• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan konjungsi dalam karangan siswa kelas X SMA Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan konjungsi dalam karangan siswa kelas X SMA Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016 2017"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA

KELAS X SMA NEGERI 2 MAUMERE TAHUN AJARAN

2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Marieta Crissanty Alo

121224014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menguatkan, menolongku, dan mencurahkan

rahmat, serta kasih yang melimpah kepadaku.

Bapak Antonius Alo dan Ibu Regina Ropi yang selalu mendoakan, mendukung,

dan selalu memberikan perhatian, serta memenuhi segala kebutuhanku.

(5)

v

MOTTO

“Karena itu Aku berkata kepadamu, a

pa saja yang kamu minta dan doakan,

percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan

kepadamu

(Markus 11:24)

“Pencobaan

-pencobaan yang kamu alami adalah pencobaan-pencobaan biasa,

yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu ia tidak

akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu

dicobai ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat

menanggungnya”

( 1 Korintus: 10: 13)

Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah

kemenangan yang hakiki

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

Alo, Marieta Crissanty. 2017.

Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Siswa

Kelas X SMA Negeri 2 Maumere Tahun Ajaran 2016/2017

. Skripsi.

Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji pemakaian konjungsi pada karangan siswa kelas X

SMA Negeri 2 Maumere Tahun Ajaran 2016/2017. Tujuan penelitian ini untuk

mendeskripsikan konjungsi yang digunakan dalam karangan dan kesalahan

pemakaian konjungsi dalam karangan.

Jenis

penelitian

ini

merupakan

penelitian

deskriptif

kualitatif.

Pengumpulan data pada penelitian ini mencakup beberapa langkah, yakni peneliti

mengumpulkan karangan siswa, membaca hasil karangan siswa, menggarisbawahi

kalimat yang mengandung konjungsi, dan mengelompokkan konjungsi sesuai

dengan jenisnya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data kualitatif. Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis

data,

yaitu

peneliti

memberi

kode,

peneliti

mencermati,

mencatat,

mengklasifikasi, dan mendeskripsikan hasil temuan penggunaan konjungsi dan

kesalahan yang ditemukan dalam karangan siswa.

Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa:

pertama, secara

keseluruhan ada 543 kali pemakaian konjungsi dan 30 jenis konjungsi yang

dipakai. Ketiga puluh konjungsi tersebut ialah konjungsi yang banyak dipakai dan

(251), kemudian (1), adalah (19), namun (3), tapi/tetapi (21), lalu (10), hanya (6),

yaitu (6), atau (8), sedangkan (3), ialah (1), karena (65), sebelum (11), agar (5),

setelah (76), meskipun (1), saat (10), walaupun (2), ketika (7), supaya (2),

sesudah (1), kalau (5), sehingga (3), seperti (2), hingga (2), untuk (2), setelah itu

(5), selain itu (2), sesudah itu (1),

dan pemakaian konjungsi

jadi (5). Kedua,

terdapat 33 kesalahan pemakaian konjungsi yang terdiri atas kesalahan pemakaian

konjungsi

dan (16), tapi/tetapi (10), kemudian (1), lalu (3),

dan pemakaian

konjungsi sedangkan (1).

(9)

ix

ABSTRACT

Alo, Marieta Crissanty. 2017.

The Usage of Conjuctions in Students Writing of

Class X SMA N 2 Maumere Academic Year 2016/2017

.Thesis.

Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education. Faculty of

the Teacher Training and Education. Sanata Dharma University.

The research studied the usage of conjuctions in students writing of class

X SMA Negeri 2 Maumere Academic Year 2016/2017. It aimed to describe what

conjuctions used in the discourse and errors in the use.

The research applied descriptive qualitative method. The data gathering

method of this research consisting of several steps namely; the researcher

collected student essay,

read student’s essay, underline sentences containing the

conjunction and conjunctions are grouped in accordance with the sort. The

analysis technique used in this reasearch was qualitative data analysis. The data

analysis steps are; the researcher gave code, observing, taking notes, classifying,

and describing the findings of the use of the conjunction, and a variety of errors

found in the student’s essay.

Based on the analysis, it was concluded: first there were 540 times

conjunction uses and there were 30 types of conjunction used. The thirty used

conjunction were: dan (251), kemudian (1), adalah (18), namun (3), tapi/tetapi

(21), lalu (10), hanya (6), yaitu (6), atau (8), sedangkan (3), ialah (1), karena

(65), sebelum (11), agar (5), setelah (74), meskipun (1), saat (10), walaupun (2),

ketika (7), supaya (2), sesudah (1), kalau (5), sehingga (3), seperti (2), hingga (2),

untuk (2), setelah itu (5), selain itu (2), sesudah itu (1), and use of conjunction

jadi (5). Second, there were 33 inacuracies in the use of conjunctions dan (16),

tapi/tetapi (10), kemudian (1), lalu (3), and use of conjunction sedangkan (1).

Second, there were inaccuracies in the use of conjunctions dan (16), tapi/tetapi

(10), kemudian (1), lalu (3), and use of conjunction sedangkan (1).

Based the resulty of research, the research suggested to students,

indonesian language teachers and the othe researchers. Students are expected to

master the use of conjuction the way they supposed to be used. The Indonesian

language teacher must pay be

tter attention to student’s writing. Other researches

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul

“Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Maumere

Tahun A

jaran 2016/2017” ini

dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

dan dukungan berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2.

Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia.

3.

Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku dosen pembimbing, terima kasih atas

bimbingan, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan selama proses

penyusunan skripsi ini.

4.

Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia atas

ilmu dan inspirasi selama proses belajar peneliti.

5.

Robertus Marsidiq selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia yang telah membantu membereskan seluruh

administrasi.

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1

Latar Belakang ... 1

1.2

Rumusan Masalah ... 3

1.3

Tujuan Penelitian ... 3

1.4

Manfaat Penelitian ... 4

1.5

Batasan Istilah ... 4

(13)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Penelitian Relevan ... ... 8

2.2 Konjungsi ... 10

2.2.1 Macam Konjungsi ... 11

2.2.1.1 Konjungsi Intrakalimat ... 12

2.2.1.2 Konjungsi Antarkalimat... 30

2.3 Konjungsi dan Preposisi ... 33

2.4 Karangan ... 36

2.5 Analisis Kesalahan Berbahasa ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ... ... 42

3.3 Instrumen Penelitian ... 42

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... ... 42

3.5 Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Deskripsi Data ... .... 45

4.2 Analisis Data ... 45

4.2.1 Pemakaian Konjungsi Koordinatif ... 46

(14)

xiv

4.2.3 Pemakaian Konjungsi Antarkalimat ... 54

4.2.4 Kesalahan Pemakaian Konjungsi ... 56

4.3 Pembahasan ... 60

BAB V PENUTUP ... 64

5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Implikasi ... ... 65

5.3 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN 1 ... 70

LAMPIRAN 2 ... 124

(15)

xv

DAFTAR TABEL

[image:15.595.141.455.256.576.2]
(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai

hubungan erat dengan keterampilan berbicara, membaca, dan mendengarkan.

Tarigan (1984: 3) menjelaskan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan

berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak

secara tatap muka dengan orang lain. Beberapa struktur kebahasaan dalam

menulis yang harus diperhatikan ketika berkomunikasi secara tidak langsung yaitu

aspek penggunaan ejaan, kata, frasa, klausa, dan kalimat yang tepat. Penggunaan

struktur kebahasaan yang tepat tersebut bertujuan agar maksud yang ingin

disampaikan oleh penulis melalui tulisan dapat dipahami dengan baik oleh

pembaca. Oleh karena itu, menulis membutuhkan latihan dan praktik yang benar

sehingga tulisan dapat bermanfaat bagi orang lain.

(17)

Menulis karangan memerlukan persyaratan dasar yaitu harus memilih

topik, membatasinya, mengembangkan gagagsan, dan menyajikannya dalam

kalimat dan paragraf yang tersusun secara logis. Dalam menyusun sebuah

karangan masih ditemukan beberapa siswa yang melakukan kesalahan pemilihan

kata untuk menyusun karangan. Pranowo (2014: 118) mengatakan bahwa

kesalahan berbahasa adalah pertimpangan kaidah dalam pemakaian bahasa.

