BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
D. Penerapan Metode Time Cost Trade Off
2. Penambahan Tenaga Kerja
Penambahan tenaga kerja dimaksudkan sebagai penambahan jumlah pekerja dalam satu unit pekerja untuk melaksanakan suatu aktivitas tertentu tanpa menambahkan jam kerja. Dalam penambahan jumlah tenaga kerja yang perlu diperhatikan adalah ruang kerja yang tersedia apakah terlalu sesak atau cukup lapang, karena penambahan tenaga kerja pada suatu aktivitas tidak boleh mengganggu pemakaian tenaga kerja untuk aktivitas yang lain yang sedang berjalan pada saat yang sama. Selain itu, harus diimbangi pengawasan karena ruang kerja yang sesak dan pengawasan yang kurang akan menurunkan produktivitas pekerja.
3. Pergantian atau penambahan peralatan
Penambahan peralatan dimaksudkan untuk menambah produktivitas. Namun perlu diperhatikan adanya penambahan biaya langsung untuk mobilitas dan demobilitas alat tersebut. Durasi proyek
dapat dipercepat dengan pergantian peralatan yang mempunyai produktivitas yang lebih tinggi. Juga perlu diperhatikan luas lahan untuk menyediakan tempat bagi peralatan tersebut dan pengaruhnya terhadap produktivitas tenaga kerja.
4. Pemilihan sumber daya manusia yang berkualitas
Sumber daya manusia yang berkualitas adalah tenaga kerja yang mempunyai produktivitas yang tinggi dengan hasil yang baik. Dengan mempekerjakan tenaga kerja yang berkualitas, maka aktivitas akan lebih cepat diselesaikan.
5. Penggunaan metode konstruksi yang efektif
Metode konstruksi berkaitan erat dengan sistem kerja dan tingkat penguasaan pelaksana terhadap metode tersebut serta ketersedian sumber daya yang dibutuhkan.
Cara-cara tersebut dapat dilaksanakan secara terpisah maupun kombinasi, misalnya kombinasi penambahan jam kerja sekaligus penambahan jumlah tenaga kerja, biasa disebut giliran (shift), dimana unit pekerja untuk pagi sampai sore berbeda dengan dengan unit pekerja untuk sore sampai malam.
E. Produktivitas Pekerja
Produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara output dan input, atau dapat dikatakan sebagai rasio antara hasil produksi dengan total
sumber daya yang digunakan. Didalam proyek konstruksi, rasio dari produktivitas adalah nilai yang diukur selama proses kontruksi; yang dapat dipisahkan menjadi biaya tenaga kerja, biaya material, metode, dan alat. Kesuksesan dari suatu proyek konstruksi salah satunya tergantung pada efektifitas pengelolaan sumber daya, dan pekerja adalah salah satu sumber daya yang tidak mudah untuk dikelola. Upah yang diberikan sangat tergantung pada kecakapan masing-masing pekerja dikarenakan setiap pekerja memiliki karakter masing-masing yang berbeda-beda satu sama lainnya.
F. Pelaksanaan Penambahan Jam Kerja (Lembur)
Salah satu strategi untuk mempercepat waktu penyelesaian proyek adalah dengan menambah jam kerja (lembur) para pekerja. Penambahan dari jam kerja (lembur) ini sangat sering dilakukan dikarenakan dapat memberdayakan sumber daya yang sudah ada dilapangan dan cukup dengan mengefisienkan tambahan biaya yang akan dikeluarkan oleh kontraktor. Biasanya waktu kerja normal pekerja adalah 7 jam (dimulai pukul 08.00 dan selesai pukul 16.00 dengan satu jam istirahat), kemudian jam lembur dilakukan setelah jam kerja normal selesai.
Penambahan jam kerja (lembur) bisa dilakukan dengan melakukan penambahan 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam sesuai dengan waktu penambahan yang diinginkan. Semakin besar penambahan jam lembur dapat menimbulkan penurunan produktivitas, indikasi dari penurunan
produktivitas pekerja terhadap penambahan jam kerja (lembur) dapat dilihat pada Gambar 3.1 dibawah ini.
Dari uraian di atas dapat ditulis sebagai berikut ini:
1. Produktivitas harian �
=
� � �
2. Produktivitas tiap jam
� � ℎ� �
=
�� � ℎ�
3. Produktivitas harian sesudah crash
= (Jam kerja perhari × Produktivitas tiap jam) + (a × b × Produktivitas tiap jam)
Gambar 3.1 Grafik Indikasi Penurunan Produktivitas Akibat Penambahan Jam Kerja (Sumber: Soeharto, 1997).
