• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanaman

Dalam dokumen Buku Panduan Pertanian di Lahan Gambut (Halaman 142-148)

BAB 8. BUDIDAYA PADI

8.3 Penanaman

Waktu Tanam dan Sistem Pertanaman

Di lahan rawa, umumnya padi unggul ditanam sebanyak dua kali yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Di Kalimantan, penanaman pertama dilakukan pada bulan Oktober dan penanaman ke dua pada bulan Januari/Februari. Jika kondisi air masih memungkinkan, waktu selanya ditanami dengan tanaman palawija atau hortikultura semusim. Di lahan potensial dengan tipe luapan A, bisa ditanami Padi sebanyak 3 kali setahun, kecuali jika airnya tidak memungkinkan di musim kemarau.

Padi dapat ditanam secara mokokultur atau tumpang sari dengan tanaman lainnya. Padi gogo sering ditumpangsarikan dengan tanaman Jagung dengan perbandingan setiap lima baris tanaman padi diselingi barisan tanaman Jagung.

Padi gogo atau sawah juga dapat ditanam dengan sistem wanatani. Di lahan yang ditata sebagai surjan, bagian tabukan ditanami Padi, bagian guludan ditanami tanaman tahunan. Di lahan yang ditata sebagai tegalan, Padi gogo ditanam di antara barisan tanaman tahunan. Jika jarak tanaman tahunan cukup rapat, padi hanya ditanam ketika tajuk tanaman tahunan belum menutupi lahan. Jika jaraknya cukup longgar, Padi dapat terus ditanam tanpa terganggu oleh tajuk tanaman tahunan.

Tumpangsari Padi gogo dengan Jagung pada lahan tegalan

Cara Penanaman

Penanaman Padi sawah bisa dilaksanakan melalui tanam benih langsung dengan sistem tabela (tanam benih langsung) atau tidak langsung melalui persemaian. Sedangkan penanaman Padi gogo sebaiknya dengan tanam benih langsung dengan alat tugal atau atabela (alat tanam benih langsung). Selain kedua cara tersebut, dalam Sub Bab ini juga akan diuraikan mengenai cara tanam sawitdupa dan sistem sonor.

Tabela (Tanam Benih Langsung)

Tabela bisa dilaksanakan dengan menggunakan alat khusus yang disebut atabela (alat tanam benih langsung) yang bisa digerakkan secara manual atau ditarik traktor. Tabela pada lahan sawah dilaksanakan pada kondisi macak-macak. Setelah tanaman berumur kurang lebih 1 minggu, tanah boleh diairi sampai tergenang setinggi 5 cm. Sedangkan di lahan kering tabela bisa menggunakan alat atau secara manual.

Jika menggunakan alat, sistem tabela dilakukan dengan cara mendorong/ menarik alat yang tangkainya telah diisi benih. Secara otomatis, benih akan tertanam dengan jarak, jumlah benih, dan kedalaman tertentu. Seperti biasa, sebelum benih ditebar perlu direndam terlebih dahulu selama 24 jam dan dianginkan selama 2 jam, kemudian diberi pestisida Benlate untuk mencegah serangan Blast.

Jika tabela tidak menggunakan alat, benih ditebar pada lubang larikan yang telah dibuat terlebih dahulu dengan jarak antar larikan 25 cm lalu ditutup dengan tanah dan dipadatkan dengan kaki. Jumlah benih yang diperlukan dengan cara ini kurang lebih 65 butir/meter larikan atau 50 kg/ha.

Dengan cara tugal, benih dimasukkan pada lubang tanam yang dibuat dengan tugal sebanyak 2 - 3 butir per lubang, dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Padi yang agak tinggi dan anakannya banyak menggunakan jarak tanam 25 cm x 25 cm.

Di lahan sawah, sistem tabela terbukti lebih baik karena tidak ada fase stagnasi (tanpa pertumbuhan) seperti yang terjadi pada persemaian yang baru dipindahkan ke lapang. Namun cara ini hanya bisa dilaksanakan pada kondisi tanah agak kering atau maksimun macak-macak. Jika kondisi air di lahan agak tinggi dan sulit dikeluarkan, sebaiknya menggunakan cara persemaian dengan sistem tanam pindah. Hambatan tabela di lahan rawa adalah karena serangan hama orong-orong. Hal ini perlu diantisipasi dengan menggunakan insektisida seperti Carbofuran 3 G atau Furadan.

