkan prefiks men- dan menggunakan prefiks ma- sebagai petunjuk kata kerja pada

(41)

saat menggunakan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

b. Mauki malihat boneka doraemonku (K.2)

Melo’o maita boneka doraemon u (Bahasa Mandar)

Melo’o maita boneka doraemon u (Kalimat Bahasa Mandar)

Kamu ingin melihat boneka doraemon saya (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Penggunaan prefiks ma- sebagai pengganti prefiks men- pada kata kerja transitif pada kata ‘lihat’ di atas disebabkan oleh pengaruh dialek Mandar, Karena dalam dialek Mandar terdapat prefiks ma- yang dapat disejajarkan dengan prefiks men- dalam bahasa Indonesia. Akibatnya siswa dwibahasawan menghilangkan prefiks men- dan menggunakan prefiks ma-sebagai petunjuk kata kerja pada saat menggunankan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

c. Tunggu saya matulis nama (K.3)

Teppea’ matuliska sanga (Bahasa Mandar)

Teppea’ matuliska sanga (Kalimat Bahasa Mandar) Tunggu saya menulis nama (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Bentuk penghilangan prefiks men- pada kata ‘tulis’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, yaitu dalam dialek mandar terdapat prefiks ma- yang dapat disejajarkan dengan prefiks men- dalam bahasa Indonesia.

(42)

Akibatnya siswa dwibahasawan menghilangkan prefiks men- dan menggunakan prefiks ma- sebagai petunjuk kata kerja pada saat menggunakan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

2. Penghilangan prefiks

meng-Contoh :

a. Mauka ambil buku di situ (K.4)

Meloka ala buku inditingo (Bahasa Mandar)

meloka maala buku inditingo (Kalimat Bahasa Mandar) Saya ingin mengambil buku disitu (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Kata ‘ambil’ yang tidak berprefiks meng- di atas disebabkan oleh pengaruh dialek Mandar, karena dalam dialek Mandar terdapat prefiks ma-yang sepadan dengan prefiks meng- dalam bahasa Indonesia berfungsi sabagai pembentuk kata kerja. Akibatnya siswa dwibahasawan tidak mengenal penggunaan prefiks meng- pada saat menggunakan bahasa Indonesia, maka terjadi kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi.

3. Penggunaan Morfem na Sebagai Kata Ganti dia

Misalnya :

a. Jam tangan nakasihka seseorang (K.5)

nabengangka jam tangan tau (Bahasa Mandar)

(43)

Jam tangan diberikan kepada saya oleh seseorang (Bahasa Indonesia Baku)

Analisis :

Penggunaan morfem na pada kata ‘kasih’ di atas disebabkan oleh pengaruh dialek Mandar, karena dalam dialek Mandar terdapat morfem na yang memiliki makna sama dengan kata dia dalam bahasa Indonesia. Seharusnya siswa dwibahasawan menggunakan awalan di- pada kata ‘kasih’ di atas dan menghilangkan penggunaan morfem na pada struktur kalimat di atas karena tidak terdapat penggunaan subjek ganda dalam bahasa Indonesia, maka terjadi kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi.

b. Hadiah ini nakasihka karena membantu ibuku menjahit (K.6)

nabengangka di’e hadiah apa’ ma’bantu kindo’u marai (Bahasa Mandar) nabengangka di’e hadiah apa’ ma’bantu kindo’u marai (Kalimat Bahasa Mandar)

Hadiah ini diberikan kepada saya karena membantu ibu menjahit (Bahasa Indonesia Baku)

Analisis :

Bentuk penggunaan morfem na pada kata ‘kasih’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, yaitu dalam dialek Mandar terdapat morfem na yang memiliki makna sama dengan kata dia dalam bahasa Indonesia. Seharusnya siswa dwibahasawan menggunakan awalan di- pada kata ‘kasih’ di atas dan menghilangkan penggunaan morfem na pada struktur kalimat di

(44)

atas karena tidak terdapat penggunaan subjek ganda dalam bahasa Indonesia, maka terjadi kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi.

c. najual mamaku (K.7)

nabalu’i kindo’u (Bahasa Mandar)

nabalu’i kindo’u (Kalimat Bahasa Mandar) dijual oleh ibu saya (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Penggunaan morfem na- pada kata ‘jual’ di atas merupakan pengaruh dialek Mandar, karena dalam dialek Mandar terdapat morfem na yang memiliki makna sama dengan kata dia dalam bahasa Indonesia. Seharusnya siswa menggunakan awalan di- pada kata ‘jual’ di atas sehingga menjadi ‘dijual’ dan menghilangkan penggunaan morfem na pada struktur kalimat di atas karena tidak terdapat penggunaan subjek ganda dalam bahasa Indonesia, maka terjadi kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi.