Dengan:
a = lama penambahan jam kerja (lembur)
b = koefisien penurunan produktivitas akibat penambahan jam kerja (lembur)
Nilai koefisien penurunan produktivitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Jam Lembur
Penurunan indeks
produktivitas Prestasi kerja
1 Jam 0,1 90
2 Jam 0,2 80
3 Jam 0,3 70
4 Jam 0,4 60
Tabel 3.1 Koefisien Penurunan Produktivitas
4. Crash duration
�
=
� � ℎ� � �ℎ � ℎ
G. Pelaksanaan Penambahan Tenaga Kerja
Dalam penambahan jumlah tenaga kerja yang perlu diperhatikan adalah ruang kerja yang tersedi apakah terlalu sesak atau cukup lapang, karena penambahan tenaga kerja pada suatu aktivitas tidak boleh mengganggu pemakaian tenaga kerja untuk aktivitas yang lain yang
sedang berjalan pada saat yang sama. Selain itu, harus diimbangi pengawasan karena ruang kerja yang sesak dan pengawasan yang kurang akan menurunkan produktivitas pekerja.
Perhitungan untuk penambahan tenaga kerja dirumuskan sebagai berikut :
1. Jumlah Tenaga Kerja Normal
=
...
(3.5) 2. Jumlah Tenaga Kerja Dipercepat=
...
(3.6)Dari rumus diatas maka akan diketahui jumlah pekerja normal dan jumlah penambahan tenaga kerja akibat percepatan durasi proyek.
H. Biaya Tambahan Pekerja (Crash Cost)
Penambahan waktu kerja akan menambah besar biaya untuk tenaga kerja dari biaya normal tenaga kerja. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP. 102/MEN/VI/2004 pasal diperhitungkan bahwa upah penambahan kerja bervariasi. Pada penambahan waktu kerja satu jam pertama, pekerja mendapatkan tambahan upah 1,5 kali upah perjam waktu normal dan pada penambahan jam kerja berikutnya maka pekerja akan mendapatkan 2 kali upah perjam waktu normal.
Perhitungan untuk biaya tambahan pekerja dapat dirumuskan sebagai berikut ini:
1. Normal ongkos pekerja perhari
= Produktivitas harian × Harga satuan upah pekerja 2. Normal ongkos pekerja perjam
= Produktivitas perjam × Harga satuan upah pekerja 3. Biaya lembur pekerja
= 1,5 × upah perjam normal untuk penambahan jam kerja (lembur) pertama+ 2 × n × upah perjam normal untuk penambahan jam kerja (lembur) berikutnya
Dengan:
n = jumlah penambahan jam kerja (lembur)
4. Crash cost pekerja perhari
= (Jam kerja perhari × Normal cost pekerja) + (n × Biaya lembur perjam)
5. Cost slope
I. Hubungan Antara Biaya dan Waktu
Grafik 3.2 Grafik Hubungan waktu dengan biaya normal dan dipercepat untuk suatu kegiatan (Sumber: Soeharto, 1997).
Grafik 3.3 Grafik Hubungan waktu dengan biaya total, biaya langsung, dan biaya tak langsung (Sumber: Soeharto, 1997)
Biaya total proyek sama dengan penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya total proyek sangat bergantung dari waktu penyelesaian proyek. Hubungan antara biaya dengan waktu dapat dilihat
Waktu normal Waktu dipercepat Biaya waktu normal Biaya waktu dipercepat Biaya Waktu A(Titik normal) B (Titik dipercepat) Biaya Kurun Waktu Biaya Langsung Biaya Total Proyek
Biaya Tidak Langsung Biaya
Optimum
pada Gambar 3.2. Titik A pada gambar menunjukkan kondisi normal, sedangkan titik B menunjukkan kondisi dipercepat. Garis yang menghubungkan antar titik tersebut disebut dengan kurva waktu biaya. Gambar 3.2 memperlihatkan bahwa semakin besar penambahan jumlah jam kerja (lembur) maka akan semakin cepat waktu penyelesain proyek, akan tetapi sebagai konsekuesinya maka terjadi biaya tambahan yang harus dikeluarkan akan semakin besar. Gambar 3.3 menunjukkan hubungan biaya langsung, biaya tak langsung dan biaya total dalam suatu grafik dan terlihat bahwa biaya optimum didapat dengan mencari total biaya proyek yang terkecil.