Pada lahan tegalan, penggunaan atabela terbukti menghasilkan produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan alat tugal karena jumlah malai lebih banyak. Namun atabela membutuhkan benih relatif lebih banyak. Jika ketersediaan benih terbatas, disarankan menggunakan alat tugal. Apabila benih cukup, sebaiknya menggunakan cara atabela karena lebih menguntungkan. Sebagai perbandingan, atabela membutuhkan benih kurang lebih 50 - 60 kg/ha, sedangkan cara tugal 25 - 30 kg/ha.

Persemaian

Tahap-tahap penanaman padi dengan cara persemaian adalah sebagai berikut: 1) Pilih tempat persemaian yang airnya bisa diatur seluas 300 - 400 m2 (untuk pertanaman padi 1 ha) lalu dicangkul, diratakan, dan dibuat bedengan selebar 1,5 - 2 m dengan ketinggian 15 - 20 cm. Bagian pinggirnya dibuat parit dangkal untuk menampung kelebihan air hujan supaya tidak kebanjiran. Jika pH-nya rendah perlu dikapur terlebih dahulu bersamaan dengan pengolahan tanah;

2) Sebelum ditebar, benih dicampur dengan Benomil (Benlate 20 WP) sebanyak 1 gr per 1 kg benih untuk mencegah serangan penyakit blast. Tanah lalu dipupuk dengan urea, TSP, dan KCl sebanyak masing-masing 10 gr/m2. Setelah itu, ditaburi Furadan 3 G sebanyak 1 g/m2;

3) Benih ditebar di bedengan pada kondisi macak-macak. Jumlah benih 25 - 30 kg/ha pertanaman. Setelah berumur 5 hari, benih diairi setinggi 1 cm selama 2 hari. Selanjutnya, bibit bisa diairi setinggi 5 cm. Sekali-kali perlu dikeringkan agar akar tidak terlalu panjang. Setelah berumur 20 -25 hari, bibit dicabut untuk ditanam di sawah;

4) Pada waktu menanam, sebaiknya tanah dalam kondisi cukup air supaya akarnya tidak mudah rusak. Jarak tanam yang digunakan 20 cm x 20 cm untuk Padi bertajuk tegak, 20 cm x 25 cm untuk varietas bertajuk agak melebar, dan 25 cm x 30 cm untuk varietas bertajuk melebar seperti kebanyakan varietas lokal. Usahakan melakukan tandur jajar (menanam secara rapi dan lurus) agar padi tumbuh teratur, dan mudah disiang;

5) Selesai tanam, tanah dibiarkan macak-macak kemudian diberi pupuk dan ditaburi furadan 3 G untuk mencegah serangan orong-orong.

Sawitdupa

Sistem sawitdupa adalah sistem tanam padi sawah dengan sekali mawiwit (semai) dua kali panen. Cara ini sesuai untuk diterapkan pada lahan pasang surut terutama Tipe A yang genangannya relatif tinggi. Cara ini memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak jika dibandingkan dengan menanam Padi unggul saja. Namun jika dibandingkan dengan menanam Padi lokal saja, cara ini lebih menguntungkan. Sawitdupa mulai dikembangkan di Propinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, karena penduduk di kedua propinsi tersebut sangat menyukai beras varietas lokal yang rasanya khas.

Cara penanaman sawitdupa, menggunakan dua jenis Padi yaitu padi varietas unggul yang berumur pendek (seperti IR 66 dan IR 42) dan padi varietas lokal yang berumur panjang seperti Siam, Lemo, dan Pandak. Pada prinsipnya, cara penanaman sama dengan penanaman Padi biasa, tetapi memerlukan pengaturan tempat dan waktu. Padi unggul ditanam sebagaimana menanam Padi unggul, Padi lokal berumur panjang ditanam sebagaimana biasanya menanam Padi lokal berumur panjang di lahan rawa. Tahap-tahap penanamannya sebagai berikut:

- Padi lokal dan unggul disemai bersamaan. Padi lokal disemai di lahan yang tidak terluapi atau tidak tergenangi air. Padi unggul disemai di lahan yang berair atau macak-macak;

