i
PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN SISWA
KELAS X SMA NEGERI 2 MAUMERE TAHUN AJARAN
2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Marieta Crissanty Alo
121224014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menguatkan, menolongku, dan mencurahkan
rahmat, serta kasih yang melimpah kepadaku.
Bapak Antonius Alo dan Ibu Regina Ropi yang selalu mendoakan, mendukung,
dan selalu memberikan perhatian, serta memenuhi segala kebutuhanku.
v
MOTTO
“Karena itu Aku berkata kepadamu, a
pa saja yang kamu minta dan doakan,
percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan
kepadamu
”
(Markus 11:24)
“Pencobaan
-pencobaan yang kamu alami adalah pencobaan-pencobaan biasa,
yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu ia tidak
akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu
dicobai ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat
menanggungnya”
( 1 Korintus: 10: 13)
Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah
kemenangan yang hakiki
viii
ABSTRAK
Alo, Marieta Crissanty. 2017.
Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Siswa
Kelas X SMA Negeri 2 Maumere Tahun Ajaran 2016/2017
. Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji pemakaian konjungsi pada karangan siswa kelas X
SMA Negeri 2 Maumere Tahun Ajaran 2016/2017. Tujuan penelitian ini untuk
mendeskripsikan konjungsi yang digunakan dalam karangan dan kesalahan
pemakaian konjungsi dalam karangan.
Jenis
penelitian
ini
merupakan
penelitian
deskriptif
kualitatif.
Pengumpulan data pada penelitian ini mencakup beberapa langkah, yakni peneliti
mengumpulkan karangan siswa, membaca hasil karangan siswa, menggarisbawahi
kalimat yang mengandung konjungsi, dan mengelompokkan konjungsi sesuai
dengan jenisnya. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif. Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis
data,
yaitu
peneliti
memberi
kode,
peneliti
mencermati,
mencatat,
mengklasifikasi, dan mendeskripsikan hasil temuan penggunaan konjungsi dan
kesalahan yang ditemukan dalam karangan siswa.
Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa:
pertama, secara
keseluruhan ada 543 kali pemakaian konjungsi dan 30 jenis konjungsi yang
dipakai. Ketiga puluh konjungsi tersebut ialah konjungsi yang banyak dipakai dan
(251), kemudian (1), adalah (19), namun (3), tapi/tetapi (21), lalu (10), hanya (6),
yaitu (6), atau (8), sedangkan (3), ialah (1), karena (65), sebelum (11), agar (5),
setelah (76), meskipun (1), saat (10), walaupun (2), ketika (7), supaya (2),
sesudah (1), kalau (5), sehingga (3), seperti (2), hingga (2), untuk (2), setelah itu
(5), selain itu (2), sesudah itu (1),
dan pemakaian konjungsi
jadi (5). Kedua,
terdapat 33 kesalahan pemakaian konjungsi yang terdiri atas kesalahan pemakaian
konjungsi
dan (16), tapi/tetapi (10), kemudian (1), lalu (3),
dan pemakaian
konjungsi sedangkan (1).
ix
ABSTRACT
Alo, Marieta Crissanty. 2017.
The Usage of Conjuctions in Students Writing of
Class X SMA N 2 Maumere Academic Year 2016/2017
.Thesis.
Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education. Faculty of
the Teacher Training and Education. Sanata Dharma University.
The research studied the usage of conjuctions in students writing of class
X SMA Negeri 2 Maumere Academic Year 2016/2017. It aimed to describe what
conjuctions used in the discourse and errors in the use.
The research applied descriptive qualitative method. The data gathering
method of this research consisting of several steps namely; the researcher
collected student essay,
read student’s essay, underline sentences containing the
conjunction and conjunctions are grouped in accordance with the sort. The
analysis technique used in this reasearch was qualitative data analysis. The data
analysis steps are; the researcher gave code, observing, taking notes, classifying,
and describing the findings of the use of the conjunction, and a variety of errors
found in the student’s essay.
Based on the analysis, it was concluded: first there were 540 times
conjunction uses and there were 30 types of conjunction used. The thirty used
conjunction were: dan (251), kemudian (1), adalah (18), namun (3), tapi/tetapi
(21), lalu (10), hanya (6), yaitu (6), atau (8), sedangkan (3), ialah (1), karena
(65), sebelum (11), agar (5), setelah (74), meskipun (1), saat (10), walaupun (2),
ketika (7), supaya (2), sesudah (1), kalau (5), sehingga (3), seperti (2), hingga (2),
untuk (2), setelah itu (5), selain itu (2), sesudah itu (1), and use of conjunction
jadi (5). Second, there were 33 inacuracies in the use of conjunctions dan (16),
tapi/tetapi (10), kemudian (1), lalu (3), and use of conjunction sedangkan (1).
Second, there were inaccuracies in the use of conjunctions dan (16), tapi/tetapi
(10), kemudian (1), lalu (3), and use of conjunction sedangkan (1).
Based the resulty of research, the research suggested to students,
indonesian language teachers and the othe researchers. Students are expected to
master the use of conjuction the way they supposed to be used. The Indonesian
language teacher must pay be
tter attention to student’s writing. Other researches
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
“Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Maumere
Tahun A
jaran 2016/2017” ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Peneliti menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan dukungan berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2.
Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia.
3.
Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku dosen pembimbing, terima kasih atas
bimbingan, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan selama proses
penyusunan skripsi ini.
4.
Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia atas
ilmu dan inspirasi selama proses belajar peneliti.
5.
Robertus Marsidiq selaku staf sekretariat Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia yang telah membantu membereskan seluruh
administrasi.
xii
DAFTAR ISI
HALAMN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ...viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1
Latar Belakang ... 1
1.2
Rumusan Masalah ... 3
1.3
Tujuan Penelitian ... 3
1.4
Manfaat Penelitian ... 4
1.5
Batasan Istilah ... 4
xiii
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
2.1 Penelitian Relevan ... ... 8
2.2 Konjungsi ... 10
2.2.1 Macam Konjungsi ... 11
2.2.1.1 Konjungsi Intrakalimat ... 12
2.2.1.2 Konjungsi Antarkalimat... 30
2.3 Konjungsi dan Preposisi ... 33
2.4 Karangan ... 36
2.5 Analisis Kesalahan Berbahasa ... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41
3.1 Jenis Penelitian ... 41
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ... ... 42
3.3 Instrumen Penelitian ... 42
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... ... 42
3.5 Teknik Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
4.1 Deskripsi Data ... .... 45
4.2 Analisis Data ... 45
4.2.1 Pemakaian Konjungsi Koordinatif ... 46
xiv
4.2.3 Pemakaian Konjungsi Antarkalimat ... 54
4.2.4 Kesalahan Pemakaian Konjungsi ... 56
4.3 Pembahasan ... 60
BAB V PENUTUP ... 64
5.1 Kesimpulan ... 64
5.2 Implikasi ... ... 65
5.3 Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 68
LAMPIRAN 1 ... 70
LAMPIRAN 2 ... 124
xv
DAFTAR TABEL
[image:15.595.141.455.256.576.2]1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai
hubungan erat dengan keterampilan berbicara, membaca, dan mendengarkan.
Tarigan (1984: 3) menjelaskan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak
secara tatap muka dengan orang lain. Beberapa struktur kebahasaan dalam
menulis yang harus diperhatikan ketika berkomunikasi secara tidak langsung yaitu
aspek penggunaan ejaan, kata, frasa, klausa, dan kalimat yang tepat. Penggunaan
struktur kebahasaan yang tepat tersebut bertujuan agar maksud yang ingin
disampaikan oleh penulis melalui tulisan dapat dipahami dengan baik oleh
pembaca. Oleh karena itu, menulis membutuhkan latihan dan praktik yang benar
sehingga tulisan dapat bermanfaat bagi orang lain.