J. Biaya Denda
Keterlambatan penyelesaian proyek akan menyebabkan kontaktor terkena sanksi berupa denda yang telah disepakati dalam dokumen kontrak. Besarnya biaya denda umumnya dihitung sebagai berikut:
Total denda = total waktu akibat keterlambatan × denda perhari akibat keterlambatan
Dengan:
K. Program Microsoft Project
Program Microsoft Project adalah sebuah aplikasi program pengolah lembar kerja untuk manajemen suatu proyek, pencarian data, serta pembuatan grafik. Kegiatan manajemen berupa suatu proses kegiatan yang akan mengubah input menjadi output sesuai tujuannya. Input
mencakup unsur-unsur manusia, material, mata uang, mesin/alat dan kegiatan-kegiatan. Seterusnya diproses menjadi suatu hasil yang maksimal untuk mendapatkan informasi yang di inginkan sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan. Dalam proses diperlukan perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian.
Beberapa jenis metode manajemen proyek yang di kenal saat ini, antara lain CPM (Critical Path Method), PERT (Program Evaluation
Review Technique), dan Gantt Chart. Microsoft Project adalah
penggabungan dari ketiganya. Microsoft project juga merupakan sistem perencanaan yang dapat membantu dalam menyusun penjadwalan
(scheduling) suatu proyek atau rangkaian pekerjaan. Microsoft project
juga membantu melakukan pencatatan dan pemantauan terhadap pengguna sumber daya (resource), baik yang berupa sumber daya manusia maupun yang berupa peralatan.
Tujuan penjadwalan dalam Microsoft Project adalah :
1. Mengetahui durasi kerja proyek; 2. Membuat durasi optimum;
3. Mengendalikan jadwal yang dibuat;
4. Mengalokasikan sumber daya (Resources) yang digunakan.
Komponen yang di butuhkan pada jadwal adalah : 1. Kegiatan (rincian tugas, tugas utama);
2. Durasi kerja untuk tiap kegiatan; 3. Hubungan kerja tiap kegiatan;
4. Resources (tenaga kerja pekerja dan bahan).
Yang dikerjakan oleh Microsoft Project antara lain :
1. Mencatat kebutuhan tenaga kerja pada setiap sektor; 2. Mencatat jam kerja para pegawai, jam lembur;
3. Menghitung pengeluaran sehubungan dengan ongkos tenaga kerja, memasukkan biaya tetap, menghitung total biaya proyek;
4. Membantu mengontrol pengguna tenaga kerja pada beberapa pekerjaan untuk menghindari overallocation (kelebihan beban pada penggunaan tenaga kerja).
Program Microsoft project memiliki beberapa macam tampilan layar, namun sebagai default setiap kali membuka file baru, yang akan ditampilkan adalah Gantt Chart View. Tampilan Gantt Chart View dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Tampilan layar Gantt Chart View.
1. Task
Task adalah salah satu bentuk lembar kerja dalam Microsoft
Project yang berisi rincian pekerjaan sebuah proyek.
2. Duration
Duration merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan.
3. Start
Start merupakan nilai tanggal dimulainya suatu pekerjaan sesuai
perencanaan jadwal proyek.
4. Finish
Dalam Microsoft Project tanggal akhir pekerjaan disebut finish, yang akan diisi secara otomatis dari perhitungan tanggal mulai (start)
5. Predecessor
Predecessor merupakan hubungan keterkaitan antara satu
pekerjaan dengan pekerjaan lain. Dalam Microsoft Project mengenal 4 macam hubungan antar pekerjaan, yaitu :
a. FS (Finish to Start)
Suatu pekerjaan baru boleh dimulai jika pekerjaan yang lain selesai, dapat dilihat pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5 FS (Finish to Start).
b. FF (Finish to Finish)
Suatu pekerjaan harus selesai bersamaan dengan selesainya pekerjaan lain, dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 FF (Finish to Finish).
c. SS (Start to Start)
Suatu pekerjaan harus dimulai bersamaan dengan pekerjaan lain, dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 SS (Start to Start).