- Setelah 20 hari disemai, bibit Padi unggul dipindah di sawah bagian tengah. Luas tanam Padi unggul 60 - 75% dari total luas lahan tanam. Penanaman dilakukan pada bulan Oktober/November (musim tanam I);

- Setelah ampakan (semaian padi lokal) berumur 30 - 40 hari, dipindahkan ke sawah bagian pinggir yang tidak ditanami Padi unggul dengan luas 20 - 40% dari total luas lahan tanam. Jarak tanam menggunakan jarak 30 x 30 cm sebanyak 5-6 batang/rumpun. Tanaman ini disebut lacakan; - Setelah Padi unggul dipanen (pada umur 100 - 115 hari) di bulan Januari/

Februari, sawah dibersihkan dari jerami. Selanjutnya, bibit lacakan dipindah ke seluruh lahan sawah dengan jarak tanam 30 x 30 cm sebanyak 2 - 3 batang/rumpun. Penanaman ini biasanya dilakukan pada bulan Februari/Maret dan dipanen bulan Agustus hingga September.

Sonor

Penanaman Padi sistem sonor banyak dilakukan oleh penduduk asli di Kalimantan Tengah (juga di Sumatera Selatan). Padi ditanam sekali dalam satu tahun dengan cara membabat semak-semak, kemudian membakar serasah, dan menanaminya dengan sistem tugal tanpa dipupuk sama sekali. Padi yang digunakan adalah verietas lokal seperti Bayar, Lemo dan Pandak dan lainnya. Sistem sonor menghasilkan antara 1,5 - 2,0 ton/ha gabah. Sesudah panen, lahan diberakan untuk ditanami lagi setelah 2 - 3 tahun. Kelemahan sistem sonor adalah pembakaran serasah di lahan sehingga dapat menyulut kebakaran gambut yang lebih luas dan mempercepat pendangkalan gambut. Untuk itu, perlu dimodifikasi dengan cara sebagai berikut:

1) Lahan dibuka dengan cara ditebas, lalu dibiarkan dalam beberapa hari supaya kering;

2) Serasah dikumpulkan pada tempat khusus yang dikelilingi parit berair lalu dibakar;

3) Abu ditaburkan ke lahan pertanaman hingga merata;

4) Tanah ditugal dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm, lalu benih ditanam. Lubang ditutup dengan menggunakan abu dapur atau sisa pembakaran semak-semak;

5) Pemeliharaan hanya dilakukan untuk menjaga serangan Babi. Biasanya petani menggunakan Anjing untuk menjaga tanamannya;

P P P P P P P p P P P P P P P p 15 cm P P P P P P P p P P P P P P P p P P P P P P P P P P P P 15 cm P P P P P P P P P P P P 20 cm 20 cm Legowo

Padi sawah dapat ditanam dengan sistem Legowo (Nazam dkk, 2004). Legowo merupakan modifikasi dari sistem mina padi dengan pengaturan jarak tanam antar barisan yang agak longgar dan jarak tanam dalam barisan yang lebih rapat. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 cm x 15 cm. Selanjutnya, jarak tersebut diatur dengan pola jajar empat (4 : 1), artinya empat baris ditanami Padi dan satu baris dibiarkan kosong. Selain itu, juga dapat diatur dengan pola 2 : 1, artinya dua baris ditanami Padi dan satu baris dikosongkan (lihat Gambar 23).

Sistem tanam legowo sering digunakan untuk padi yang akan dibudidayakan secara terpadu dengan ikan atau sering pula disebut sebagai mina padi. Dengan demikian, ruangan longgar diantara tanaman padi dapat digunakan sebagai ruang gerak bagi ikan. Untuk mengantisipasi air surut, dibuat caren mengelilingi lahan. Fungsinya sebagai tempat ikan berlindung ketika air surut (lihat Bab 4 dan Bab 11). Sistem ini belum berkembang di lahan pasang surut karena kualitas air yang masam.

Gambar 23. Pengaturan jarak tanam pada sistem legowo. Legowo pola 4 : 1 (atas), legowo pola 2 : 1 (bawah)

Dalam dokumen Buku Panduan Pertanian di Lahan Gambut (Halaman 142-148)