• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI DAN METODE

6. Penanaman dan Penilaian Tingkat Produksi Rumput Gajah

Effluent dari instalasi gas bio

Penambahan bahan organik (sampah pasar) dengan taraf yang berbeda

Pengayaan dengan tepung kerabang

Penambahan inokulan EM4

Fermentasi bahan organik

Proses pematangan pupuk organik

Pupuk organik

Gambar 6. Diagram Alir Pembuatan Pupuk Organik

6. Penanaman dan Penilaian Tingkat Produksi Rumput Gajah

Penanaman HMT (Hijauan Makanan Ternak) dilakukan pada petak dengan luasan 16 m2 sebanyak 18 petak percobaan, dengan 3 petak perlakuan dan 6 petak sebagai ulangan pada 3 lokasi yang di bedakan berdasarkan ketinggian yaitu lembah, lereng dan puncak. Persiapan petak percobaan berupa kegiatan pembersihan lahan dari rumput alang-alang, setelah pembersihan dilakukan pengolahan tanah dengan pencangkulan, kemudian diberi perlakuan berupa pemupukan dengan pupuk kandang, pupuk organik dan tanpa perlakuan sebagai kontrol. Penanaman rumput

dilakukan seminggu setelah perlakuan. Pemanenan dilakukan dua periode tanam untuk mengetahui tingkat produksi, penilaian tingkat produksi dengan cara penimbangan rumput yang dihasilkan. Proses pengujian lapang dapat dilihat pada Gambar 7.

Pembersihan lahan dan pembagian petak percobaan

Pengolahan tanah dan pemberian perlakuan

Penanaman rumput

Pemanenan dan penimbangan rumput

Gambar 7. Diagram Alir Proses Pengujian Lapang Rehabilitasi Lahan

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati selama pengomposan bahan organik yaitu temperatur, derajat keasaman, kelembaban, tingkat produksi pupuk organik, analisis kimia kulitas pupuk organik. Pada tahap pengujian lapang peubah yang diamati berupa tingkat produksi hijauan pada lahan kritis yang diberi perlakuan pemupukan dengan pupuk organik kombinasi terbaik hasil penelitian utama (P1), pupuk organik pada perlakuan P1 dikombinasikan dengan pupuk anorganik (P2) dan tanpa perlakuan sebagai kontrol (P0).

Temperatur

Temperatur selama pengomposan diamati menggunakan termometerl. Pengukuran dilakukan setiap tiga hari selama empat minggu. Pengukuran temperatur juga dimaksudkan untuk memeriksa tingkat kematangan kompos, proses pengomposan dikatakan telah selesai bila temperatur sudah mendekati temperatur ruang.

Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH pengomposan diukur menggunakan pH meter universal, pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui derajat keasaman proses pengomposan, kompos yang telah matang memiliki derajat keasaman 5-7,5.

Tingkat Produksi Pupuk

Pengukuran tingkat produksi pupuk organik dilakukan setelah proses pengomposan selesai, pada pengamatan tingkat produksi pupuk organik diamati yaitu berat awal bahan organik, berat akhir pupuk kompos, dan tingkat penyusutan pupuk organik yang dihasilkan.

Analisis Kimia Pupuk Organik

Analisis kimia pupuk organik dilakukan untuk menguji kualitas pupuk organik yang dihasilkan, untuk mengetahui kandungan zat-zat hara. Uji kimia yang dilakukan adalah N, P, K, C, rasio C/N, Kapasitas tukar kation (KTK), dan NO-3.

Kadar Nitrogen (N). Sebanyak 0,25 g sampel dimasukan ke dalam labu Kjedahl danditambahkan asam sulfat (H2SO4) sebanyak 2,5 ml dan 0,25 g selen. Larutan didestruksi hingga jernih, kemudian ditambahkan larutan NaOH 40% sebanyak 15 ml. Larutan penampung disiapkan dalam Erlenmeyer 125ml terdiri dari larutan H3BO3 4% dan BCGMR dua atau tiga tetes kemudian didestilasi. Proses destilasi dihentikan jika sudah tidak ada lagi gelembung-gelembung yang keluar dari larutan penampung. Hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,01 N.

Kadar Fosfor (P2O5). Sampel sebanyak 2 g dicampur dengan 10 ml HCl 25% dan disimpan selama + 24 jam. Rendaman tersebut diambil sebanyak 2 ml dan ditambah 18 ml aquades. Larutan hasil pengenceran ditambahkan 0,5 ml NH4 molybdat serta 2-3 tetes SnCl2 kemudian diukur dengan spectrofotometer dengan panjang gelombang 693 nm. Hasil pengukuran yang didapat dibandingkan dengan kurva standar.