A A B B A B
d. SF (Start to Finish)
Suatu pekerjaan baru boleh diakhiri jika pekerjaan lain dimulai, dapat dilihat pada Gambar 3.8.
Gambar 3.8 SF (Start to Finish).
6. Resources
Sumber daya, baik sumber daya manusia maupun material dalam
Microsoft Project disebut dengan resources.
7. Baseline
Baseline adalah suatu rencana baik jadwal maupun biaya yang
telah disetujui dan ditetapkan.
8. Gantt Chart
Gantt Chart merupakan salah satu bentuk tampilan dari Microsoft
Project yang berupa batang-batang horisontal yang menggambarkan
masing-masing pekerjaan beserta durasinya.
9. Tracking
Tracking adalah mengisikan data yang terdapat di lapangan pada
perencanaan yang telah dibuat.
A B
27
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Obyek penelitian ini dilakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Samsat Kulon Progo, Kabupaten Kulon Progo.
B. Pengumpulan Data
Pengumpulan data atau informasi dari suatu pelaksanaan proyek konstruksi yang sangat bermanfaat untuk evaluasi optimasi waktu dan biaya secara keseluruhan. Data yang diperlukan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi yang terkait seperti kontraktor, konsultan pengawas, dan lain-lain. Variabel-variabel yang sangat mempengaruhi dalam pengoptimasian waktu dan biaya pelaksanaan proyek ini adalah variabel waktu dan variabel biaya.
1. Variabel Waktu
Data yang mempengaruhi variabel waktu dapat diperoleh dari kontraktor pelaksana atau dari konsultan pengawas. Data yang dibutuhkan untuk variabel waktu adalah :
a. Data cumulative progress (kurva-S), meliputi : 1) Jenis kegiatan;
2) Prosentase kegiatan;
3) Durasi kegiatan.
b. Rekapitulasi perhitungan biaya proyek.
2. Variabel biaya
Semua data-data yang mempengaruhi variabel biaya diperoleh dari kontraktor pelaksana. Data-data yang diperlukan dalam variabel biaya antara lain :
a. Daftar rencana anggaran biaya (RAB) penawaran, meliputi : 1) Jumlah biaya normal;
2) Durasi normal.
b. Daftar-daftar harga bahan dan upah. c. Gambar rencana proyek.
Data yang digunakan berupa data sekunder dan data primer berupa hasil analisis dengan Microsoft Project. Data tersebut meliputi:
1. Daftar bahan dan upah tenaga kerja;
2. Rencana anggaran biaya Proyek Pembangunan Gedung Samsat Kulon Progo;
3. Time Schedule (Kurva-S);
4. Estimasi waktu dalam program Microsoft Project; 5. Data biaya normal.
C. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Project
2010. Dengan menginputkan data yang terkait untuk dianalisis kedalam program, maka microsoft project ini nantinya akan melakukan kalkulasi
secara otomatis sesuai dengan rumus-rumus kalkulasi yang telah dibuat oleh program ini.
Proses menginputkan data untuk menganalisis percepatan meliputi dua tahap, yaitu dengan menyususn rencana jadwal dan biaya proyek
(baseline) dan memasukkan optimasi durasi dengan penambahan jam kerja
(lembur).
D. Tahap dan Prosedur Penelitian
Suatu penelitian harus dilaksanakan secara sistematis dengan urutan yang jelas dan teratur, sehingga akan diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
Tahap 1 : Persiapan
Sebelum melakukan penelitian perlu dilakukan studi literatur untuk memperdalam ilmu yang berkaitan dengan topik penelitian. Kemudian menentukan rumusan masalah sampai dengan kompilasi data.
Tahap 2 : Pengumpulan Data
Data proyek yang diperlukan untuk pembuatan laporan, meliputi : 1. Rencana Anggaran Biaya (RAB);
2. Analisa harga satuan bahan proyek;
Tahap 3 : Analisa percepatan dengan aplikasi program dan pembahasan Melakukan input data ke program untuk perencanaan dan update
perencanaan dengan data pelaksanaan, dengan bantuan program Microsoft
Project ini dilakukan pengujian dari semua kegiatan yang dipusatkan pada
kegiatan yang berada pada jalur kritis yang mempunyai nilai cost slope
terendah. Kemudian membandingkan hasil analisa percepatan yang berupa perubahan biaya proyek sebelum dan sesudah percepatan dengan biaya denda akibat keterlambatan.