Menulis karangan memerlukan persyaratan dasar yaitu harus memilih
topik, membatasinya, mengembangkan gagagsan, dan menyajikannya dalam
kalimat dan paragraf yang tersusun secara logis. Dalam menyusun sebuah
karangan masih ditemukan beberapa siswa yang melakukan kesalahan pemilihan
kata untuk menyusun karangan. Pranowo (2014: 118) mengatakan bahwa
kesalahan berbahasa adalah pertimpangan kaidah dalam pemakaian bahasa.
Kesalahan yang sering dilakukan siswa yaitu kesalahan dalam pemilihan kata
khususnya
penggunaan
konjungsi.
Konjungsi
adalah
kategori
yang
menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan
kalimat; bisa juga antara paragraf dengan paragraf (Chaer, 2009: 81-82).
Konjungsi merupakan bagian yang penting dalam menulis karangan karena
berfungsi sebagai pelancar komunikasi antara penulis dan pembaca. Dalam bahasa
Indonesia terdapat berbagai macam konjungsi yaitu konjungsi intrakalimat dan
konjungsi antarkalimat. Konjungsi intrakalimat dibagi menjadi konjungsi
koordinatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi korelatif.
Menulis perlu mendapat perhatian khusus dari guru karena masih banyak
siswa yang melakukan kesalahan penggunaan konjungsi dalam menulis karangan.
Kesalahan penggunaan konjungsi yang dilakukan oleh siswa jangan dibiarkan
begitu saja oleh guru. Seorang guru harus menjadikan kesalahan penggunaan
konjungsi tersebut sebagai umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran
di sekolah khususnya pada penggunaan konjungsi dalam menulis karangan.
penggunaan konjungsi dan menulis karangan. Berdasarkan latar belakang
tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai
“P
enggunaan
Konjungsi dalam Karangan Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Maumere Tahun
Ajaran 2016/2017
”
.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1)
Apa sajakah konjungsi yang digunakan oleh siswa kelas X SMA
Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016/2017 dalam menulis karangan?
2)
Apa sajakah konjungsi yang salah digunakan oleh siswa kelas X
SMA Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016/2017 dalam menulis
karangan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan skripsi ini
yaitu:
1)
Mendeskripsikan jenis-jenis konjungsi yang digunakan oleh siswa
kelas X SMA Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016/2017 dalam
menulis karangan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
pengetahuan bagi guru bahasa Indonesia, bagi sekolah, dan bagi peneliti
selanjutnya.
1)
Bagi guru bahasa Indonesia penelitian ini dapat memberikan informasi
mengenai penggunaan konjungsi secara tepat dalam penulisan dan dapat
memberikan informasi bagi guru mengenai kesulitan yang dihadapi oleh siswa
dalam penggunaan konjungsi.
2)
Bagi sekolah SMA Negeri 2 Maumere, hasil penelitian ini dapat memberikan
informasi mengenai penerapan konjungsi dalam karangan dari siswa kelas X
SMA Negeri 2 Maumere Tahun Ajaran 2016/2017.
3)
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pertimbangan atau acuan untuk mengadakan penelitian yang
sejenis.
1.5 Batasan Istilah
Ada istilah-istilah yang perlu dibatasi dalam penelitian ini agar tidak
terjadi kesalahan dalam penafsiran. Istilah-istilah tersebut akan didefinisikan
sebagai berikut:
1)
Menulis
Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai
hubungan
erat
dengan
keterampilan
berbicara,
membaca,
dan
mendengarkan (Tarigan, 1984: 3).
2)
Karangan
3)
Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh
para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa
pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel
tersebut, pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya
berdasarkan
sebab-sebabnya
yang
telah
dihipotesiskan,
serta
pengevaluasian keseriusannya (Ellis, dalam Tarigan, 1998:300).
4)
Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa adalah penyimpangan kaidah dalam pemakaian
bahasa (Pranowo, 2014:18).
5)
Konjungsi
Konjungsi adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis,
baik antara kata dan kata, antara frasa dan frasa, antara klausa dengan
klausa, atau antara kalimat dengan kalimat (Chaer, 2008: 98).
6)
Konjungsi Intrakalimat
Konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang berfungsi menghubungkan
kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa yang
berada di dalam sebuah kalimat (Abdul Chaer, 1990: 53).
7)
Konjungsi Koordinatif
8)
Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua satuan
bahasa secara tidak sederajat (Chaer, 2011: 103).
9)
Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah kata,
dua buah frasa, atau dua buah klausa yang memiliki status yang sama
(Chaer, 2011: 124).
10)
Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain yang berada
dalam satu paragraf (Chaer, 2008: 103).
1.6 Sitematika Penyajian
Penyajian skripsi ini meliputi lima bab. Bab I adalah pendahuluan. Pada
bab I dijelaskan beberapa hal.
Pertama, latar belakang yang berisi alasan
penelitian ini dilakukan.
Kedua, rumusan masalah terdiri dari dua variabel yang
akan digunakan oleh peneliti untuk membantu menentukan langkah-langkah
dalam penelitian.
Ketiga, tujuan penelitian akan dijelaskan uraian garis besar
sasaran akhir secara keseluruhan yang akan dicapai dalam penelitian skripsi.
Keempat, manfaat penelitian akan dijelaskan hasil penelitian yang dapat
Bab II adalah landasan teori. Landasan teori yang ada dalam skripsi ini
dipaparkan mengenai penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian saat ini,
kerangka teori penelitian, kajian teori yang akan membantu peneliti sebagai
petunjuk untuk mengambil data dalam penelitian dan menyelesaikan data tersebut.
Landasan teori dari para ahli yang digunakan untuk mendukung penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang sejenis dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Windri Astuti (2007) dan penelitian Ade Supiyanto (2015).
Penelitian Windri Astuti (2007) berjudul “Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP N
Ngaglik, Sleman Yogyakarta dalam Menggunakan Konjungsi Antarkalimat dalam
Paragraf Tahun Ajaran 2005/2006”, sedangkan penelitian Ade Supi
yanto (2015)
berjudul “Jenis Kesalahan Penggunaan Konjungsi dalam Kalimat Majemuk pada
Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Lulusan Tahun 2013
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Kedua penelitian tersebut sama-sama
membahas pemakaian konjungsi dalam suatu wacana. Objek yang diteliti pada
penelitian Windri Astuti (2007) yaitu penggunaan konjungsi dalam penulisan
paragraf siswa dan Ade Supiyanto (2015) meneliti tentang penggunaan konjungsi
dalam tugas akhir mahasiswa.
Tujuan penelitian Windri Astuti (2007) adalah mendeskripsikan seberapa
tinggi kemampuan siswa kelas VIII SMP N 2 Ngaglik, Sleman Yogyakarta dalam
menggunakan konjungsi antarkalimat dalam paragraf. Adapun hasil penelitiannya
kemampuan siswa rata-rata adalah 62,44 dan simpangan bakunya adalah 13,70.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas VIII SMP N 2
Ngaglik, Sleman dalam menggunakan konjungsi antarkalimat dalam paragraf
tergolong sedang karena berdasarkan interpretasi dari patokan perhitungan
persentase skala 10 termasuk pada tingkat penguasaan 56-65%.
Penelitian Ade Supiyanto (2015) bertujuan mendeskripsikan jenis kesalahan
penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk dalam tugas akhir mahasiswa
Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan Tahun 2013.
Hasil penelitiannya kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk
yang dibuat oleh mahasiswa Program Studi Teknik Elektro lulusan tahun 2013
meliputi: (1) kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk setara,
(2) kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat, dan (3)
kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk campuran. Kesalahan
penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk setara yang paling banyak
mengalami kesalahan adalah kalimat majemuk setara yang menyatakan
penjumlahan, kesalahan penggunaan konjungsi dalam kalimat majemuk
bertingkat yang paling banyak mengalami kesalahan adalah kalimat majemuk
bertingkat klausa anak keterangan syarat, dan kesalahan penggunaan konjungsi
dalam kalimat majemuk campuran yang paling banyak mengalami kesalahan
adalah konjungsi dan.
digunakan dan yang salah digunakan dalam hasil karangan siswa kelas X SMA
Negeri 2 Maumere tahun ajaran 2016/2017.