4. Penambahan –nya Contoh :

a. Saya pergi ke rumahnya Riska (K.8)

Lambaka lao boyangna Riska (Bahasa Mandar)

Lambaka lao boyangna Riska (Kalimat Bahasa Mandar) Saya pergi ke rumah Riska (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Penambahan enklitik –nya pada kata ‘ke rumah’ di atas merupakan pengaruh dialek Mandar, karena dalam dialek Mandar terdapat enklitik –na

(45)

yang memiliki makna sama dengan –nya dalam bahasa Indonesia. Seharusnya siswa dwibahasawan tidak menggunakan enklitik –nya dalam struktur kalimat seperti diatas karena dianggap pemborosan dan untuk menyatakan milik dalam bahasa Indonesia, kata akan diikuti dengan bentuk personal atau nama orang, maka terjadi kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi.

b. Ada keperluan apa kerumahnya Riska (K.9) Parallu apa lao boyangna Riska (Bahasa Mandar)

Parallu apa lao boyangna Riska (Kalimat Bahasa Mandar) Ada keperluan apa kerumah Riska (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Kata ‘ke rumah’ yang memiliki enklitik -nya di atas disebabkan oleh pengaruh dialek Mandar, karena dalam dialek Mandar terdapat enklitik -na yang memiliki makna sama dengan –nya dalam bahasa Indonesia. Seharusnya siswa dwibahasawan menghilangkan penggunaan enklitik –nya pada struktur kalimat di atas karena menyebabkan pemborosan dan untuk menyatakan milik dalam bahasa Indonesia, kata akan diikuti dengan bentuk personal atau nama orang, maka terjadi kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi.

c. Saya pergi ke acaranya sepupu (K.10)

Lambaka lao acarana boyangpissang (Bahasa Mandar)

Lambaka lao acarana boyangpissang (Kalimat Bahasa Mandar) Saya pergi ke acara sepupu (Bahasa Indonesia Baku)

(46)

Analisis :

Penambahan enklitik –nya pada kata ‘ke acara’ di atas merupakan pengaruh dialek Mandar, karena dalam dialek Mandar terdapat enklitik –na yang mengandung makna sama dengan –nya dalam bahasa Indonesia. Seharusnya siswa dwibahasawan tidak menggunakan enklitik –nya pada kata ‘ke acara’ di atas karena menyebabkan pemborosan dan untuk menyatakan milik dalam bahasa Indonesia, kata akan diikuti dengan bentuk personal atau nama orang, maka terjadi kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi. 5. Penggunaan Partikel -ja

Misalnya :

a. Apaja kamu bikin disitu sendirian (K.11)

Mapapiao apaja inditing sisammu (Bahasa Mandar)

mapapiao apaja inditing sisammu (Kalimat Bahasa Mandar)

Apa saja yang kamu lakukan disitu sendirian (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Bentuk penggunaan partikel -ja pada kata ‘apa’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, yaitu dalam dialek Mandar terdapat partikel –ja yang memiliki makna sama dengan kata saja dalam bahasa Indonsia, berfungsi menegaskan arti kata yang berikutnya. Akibatnya siswa dwibahasawan cenderung menggunakan partikel –ja sebagai pengganti kata ‘saja’ pada saat menggunakan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

(47)

b. Tidak ada, menggambarja (K.12)

Nandiang manggambarja (Bahasa Mandar)

Nandiang manggambarja (Kalimat Bahasa Mandar) Tidak ada, hanya menggambar (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Penggunaan partikel -ja pada kata ‘menggambar’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, yaitu dalam dialek Mandar terdapat partikel –ja yang memiliki makna sama dengan kata hanya dalam bahasa Indonesia, berfungsi menegaskan arti kata yang berikutnya. Akibatnya siswa dwibahasawan cenderung menggunakan partikel –ja sebagai pengganti kata hanya pada saat menggunakan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

c. Ke kelasja, tapi sepi sekali kelasnya (K.13)