Tahap 4 : Kesimpulan
Kesimpulan disebut juga pengambilan keputusan. Pada tahap ini, data yang telah dianalisa dibuat suatu kesimpulan yang berhubungan dengan tujuan penelitian.
Tahapan penelitian secara skematis dalam bentuk diagram alir dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Bagan alir penelitian
Resources Penambahan Jam Kerja Resources Penambahan Tenaga Kerja
Pengumpulan data proyek 1. Rencana anggaran biaya (RAB);
2. Daftar harga satuan bahan dan upah tenaga kerja;
3. Time Schedule (Kurva S);
4. Biaya tidak langsung.
Studi literatur
Menyusun network diagram
1. Menentukan penambahan jam kerja (lembur); 2. Menentukan penambahan tenaga kerja. Menghitung jumlah sumber daya (resources)
Menentukan estimasi durasi dalam Microsoft Project
Penentuan Obyek Penelitian Mulai
Kesimpulan Hasil :
1. Durasi dan biaya akibat penambahan jam kerja (lembur); 2. Durasi dan biaya akibat penambahan tenaga kerja;
3. Perbandingan durasi dan biaya akibat penambahan jam kerja (lembur) dan penambahan tenaga kerja.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
1. Data Umum Proyek
Adapun gambaran umum dari Proyek Pembangunan Gedung Samsat Kulon Progo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini adalah sebagai berikut :
Pemilik Proyek : A
Konsultan Supervisi : PT. B
Kontraktor : PT. C
Anggaran : Rp 3.957.973.957,00
Waktu pelaksanaan : 130 Hari kerja Tanggal pekerjaan dimulai : 25 Juli 2013 Tanggal pekerjaan selesai : 22 Desember 2013
Untuk rincian Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Kurva - S dapat dilihat pada Lampiran I dan Lampiran IV.
B. Daftar Kegiatan-Kegiatan Kritis
Berdasarkan hasil analisis Microsoft Project untuk penjadwalan proyek tersebut diketahui lintasan kritis dari kegiatan-kegiatan kritis. Daftar kegiatan – kegiatan kritis pada kondisi normal dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Daftar Kegiatan Kritis Pada Kondisi Normal
No.
Task Activity Task Name Predecessor
1 PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR
SAMSAT KULON PROGO
3 A Uitzet & bouwplank start
6 B Galian tanah Footplat 3FS
7 C Galian tanah pondasi menerus 6FS-10 days
46 AF Beton Footplat tebal 40 cm K300 7SS
49 AH Beton tulangan susut tebal 10 cm K175 (penulangan)
46FS-12 days 50 AI Beton tulangan susut tebal 10 cm K175
(beton cor) 49FS
54 AJ Beton Kolom K1: 50/70, K 300
(penulangan) 50FS
55 AK Beton Kolom K1: 50/70, K 300 (begisting) 54FS 56 AL Beton Kolom K1: 50/70, K 300 (beton cor) 55FS 60 AO Beton Kolom K2: 20/30, K 300 (beton cor) 56SS
71 AX Beton plat lantai tebal 12 cm K300 95FS
88 BI Beton Balok B1; 35/65, K300 (Scafolding) 71FS 89 BJ Beton Balok B1: 35/65, K300 (penulangan) 88FS
90 BK Beton Balok B1: 35/65, K300 (Begisting) 89FS
91 BL Beton Balok B1: 35/65, K300 (Beton cor) 90FS
95 BP Beton Balok B2: 25/40, K 300 (beton cor) 91SS 99 BR Beton plat tangga dan bordes tebal 15 cm
K300 (scafolding) 96FS
100 BS Beton plat tangga dan bordes tebal 15 cm
K300 (begisting) 99FS
107 BW Beton Kolom K1: 50/70, K 300 (begisting) 100SS 108 BX Beton Kolom K1: 50/70, K 300 (beton cor) 107FS 112 CA Beton Kolom K2: 20/30, K 300 (beton cor) 108SS 114 CB Beton Balok B1: 35/65, K 300 (scafolding) 112FS 115 CC Beton Balok B1: 35/65, K 300 (begisting) 114FS 116 CD Beton Balok B1: 35/65, K 300 (penulangan) 115FS 117 CE Beton Balok B1: 35/65, K 300 (beton cor) 116FS 122 CI Beton Balok B2: 25/40, K 300 (beton cor) 117SS 126 CL Beton Balok B4: 15/30, K 275 (beton cor) 122SS
127 CM Beton plat lantai tebal 10 cm K300 126SS
139 CX Pekerjaan Pipa drain Ø 4 PVC Wavin 127FS+6
Tabel 5.1 diatas menjelaskan bahwa beberapa pekerjaan yang akan dipercepat berdasarkan kegiatan - kegiatan kritis adalah kegiatan yang memiliki unsur tenaga kerja, beberapa kegiatan – kegiatan tersebut dengan kode kegiatan A,B,C,AF, AH, AI, AJ, AK, AL, AO, AX, BI, BJ, BK, BL, BP, BR, BS, BW, BX, CA, CB, CC, CD, CE, CI, CL, CM, CX.