Kesalahan yang sering dilakukan siswa yaitu kesalahan dalam pemilihan kata

khususnya

penggunaan

konjungsi.

Konjungsi

adalah

kategori

yang

menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan

kalimat; bisa juga antara paragraf dengan paragraf (Chaer, 2009: 81-82).

Konjungsi merupakan bagian yang penting dalam menulis karangan karena

berfungsi sebagai pelancar komunikasi antara penulis dan pembaca. Dalam bahasa

Indonesia terdapat berbagai macam konjungsi yaitu konjungsi intrakalimat dan

konjungsi antarkalimat. Konjungsi intrakalimat dibagi menjadi konjungsi

koordinatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi korelatif.

Menulis perlu mendapat perhatian khusus dari guru karena masih banyak

siswa yang melakukan kesalahan penggunaan konjungsi dalam menulis karangan.

Kesalahan penggunaan konjungsi yang dilakukan oleh siswa jangan dibiarkan

begitu saja oleh guru. Seorang guru harus menjadikan kesalahan penggunaan

konjungsi tersebut sebagai umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran

di sekolah khususnya pada penggunaan konjungsi dalam menulis karangan.

(18)

penggunaan konjungsi dan menulis karangan. Berdasarkan latar belakang

tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai

“P

enggunaan

Konjungsi dalam Karangan Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Maumere Tahun

Ajaran 2016/2017

.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan

masalah sebagai berikut:

1)

Apa sajakah konjungsi yang digunakan oleh siswa kelas X SMA

Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016/2017 dalam menulis karangan?

2)

Apa sajakah konjungsi yang salah digunakan oleh siswa kelas X

SMA Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016/2017 dalam menulis

karangan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan skripsi ini

yaitu:

1)

Mendeskripsikan jenis-jenis konjungsi yang digunakan oleh siswa

kelas X SMA Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016/2017 dalam

menulis karangan.

(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan

pengetahuan bagi guru bahasa Indonesia, bagi sekolah, dan bagi peneliti

selanjutnya.

1)

Bagi guru bahasa Indonesia penelitian ini dapat memberikan informasi

mengenai penggunaan konjungsi secara tepat dalam penulisan dan dapat

memberikan informasi bagi guru mengenai kesulitan yang dihadapi oleh siswa

dalam penggunaan konjungsi.

2)

Bagi sekolah SMA Negeri 2 Maumere, hasil penelitian ini dapat memberikan

informasi mengenai penerapan konjungsi dalam karangan dari siswa kelas X

SMA Negeri 2 Maumere Tahun Ajaran 2016/2017.

3)

Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan

sebagai bahan pertimbangan atau acuan untuk mengadakan penelitian yang

sejenis.

1.5 Batasan Istilah

Ada istilah-istilah yang perlu dibatasi dalam penelitian ini agar tidak

terjadi kesalahan dalam penafsiran. Istilah-istilah tersebut akan didefinisikan

sebagai berikut:

1)

Menulis

Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai

hubungan

erat

dengan

keterampilan

berbicara,

membaca,

dan

mendengarkan (Tarigan, 1984: 3).

2)

Karangan

(20)

3)

Analisis Kesalahan Berbahasa

Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh

para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa

pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel

tersebut, pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya

berdasarkan

sebab-sebabnya

yang

telah

dihipotesiskan,

serta

pengevaluasian keseriusannya (Ellis, dalam Tarigan, 1998:300).

4)

Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa adalah penyimpangan kaidah dalam pemakaian

bahasa (Pranowo, 2014:18).

5)

Konjungsi

Konjungsi adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis,

baik antara kata dan kata, antara frasa dan frasa, antara klausa dengan

klausa, atau antara kalimat dengan kalimat (Chaer, 2008: 98).

6)

Konjungsi Intrakalimat

Konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang berfungsi menghubungkan

kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa yang

berada di dalam sebuah kalimat (Abdul Chaer, 1990: 53).

7)

Konjungsi Koordinatif

(21)

8)

Konjungsi Subordinatif

Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua satuan

bahasa secara tidak sederajat (Chaer, 2011: 103).

9)

Konjungsi Korelatif

Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah kata,

dua buah frasa, atau dua buah klausa yang memiliki status yang sama

(Chaer, 2011: 124).

10)

Konjungsi Antarkalimat

Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk

menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang berada

dalam satu paragraf (Chaer, 2008: 103).

1.6 Sitematika Penyajian

Penyajian skripsi ini meliputi lima bab. Bab I adalah pendahuluan. Pada

bab I dijelaskan beberapa hal.

Pertama, latar belakang yang berisi alasan

penelitian ini dilakukan.

Kedua, rumusan masalah terdiri dari dua variabel yang

akan digunakan oleh peneliti untuk membantu menentukan langkah-langkah

dalam penelitian.

Ketiga, tujuan penelitian akan dijelaskan uraian garis besar

sasaran akhir secara keseluruhan yang akan dicapai dalam penelitian skripsi.

Keempat, manfaat penelitian akan dijelaskan hasil penelitian yang dapat

(22)

Bab II adalah landasan teori. Landasan teori yang ada dalam skripsi ini

dipaparkan mengenai penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian saat ini,

kerangka teori penelitian, kajian teori yang akan membantu peneliti sebagai

petunjuk untuk mengambil data dalam penelitian dan menyelesaikan data tersebut.

Landasan teori dari para ahli yang digunakan untuk mendukung penelitian.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang sejenis dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Windri Astuti (2007) dan penelitian Ade Supiyanto (2015).

Penelitian Windri Astuti (2007) berjudul “Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP N

Ngaglik, Sleman Yogyakarta dalam Menggunakan Konjungsi Antarkalimat dalam

Paragraf Tahun Ajaran 2005/2006”, sedangkan penelitian Ade Supi

yanto (2015)

berjudul “Jenis Kesalahan Penggunaan Konjungsi dalam Kalimat Majemuk pada

Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Lulusan Tahun 2013

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Kedua penelitian tersebut sama-sama

membahas pemakaian konjungsi dalam suatu wacana. Objek yang diteliti pada

penelitian Windri Astuti (2007) yaitu penggunaan konjungsi dalam penulisan

paragraf siswa dan Ade Supiyanto (2015) meneliti tentang penggunaan konjungsi

dalam tugas akhir mahasiswa.

Tujuan penelitian Windri Astuti (2007) adalah mendeskripsikan seberapa

tinggi kemampuan siswa kelas VIII SMP N 2 Ngaglik, Sleman Yogyakarta dalam

menggunakan konjungsi antarkalimat dalam paragraf. Adapun hasil penelitiannya

kemampuan siswa rata-rata adalah 62,44 dan simpangan bakunya adalah 13,70.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas VIII SMP N 2

Ngaglik, Sleman dalam menggunakan konjungsi antarkalimat dalam paragraf

tergolong sedang karena berdasarkan interpretasi dari patokan perhitungan

persentase skala 10 termasuk pada tingkat penguasaan 56-65%.

(24)

Penelitian Ade Supiyanto (2015) bertujuan mendeskripsikan jenis kesalahan

penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk dalam tugas akhir mahasiswa

Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan Tahun 2013.

Hasil penelitiannya kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk

yang dibuat oleh mahasiswa Program Studi Teknik Elektro lulusan tahun 2013

meliputi: (1) kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk setara,

(2) kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat, dan (3)

kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk campuran. Kesalahan

penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk setara yang paling banyak

mengalami kesalahan adalah kalimat majemuk setara yang menyatakan

penjumlahan, kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk

bertingkat yang paling banyak mengalami kesalahan adalah kalimat majemuk

bertingkat klausa anak keterangan syarat, dan kesalahan penggunaan konjungsi

dalam kalimat majemuk campuran yang paling banyak mengalami kesalahan

adalah konjungsi dan.

(25)

digunakan dan yang salah digunakan dalam hasil karangan siswa kelas X SMA

Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016/2017.