2.2 Konjungsi
Terbentuknya koherensi dalam sebuah wacana khususnya karangan
mempunyai hubungan erat dengan penggunaan konjungsi. Banyak ahli yang
berkecimpung di dalam bidang kebahasaan menyebut kata yang berfungsi sebagai
penanda hubungan ini berbeda-beda. Kridalaksana (1994: 102) menggunakan
istilah konjungsi. AG. Gianto (1983: 19) menggunakan istilah konjungta. Chaer
(2008: 98) dan Ramlan (2008: 40) menggunakan istilah kata penghubung untuk
menyebut konjungsi.
Konjungsi adalah kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis,
baik antara kata dengan kata, antara frase dengan frase, antara klausa dengan
klausa, atau antara kalimat dengan kalimat (Chaer, 2008: 98). Kridalaksana (1994:
102) mengatakan bahwa konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk
meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu
menghubungkan dua satuan atau lebih dalam konstruksi.
antara kata dengan kata, antara frase dengan frase, antara klausa dengan klausa,
atau antara kalimat dengan kalimat.
2.2.1 Macam-Macam Konjungsi
Para ahli menyebut konjungsi dengan berbagai macam istilah, di antaranya
adalah konjungta, konjungsi, dan kata penghubung. Berbagai macam istilah yang
dikemukakan oleh para ahli untuk menyebutkan konjungsi sebenarnya memiliki
inti yang sama. AG. Gianto menyebutkan konjungsi dengan istilah konjungta,
Chaer menyebutkan konjungsi dengan istilah kata penghubung, dan Kridalaksana
menyebutkan konjungsi dengan istilah konjungsi. Konjungsi kemudian dibagi ke
dalam dua jenis berdasarkan luas jangkauannya dan posisinya.
2.2.1.1 Konjungsi Intrakalimat
Berdasarkan kedudukannya konjungsi intrakalimat dibedakan menjadi tiga
jenis yaitu (1) konjungsi koordinatif, (2) konjungsi subordinatif, (3) konjungsi
korelatif.
1)
Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua satuan
bahasa yang (kata, frase, klausa, atau kalimat) dalam kedudukan yang setara
(Abdul Chaer, 2011: 115). Artinya, kedudukan kedua bagian kalimat yang
dihubungkan sama derajatnya; tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang
lebih rendah. Tugas konjungsi koordinatif antara lain untuk menyatakan makna
sebagai berikut.
a)
Penambahan
Konjungsi koordinatif yang menyatakan penambahan digunakan untuk
menggabungkan dua bagian kalimat (kata, frase, atau klausa) dengan kedudukan
yang setara atau sederajat. Anggota konjungsi ini adalah kata
dan
dan
serta
(Chaer, 2011: 116). Contoh penggunaan konjungsi
dan
dan
serta dalam kalimat
sebagai berikut.
(1) Bogor dan Jakarta dihubungkan dengan Kereta Rel Listrik (KRL). (2) Harimau putih dan badak bercula satu termasuk binatang langka. (3) Desy membawa mobil dan Roby membawa motor.
Pada kalimat (1) konjungsi
dan
menghubungkan kata
Bogor dan kata
Jakarta, pada kalimat (2) kata
dan
menghubungkan frase
harimau putih
dan
badak bercula satu, sedangkan pada kalimat (3) kata dan menghubungkan klausa
Konjungsi serta dapat digunakan sebagai pengganti konjungsi dan, seperti
tampak pada kalimat berikut.
(4) Ibu serta ayah pergi kondangan.
b)
Pemilihan
Konjungsi koordinatif yang menyatakan pemilihan atau alternatif
digunakan untuk menghubungkan dua bagian kalimat (kata, frase, atau klausa)
dengan kedudukan setara dan bermakna pemilihan. Anggota konjungsi ini adalah
kata
atau (Chaer, 2011: 116). Contoh penggunaan konjungsi atau dalam kalimat
sebagai berikut.
(4) Kamu akan membeli baju yang berwarna hitam atau putih?
(5) Sayur ini akan menjadi lebih enak kalau diberi sedikit garam atau
sesendok cuka.
(6) Kamu yang datang ke rumahku atau aku yang datang ke rumahmu?
Pada kalimat (4) kata
atau menghubungkan kata hitam dan putih sebagai
dua hal yang harus dipilih, pada kalimat (5) menghubungkan frase
sedikit garam
dan sesendok cuka sebagai dua hal yang harus dipilih. Kemudian pada kalimat (6)
kata
atau
menghubungkan klausa
kamu yang datang ke rumahku
dan aku yang
datang ke rumahmu sebagai dua hal yang harus dipilih.
c)
Pertentangan
Konjungsi tapi/tetapi
digunakan untuk menghubungkan menyatakan
pertentangan antara dua bagian kalimat (induk kalimat dan anak kalimat) atau
antara kata dan kata dalam satu frase. Contoh penggunaan konjungsi dalam
kalimat sebagai berikut.
(
7)Barang-barang impor ini memang mahal tetapi kualitasnya sangat bagus. (8) Bu Nina orang kayatetapi tidak sombong.Catatan
Konjungsi
tapi/tetapi
tidak dapat menduduki posisi awal kalimat karena
pengertian atau konsep yang dikemukakan pada klausa yang dimulai dengan
konjungsi
tapi/tetapi
merupakan pertentangan atau kebalikan dari konsep yang
ada pada klausa sebelumnya.
Konjungsi
namun
digunakan untuk menghubungkan menyatakan
pertentangan antara dua buah kalimat. Contoh penggunaan konjungsi
namun
dalam kalimat sebagai berikut.
(9) Sejak dua bulan terakhir ini ledakan akibat bocornya tabung gas elpiji 3 kg dan 12 kg terjadi di mana-mana, dan telah menelan banyak korban jiwa.
Namun, tampaknya tidak ada keseriusan pemerintah untuk menangani
masalah ini.
(10) Sidang paripurna DPR dalam membahas RUU itu tampak lenggang, banyak anggota yang tidak hadir. Namun, menurut catatan sekretariat jumlah tanda tangan yang hadir sudah melebihi kuorum.
Catatan
Konjungsi
sedangkan
digunakan untuk menghubungkan menyatakan
pertentangan antara dua bagian kalimat setara. Contoh penggunaan konjungsi
sedangkan dalam kalimat sebagai berikut.
(11) Dalam penelitian kuantitatif kita lebih banyak berbicara tentang angka-angka sedangkan dalam penelitian kualitatif lebih banyak berbicara mengenai penjelasan atau keterangan.
(12) Tampaknya penduduk pedesaan sangat jujur sedangkan penduduk perkotaan tidak.
Konjungsi
sebaliknya
digunakan untuk menghubungkan menyatakan
pertentangan atau kebalikan klausa kedua terhadap klausa pertama dari sebuah
kalimat majemuk setara. Contoh penggunaan konjungsi sebaliknya dalam kalimat
sebagai berikut.
(13) Di rumah terhadap istrinya dia seperti tikus di hadapan kucing, sebaliknya
di kantor terhadap bawahannya dia seperti kucing menghadapi tikus. (14) Di tengah kota banyak orang yang hidup penuh dengan kemewahan,
sebaliknya di pinggiran kota tidak sedkit orang yang hidupnya serba susah.
Pada kalimat (13) dan (14) menunjukkan bahwa konjungsi
sebaliknya
tidak digunakan untuk menghubungkan dua buah kata atau dua buah frasa, tetapi
menghubungkan klausa pertama dan klausa kedua. Hal ini disebabkan karena
konjungsi
sebaliknya
berfungsi untuk menghubungkan klausa pertama dengan
klausa kedua yang saling bertentangan.
d)
Penegasan
Konjungsi bahkan
digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa atau
dua buah kalimat setara di mana klausa (kalimat) kedua menegaskan kelakuan
atau tindakan pada klausa pertama. Contoh penggunaan konjungsi
bahkan dalam
kalimat sebagai berikut.