Laoja, kelas tapi sunyi sannal kelasna (Bahasa Mandar)

Laoja kelas, tapi sunyi sannal kelasna (Kalimat Bahasa Mandar) Hanya ke kelas, tapi kelas sangat sepi (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Penggunaan partikel -ja pada kata ‘kelas’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, yaitu dalam dialek Mandar terdapat partikel –ja yang memiliki makna sama dengan kata hanya dalam bahasa Indonesia, berfungsi menegaskan arti kata yang berikutnya. Akibatnya siswa dwibahasawan cenderung menggunakan partikel –ja sebagai pengganti kata hanya pada saat

(48)

menggunakan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

d. Maukaja ambil buku (K.14)

Meloka’ja ala buku (Bahasa Mandar)

meloka’ja maala buku (Kalimat Bahasa Mandar)

Saya hanya ingin mengambil buku (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Bentuk penggunaan partikel -ja pada kata ‘mau’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, yaitu dalam dialek Mandar terdapat partikel –ja yang memiliki makna sama dengan kata hanya dalam bahasa Indonesia, berfungsi menegaskan arti kata yang berikutnya. Akibatnya siswa dwibahasawan cenderung menggunakan partikel –ja sebagai pengganti kata hanya pada saat menggunakan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

6. Penggunaan partikel - eh Contoh :

a. Kak banguneh pergi ke sekolah (K.15)

pembue’eh kak lamba lao passikolang (Bahasa Mandar)

pembue’eh kak lamba lao passikolang (Kalimat Bahasa Mandar) Kak bangunlah pergi ke sekolah (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Bentuk penggunaan partikel -eh pada kata ‘bangun’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, yaitu dalam dialek Mandar terdapat partikel

(49)

-eh yang dapat disejajarkan dengan partikel -lah dalam bahasa Indonesia. Akibatnya siswa dwibahasawan menghilangkan partikel –lah dan menggunakan partikel –eh pada saat menggunankan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

b. Arman pulangeh di rumah (K.16)

malaioeh Arman dio boyang (Bahasa Mandar)

malaioeh Arman dio boyang (Kalimat Bahasa Mandar) Arman pulanglah di rumah (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Penggunaan partikel -eh pada kata ‘pulang’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, seharusnya siswa menggunakan partikel –lah pada kata ‘pulang’ di atas tetapi dalam dialek mandar terdapat partikel -eh yang dapat disejajarkan dengan partikel –lah dalam bahasa Indonesia. Akibatnya siswa dwibahasawan menghilangkan partikel -lah dan menggunakan partikel -eh pada saat menggunakan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

c. Akhirnya saya pergieh tidur di kamar (K.17)

Akhirna lambakaeh matindo dio kamar (Bahasa Mandar)

Akhirna lambakaeh matindo dio kamar (Kalimat Bahasa Mandar) Akhirnya saya pergilah tidur di kamar (Bahasa Indonesia Baku)

(50)

Analisis :

Bentuk penggunaan partikel -eh pada kata ‘pergi’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, yaitu dalam dialek Mandar terdapat partikel -eh yang dapat disejajarkan dengan partikel -lah dalam bahasa Indonesia. Akibatnya siswa dwibahasawan menghilangkan partikel –lah dan menggunakan partikel –eh pada saat menggunankan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

d. Ayo pergieh (K.18)

Inggai lambaeh (Bahasa Mandar)

Inggai lambaeh (Kalimat Bahasa Mandar) Ayo pulanglah (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Bentuk penggunaan partikel -eh pada kata ‘pergi’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, yaitu dalam dialek Mandar terdapat partikel -eh yang dapat disejajarkan dengan partikel -lah dalam bahasa Indonesia. Akibatnya siswa dwibahasawan menghilangkan partikel –lah dan menggunakan partikel –eh pada saat menggunankan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

e. Ayo pulangeh (K.19)

Inggai malaieh (Bahasa Mandar)

(51)

Ayo pulanglah (Bahasa Indonesia Baku) Analisis :