2.2 Konjungsi

Terbentuknya koherensi dalam sebuah wacana khususnya karangan

mempunyai hubungan erat dengan penggunaan konjungsi. Banyak ahli yang

berkecimpung di dalam bidang kebahasaan menyebut kata yang berfungsi sebagai

penanda hubungan ini berbeda-beda. Kridalaksana (1994: 102) menggunakan

istilah konjungsi. AG. Gianto (1983: 19) menggunakan istilah konjungta. Chaer

(2008: 98) dan Ramlan (2008: 40) menggunakan istilah kata penghubung untuk

menyebut konjungsi.

Konjungsi adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis,

baik antara kata dengan kata, antara frase dengan frase, antara klausa dengan

klausa, atau antara kalimat dengan kalimat (Chaer, 2008: 98). Kridalaksana (1994:

102) mengatakan bahwa konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk

meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu

menghubungkan dua satuan atau lebih dalam konstruksi.

(26)

antara kata dengan kata, antara frase dengan frase, antara klausa dengan klausa,

atau antara kalimat dengan kalimat.

2.2.1 Macam-Macam Konjungsi

Para ahli menyebut konjungsi dengan berbagai macam istilah, di antaranya

adalah konjungta, konjungsi, dan kata penghubung. Berbagai macam istilah yang

dikemukakan oleh para ahli untuk menyebutkan konjungsi sebenarnya memiliki

inti yang sama. AG. Gianto menyebutkan konjungsi dengan istilah konjungta,

Chaer menyebutkan konjungsi dengan istilah kata penghubung, dan Kridalaksana

menyebutkan konjungsi dengan istilah konjungsi. Konjungsi kemudian dibagi ke

dalam dua jenis berdasarkan luas jangkauannya dan posisinya.

(27)

2.2.1.1 Konjungsi Intrakalimat

Berdasarkan kedudukannya konjungsi intrakalimat dibedakan menjadi tiga

jenis yaitu (1) konjungsi koordinatif, (2) konjungsi subordinatif, (3) konjungsi

korelatif.

1)

Konjungsi Koordinatif

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua satuan

bahasa yang (kata, frase, klausa, atau kalimat) dalam kedudukan yang setara

(Abdul Chaer, 2011: 115). Artinya, kedudukan kedua bagian kalimat yang

dihubungkan sama derajatnya; tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang

lebih rendah. Tugas konjungsi koordinatif antara lain untuk menyatakan makna

sebagai berikut.

a)

Penambahan

Konjungsi koordinatif yang menyatakan penambahan digunakan untuk

menggabungkan dua bagian kalimat (kata, frase, atau klausa) dengan kedudukan

yang setara atau sederajat. Anggota konjungsi ini adalah kata

dan

dan

serta

(Chaer, 2011: 116). Contoh penggunaan konjungsi

dan

dan

serta dalam kalimat

sebagai berikut.

(1) Bogor dan Jakarta dihubungkan dengan Kereta Rel Listrik (KRL). (2) Harimau putih dan badak bercula satu termasuk binatang langka. (3) Desy membawa mobil dan Roby membawa motor.

Pada kalimat (1) konjungsi

dan

menghubungkan kata

Bogor dan kata

Jakarta, pada kalimat (2) kata

dan

menghubungkan frase

harimau putih

dan

badak bercula satu, sedangkan pada kalimat (3) kata dan menghubungkan klausa

(28)

Konjungsi serta dapat digunakan sebagai pengganti konjungsi dan, seperti

tampak pada kalimat berikut.

(4) Ibu serta ayah pergi kondangan.

b)

Pemilihan

Konjungsi koordinatif yang menyatakan pemilihan atau alternatif

digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat (kata, frase, atau klausa)

dengan kedudukan setara dan bermakna pemilihan. Anggota konjungsi ini adalah

kata

atau (Chaer, 2011: 116). Contoh penggunaan konjungsi atau dalam kalimat

sebagai berikut.

(4) Kamu akan membeli baju yang berwarna hitam atau putih?

(5) Sayur ini akan menjadi lebih enak kalau diberi sedikit garam atau

sesendok cuka.

(6) Kamu yang datang ke rumahku atau aku yang datang ke rumahmu?

Pada kalimat (4) kata

atau menghubungkan kata hitam dan putih sebagai

dua hal yang harus dipilih, pada kalimat (5) menghubungkan frase

sedikit garam

dan sesendok cuka sebagai dua hal yang harus dipilih. Kemudian pada kalimat (6)

kata

atau

menghubungkan klausa

kamu yang datang ke rumahku

dan aku yang

datang ke rumahmu sebagai dua hal yang harus dipilih.

c)

Pertentangan

(29)

Konjungsi tapi/tetapi

digunakan untuk menghubungkan menyatakan

pertentangan antara dua bagian kalimat (induk kalimat dan anak kalimat) atau

antara kata dan kata dalam satu frase. Contoh penggunaan konjungsi dalam

kalimat sebagai berikut.

(

7)Barang-barang impor ini memang mahal tetapi kualitasnya sangat bagus. (8) Bu Nina orang kayatetapi tidak sombong.

Catatan

Konjungsi

tapi/tetapi

tidak dapat menduduki posisi awal kalimat karena

pengertian atau konsep yang dikemukakan pada klausa yang dimulai dengan

konjungsi

tapi/tetapi

merupakan pertentangan atau kebalikan dari konsep yang

ada pada klausa sebelumnya.

Konjungsi

namun

digunakan untuk menghubungkan menyatakan

pertentangan antara dua buah kalimat. Contoh penggunaan konjungsi

namun

dalam kalimat sebagai berikut.

(9) Sejak dua bulan terakhir ini ledakan akibat bocornya tabung gas elpiji 3 kg dan 12 kg terjadi di mana-mana, dan telah menelan banyak korban jiwa.

Namun, tampaknya tidak ada keseriusan pemerintah untuk menangani

masalah ini.

(10) Sidang paripurna DPR dalam membahas RUU itu tampak lenggang, banyak anggota yang tidak hadir. Namun, menurut catatan sekretariat jumlah tanda tangan yang hadir sudah melebihi kuorum.

Catatan

(30)

Konjungsi

sedangkan

digunakan untuk menghubungkan menyatakan

pertentangan antara dua bagian kalimat setara. Contoh penggunaan konjungsi

sedangkan dalam kalimat sebagai berikut.

(11) Dalam penelitian kuantitatif kita lebih banyak berbicara tentang angka-angka sedangkan dalam penelitian kualitatif lebih banyak berbicara mengenai penjelasan atau keterangan.

(12) Tampaknya penduduk pedesaan sangat jujur sedangkan penduduk perkotaan tidak.

Konjungsi

sebaliknya

digunakan untuk menghubungkan menyatakan

pertentangan atau kebalikan klausa kedua terhadap klausa pertama dari sebuah

kalimat majemuk setara. Contoh penggunaan konjungsi sebaliknya dalam kalimat

sebagai berikut.

(13) Di rumah terhadap istrinya dia seperti tikus di hadapan kucing, sebaliknya

di kantor terhadap bawahannya dia seperti kucing menghadapi tikus. (14) Di tengah kota banyak orang yang hidup penuh dengan kemewahan,

sebaliknya di pinggiran kota tidak sedkit orang yang hidupnya serba susah.

Pada kalimat (13) dan (14) menunjukkan bahwa konjungsi

sebaliknya

tidak digunakan untuk menghubungkan dua buah kata atau dua buah frasa, tetapi

menghubungkan klausa pertama dan klausa kedua. Hal ini disebabkan karena

konjungsi

sebaliknya

berfungsi untuk menghubungkan klausa pertama dengan

klausa kedua yang saling bertentangan.

d)

Penegasan

(31)

Konjungsi bahkan

digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa atau

dua buah kalimat setara di mana klausa (kalimat) kedua menegaskan kelakuan

atau tindakan pada klausa pertama. Contoh penggunaan konjungsi

bahkan dalam

kalimat sebagai berikut.

(15) Orang lain menyumbang minimal Rp 20.000,-. Dia Cuma Rp 1.000,-

Bahkan itu pun diberikan dengan perasaan terpaksa.

(16) Produksi kami telah dipasarkan di seluruh Indonesia dan negara-negara tetangga. Bahkan juga telah diekspor ke Timur Tengah.