(15) Orang lain menyumbang minimal Rp 20.000,-. Dia Cuma Rp 1.000,-
Bahkan itu pun diberikan dengan perasaan terpaksa.
(16) Produksi kami telah dipasarkan di seluruh Indonesia dan negara-negara tetangga. Bahkan juga telah diekspor ke Timur Tengah.
Konjungsi apalagi digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa atau
kalimat setara di mana klausa (kalimat) kedua menegaskan hal yang dikatakan
pada klausa (kalimat) pertama. Contoh penggunaan konjungsi
apalagi
dalam
kalimat sebagai berikut.
(17) Lalu lintas di Jakarta sangat ramai. Apalagi pada jam-jam di pagi atau sore hari.
(18) Sekarang hawa di Jakarta sangat panas. Apalagi pada siang hari.
Konjungsi
lagipula
digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa
atau kalimat di mana klausa atau kalimat kedua berupa alasan tambahan untuk
menegaskan keadaan atau hal yang dikemukakan pada klausa atau kalimat
pertama. Contoh penggunaan konjungsi apalagi dalam kalimat sebagai berikut.
(19) Mari kita makan di kedai itu. Masakannya enak. Harganya murah.
Lagipula pelayanannya sangat baik.
(20) Suhartini, anak gadismu itu, jangan kamu nikahkan dulu. Dia masih kecil. Umurnya belum seberapa. Lagipula dia masih ingin bersekolah.
e)
Penyamaan
Konjungsi
adalah
digunakan untuk menghubungkan dua atau bagian
kalimat di mana bagian pertama merupakan maujud yang sama dengan maujud
bagian kedua. Contoh penggunaan konjungsi
adalah
dalam kalimat sebagai
berikut.
(
21) Ahok adalah gubernur Jakarta yang sangat tegas.(22) Mereka yang belum membayar SPP adalah Rian dan Tian.
Catatan
Kata
adalah
yang digunakan pada awal kalimat bukanlah sebuah
konjungsi, melainkan kata yang menjadi tumpuan kalimat, atau kata yang
menghubungkan bahasa dengan dunia luar bahasa. Biasanya digunakan pada awal
wacana narasi. Simak contoh berikut.
(23) Adalah pada kami sejumlah buku yang patut dibaca untuk menambah pengetahuan.
(24) Pada zaman dulu adalah seorang raja yang sangat lalim di negeri itu.
Konjungsi
ialah
secara terbatas dapat digunakan untuk menggantikan
konjungsi adalah. Simak dua contoh berikut.
(25) Sukarno ialah prsiden pertama Republik Indonesia (26) Mereka yang belum membayar SPP ialah Rian dan Tian.
Konjungsi
yaitu
untuk menghubungkan menyamakan digunakan di antara
dua bagian kalimat yang maujudnya sama. Biasanya antara maujud subjek dan
objek dengan aposisinya. Contoh penggunaan konjungsi
yaitu
dalam kalimat
sebagai berikut.
(27) Presiden pertama Republik Indonesia, yaitu Sukarno, dimakamkan di Blitar.
Konjungsi
yakni
secara bebas dapat digunakan untuk menggantikan
konjungsi yaitu. Perhatikan contoh berikut.
(29) Suharto yakni presiden kedua Republik Indonesia telah tiada. (30) Anak beliau ada dua orang yakni Ristha dan Rizky.
f)
Urutan Kejadian
Konjungsi koordinatif yang menyatakan urutan waktu digunakan untuk
menghubungkan dua buah klausa atau lebih berdasarkan urutan mana yang lebih
dahulu dan mana yang kemudian. Anggota konjungsi ini adalah
lalu, kemudian,
dan
selanjutnya
(Chaer, 2011: 122).
Contoh penggunaan konjungsi
lalu,
kemudian, dan selanjutnya dalam kalimat sebagai berikut.
(31) Dia mengambil segelas air putih, lalu memberikannya kepadaku.
(32) Mula-mula dia membukakan kami pintu, lalu menyilakan kami masuk,
kemudian mengajak kami duduk, selanjutnya dia menanyakan apa maksud
kedatangan kami.
Catatan
Dari kalimat (32) dapat dilihat bahwa semua anggota konjungsi yang
menyatakan urutan kejadian dapat muncul di dalam sebuah kalimat yang terdiri
dari sejumlah klausa yang menyatakan urutan kejadian.
g)
Pembetulan
Konjungsi koordinatif yang menyatakan pembetulan digunakan untuk
menghubungkan dua buah klausa untuk menyatakan pembetulan atau koreksi
terhadap hal yang disebutkan pada klausa pertama (Chaer, 2011: 123). Anggota
konjungsi ini adalah kata
melainkan.
Aturan penggunaannya adalah sebagai
berikut.
(33) Kami bukan mau menentang pemerintah, melainkan menuntut hak kami. (34) Bukan dia yang datang melainkan ayahnya.
h)
Pembatasan
Konjungsi koordinatif yang yang menyatakan pembatasan digunakan
untuk menghubungkan dua buah klausa. Klausa pertama menyatakan suatu
tindakan atau keadaan, dan klausa kedua menyatakan pembatasan terhadap klausa
pertama itu. Anggota konjungsi ini adalah kata
kecuali
dan
hanya
(Chaer, 2011:
123). Aturan penggunaannya sebagai berikut.
Konjungsi
kecuali
digunakan menghubungkan dua buah klausa. Klausa
pertama menyatakan suatu keadaan atau tindakan, klausa kedua menyatakan
pembatasan atau perkecualian. Contoh penggunaan konjungsi
kecuali
dalam
kalimat sebagai berikut.
(
36) Semua orang sudah bersedia untuk menyumbang masing-masing Rp 100.000,- kecuali Tuan Galih yang kaya raya itu.Konjungsi
hanya
digunakan untuk menghubungkan dua buah klausa.
Klausa pertama memberikan pernyataan tentang keadaan atau hal, klausa kedua
menyatakan pembatasan terhadap klausa pertama. Contoh penggunaan konjungsi
hanya dalam kalimat sebagai berikut.
(37) Dari 200 orang pelamar hanya 10 orang yang dinyatakan memenuhi syarat.
2)
Konjungsi Subordinatif
a)
Sebab
Konjungsi yang menyatakan sebab ini digunakan untuk menghubungkan
dua bagian kalimat dengan makna menyatakan sebab terjadinya keadaan atau
peristiwa pada induk kalimat (klausa utama) dan yang dinyatakan oleh anak
kalimat (klausa bawahan) (Chaer, 2011: 104). Anggota konjungsi ini adalah
karena, sebab, gara-gara,
dan
lantaran.
Penggunaan konjungsi
karena, sebab,
gara-gara, dan lantaran dalam kalimat sebagai berikut.
Konjungsi
karena
digunakan untuk menghubungkan menyatakan sebab
ditempatkan pada awal anak kalimat (klausa bawahan). Lalu, karena klausa
bawahan ini bisa berposisi sebagai klausa pertama maupun klausa kedua, maka
konjungsi karena dapat berposisi pada awal kalimat maupun pada tengah kalimat.
Contoh penggunaan konjungsi karena dalam kalimat sebagai berikut.
(
38) Gomez dipecat dari kantor perusahan minyak karena sudah seminggu bolos kerja.(38a) Karena sudah seminggu bolos kerja, Gomez dipecat dari kantor perusahan minyak.
(39) Ikan-ikan di sungai mati karena keracunan limbah pabrik. (39a) Karena keracunan limbah pabrik, ikan-ikan di sungai mati.
Konjungsi
sebab
digunakan untuk menghubungkan menyatakan sebab
secara umum dapat menggantikan posisi konjungsi karena. Simak contoh berikut.
(40) Mereka terlambat sebab jalanan macet.