Beberapa alasan pemilihan item kegiatan yang akan dipercepat adalah kegiatan krirtis tersebut adalah :
1. Kegiatan kritis yang terpilih tersebut memilik resource work atau yang memiliki pekerja sehingga bisa dipercepat dengan mengolah
resource work;
2. Pada kegiatan kritis terpilih tersebut dapat dilakukan percepatan dengan penambahan jam lembur atau dengan penambahan jumlah tenaga kerja. Jika dilakukan penambahan tenaga kerja pada kegiatan kritis yang lain maka jumlah tenaga kerja tidak akan bertambah karena kegiatan kritis tersebut hanya memiliki indeks tenaga kerja yang kecil;
3. Pada kegiatan kritis terpilih tersebut apabila dipercepat dapat mengurangi biaya tidak langsung pada kegiatan tersebut;
4. Apabila mempercepat kegiatan kritis dapat mempercepat durasi proyek secara keseluruhan.
C. Biaya Langsung dan Tidak Langsung
Biaya-biaya dalam suatu proyek terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung (direct cost) adalah biaya untuk segala sesuatu yang akan menjadi komponen permanen hasil akhir proyek. Penentuan biaya tidak langsung berdasarkan hasil dari Studi Praktek Estimasi Biaya Tidak Langsung pada Proyek Konstruksi oleh Soemardi dan Kusumawardani (2010).
Gambar 5.1 Model hubungan biaya tidak langsung pada kontraktor besar.
Berdasarkan grafik diatas pada proyek pembangunan Gedung dengan nilai total proyek sebesar Rp3.957.973.957,00 didapatkan presentase untuk biaya tidak langsung sebesar 6 % dari nilai total proyek tersebut secara detail hitungan seperti contoh dibawah berikut ini :
Biaya Tidak Langsung = 6% x Rp 3.957.973.957,00
Biaya Tidak Langsung / hari =
=
=
Rp1.826.757/ hariBiaya Langsung = Biaya Total Rencana – Biaya Tidak Langsung
= Rp3.957.973.957,00 – Rp237.478.437,00
= Rp 3.720.495.520,00
D. Penerapan Metode Time Cost Trade Off
1. Penambahan Jam Kerja (Waktu Lembur)
Dalam perencanaan penambahan jam kerja lembur memakai 7 jam kerja normal dan 1 jam istirahat (08.00-16.00), sedangkan kerja lembur dilakukan setelah waktu kerja normal (16.00-20.00). Menurut keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.102/MEN/VI/2004 pasal 3, pasal 7 dan pasal 11 standar upah untuk lembur adalah :
1. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 4 (jam) dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu;
2. Memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1.400 kalori apabila kerja lembur dilakukan selama 3 jam atau lebih; 3. Untuk kerja lembur pertama harus dibayar sebesar 1,5 kali upah
4. Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 kali lipat upah satu jam.