Konjungsi apalagi digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa atau

kalimat setara di mana klausa (kalimat) kedua menegaskan hal yang dikatakan

pada klausa (kalimat) pertama. Contoh penggunaan konjungsi

apalagi

dalam

kalimat sebagai berikut.

(17) Lalu lintas di Jakarta sangat ramai. Apalagi pada jam-jam di pagi atau sore hari.

(18) Sekarang hawa di Jakarta sangat panas. Apalagi pada siang hari.

Konjungsi

lagipula

digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa

atau kalimat di mana klausa atau kalimat kedua berupa alasan tambahan untuk

menegaskan keadaan atau hal yang dikemukakan pada klausa atau kalimat

pertama. Contoh penggunaan konjungsi apalagi dalam kalimat sebagai berikut.

(19) Mari kita makan di kedai itu. Masakannya enak. Harganya murah.

Lagipula pelayanannya sangat baik.

(20) Suhartini, anak gadismu itu, jangan kamu nikahkan dulu. Dia masih kecil. Umurnya belum seberapa. Lagipula dia masih ingin bersekolah.

e)

Penyamaan

(32)

Konjungsi

adalah

digunakan untuk menghubungkan dua atau bagian

kalimat di mana bagian pertama merupakan maujud yang sama dengan maujud

bagian kedua. Contoh penggunaan konjungsi

adalah

dalam kalimat sebagai

berikut.

(

21) Ahok adalah gubernur Jakarta yang sangat tegas.

(22) Mereka yang belum membayar SPP adalah Rian dan Tian.

Catatan

Kata

adalah

yang digunakan pada awal kalimat bukanlah sebuah

konjungsi, melainkan kata yang menjadi tumpuan kalimat, atau kata yang

menghubungkan bahasa dengan dunia luar bahasa. Biasanya digunakan pada awal

wacana narasi. Simak contoh berikut.

(23) Adalah pada kami sejumlah buku yang patut dibaca untuk menambah pengetahuan.

(24) Pada zaman dulu adalah seorang raja yang sangat lalim di negeri itu.

Konjungsi

ialah

secara terbatas dapat digunakan untuk menggantikan

konjungsi adalah. Simak dua contoh berikut.

(25) Sukarno ialah prsiden pertama Republik Indonesia (26) Mereka yang belum membayar SPP ialah Rian dan Tian.

Konjungsi

yaitu

untuk menghubungkan menyamakan digunakan di antara

dua bagian kalimat yang maujudnya sama. Biasanya antara maujud subjek dan

objek dengan aposisinya. Contoh penggunaan konjungsi

yaitu

dalam kalimat

sebagai berikut.

(27) Presiden pertama Republik Indonesia, yaitu Sukarno, dimakamkan di Blitar.

(33)

Konjungsi

yakni

secara bebas dapat digunakan untuk menggantikan

konjungsi yaitu. Perhatikan contoh berikut.

(29) Suharto yakni presiden kedua Republik Indonesia telah tiada. (30) Anak beliau ada dua orang yakni Ristha dan Rizky.

f)

Urutan Kejadian

Konjungsi koordinatif yang menyatakan urutan waktu digunakan untuk

menghubungkan dua buah klausa atau lebih berdasarkan urutan mana yang lebih

dahulu dan mana yang kemudian. Anggota konjungsi ini adalah

lalu, kemudian,

dan

selanjutnya

(Chaer, 2011: 122).

Contoh penggunaan konjungsi

lalu,

kemudian, dan selanjutnya dalam kalimat sebagai berikut.

(31) Dia mengambil segelas air putih, lalu memberikannya kepadaku.

(32) Mula-mula dia membukakan kami pintu, lalu menyilakan kami masuk,

kemudian mengajak kami duduk, selanjutnya dia menanyakan apa maksud

kedatangan kami.

Catatan

Dari kalimat (32) dapat dilihat bahwa semua anggota konjungsi yang

menyatakan urutan kejadian dapat muncul di dalam sebuah kalimat yang terdiri

dari sejumlah klausa yang menyatakan urutan kejadian.

g)

Pembetulan

Konjungsi koordinatif yang menyatakan pembetulan digunakan untuk

menghubungkan dua buah klausa untuk menyatakan pembetulan atau koreksi

terhadap hal yang disebutkan pada klausa pertama (Chaer, 2011: 123). Anggota

konjungsi ini adalah kata

melainkan.

Aturan penggunaannya adalah sebagai

berikut.

(33) Kami bukan mau menentang pemerintah, melainkan menuntut hak kami. (34) Bukan dia yang datang melainkan ayahnya.

(34)

h)

Pembatasan

Konjungsi koordinatif yang yang menyatakan pembatasan digunakan

untuk menghubungkan dua buah klausa. Klausa pertama menyatakan suatu

tindakan atau keadaan, dan klausa kedua menyatakan pembatasan terhadap klausa

pertama itu. Anggota konjungsi ini adalah kata

kecuali

dan

hanya

(Chaer, 2011:

123). Aturan penggunaannya sebagai berikut.

Konjungsi

kecuali

digunakan menghubungkan dua buah klausa. Klausa

pertama menyatakan suatu keadaan atau tindakan, klausa kedua menyatakan

pembatasan atau perkecualian. Contoh penggunaan konjungsi

kecuali

dalam

kalimat sebagai berikut.

(

36) Semua orang sudah bersedia untuk menyumbang masing-masing Rp 100.000,- kecuali Tuan Galih yang kaya raya itu.

Konjungsi

hanya

digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa.

Klausa pertama memberikan pernyataan tentang keadaan atau hal, klausa kedua

menyatakan pembatasan terhadap klausa pertama. Contoh penggunaan konjungsi

hanya dalam kalimat sebagai berikut.

(37) Dari 200 orang pelamar hanya 10 orang yang dinyatakan memenuhi syarat.

2)

Konjungsi Subordinatif

(35)

a)

Sebab

Konjungsi yang menyatakan sebab ini digunakan untuk menghubungkan

dua bagian kalimat dengan makna menyatakan sebab terjadinya keadaan atau

peristiwa pada induk kalimat (klausa utama) dan yang dinyatakan oleh anak

kalimat (klausa bawahan) (Chaer, 2011: 104). Anggota konjungsi ini adalah

karena, sebab, gara-gara,

dan

lantaran.

Penggunaan konjungsi

karena, sebab,

gara-gara, dan lantaran dalam kalimat sebagai berikut.

Konjungsi

karena

digunakan untuk menghubungkan menyatakan sebab

ditempatkan pada awal anak kalimat (klausa bawahan). Lalu, karena klausa

bawahan ini bisa berposisi sebagai klausa pertama maupun klausa kedua, maka

konjungsi karena dapat berposisi pada awal kalimat maupun pada tengah kalimat.

Contoh penggunaan konjungsi karena dalam kalimat sebagai berikut.

(

38) Gomez dipecat dari kantor perusahan minyak karena sudah seminggu bolos kerja.

(38a) Karena sudah seminggu bolos kerja, Gomez dipecat dari kantor perusahan minyak.

(39) Ikan-ikan di sungai mati karena keracunan limbah pabrik. (39a) Karena keracunan limbah pabrik, ikan-ikan di sungai mati.

Konjungsi

sebab

digunakan untuk menghubungkan menyatakan sebab

secara umum dapat menggantikan posisi konjungsi karena. Simak contoh berikut.

(40) Mereka terlambat sebab jalanan macet.

(41) KPK gagal menangkap tersangka itu sebab ketiadaan bukti.

Namun, ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan konjungsi

sebab, yaitu

pertama, konjungsi sebab tidak ditempatkan pada awal anak kalimat

dan

kedua¸ kata

sebab

berkategori konjungsi berhomonim dengan kata

sebab

(36)

menyebabkan

dan disebabkan (yang bentuk dasarnya nomina sebab),

tetapi tidak

ada bentuk

mengkarenakan

atau

dikarenakan

karena tidak ada kata karena yang

berkategori nomina.