(41) KPK gagal menangkap tersangka itu sebab ketiadaan bukti.
Namun, ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan konjungsi
sebab, yaitu
pertama, konjungsi sebab tidak ditempatkan pada awal anak kalimat
dan
kedua¸ kata
sebab
berkategori konjungsi berhomonim dengan kata
sebab
menyebabkan
dan disebabkan (yang bentuk dasarnya nomina sebab),
tetapi tidak
ada bentuk
mengkarenakan
atau
dikarenakan
karena tidak ada kata karena yang
berkategori nomina.
Konjungsi
lantaran dan gara-gara
adalah bentuk tidak baku. Jadi, jangan
digunakan dalam karangan ilmiah.
b)
Syarat
Konjungsi yang menyatakan syarat ini digunakan untuk menghubungkan
dua bagian kalimat dengan makna menyatakan syarat untuk terjadinya atau
berlangsungnya suatu keadaan atau kejadian pada induk kalimat (klausa utama)
yang diisyaratkan pada anak kalimat (klausa bawahan). Anggota konjungsi ini
adalah kata-kata
kalau, jika, jikalau, bila, apabila, bilamana,
dan
asal
(Chaer,
2011: 105). Aturan penggunaannya adalah sebagai berikut.
Konjungsi
kalau
digunakan untuk menghubungkan menyatakan syarat
ditempatkan pada awal anak kalimat (klausa bawahan). Lalu, karena posisi anak
kalimat dapat mendahului induk kalimat, maka konjungsi
kalau ini bisa berada
pada awal kalimat atau pun pada tengah kalimat. Contoh penggunaan konjungsi
kalau dalam kalimat sebagai berikut.
(42) Logam akan memuai kalau dipanaskan. (42a) Kalau dipanaskan, logam akan memuai.
(43) Sambungan listrik akan diputus kalau menunggak pembayaran rekening. (43a) Kalau menunggak pembayaran rekening, sambungan listrik akan diputus.
(44) Mentega akan mencair jika dipanaskan.
Konjungsi
bila, apabila,
dan
bilamana
sebenarnya juga dapat dipakai
untuk menggantikan konjungsi
kalau. Contoh penggunaan konjungsi
bila,
apabila, dan bilamana dalam kalimat sebagai berikut.
(45) Air akan membeku bila didinginkan.
(46) Kami akan mengunjungi Los Angeles apabila liburan semester tiba. (47) Pohon-pohon akan mati bilamana musim kemarau terlalu panjang.
Konjungsi
asal hanya digunakan dalam bahasa ragam nonbaku. Jadi, jangan
digunakan dalam karangan ilmiah.
c)
Tujuan
Konjungsi yang menyatakan tujuan digunakan untuk menghubungkan dua
bagian kalimat dengan makna menyatakan tujuan perbuatan atau tindakan yang
disebutkan pada induk kalimat (klausa utama)nya (Chaer, 2011: 106). Anggota
konjungsi ini adalah kata-kata untuk, agar, supaya, guna, bagi,
dan demi.
Aturan
penggunaannya adalah sebagai berikut.
Konjungsi
untuk
digunakan untuk menyatakan
tujuan ditempatkan pada
awal anak kalimat (tak bersubjek). Lalu, karena posisi anak kalimat dapat
mendahului induk kalimat, maka konjungsi
untuk
dapat berposisi pada awal
kalimat dan juga tengah kalimat. Contoh penggunaan konjungsi
untuk
dalam
kalimat sebagai berikut.
(
48) Untuk melancarkan arus lalu lintas, jalan layang itu dibangun.(48a) Jalan layang itu dibangun untuk melancarkan arus lalu lintas.
Catatan
preposisi kata
untuk
ini tidak diikuti oleh sebuah klausa, melainkan oleh sebuah
nomina (kata benda) atau frase nominal. Contoh penggunaannya simak kalimat
(49) dan (49a).
(49) Ibu membeli sepatu untuk adik. (49a) Untuk adik ibu membeli sepatu baru.
Konjungsi
agar
digunakan untuk menghubungkan menyatakan tujuan,
ditempatkan pada awal anak kalimat (bersubjek). Lalu, karena anak kalimat
(klausa bawahan) dapat berposisi mendahului induk kalimat, maka konjungsi agar
dapat berada pada awal anak kalimat atau di tengah kalimat. Simak contoh
penggunaan konjungsi agar dalam kalimat (50) dan (50a) sebagai berikut.
(50) Jalan layang dibangun di beberapa sisi persimpangan agar lalu lintas menjadi lancar.
(50a) Agar lalu lintas menjadi lancar, jalan layang dibangun di beberapa persimpangan.
Konjungsi
supaya
dapat digunakan sebagai pengganti konjungsi
agar.
Contoh penggunaan konjungsi supaya dalam kalimat sebagai berikut.
(51) Pemerintah kota Jogja membuka beberapa jalur alternatif ke Solo supaya
lalu lintas di bulan ramadhan menjadi lancar.
Catatan
Dalam ragam bahasa nonbaku, orang sering menggunakan kata
agar dan
supaya
sekaligus menjadi
agar supaya. Untuk karangan ilmiah gunakan salah
satu.
(52) Jalan layang dibangun agar lalu lintas menjadi lancar. (53) Jalan layang dibangun untuk melancarkan arus lalu lintas.
Konjungsi
demi
dapat digunakan untuk menyatakan tujuan dan bisa
sebagai pengganti konjungsi untuk. Namun, konjungsi demi juga memiliki makna
tekad, seperti dalam kalimat.
(54) Mereka belajar sungguh-sungguh demi masa depan yang lebih baik. (55) Mereka belajar sungguh-sungguh demi mencapai hari depan yang lebih
baik.
Konjungsi
demi
juga bisa berposisi pada awal kalimat, sebagai anak
kalimat yang mendahului induk kalimat. Contoh penggunaannya dalam kalimat
sebagai berikut.
(54a) Demi masa depan yang lebih baik, mereka belajar sungguh-sungguh. (55a) Demi mencapai hari depan yang lebih baik, mereka belajar
sungguh-sungguh.
d)
Kesewaktuan
Konjungsi yang menyatakan kesewaktuan ini digunakan untuk
menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna menyatakan bahwa perbuatan
pada klausa yang satu terjadi atau berlangsung dalam waktu yang disebutkan oleh
klausa kedua. Anggota konjungsi ini adalah ketika, waktu, sewaktu, saat, tatkala,
selagi, sebelum, sesudah, setelah, sejak, dan
semenjak.
Adapun pengaturan
penggunaannya sebagai berikut.
Konjungsi ketika digunakan untuk menghubungkan menyatakan saat yang
bersamaan antara kejadian, tindakan, atau peristiwa yang terjadi pada klausa yang
satu dengan klausa yang lain pada sebuah kalimat majemuk bertingkat. Contoh
penggunaan konjungsi ketika dalam kalimat sebagai berikut.
Konjungsi
ketika
dapat diganti dengan konjungsi
waktu, sewaktu, saat,
dan tatkala tanpa adanya perbedaan semantik.
Konjungsi
sebelum
digunakan untuk menghubungkan menyatakan suatu
kejadian, tindakan, atau peristiwa terjadi sebelum terjadinya tindakan, kejadian,
atau peristiwa lain. Contoh penggunaan konjungsinya sebagai berikut.
(58) Sebelum polisi datang, pencopet itu sudah babak belur dihakimi massa. (58a) Pencopet itu sudah babak belur dihakimi massa sebelum polisi datang.
Konjungsi
sesudah
dan
setelah
digunakan untuk menghubungkan
menyatakan satu kejadian, peristiwa, atau hal terjadi setelah terjadinya kejadian,
peristiwa hal lain. Contoh penggunaannya dalam kalimat sebagai berikut.
(59) Setelah harga BBM dinaikkan, pendapatan kami sangat berkurang. (59a) Pendapatan kami berkurang setelah harga BBM dinaikkan.