Bentuk penggunaan partikel -eh pada kata ‘pulang’ di atas disebabkan karena pengaruh dialek Mandar, seharusnya siswa menghilangkan partikel –eh dan menggantinya dengan partikel –lah pada kata ‘pulang’ di atas, tetapi dalam dialek Mandar terdapat partikel -eh yang dapat disejajarkan dengan partikel -lah dalam bahasa Indonesia. Akibatnya siswa dwibahasawan cenderung menghilangkan partikel -lah dan menggunakan partikel –eh pada saat menggunankan bahasa indonesia, maka terjadi interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapatlah terlihat interferensi yang terjadi pada karangan siswa dalam bentuk dialog, atau percakapan. Hal ini menunjukkan bahwa interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia cukup tinggi khusunya pada interferensi morfologi. Oleh karena itu masalah interferensi perlu mendapat perhatian khusus agar penggunaan bahasa Indonesia dapat berkembang dengan baik.

Interferensi bahasa Mandar terjadi baik dalam bentuk lisan maupun tulisan terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang dilakukan dwibahasawan yang berbahasa pertama bahasa Mandar, interferensi ini terjadi karena seringnya pola struktur bahasa Mandar ditransfer kedalam bahasa Indonesia.

(52)

Hasil penelitian interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia ini belum terungkap secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada faktor-faktor penghambat atau faktor-faktor lain yang ada kaitannya dengan interferensi Morfologi, untuk memperoleh data tentang faktor tersebut, tentu saja memerlukan penelitian lanjutan, akan tetapi karena penulis mempunyai keterbatasan waktu, kesempatan, tenaga dan dana, maka penulis hanya dapat mengungkapkan sebagian kecil dari sekian banyak persoalan interferensi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia khususnya dalam bidang Morfologi dari hasil penelitian ini.

1. Penggunaan prefiks ma- sebagai pengganti prefiks

men-Dalam penghilangan prefiks men- terdapat 3 kata yang terfinterferensi dituliskan oleh 3 orang siswa.

2. Penghilangan prefiks

meng-Dalam penghilangan prefiks meng- terdapat sebuah kata yang terfinterferensi dituliskan oleh seorang siswa.

3. Penggunaan Morfem na Sebagai Kata Ganti dia

Dalam penggunaan morfem na terdapat 3 kata yang terfinterferensi dituliskan oleh 3 orang siswa.

4. Penambahan –nya

Dalam penambahan –nya terdapat 3 kata yang terinterferensi dituliskan oleh 2 orang siswa.

(53)

Dalam penggunaan partikel –eh terdapat 4 kata yang terfinterferensi dituliskan oleh 4 orang siswa.

6. Penggunaan partikel –eh

Dalam penggunaan partikel –ja terdapat 5 kata yang terfinterferensi dituliskan oleh 3 orang siswa

(54)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar dalam menggunakan bahasa Indonesia dilingkungan sekolah masih banyak dipengaruhi oleh bahasa ibu (bahasa Mandar)

Data di atas dapat dijadikan patokan untuk menegaskan bahwa pada umumnya penggunaan bahasa Indonesia pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar terjadi penyimpangan yang mempengaruhi kaidah bahasa Indonesia yang matang dan modern dengan demikian interferensi morfologi bahasa Mandar terhadap penggunaan bahasa Indonesia siswa kelas X SMA Negeri 1 Campalagian Kabupaten Polewali Mandar benar adanya.

Pada dasarnya banyak faktor yang mempengaruhi siswa-siswa didalam penggunaan bahasa Indonesia mengalami interferensi bahasa Mandar, orangtua merupakan faktor utama dan siswa sendiri kurang latihan serta kurang berminat untuk lebih terbiasa menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

(55)

B. Saran

Dengan selesainya penelitian skripsi ini, mungkin masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan maka penulis tak lupa menyampaikan mohon yang sebesar-besarnya :

1. Guru hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai bahasa penganatar setiap kali menyajikan materi pelajaran.

2. Siswa dibiasakan memanfaatkan waktu luang baik disekolah maupun dirumah menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

3. Partisipasi dan keikutsertaan rekan-rekan dalam memperbaiki dan mengembangkan bahasa Indonesia yang baik dan benar sangat diharapkan. 4. Diharapkan setiap guru bidang studi bahasa Indonesia memberikan latihan-latihan dalam hal penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

5. Agar kiranya guru senantiasa memberikan latihan menulis karangan bahasa Indonesia kepada siswa untuk mengatasi terjadinya interferensi khususnya morfologi pada karangan siswa sekolah menengah atas.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik : Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik : Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2004. Sosiolinguistik : Perkenalan Awal.

Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta. Hambali. 2002. Interferensi Fonologi Bahasa Bugis terhadap Bahasa Arab Ranah

Keagamaan di Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros. Tesis. Makassar : Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar. Hambali. 2009. Linguistik Umum Suatu Pengantar. Diktat. Makassar : Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Hambali. 2012. Bahasa Indonesia dan Analisis Kesalahan Berbahasa. Diktat. Makassar : Universitas Muhammadiyah Makassar.

Kamaruddin, dkk. 1978. Interferensi Garmatikal Bahasa Makassar Murid dalam Pemakaian Bahasa Indonesia. Laporan Penelitian. Ujung Pandang : Departemen Pendidikan dan kebudayaan Ujung Pandang.

Kridalaksana, Harimurti. 1980. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Jakarta : PT. Gramedia Utama.

(57)

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Munirah. 2011. Morfologi Bahasa Indonesia. Diktat. Makassar : Universitas Muhammadiyah Makassar.

Munirah. 2012. Fonologi Bahasa Indonesia. Diktat. Makassar : Universitas Muhammadiyah Makassar.

Nababan dkk. 1992. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Nursaid dan Marjusman Maksan. 2002. Sosiolinguistik. Padang: FBS UNP.

Rahim, A. Rahman dan Thamrin Palori. 2013. Seluk Beluk Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta : Romi Aisy

Rahardi, Kunjana. 2001. Sosiolinguistik, Kode dan Alih Kode. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Rahim, Rahman. 2008. Teori Belajar Bahasa. Diktat. Makassar : Universitas Muhammadiyah Makassar.

Ramlan. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta. CV. Karyono. Rurina, dkk. 2010. “Interferensi dan Integrasi Bahasa”. Jurnal.

hhtp://pusatbahasaalajhar.wordpress.com/hakikat hakiki kemerdekaan /interferensi/. Diunduh tanggal 8 Desember 2012.

Syam, Muslina.2009. ”Interferensi Bahasa Bugis Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Siswa SD Negeri 6 Cikere Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep”skripsi. Tidak diterbitkan : Makassar : Uniersitas Muhammadiyah Makassar.

(58)

Suhardi, B & Cornelius Sembiring. 2005. Aspek Sosial Bahasa dalam Kushartanti, dkk. (Eds.), Pesona Bahasa langkah Awal memahami Linguistik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Suwito. 1983. Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Kenary Offset. Setiawan, Yasin. Perkembangan Bahasa. Diposting dari situshttp://www.siaksoft.

com. 16/1/2016

Pramudya, Mahar. 2006. “Interferensi Gramatikal Bahasa Melayu Bangka dalam Pemakaian Bahasa Indonesia: dengan Data Rubrik “MAK PER dan AKEK BUNENG” dalam Surat Kabar Bangka Pos”.skripsi. Tidak diterbitkan : Semarang : Universitas Diponegoro.

(59)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Ini berarti frasa endosentris banyak digunakan oleh siswa dalam menggunakan ide atau gagasannya, karena frasa ini dalam kalimat menduduki semua fungsi (subjek,

Hasil penelitian menujukkan bahwa: (1) terdapat interferensi sintaksis bahasa Jawa dalam karangan narasi siswa kelas V dan VI, (2) jenis interferensi sintaksis yang ditemukan

Pada data (4) menunjukkan adanya interferensi pola proses morfologis khususnya penggunaan prefiks meN-. Interferensi ini terletak pada penggunaan bentuk prefiks meN- yang

Interferensi bahasa Bugis adalah penyimpangan pada penggunaan kata dalam bahasa Indonesia yang berupa bentuk kata yang terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia pada karangan

Faktor penyebab kesalahan penggunaan sintaksis berupa frasa tersebut meliputi penggunaan preposisi yang tidak tepat (5 kalimat), susunan kata yang tidak tepat (8

Istilah interferensi terkandung arti pengaturan kembali pola-pola yang disebabkan oleh masuknya elemen-elemen asing ke dalam bahasa yang berstruktur lebih

Sedangkan menurut Chaer dan Agustina (2004:120) interferensi terjadi karena adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa lain yang dilakukan

Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif Hasil penelitian yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa interferensi morfologi bahasa Bugis dalam penggunaan