Konjungsi

lantaran dan gara-gara

adalah bentuk tidak baku. Jadi, jangan

digunakan dalam karangan ilmiah.

b)

Syarat

Konjungsi yang menyatakan syarat ini digunakan untuk menghubungkan

dua bagian kalimat dengan makna menyatakan syarat untuk terjadinya atau

berlangsungnya suatu keadaan atau kejadian pada induk kalimat (klausa utama)

yang diisyaratkan pada anak kalimat (klausa bawahan). Anggota konjungsi ini

adalah kata-kata

kalau, jika, jikalau, bila, apabila, bilamana,

dan

asal

(Chaer,

2011: 105). Aturan penggunaannya adalah sebagai berikut.

Konjungsi

kalau

digunakan untuk menghubungkan menyatakan syarat

ditempatkan pada awal anak kalimat (klausa bawahan). Lalu, karena posisi anak

kalimat dapat mendahului induk kalimat, maka konjungsi

kalau ini bisa berada

pada awal kalimat atau pun pada tengah kalimat. Contoh penggunaan konjungsi

kalau dalam kalimat sebagai berikut.

(42) Logam akan memuai kalau dipanaskan. (42a) Kalau dipanaskan, logam akan memuai.

(43) Sambungan listrik akan diputus kalau menunggak pembayaran rekening. (43a) Kalau menunggak pembayaran rekening, sambungan listrik akan diputus.

(37)

(44) Mentega akan mencair jika dipanaskan.

Konjungsi

bila, apabila,

dan

bilamana

sebenarnya juga dapat dipakai

untuk menggantikan konjungsi

kalau. Contoh penggunaan konjungsi

bila,

apabila, dan bilamana dalam kalimat sebagai berikut.

(45) Air akan membeku bila didinginkan.

(46) Kami akan mengunjungi Los Angeles apabila liburan semester tiba. (47) Pohon-pohon akan mati bilamana musim kemarau terlalu panjang.

Konjungsi

asal hanya digunakan dalam bahasa ragam nonbaku. Jadi, jangan

digunakan dalam karangan ilmiah.

c)

Tujuan

Konjungsi yang menyatakan tujuan digunakan untuk menghubungkan dua

bagian kalimat dengan makna menyatakan tujuan perbuatan atau tindakan yang

disebutkan pada induk kalimat (klausa utama)nya (Chaer, 2011: 106). Anggota

konjungsi ini adalah kata-kata untuk, agar, supaya, guna, bagi,

dan demi.

Aturan

penggunaannya adalah sebagai berikut.

Konjungsi

untuk

digunakan untuk menyatakan

tujuan ditempatkan pada

awal anak kalimat (tak bersubjek). Lalu, karena posisi anak kalimat dapat

mendahului induk kalimat, maka konjungsi

untuk

dapat berposisi pada awal

kalimat dan juga tengah kalimat. Contoh penggunaan konjungsi

untuk

dalam

kalimat sebagai berikut.

(

48) Untuk melancarkan arus lalu lintas, jalan layang itu dibangun.

(48a) Jalan layang itu dibangun untuk melancarkan arus lalu lintas.

Catatan

(38)

preposisi kata

untuk

ini tidak diikuti oleh sebuah klausa, melainkan oleh sebuah

nomina (kata benda) atau frase nominal. Contoh penggunaannya simak kalimat

(49) dan (49a).

(49) Ibu membeli sepatu untuk adik. (49a) Untuk adik ibu membeli sepatu baru.

Konjungsi

agar

digunakan untuk menghubungkan menyatakan tujuan,

ditempatkan pada awal anak kalimat (bersubjek). Lalu, karena anak kalimat

(klausa bawahan) dapat berposisi mendahului induk kalimat, maka konjungsi agar

dapat berada pada awal anak kalimat atau di tengah kalimat. Simak contoh

penggunaan konjungsi agar dalam kalimat (50) dan (50a) sebagai berikut.

(50) Jalan layang dibangun di beberapa sisi persimpangan agar lalu lintas menjadi lancar.

(50a) Agar lalu lintas menjadi lancar, jalan layang dibangun di beberapa persimpangan.

Konjungsi

supaya

dapat digunakan sebagai pengganti konjungsi

agar.

Contoh penggunaan konjungsi supaya dalam kalimat sebagai berikut.

(51) Pemerintah kota Jogja membuka beberapa jalur alternatif ke Solo supaya

lalu lintas di bulan ramadhan menjadi lancar.

Catatan

Dalam ragam bahasa nonbaku, orang sering menggunakan kata

agar dan

supaya

sekaligus menjadi

agar supaya. Untuk karangan ilmiah gunakan salah

satu.

(39)

(52) Jalan layang dibangun agar lalu lintas menjadi lancar. (53) Jalan layang dibangun untuk melancarkan arus lalu lintas.

Konjungsi

demi

dapat digunakan untuk menyatakan tujuan dan bisa

sebagai pengganti konjungsi untuk. Namun, konjungsi demi juga memiliki makna

tekad, seperti dalam kalimat.

(54) Mereka belajar sungguh-sungguh demi masa depan yang lebih baik. (55) Mereka belajar sungguh-sungguh demi mencapai hari depan yang lebih

baik.

Konjungsi

demi

juga bisa berposisi pada awal kalimat, sebagai anak

kalimat yang mendahului induk kalimat. Contoh penggunaannya dalam kalimat

sebagai berikut.

(54a) Demi masa depan yang lebih baik, mereka belajar sungguh-sungguh. (55a) Demi mencapai hari depan yang lebih baik, mereka belajar

sungguh-sungguh.

d)

Kesewaktuan

Konjungsi yang menyatakan kesewaktuan ini digunakan untuk

menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna menyatakan bahwa perbuatan

pada klausa yang satu terjadi atau berlangsung dalam waktu yang disebutkan oleh

klausa kedua. Anggota konjungsi ini adalah ketika, waktu, sewaktu, saat, tatkala,

selagi, sebelum, sesudah, setelah, sejak, dan

semenjak.

Adapun pengaturan

penggunaannya sebagai berikut.

Konjungsi ketika digunakan untuk menghubungkan menyatakan saat yang

bersamaan antara kejadian, tindakan, atau peristiwa yang terjadi pada klausa yang

satu dengan klausa yang lain pada sebuah kalimat majemuk bertingkat. Contoh

penggunaan konjungsi ketika dalam kalimat sebagai berikut.

(40)

Konjungsi

ketika

dapat diganti dengan konjungsi

waktu, sewaktu, saat,

dan tatkala tanpa adanya perbedaan semantik.

Konjungsi

sebelum

digunakan untuk menghubungkan menyatakan suatu

kejadian, tindakan, atau peristiwa terjadi sebelum terjadinya tindakan, kejadian,

atau peristiwa lain. Contoh penggunaan konjungsinya sebagai berikut.

(58) Sebelum polisi datang, pencopet itu sudah babak belur dihakimi massa. (58a) Pencopet itu sudah babak belur dihakimi massa sebelum polisi datang.

Konjungsi

sesudah

dan

setelah

digunakan untuk menghubungkan

menyatakan satu kejadian, peristiwa, atau hal terjadi setelah terjadinya kejadian,

peristiwa hal lain. Contoh penggunaannya dalam kalimat sebagai berikut.

(59) Setelah harga BBM dinaikkan, pendapatan kami sangat berkurang. (59a) Pendapatan kami berkurang setelah harga BBM dinaikkan.

Konjungsi

sejak

dan

semenjak

digunakan untuk menghubungkan

menyatakan saat/mulai terjadinya kejadian atau peristiwa. Contoh penggunaannya

dalam kalimat sebagai berikut.

(60) Kehidupan sebagian besar rakyat Indonesia semakin susah semenjak

pemerintah berulang-ulang menaikkan harga barang-barang kebutuhan. (60a) Semenjak pemerintah berulang-ulang menaikkan harga barang-barang

kebutuhan pokok kehidupan sebagian rakyat Indonesia semakin susah.

Konjungsi

selagi

digunakan untuk menghubungkan menyatakan durasi

waktu yang bersamaan terjadinya tindakan, perbuatan, atau peristiwa yang terjadi

pada klausa pertama dan klausa kedua. Contoh penggunaannya dalam kalimat

sebagai berikut.

(61) Selagi ibu menyiapkan santap makan malam kami duduk-duduk menonton televisi.