Konjungsi
sejak
dan
semenjak
digunakan untuk menghubungkan
menyatakan saat/mulai terjadinya kejadian atau peristiwa. Contoh penggunaannya
dalam kalimat sebagai berikut.
(60) Kehidupan sebagian besar rakyat Indonesia semakin susah semenjak
pemerintah berulang-ulang menaikkan harga barang-barang kebutuhan. (60a) Semenjak pemerintah berulang-ulang menaikkan harga barang-barang
kebutuhan pokok kehidupan sebagian rakyat Indonesia semakin susah.
Konjungsi
selagi
digunakan untuk menghubungkan menyatakan durasi
waktu yang bersamaan terjadinya tindakan, perbuatan, atau peristiwa yang terjadi
pada klausa pertama dan klausa kedua. Contoh penggunaannya dalam kalimat
sebagai berikut.
(61) Selagi ibu menyiapkan santap makan malam kami duduk-duduk menonton televisi.
e)
Penyungguhan
Konjungsi
yang
menyatakan
penyungguhan
digunakan
untuk
menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna menyatakan penyungguhan
suatu tindakan meskipun bertentangan dengan tindakan lain (Chaer, 2011: 111).
Anggota konjungsi ini adalah
meskipun, biarpun, walaupun, sungguhpun,
sekalipun, dan kendatipun. Aturan penggunaannya sebagai berikut.
Konjungsi
meskipun
digunakan untuk menghubungkan menyatakan
kesungguhan atas suatu tindakan yang dilakukan oleh klausa yang satu meskipun
bertentangan dengan klausa yang lain. Contoh penggunaan konjungsi
meskipun
dalam kalimat sebagai berikut.
(62) Meskipun gajinya kecil dan kesempatan ada, pegawai golongan IIIa itu tidak mau melakukan korupsi.
(62a) Pegawai golongan IIIa itu tidak mau melakukan korupsi meskipun gajinya kecil dan kesempatan ada.
Konjungsi
biarpun, walaupun, sungguhpun, sekalipun,
dan
kendatipun
dapat digunakan untuk menggantikan konjungsi
meskipun tanpa perbedaan
semantik. Contoh penggunaan konjungsi
biarpun, walaupun, sungguhpun,
dan
kendatipun dalam kalimat sebagai berikut.
(63) Biarpun hujan lebat mengguyur stadion Maguwo pertandingan sepak bola itu berjalan terus.
(64) Walaupun dilarang oleh ayahnya, Aris tetap pergi ke hutan terlarang. (65) Sekalipun team basket Rina dan teman-temannya tidak masuk ke babak
final, mereka tetap bergembira.
f)
Perbandingan
Konjungsi yang menyatakan perbandingan ini digunakan untuk
menghubungkan dua bagian kalimat dengan makna yang menyatakan bahwa
perbuatan, tindakan, atau peristiwa yang terjadi pada klausa pertama sama atau
mirip seperti yang terjadi pada klausa kedua (Chaer, 2011: 113). Anggota
konjungsi ini adalah
seperti, sebagai, bagai, laksana,
dan seumpama. Aturan
penggunaannya adalah sebagai berikut.
Konjungsi
seperti
digunakan untuk menghubungkan menyatakan
persamaan antara klausa pertama dan klausa kedua. Contoh penggunaan
konjungsi seperti dalam kalimat sebagai berikut.
(
67) Dimakannya nasi itu dengan lahap seperti orang tiga hari belum makan. (67a) Seperti orang tiga hari belum makan dimakannya nasi itu dengan lahap.Konjungsi
sebagai
pada dasarnya dapat digunakan untuk menggantikan
konjungsi seperti tanpa perbedaan semantik. Begitu juga dengan konjungsi bagai,
laksana, dan seumpama. Contoh penggunaan konjungsinya dalam kalimat sebagai
berikut.
(68) Sebagai anak ayam kehilangan induk. (69) Bagai anak ayam kehilangan induk.
(70) Kami terkejut bukan main laksana mendengar petir di malam hari.
(71) Dia tak menyapa kami ketika berada di ruangan itu, kami dianggap bagai
orang asing dalam hidupnya.
(72) Seumpama pungguk merindukan bulan.
g)
Batas Akhir
Konjungsi
sampai,
digunakan pada klausa kedua yang merupakan anak
kalimat dari suatu kalimat majemuk bertingkat. Contoh penggunaan konjungsi
sampai dalam kalimat sebagai berikut.
(72) Malam itu petugas keamanan berjaga-jaga sampai matahari terbit.
(73) Aktivis ICW itu dianiaya orang tak dikenal sampai mukanya babak belur.
Konjungsi
hingga
pada dasarnya dapat digunakan sebagai pengganti
konjungsi
sampai.
Contoh penggunaan konjungsi
hingga
dalam kalimat sebagai
berikut.
(72a) Malam itu petugas keamanan berjaga-jaga hingga matahari terbit. (73b) Aktifis ICW dianiaya orang tak dikenal hingga mukanya babak belur.
Konjungsi
sehingga
digunakan untuk menghubungkan menyatakan batas
akhir kejadian yang memberi akibat. Contoh penggunaan konjungsi
sehingga
dalam kalimat sebagai berikut.
(74) Tindakan oknum Sat Pol PP seringkali diluar batas kewajaran sehingga
banyak orang tidak menaruh simpati kepada mereka.
Catatan
Konjungsi
sampai, hingga,
dan
sehingga
tidak dapat berposisi pada awal
kalimat. Selain itu, konjungsi
sampai dan
hingga
yang diikuti nomina atau frase
nomina bukanlah sebuah konjungsi melainkan sebuah preposisi.
h)
Pengandaian
Konjungsi
andaikata
ditempatkan pada awal anak kalimat (klausa
bawahan) dari sebuah kalimat majemuk, baik pada posisi awal maupun tengah
kalimat. Contoh penggunaan konjungsi andaikata dalam kalimat sebagai berikut.
(75) Keadaan negara pasti jauh lebih baik dari keadaan sekarang andaikata para pejabat negara tidak korup.
(75a) Andaikata para pejabat negara tidak korup, keadaan negara pasti jauh lebih baik dari keadaan sekarang.
Konjungsi
seandainya
secara umum dapat digunakan untuk mengganti
konjungsi
andaikata.
Contoh penggunaan konjungsi
seandainya
dalam kalimat
sebagai berikut.
(76) Saya akan berjuang menurunkan harga sembako seandainya saya terpilih menjadi anggota legislatif.
(76a)Seandainya saya terpilih menjadi anggota legislatif, saya akan berjuang menurunkan harga sembako.
3)
Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah kata,
dua buah frase, atau dua buah klausa yang memiliki status yang sama (Chaer,
2011:
124).
Contoh
konjungsinya:
antara...dan;
baik...maupun;
entah...entah;
jangankan...pun;
tidak
hanya...tetapi
juga;
bukan
hanya...melainkan
juga;
demikian...sehingga,
dan
sedemikian
rupa...sehingga. Contoh penggunaan konjungsi korelatif dalam kalimat sebagai
berikut.
(77) Antara pejabat dan pedagang memegang ada kerjasama dalam mengeruk keuntungan pribadi.
(78) Baik pejabat eksekutif maupun pejabat legislatif dan judikatif banyak yang terlibat dalam tindak pidana korupsi.
(79) Entah disetujui keluarga entah tidak, dia tetap akan menikahi gadis itu. (80) Jangankan peraturan negara peraturan agama pun dilanggarnya demi
mengeruk keuntungan pribadi.
(82) Beliau bukan hanya menipu orang banyak tetapi juga menipu beberapa orang bupati.
(83) Lari mobil itu demikian cepatnya sehingga sukar dipotret.
(84) Kita harus mengerjakannya sedemikian rupa sehingga hasilnya sangat bagus.