Untuk lebih detail besar upah tenaga kerja pada proyek ini dapat dilihat pada Tabel 5.3 sebagai berikut :
Tabel 5.3 Upah Tenaga Kerja
NO JENIS PEKERJA UPAH KERJA
PERHARI UPAH KERJA PERJAM 1 Pekerja Rp 35.000,00 Rp 5.000,00 2 Tukang Kayu Rp 45.000,00 Rp 6.429,00 3 Mandor Rp 40.000,00 Rp 5.714,00 4 Tukang Batu Rp 40.000,00 Rp 5.714,00 5 Tukang Besi Rp 40.000,00 Rp 5.714,00 6 Kepala Tukang Rp 45.000,00 Rp 6.429,00 7 Tukang Baja Rp 45.000,00 Rp 6.429,00 8 Tukang Pipa Rp 65.000,00 Rp 9.285,00
Berdasarkan upah harian maka hasil untuk upah lembur tenaga kerja perhari dan upah lembur tenaga kerja 1 - 3 jam tersaji pada Tabel 5.4 dibawah ini :
Tabel 5.4 Upah Lembur Tenaga Kerja
NO JENIS
PEKERJA Biaya normal
Biaya Lembur
1 jam 2 jam 3 jam
1 Pekerja Rp 35.000,00 Rp 7.500,00 Rp 8.750,00 Rp 9.166,67 2 Tukang Kayu Rp 40.000,00 Rp 8.571,43 Rp 10.000,00 Rp 10.476,19 3 Mandor Rp 45.000,00 Rp 9.642,86 Rp 11.250,00 Rp 11.785,71 4 Tukang Batu Rp 40.000,00 Rp 8.571,43 Rp 10.000,00 Rp 10.476,19 5 Tukang Besi Rp 40.000,00 Rp 8.571,43 Rp 10.000,00 Rp 10.476,19 6 Kepala Tukang Rp 45.000,00 Rp 9.642,86 Rp 11.250,00 Rp 11.785,71 7 Tukang Pipa Rp 65.000,00 Rp 13.928,57 Rp 16.250,00 Rp 17.023,81
Contoh perhitungan upah lembur untuk resource name Mandor sebagai berikut :
1. Contoh perhitungan Biaya Lembur:
Untuk Resource Name : Mandor
Biaya per hari (Standart Cost) : Rp. 45.000,00
Jam kerja per hari : 7 jam/hari
Biaya per jam =
= Rp 6428,58
Biaya lembur per hari:
Lembur 1 jam = Rp. 6428,58 × 1,5 = Rp. 9642,86 Lembur 2 jam = (1,5×6428,58) + 2 (1 × 6428,58) = Rp.22.500,00 Lembur 3 jam = (1,5×6428,58) + 2 (2 × 6428,58) = Rp. 35.357,14
Biaya lembur per jam: Lembur 1 jam = = Rp. 9642,86 Lembur 2 jam = = Rp. 11.250 Lembur 3 jam = = Rp. 11785,71
Produktivitas kerja lembur untuk 1 jam per hari diperhitungkan sebesar 90%, 2 jam per hari diperhitungkan sebesar 80% dan 3 jam per hari diperhitungkan sebesar 70%, dari produktivitas normal. Penurunan produktivitas untuk kerja lembur ini disebabkan oleh kelelahan pekerja, keterbatasan pandangan pada malam hari, serta keadaan cuaca yang dingin. Untuk kegiatan-kegiatan kritis yang akan dipercepat durasi percepatan dihitung berdasarkan penambahan jam lembur dari durasi normal yang ada. Adapun salah satu contoh perhitungannya adalah perhitungan Pekerjaan Galian Tanah Footplat (No Task 7) dibawah ini :
Durasi yang bisa di crash berdasarkan penambahan 1 jam lembur :
∑
Volume = 554,30 m3
Durasi normal = 12 hari
Durasi normal (jam) = 12 × 7 = 84 jam Produktivitas jam normal =
=
6,6 m 3 /jam Maksimal crashing = 10,63 hari
=
11 hari Maka maksimal crashing = 12 hari – 11 hari = 1 hariDurasi yang bisa dicrash berdasarkan penambahan 2 jam lembur :
∑
Volume = 554,30 m3
Durasi normal = 12 hari
Durasi normal (jam) = 12 × 7
= 84 jam
Produktivitas jam normal = =
6,6 m 3 /jam Maksimal crashing = 9,77 hari = 10 hari
Maka maksimal crashing = 12 hari – 10 hari = 2 hari
Durasi yang bisa di crash berdasarkan penambahan 1 jam lembur :
∑
Volume = 554,30 m’
Durasi normal = 12 hari
Durasi normal (jam) = 12 × 7
= 84 jam
Produktivitas jam normal = =
6,6 m
3 /jam
Maksimal crashing
=
8,98 hari = 9 hari Maka maksimal crashing = 12 hari – 9 hari = 3 hari
Hasil perhitungan pengontrolan durasi crashing manual diatas sesuai dengan hasil perhitungan pada Microsoft Project, hasil dari pengolahan Microsoft Project dapat dilihat pada Tabel 5.5, 5.6, dan 5.7