(41)

e)

Penyungguhan

Konjungsi

yang

menyatakan

penyungguhan

digunakan

untuk

menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna menyatakan penyungguhan

suatu tindakan meskipun bertentangan dengan tindakan lain (Chaer, 2011: 111).

Anggota konjungsi ini adalah

meskipun, biarpun, walaupun, sungguhpun,

sekalipun, dan kendatipun. Aturan penggunaannya sebagai berikut.

Konjungsi

meskipun

digunakan untuk menghubungkan menyatakan

kesungguhan atas suatu tindakan yang dilakukan oleh klausa yang satu meskipun

bertentangan dengan klausa yang lain. Contoh penggunaan konjungsi

meskipun

dalam kalimat sebagai berikut.

(62) Meskipun gajinya kecil dan kesempatan ada, pegawai golongan IIIa itu tidak mau melakukan korupsi.

(62a) Pegawai golongan IIIa itu tidak mau melakukan korupsi meskipun gajinya kecil dan kesempatan ada.

Konjungsi

biarpun, walaupun, sungguhpun, sekalipun,

dan

kendatipun

dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi

meskipun tanpa perbedaan

semantik. Contoh penggunaan konjungsi

biarpun, walaupun, sungguhpun,

dan

kendatipun dalam kalimat sebagai berikut.

(63) Biarpun hujan lebat mengguyur stadion Maguwo pertandingan sepak bola itu berjalan terus.

(64) Walaupun dilarang oleh ayahnya, Aris tetap pergi ke hutan terlarang. (65) Sekalipun team basket Rina dan teman-temannya tidak masuk ke babak

final, mereka tetap bergembira.

(42)

f)

Perbandingan

Konjungsi yang menyatakan perbandingan ini digunakan untuk

menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna yang menyatakan bahwa

perbuatan, tindakan, atau peristiwa yang terjadi pada klausa pertama sama atau

mirip seperti yang terjadi pada klausa kedua (Chaer, 2011: 113). Anggota

konjungsi ini adalah

seperti, sebagai, bagai, laksana,

dan seumpama. Aturan

penggunaannya adalah sebagai berikut.

Konjungsi

seperti

digunakan untuk menghubungkan menyatakan

persamaan antara klausa pertama dan klausa kedua. Contoh penggunaan

konjungsi seperti dalam kalimat sebagai berikut.

(

67) Dimakannya nasi itu dengan lahap seperti orang tiga hari belum makan. (67a) Seperti orang tiga hari belum makan dimakannya nasi itu dengan lahap.

Konjungsi

sebagai

pada dasarnya dapat digunakan untuk menggantikan

konjungsi seperti tanpa perbedaan semantik. Begitu juga dengan konjungsi bagai,

laksana, dan seumpama. Contoh penggunaan konjungsinya dalam kalimat sebagai

berikut.

(68) Sebagai anak ayam kehilangan induk. (69) Bagai anak ayam kehilangan induk.

(70) Kami terkejut bukan main laksana mendengar petir di malam hari.

(71) Dia tak menyapa kami ketika berada di ruangan itu, kami dianggap bagai

orang asing dalam hidupnya.

(72) Seumpama pungguk merindukan bulan.

g)

Batas Akhir

(43)

Konjungsi

sampai,

digunakan pada klausa kedua yang merupakan anak

kalimat dari suatu kalimat majemuk bertingkat. Contoh penggunaan konjungsi

sampai dalam kalimat sebagai berikut.

(72) Malam itu petugas keamanan berjaga-jaga sampai matahari terbit.

(73) Aktivis ICW itu dianiaya orang tak dikenal sampai mukanya babak belur.

Konjungsi

hingga

pada dasarnya dapat digunakan sebagai pengganti

konjungsi

sampai.

Contoh penggunaan konjungsi

hingga

dalam kalimat sebagai

berikut.

(72a) Malam itu petugas keamanan berjaga-jaga hingga matahari terbit. (73b) Aktifis ICW dianiaya orang tak dikenal hingga mukanya babak belur.

Konjungsi

sehingga

digunakan untuk menghubungkan menyatakan batas

akhir kejadian yang memberi akibat. Contoh penggunaan konjungsi

sehingga

dalam kalimat sebagai berikut.

(74) Tindakan oknum Sat Pol PP seringkali diluar batas kewajaran sehingga

banyak orang tidak menaruh simpati kepada mereka.

Catatan

Konjungsi

sampai, hingga,

dan

sehingga

tidak dapat berposisi pada awal

kalimat. Selain itu, konjungsi

sampai dan

hingga

yang diikuti nomina atau frase

nomina bukanlah sebuah konjungsi melainkan sebuah preposisi.

h)

Pengandaian

(44)

Konjungsi

andaikata

ditempatkan pada awal anak kalimat (klausa

bawahan) dari sebuah kalimat majemuk, baik pada posisi awal maupun tengah

kalimat. Contoh penggunaan konjungsi andaikata dalam kalimat sebagai berikut.

(75) Keadaan negara pasti jauh lebih baik dari keadaan sekarang andaikata para pejabat negara tidak korup.

(75a) Andaikata para pejabat negara tidak korup, keadaan negara pasti jauh lebih baik dari keadaan sekarang.

Konjungsi

seandainya

secara umum dapat digunakan untuk mengganti

konjungsi

andaikata.

Contoh penggunaan konjungsi

seandainya

dalam kalimat

sebagai berikut.

(76) Saya akan berjuang menurunkan harga sembako seandainya saya terpilih menjadi anggota legislatif.

(76a)Seandainya saya terpilih menjadi anggota legislatif, saya akan berjuang menurunkan harga sembako.

3)

Konjungsi Korelatif

Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah kata,

dua buah frase, atau dua buah klausa yang memiliki status yang sama (Chaer,

2011:

124).

Contoh

konjungsinya:

antara...dan;

baik...maupun;

entah...entah;

jangankan...pun;

tidak

hanya...tetapi

juga;

bukan

hanya...melainkan

juga;

demikian...sehingga,

dan

sedemikian

rupa...sehingga. Contoh penggunaan konjungsi korelatif dalam kalimat sebagai

berikut.

(77) Antara pejabat dan pedagang memegang ada kerjasama dalam mengeruk keuntungan pribadi.

(78) Baik pejabat eksekutif maupun pejabat legislatif dan judikatif banyak yang terlibat dalam tindak pidana korupsi.

(79) Entah disetujui keluarga entah tidak, dia tetap akan menikahi gadis itu. (80) Jangankan peraturan negara peraturan agama pun dilanggarnya demi

mengeruk keuntungan pribadi.

(45)

(82) Beliau bukan hanya menipu orang banyak tetapi juga menipu beberapa orang bupati.

(83) Lari mobil itu demikian cepatnya sehingga sukar dipotret.

(84) Kita harus mengerjakannya sedemikian rupa sehingga hasilnya sangat bagus.

2.2.1.2 Konjungsi Antarkalimat

Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk

menghubungkan kalimat yang satu dengan yang lain yang berada dalam satu

paragraf (Chaer, 2008: 103). Dilihat dari maknanya dapat dibedakan adanya

konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan, pertentangan, penambahan,

dan penegasan.

(a)

Pertentangan

Konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan digunakan untuk

menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat yang pertama menyatakan suatu

keadaan, suatu peristiwa, atau suatu tindakan, dan kalimat kedua menyatakan

kebalikan atau pertentangan terhadap kalimat pertama (Chaer, 2011: 127).

Anggota konjungsi ini adalah

namun, namun demikian, namun begitu, akan

tetapi, sebaliknya, meskipun demikian, meskipun begitu, walaupun demikian ,

walaupun begitu,

dan

biarpun begitu. Contoh beberapa penggunaan konjungsi

antarkalimat yang menyatakan pertentangan dalam kalimat sebagai berikut.

(

85) Kabarnya dana Biaya Operasi Sekolah (BOS) yang dikucurkan

pemerintah kepada sekolah cukup besar. Walaupun begitu masih saja banyak sekolah yang menarik uang masuk, entah apa namanya, pada awal tahun ajaran ini.

(86) Sebuah metro mini, diikuti sebuah mikrolet dan sebuah bajaj menyerobot masuk jalur khusus busway. Namun, petugas lalu lintas yang berada di sana tidak berbuat apa-apa.