2.2.1.2 Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk
menghubungkan kalimat yang satu dengan yang lain yang berada dalam satu
paragraf (Chaer, 2008: 103). Dilihat dari maknanya dapat dibedakan adanya
konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan, pertentangan, penambahan,
dan penegasan.
(a)
Pertentangan
Konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan digunakan untuk
menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat yang pertama menyatakan suatu
keadaan, suatu peristiwa, atau suatu tindakan, dan kalimat kedua menyatakan
kebalikan atau pertentangan terhadap kalimat pertama (Chaer, 2011: 127).
Anggota konjungsi ini adalah
namun, namun demikian, namun begitu, akan
tetapi, sebaliknya, meskipun demikian, meskipun begitu, walaupun demikian ,
walaupun begitu,
dan
biarpun begitu. Contoh beberapa penggunaan konjungsi
antarkalimat yang menyatakan pertentangan dalam kalimat sebagai berikut.
(
85) Kabarnya dana Biaya Operasi Sekolah (BOS) yang dikucurkanpemerintah kepada sekolah cukup besar. Walaupun begitu masih saja banyak sekolah yang menarik uang masuk, entah apa namanya, pada awal tahun ajaran ini.
(86) Sebuah metro mini, diikuti sebuah mikrolet dan sebuah bajaj menyerobot masuk jalur khusus busway. Namun, petugas lalu lintas yang berada di sana tidak berbuat apa-apa.
(88) Bapak Walker adalah seorang kepala keluarga yang secara ekonomi hidupnya sangat tidak berkecukupan. Biarpun begitu dia masih dapat menyekolahkan semua anaknya dengan baik.
(b)
Penambahan
Konjungsi antarkalimat yang menyatakan penambahan, digunakan untuk
menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan suatu keadaan,
peristiwa, atau tindakan, dan kalimat kedua menambahkan pengertian terhadap isi
kalimat pertama (Chaer, 2011: 128). Anggota konjungsi ini adalah
tambahan
pula, tambahan lagi, demikian pula, begitu pula, selain itu, selain dari itu,
malahan, tetapi juga, dan
kecuali itu. Contoh beberapa penggunaan konjungsi
antarkalimat yang menyatakan penambahan dalam kalimat sebagai berikut.
(89) PLN menaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) dan jasa Marga menaikan tarif jalan Tol. Begitu pula yang dilakukan para pedagang di pasar.
(90) Sungguh malang nasib para korban ledakan tabung gas 3 kg; rumah hancur; seluruh tubuh mereka luka terbakar. Tambahan pula perhatian dari pemerintah hampir tidak ada.
(91) Keadaan warga korban banjir di Jakarta sangat memprihatinkan. Mereka tidak bisa beraktifitas seperti biasa; mereka kesulitan sembako dan kesulitan mendapatkan air bersih. Selain itu, berbagai macam penyakit mengancam mereka.
(92) Upaya pemerintah untuk memberantas korupsi tampaknya bukan perkara mudah. Buktinya, banyak perkara korupsi yang mengendap lama di kejaksaan atau di kepolisian. Malahan banyak pula tersangka koruptor yang divonis bebas oleh pengadilan dengan alasan tidak cukup bukti. (93) Menanggapi kenaikan harga sembako yang melambung tinggi menjelang
bulan puasa tahun ini, banyak pejabat yang berkompeten memberi alasan kenaikan harga itu. Antara lain, musim tanam yang tidak tepat waktu, harga pupuk yang mahal, ongkos angkut yang juga naik, dan berbagai kesalahan petani sendiri. Kecuali itu, cuaca yang tidak menentu juga dijadikan alasan.
(c)
Urutan
lain dalam urutan waktu tertentu dengan kalimat pertama. Anggota konjungsi ini
adalah
setelah itu, sesudah itu, sebelum itu, selanjutnya, kemudian daripada itu,
dan dalam waktu yang bersamaan. Contoh beberapa konjungsi antarkalimat yang
menyatakan urutan dalam kalimat sebagai berikut.
(
94) Dari rumah mula-mula kami berjalan kaki ke jalan raya. Lalu, kami menumpang angkot ke terminal bus Rawamangun. Selanjutnya, kami menumpang bus Damri ke Bandara Sukarno Hatta.(95) Para saksi diminta maju ke muka. Setelah itu satu per satu ditanya nama dan identitas masing-masing.
(96) Kobaran api membumbung tinggi di tempat kejadian. Sebelum itu
terdengar beberapa kali suara ledakan keras.
(97) Tarif Dasar Listrik (TDL) naik sekitar 15 persen. Tarif penggunaan jalan Tol juga naik. Dalam waktu yang bersamaan subsidi BBM pun dibatasi; yang berarti harga BBM pun naik juga.
(d)
Penegasan
Konjungsi antarkalimat yang menyatakan penegasan digunakan untuk
menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan adanya suatu
keadaan atau tindakan, dan kalimat kedua menyatakan penegasan terhadap
keadaan atau tindakan pada kalimat pertama (Chaer, 2011: 130). Anggota
konjungsi ini adalah
lagipula, apalagi, bahkan. Contoh beberapa penggunaan
konjungsi antarkalimat yang menyatakan penegasan dalam kalimat sebagai
berikut.
(98) Buka puasa dengan semangkuk kolak pisang rasanya nikmat sekali.
Apalagi kalau disantap dengan secangkir kopi pahit.
(99) Kita tidak perlu tergesa-gesa ke kampus karena hari masih pagi. Lagipula, bukankah jam pertama hari ini tidak ada kuliah?
(100) Bang Uce terkenal sebagai orang yang paling kikir di daerah itu. Bahkan
(e) Kesimpulan
Konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan digunakan untuk
menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan tindakan atau
kejadian, dan kalimat kedua menyatakan kesimpulan dari kalimat-kalimat
sebelumnya (Chaer, 2011: 126). Anggota konjungsi ini adalah
jadi, maka itu,
kalau begitu, oleh karena itu, dengan demikian, dan
itulah sebabnya. Contoh
beberapa penggunaan konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan dalam
kalimat sebagai berikut.
(
101) Dua bulan lalu Anda meminjam uang saya Rp 10.000,; tiga minggu lalu Anda meminjam lagi Rp 20.000.-; dan kini Anda mau meminjam lagi Rp 15.000.-. Jadi utang Anda semua berjumlah Rp 45.000,-.(102) Andy, teman kami sekelas, memang sangat nakal. Selain sering bolos, dia juga sering membuat kegaduhan di kelas. Sering mengejek dengan kata-kata kasar. Oleh karena itu, dia sering dimarahi guru.
(103) Bak mandi secara teratur harus dikuras; saluran air harus dibersihkan; kaleng-kaleng bekas harus dikuburkan. Dengan demikian, ancaman penyakit demam berdarah dapat dihindarkan.
(104) Sebelum ini kerja kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan dalam memberantas korupsi hanya jalan di tempat. Itulah sebabnya pemerintah membentuk lembaga baru yang bernama Komisi Pemberantasan Korupsi.
2.3 Konjungsi dan Preposisi
maksudnya memiliki jumlah yang terbatas. Preposisi juga selalu diikuti oleh kata
atau frasa, sedangkan konjungsi diikuti klausa.
Konjungsi dan preposisi tentunya memiliki peranan yang berbeda. Namun,
ada beberapa kata yang sama antara kata yang termasuk dalam konjungsi dan kata
yang termasuk dalam preposisi. Kata yang termasuk dalam konjungsi dan
preposisi dapat dilihat dari penggunaan kata tersebut di dalam kalimat. Beberapa
contoh kata yang termasuk ke dalam konjungsi dan preposisi adalah
untuk, bagi,
sampai, hingga, kecuali, dan sejak. Kata preposisi yang tidak termasuk konjungsi
fungsinya tetap sama yaitu hanya dipakai sebagai preposisi saja. Sebagai contoh
preposisi
di, berfungsi untuk me
nyatakan „tempat berada‟ menyatakan aspek
„diam‟ atau „berhenti‟. Penggunaan preposisi
di dalam kalimat terletak di muka
kata benda dan keterangan tempat.
Contoh:
Sidang kabinet berlangsung di Bina Graha. Kami sedang beristirahat di pulau BaliPreposisi
di
hanya berfungsi sebagai preposisi saja. Berbeda dengan preposisi
untuk, bagi, sampai, hingga, kecuali, dan sejak
dapat berfungsi sebagai preposisi
dan konjungsi. Kata untuk selain berkategori sebagai konjungsi, juga berkategori
sebagai preposisi. Sebagai preposisi kata
untuk
ini tidak diikuti oleh sebuah
klausa, melainkan oleh sebuah nomina (kata benda) atau frase nominal.
Contoh:
Ayah membeli baju baru untuk adikKata
bagi dapat menggantikan kata untuk (yang berkategori preposisi,
bukan yang konjungsi) banyak orang mengira kata bagi itu berkategori konjungsi;
padahal bukan. Kata
bagi
adalah berkategori preposisi karena selalu diikuti oleh
kata nomina atau frase nominal bukan diikuti oleh sebuah klausa (anak kalimat).
Kata
sampai dan
sehingga yang diikuti nomina atau frase nominal
bukanlah konjungsi melainkan sebuah preposisi. Contoh kalimatnya sebagai
berikut.
Contoh:
Kami berjalan hingga larut malam Kami berjalan kaki sampai stasiun [image:50.595.115.508.326.632.2]Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa konjungsi dan
preposisi sama-sama termasuk dalam kata tugas, keduanya memiliki persamaan
dan perbedaan. Perbedaan yang jelas yang dapat digunakan sebagai patokan untuk
membedakan konjungsi dan preposisi yaitu dengan melihat kata yang mengikuti
di belakangnya. Konjungsi jika diikuti oleh kata yang berupa klausa, dan preposisi
jika diikuti oleh kata yang berupa frasa. Perbedaan konjungsi dan preposisi dapat
dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1
Perbedaan antara konjungsi dan preposisi
Konjungsi
Preposisi
Menghubungkan satuan-satuan
sintaksis baik antara kata dengan
kata, antara klausa dengan klausa,
antara kalimat dengan kalimat.
Menandai kata benda (nomina) atau
kata yang dibendakan (dinominakan).
2.4
Karangan
Karangan adalah adalah tulisan berupa cerita (KBBI, 2006: 343). Penulisan
sebuah karangan dapat berupa karangan formal dan karangan sederhana.
Karangan formal seperti penulisan makalah penelitian, tesis, skripsi, dan karangan
ilmiah lainnya, sedangkan penulisan karangan sederhana seperti penulisan surat,
novel, dan sebagainya. Sebuah karangan harus menyajikan isi tulisan yang
tersusun secara sistematis dan logis. Dalam menulis sebuah karangan tentunya
terlebih dahulu kita harus menentukan tema, topik, dan judul.
Karangan dibagi kedalam lima jenis yaitu karangan deskripsi, narasi,
eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Karangan deskripsi adalah sebuah bentuk
tulisan yang bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan
perincian-perincian dari obyek yang sedang dibicarakan. Kata deskripsi berasal dari bahasa
latin describe yang berarti
menulis tentang, atau membeberkan suatu hal (Gorys
Keraf, 1981: 93). Dalam deskripsi penulis memindahkan kesan-kesannya,
memindahkan hasil pengamatan dan perasaanya kepada pembaca; ia
menyampaikan sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada objek
tersebut. Sasaran yang ingin dicapai oleh seorang penulis deskripsi adalah
menciptakan atau memungkinkan terciptanya daya khayal pada para pembaca,
seolah-olah mereka melihat sendiri objek tadi secara keseluruhan sebagai yang
dialami secara fisik oleh penulisnya.
karangan yaitu karangan narasi ekspositoris dan karangan narasi sugesif. Narasi
ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan
kepada para pembaca atau pendengar (Gorys Keraf, 2007: 137). Runtut kejadian
atau peristiwa yang disajikan itu dimaksudkan untuk menyampaikan pengertian
pembaca, tidak perduli apakah disampaikan secara tertulis atau secara lisan.
Narasi sugesif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam
sehingga merangsang daya khayal pada pembaca (Gorys keraf, 2007: 138).
Karangan eksposisi adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang
berusaha menerangkan atau menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat
memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian
tersebut (Gorys Keraf, 1981: 3). Tujuan dari karangan narasi eksposisi adalah
memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang yang tidak berusaha
mempengaruhi pendapat-pendapat orang lain.
Karangan argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk
mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan
akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau
pembicara (Gorys Keraf, 2007: 3). Melalui argumentasi penulis berusaha
merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga mampu menunjukkan
apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak.
Peneliti menjelaskan secara terperinci mengenai jenis karangan satu persatu,
karena dalam penelitian karangan siswa akan diidentifikasi lebih jauh lagi, tetapi
siswa diberi kebebasan untuk menulis karangan sesuai keinginannya.
2.5
Analisis Kesalahan Berbahasa
Ellis (dalam Tarigan, 1998: 300) mengatakan bahwa analisis kesalahan
berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru,
yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan
kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut, pendeskripsian
kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah
dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya. Kesalahan berbahasa
dianggap sebagai bagian dari proses belajar-mengajar, baik secara formal maupun
secara tidak formal.
Kesalahan dapat bersifat tetap dan terjadi pada tempat tertentu dalam sistem
linguistik. Kesalahan berbahasa tersebut akan menjadi kebiasaan apabila tidak
segera dilakukan koreksi pembenarannya. Kesalahan yang terjadi pada siswa
dapat diatasi dengan cara memberikan banyak latihan kepada siswa berkaitan
dengan kebahasaan. Hal ini dapat tercapai jika guru mengkaji secara mendalam
segala aspek kesalahan itu sehingga tidak salah target dalam memperbaiki
kesalahan yang sering dilakukan siswa.
Kesalahan berbahasa yang berikutnya adalah kesalahan yang disebabkan
oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan, dan kuranganya perhatian, yang oleh
Chomsky (dalam Tarigan, 1988: 273) disebut faktor performansi; kesalahan
performansi ini, yang merupakan kesalahan penampilan, dalam beberapa
kepustakaan disebu
t „
mistakes
‟ atau kekeliruan berbahasa (Tarigan, 1988: 273).
Kekeliruan (mistakes) disebabkan oleh masalah penampilan (performance).
Kekeliruan akan terjadi jika pembelajar bahasa berada dalam kondisi yang lelah,
letih, dan kurangnya perhatian ketika mempelajari bahasa. Kekeliruan yang
dilakukan oleh siswa akan menghasilkan penyimpangan-penyimpangan bahasa
yang bersifat sementara atau tidak tetap.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan hal yang penting dalam melaksanakan
suatu penelitian. Hal ini dilaksanakan dengan tujuan agar dalam penelitian
tersebut dapat menuju ke arah serta tujuan yang dinginkan, yaitu
pertanggungjawaban terhadap hasil penelitian. Dalam metodologi penelitian ini
dibahas mengenai jenis dan metode penelitian, sumber data dan data penelitian,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian berjudul Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Siswa Kelas
X SMA Negeri 2 Maumere Tahun Ajaran 2016/2017
berdasarkan sifat dan jenis
datanya, termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau
bentuk hitungan lainnya (Starruss & Corbin, 2003 dalam syamsuddin & vismaia,
2009: 73).
Data dalam penelitian berupa kata bukan berupa angka. Data dalam
penelitian ini berupa kata tentang penggunaan konjungsi yang terdapat dalam
karangan siswa kelas X SMA Negeri 2 Maumere. Tujuan penelitian ini untuk
mendeskripsikan konjungsi yang digunakan dan yang salah digunakan dalam
karangan siswa. Data dalam penelitian ini berupa kata siswa dalam menulis
karangan dengan menggunakan konjungsi dikumpul