(46)

(88) Bapak Walker adalah seorang kepala keluarga yang secara ekonomi hidupnya sangat tidak berkecukupan. Biarpun begitu dia masih dapat menyekolahkan semua anaknya dengan baik.

(b)

Penambahan

Konjungsi antarkalimat yang menyatakan penambahan, digunakan untuk

menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan suatu keadaan,

peristiwa, atau tindakan, dan kalimat kedua menambahkan pengertian terhadap isi

kalimat pertama (Chaer, 2011: 128). Anggota konjungsi ini adalah

tambahan

pula, tambahan lagi, demikian pula, begitu pula, selain itu, selain dari itu,

malahan, tetapi juga, dan

kecuali itu. Contoh beberapa penggunaan konjungsi

antarkalimat yang menyatakan penambahan dalam kalimat sebagai berikut.

(89) PLN menaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) dan jasa Marga menaikan tarif jalan Tol. Begitu pula yang dilakukan para pedagang di pasar.

(90) Sungguh malang nasib para korban ledakan tabung gas 3 kg; rumah hancur; seluruh tubuh mereka luka terbakar. Tambahan pula perhatian dari pemerintah hampir tidak ada.

(91) Keadaan warga korban banjir di Jakarta sangat memprihatinkan. Mereka tidak bisa beraktifitas seperti biasa; mereka kesulitan sembako dan kesulitan mendapatkan air bersih. Selain itu, berbagai macam penyakit mengancam mereka.

(92) Upaya pemerintah untuk memberantas korupsi tampaknya bukan perkara mudah. Buktinya, banyak perkara korupsi yang mengendap lama di kejaksaan atau di kepolisian. Malahan banyak pula tersangka koruptor yang divonis bebas oleh pengadilan dengan alasan tidak cukup bukti. (93) Menanggapi kenaikan harga sembako yang melambung tinggi menjelang

bulan puasa tahun ini, banyak pejabat yang berkompeten memberi alasan kenaikan harga itu. Antara lain, musim tanam yang tidak tepat waktu, harga pupuk yang mahal, ongkos angkut yang juga naik, dan berbagai kesalahan petani sendiri. Kecuali itu, cuaca yang tidak menentu juga dijadikan alasan.

(c)

Urutan

(47)

lain dalam urutan waktu tertentu dengan kalimat pertama. Anggota konjungsi ini

adalah

setelah itu, sesudah itu, sebelum itu, selanjutnya, kemudian daripada itu,

dan dalam waktu yang bersamaan. Contoh beberapa konjungsi antarkalimat yang

menyatakan urutan dalam kalimat sebagai berikut.

(

94) Dari rumah mula-mula kami berjalan kaki ke jalan raya. Lalu, kami menumpang angkot ke terminal bus Rawamangun. Selanjutnya, kami menumpang bus Damri ke Bandara Sukarno Hatta.

(95) Para saksi diminta maju ke muka. Setelah itu satu per satu ditanya nama dan identitas masing-masing.

(96) Kobaran api membumbung tinggi di tempat kejadian. Sebelum itu

terdengar beberapa kali suara ledakan keras.

(97) Tarif Dasar Listrik (TDL) naik sekitar 15 persen. Tarif penggunaan jalan Tol juga naik. Dalam waktu yang bersamaan subsidi BBM pun dibatasi; yang berarti harga BBM pun naik juga.

(d)

Penegasan

Konjungsi antarkalimat yang menyatakan penegasan digunakan untuk

menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan adanya suatu

keadaan atau tindakan, dan kalimat kedua menyatakan penegasan terhadap

keadaan atau tindakan pada kalimat pertama (Chaer, 2011: 130). Anggota

konjungsi ini adalah

lagipula, apalagi, bahkan. Contoh beberapa penggunaan

konjungsi antarkalimat yang menyatakan penegasan dalam kalimat sebagai

berikut.

(98) Buka puasa dengan semangkuk kolak pisang rasanya nikmat sekali.

Apalagi kalau disantap dengan secangkir kopi pahit.

(99) Kita tidak perlu tergesa-gesa ke kampus karena hari masih pagi. Lagipula, bukankah jam pertama hari ini tidak ada kuliah?

(100) Bang Uce terkenal sebagai orang yang paling kikir di daerah itu. Bahkan

(48)

(e) Kesimpulan

Konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan digunakan untuk

menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan tindakan atau

kejadian, dan kalimat kedua menyatakan kesimpulan dari kalimat-kalimat

sebelumnya (Chaer, 2011: 126). Anggota konjungsi ini adalah

jadi, maka itu,

kalau begitu, oleh karena itu, dengan demikian, dan

itulah sebabnya. Contoh

beberapa penggunaan konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan dalam

kalimat sebagai berikut.

(

101) Dua bulan lalu Anda meminjam uang saya Rp 10.000,; tiga minggu lalu Anda meminjam lagi Rp 20.000.-; dan kini Anda mau meminjam lagi Rp 15.000.-. Jadi utang Anda semua berjumlah Rp 45.000,-.

(102) Andy, teman kami sekelas, memang sangat nakal. Selain sering bolos, dia juga sering membuat kegaduhan di kelas. Sering mengejek dengan kata-kata kasar. Oleh karena itu, dia sering dimarahi guru.

(103) Bak mandi secara teratur harus dikuras; saluran air harus dibersihkan; kaleng-kaleng bekas harus dikuburkan. Dengan demikian, ancaman penyakit demam berdarah dapat dihindarkan.

(104) Sebelum ini kerja kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan dalam memberantas korupsi hanya jalan di tempat. Itulah sebabnya pemerintah membentuk lembaga baru yang bernama Komisi Pemberantasan Korupsi.

2.3 Konjungsi dan Preposisi

(49)

maksudnya memiliki jumlah yang terbatas. Preposisi juga selalu diikuti oleh kata

atau frasa, sedangkan konjungsi diikuti klausa.

Konjungsi dan preposisi tentunya memiliki peranan yang berbeda. Namun,

ada beberapa kata yang sama antara kata yang termasuk dalam konjungsi dan kata

yang termasuk dalam preposisi. Kata yang termasuk dalam konjungsi dan

preposisi dapat dilihat dari penggunaan kata tersebut di dalam kalimat. Beberapa

contoh kata yang termasuk ke dalam konjungsi dan preposisi adalah

untuk, bagi,

sampai, hingga, kecuali, dan sejak. Kata preposisi yang tidak termasuk konjungsi

fungsinya tetap sama yaitu hanya dipakai sebagai preposisi saja. Sebagai contoh

preposisi

di, berfungsi untuk me

nyatakan „tempat berada‟ menyatakan aspek

„diam‟ atau „berhenti‟. Penggunaan preposisi

di dalam kalimat terletak di muka

kata benda dan keterangan tempat.

Contoh:

Sidang kabinet berlangsung di Bina Graha. Kami sedang beristirahat di pulau Bali

Preposisi

di

hanya berfungsi sebagai preposisi saja. Berbeda dengan preposisi

untuk, bagi, sampai, hingga, kecuali, dan sejak

dapat berfungsi sebagai preposisi

dan konjungsi. Kata untuk selain berkategori sebagai konjungsi, juga berkategori

sebagai preposisi. Sebagai preposisi kata

untuk

ini tidak diikuti oleh sebuah

klausa, melainkan oleh sebuah nomina (kata benda) atau frase nominal.

Contoh:

Ayah membeli baju baru untuk adik

Kata

bagi dapat menggantikan kata untuk (yang berkategori preposisi,

bukan yang konjungsi) banyak orang mengira kata bagi itu berkategori konjungsi;

padahal bukan. Kata

bagi

adalah berkategori preposisi karena selalu diikuti oleh

kata nomina atau frase nominal bukan diikuti oleh sebuah klausa (anak kalimat).

(50)

Kata

sampai dan

sehingga yang diikuti nomina atau frase nominal

bukanlah konjungsi melainkan sebuah preposisi. Contoh kalimatnya sebagai

berikut.

Contoh:

Kami berjalan hingga larut malam Kami berjalan kaki sampai stasiun [image:50.595.115.508.326.632.2]

Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa konjungsi dan

preposisi sama-sama termasuk dalam kata tugas, keduanya memiliki persamaan

dan perbedaan. Perbedaan yang jelas yang dapat digunakan sebagai patokan untuk

membedakan konjungsi dan preposisi yaitu dengan melihat kata yang mengikuti

di belakangnya. Konjungsi jika diikuti oleh kata yang berupa klausa, dan preposisi

jika diikuti oleh kata yang berupa frasa. Perbedaan konjungsi dan preposisi dapat

dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 1

Perbedaan antara konjungsi dan preposisi

Konjungsi

Preposisi

Menghubungkan satuan-satuan

sintaksis baik antara kata dengan

kata, antara klausa dengan klausa,

antara kalimat dengan kalimat.

Menandai kata benda (nomina) atau

kata yang dibendakan (dinominakan).

(51)

2.4

Karangan

Karangan adalah adalah tulisan berupa cerita (KBBI, 2006: 343). Penulisan

sebuah karangan dapat berupa karangan formal dan karangan sederhana.

Karangan formal seperti penulisan makalah penelitian, tesis, skripsi, dan karangan

ilmiah lainnya, sedangkan penulisan karangan sederhana seperti penulisan surat,

novel, dan sebagainya. Sebuah karangan harus menyajikan isi tulisan yang

tersusun secara sistematis dan logis. Dalam menulis sebuah karangan tentunya

terlebih dahulu kita harus menentukan tema, topik, dan judul.

Karangan dibagi kedalam lima jenis yaitu karangan deskripsi, narasi,

eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Karangan deskripsi adalah sebuah bentuk

tulisan yang bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan

perincian-perincian dari obyek yang sedang dibicarakan. Kata deskripsi berasal dari bahasa

latin describe yang berarti

menulis tentang, atau membeberkan suatu hal (Gorys

Keraf, 1981: 93). Dalam deskripsi penulis memindahkan kesan-kesannya,

memindahkan hasil pengamatan dan perasaanya kepada pembaca; ia

menyampaikan sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada objek

tersebut. Sasaran yang ingin dicapai oleh seorang penulis deskripsi adalah

menciptakan atau memungkinkan terciptanya daya khayal pada para pembaca,

seolah-olah mereka melihat sendiri objek tadi secara keseluruhan sebagai yang

dialami secara fisik oleh penulisnya.

(52)

karangan yaitu karangan narasi ekspositoris dan karangan narasi sugesif. Narasi

ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan

kepada para pembaca atau pendengar (Gorys Keraf, 2007: 137). Runtut kejadian

atau peristiwa yang disajikan itu dimaksudkan untuk menyampaikan pengertian

pembaca, tidak perduli apakah disampaikan secara tertulis atau secara lisan.

Narasi sugesif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam

sehingga merangsang daya khayal pada pembaca (Gorys keraf, 2007: 138).

Karangan eksposisi adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang

berusaha menerangkan atau menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat

memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian

tersebut (Gorys Keraf, 1981: 3). Tujuan dari karangan narasi eksposisi adalah

memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang yang tidak berusaha

mempengaruhi pendapat-pendapat orang lain.

Karangan argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk

mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan

akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau

pembicara (Gorys Keraf, 2007: 3). Melalui argumentasi penulis berusaha

merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga mampu menunjukkan

apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak.

(53)

Peneliti menjelaskan secara terperinci mengenai jenis karangan satu persatu,

karena dalam penelitian karangan siswa akan diidentifikasi lebih jauh lagi, tetapi

siswa diberi kebebasan untuk menulis karangan sesuai keinginannya.

2.5

Analisis Kesalahan Berbahasa

Ellis (dalam Tarigan, 1998: 300) mengatakan bahwa analisis kesalahan

berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru,

yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan

kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut, pendeskripsian

kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah

dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya. Kesalahan berbahasa

dianggap sebagai bagian dari proses belajar-mengajar, baik secara formal maupun

secara tidak formal.

(54)

Kesalahan dapat bersifat tetap dan terjadi pada tempat tertentu dalam sistem

linguistik. Kesalahan berbahasa tersebut akan menjadi kebiasaan apabila tidak

segera dilakukan koreksi pembenarannya. Kesalahan yang terjadi pada siswa

dapat diatasi dengan cara memberikan banyak latihan kepada siswa berkaitan

dengan kebahasaan. Hal ini dapat tercapai jika guru mengkaji secara mendalam

segala aspek kesalahan itu sehingga tidak salah target dalam memperbaiki

kesalahan yang sering dilakukan siswa.

Kesalahan berbahasa yang berikutnya adalah kesalahan yang disebabkan

oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan, dan kuranganya perhatian, yang oleh

Chomsky (dalam Tarigan, 1988: 273) disebut faktor performansi; kesalahan

performansi ini, yang merupakan kesalahan penampilan, dalam beberapa

kepustakaan disebu

t „

mistakes

‟ atau kekeliruan berbahasa (Tarigan, 1988: 273).

Kekeliruan (mistakes) disebabkan oleh masalah penampilan (performance).

Kekeliruan akan terjadi jika pembelajar bahasa berada dalam kondisi yang lelah,

letih, dan kurangnya perhatian ketika mempelajari bahasa. Kekeliruan yang

dilakukan oleh siswa akan menghasilkan penyimpangan-penyimpangan bahasa

yang bersifat sementara atau tidak tetap.

(55)
(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan hal yang penting dalam melaksanakan

suatu penelitian. Hal ini dilaksanakan dengan tujuan agar dalam penelitian

tersebut dapat menuju ke arah serta tujuan yang dinginkan, yaitu

pertanggungjawaban terhadap hasil penelitian. Dalam metodologi penelitian ini

dibahas mengenai jenis dan metode penelitian, sumber data dan data penelitian,

instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian berjudul Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Siswa Kelas

X SMA Negeri 2 Maumere Tahun Ajaran 2016/2017

berdasarkan sifat dan jenis

datanya, termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau

bentuk hitungan lainnya (Starruss & Corbin, 2003 dalam syamsuddin & vismaia,

2009: 73).

Data dalam penelitian berupa kata bukan berupa angka. Data dalam

penelitian ini berupa kata tentang penggunaan konjungsi yang terdapat dalam

karangan siswa kelas X SMA Negeri 2 Maumere. Tujuan penelitian ini untuk

mendeskripsikan konjungsi yang digunakan dan yang salah digunakan dalam

karangan siswa. Data dalam penelitian ini berupa kata siswa dalam menulis

karangan dengan menggunakan konjungsi dikumpul

Gambar

Tabel 2: Hasil Analisis Kesalahan Pemakaian Konjungsi................................ 120
Tabel 1 Perbedaan antara konjungsi dan preposisi
Tabel 1. Analisis Penggunaan Konjungsi Intrakalimat dan Antarkalimat
Tabel 2. Analisis Kesalahan Pemakaian Konjungsi pada Karangan Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian antara Motivasi, Kepemimpinan, Komitmen Organisasi dan Lingkungan kerja berpengaruh terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai Pada Badan Pemberdayaan

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH5.

Dengan nilai yang ditunjukkan tersebut berarti peristiwa penerbitan obligasi syariah (sukuk) ijarah di hari-hari sekitar pengumuman tidak memberikan efek terhadap return

Faktor yang mempengaruhi wanita karir menunda pernikahan di PT. Philips Batam, yaitu Mengejar karir, Memenuhi keinginan orang tua, status sosial di masyarakat, Tidak

VB 6 menyediakan beberapa kontrol untuk kebutuhan tsb yaitu : - File Listbox, untuk menampilkan semua file pada direktori yang..

Dari segi ukuran sektor informal adalah mereka yang berusaha sendiri atau usaha mikro yang mempunyai pekerja tidak lebih dari 20 orang.. Kelembagaan

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, karena atas berkat, pertolongan, pendampingan, rahmat, dan kasihNya, Penulis dapat

Dalam tinjauan pustaka ini, penulis mencoba untuk memberikan informasi bagaimana struktur genom HCV, cara virus bereplikasi dan keragaman variabilitas subtipe mutan yang