Kadar Kalium (K). Sampel sebanyak 1 g ditambahkan dengan 25 ml HCl 25 % kemudian didestruksi. Campuran HNO3 65% dan HClO4 dengan perbandingan 2:1 dan kemudian didestruksi kembali dengan menambahkan 10 ml HCl 37% sampai sampel berwarna putih. Hasil destruksi diencerkan sampai 250 ml. Kemudian dipipet sebanyak 5 ml dan dioencerkan menjadi 10 ml, kemudian diukur dengan menggunakan spektrofotometer AAS (Atomic Absorbtion Spectrofotometer)

Kadar Karbon (C). Sampel kering udara sebanyak 0,25 g dimasukan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 5 ml K2Cr2O7 dan 2,5 ml H2SO4 perlahan-lahan. Larutan dikocok sampai bereaksi sempurna. Sebanyak 1 ml larutan yang telah

dibuat dimasukan ke dalam Erlenmeyer 125 ml dan ditambah 9 ml aquades kemudian dititrasi dengan Fe2SO4 0,1 N dengan indikator diphenylalamin sebanyak dua atau tiga tetes. Titrasi dihentikan jika warna larutan sudah berwarna biru.

Kapasitas Tukar Kation (KTK). Sampel sebanyak 25 g dicampurkan ke dalam NH4 pH 7 sebanyak 50 ml, setelah beberapa menit sampel dibilas dengan alkohol 80%, kemudian dibilas dengan NaCl 10% sebanyak 5 ml, sampel dipipet dan didestruksi. Setelah sampel ditambahka 10 ml H3BO4 4% dan dua tetes BCGMR sebagai indikator, kemudian sampel dititrasi dengan HCl.

Kadar Nitrat (NO3-). Sampel sebanyak 10 g dilarutkan sampai100 ml, kemudian dipipet sebanyak 2 ml dan kemudian dilarutkan kembali sampai 50 ml. Larutan tersebut diambil 5 ml atau 10 ml, kemudian ditambahkan dengan 0,5 ml Brucine 5% dan 2,5% H2SO4 kemudian didinginkan. Sampel tersebut kemudian diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 410 nm.

Tingkat Produksi Hijauan

Penanaman hijauan makanan ternak merupakan aplikasi penggunaan pupuk organik dilahan kritis. Tingkat produksi hijauan makanan ternak diukur dengan berat hijauan yang dihasilkan setelah pemanenan, hijauan yang diperoleh mengindikasikan kemampuan pupuk merehabilitasi lahan dan memenuhi kebutuhan zat-zat hara bagi pertumbuhan tanaman

Rancangan Percobaan

Penelitian yang telah dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu, penelitian pendahuluan berupa survei lapang pada lokasi penelitian, tahap kedua yaitu, pembuatan sampel pupuk organik dan penentuan kombinasi terbaik dengan pengayaan sampah pasar dan kerabang telur dan pada tahap ketiga kegiatan yang dilakukan adalah pengujian pupuk organik pada lahan kritis. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian tahap kedua yaitu, Rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan untuk kualitas pupuk kompos. Faktor yang diuji pada penelitian utama yaitu perlakuan kombinasi effluent dengan penambahan sampah pasar dan kerabang telur pada taraf 10 %, 20 % dan 30 %. Hasil terbaik dari kombinasi penambahan sampah pasar dan kerabang telur ditentukan dengan uji kontras berdasarkan komposisi kimia hasil analisis di laboratorium.

Model matematika Rancangan acak lengkap (Hanafiah, 2004) yang digunakan pada pembuatan pupuk organik yaitu :

Yij = µ+ αi + ij Keterangan : Yij = Respon pupuk yang diamati

µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh perlakuan ke-i (i = 1, 2, 3, 4)

ij = Galat percobaan perlakuan ke-i pada ulangan ke-j (i =1, 2, 3, 4 dan j = 1, 2, 3)

Tahap ketiga penelitian yaitu pengujian lapang, menggunakan Rancangan acak kelompok pola faktorial (RAKF) dengan dua ulangan, pengelompokan berdasarkan perlakuan dan lokasi. Faktor pertama pada pengujian lapang berupa perlakuan rehabilitasi lahan pemberian pupuk organik kombinasi terbaik hasil penelitian utama dengan dosis 20 ton/ha (P1) , pupuk organik kombinasi terbaik 20 ton/ha ditambah pupuk anorganik Urea 200 kg/ha, KCl 150 kg/ha, TSP 150 kg/ha (P2) dan tanpa perlakuan sebagai kontrol (P0). Faktor kedua pengamatan pada pengujian lapang adalah lokasi, dengan penentuan berdasarkan ketinggian tempat dari daerah sekitar yaitu lembah dengan ketinggian 0-50 dpl, lereng + 50 dpl dan puncak + 100 dpl. Untuk melihat interaksi yang terjadi antara kelompok pada

pengujian lapang menggunakan uji lanjut Ls-means. Rancangan acak kelompok pola faktorial (RAKF) dengan dua faktor (Sugandi dan Sugiarto, 1994) ditunjukan dengan model matematika di bawah ini.

Model matematika Rancangan acak kelompok pola faktorial (RAKF) yang digunakan pada pengujian lapang yaitu :

Yijk = µ+ ij + βk + (αβ)jk+ ijk

Keterangan : Yijk = Respon lahan yang diamati µ = Nilai tengah umum

i = Pengaruh kelompok ke-i terhadap µ (i = 1, 2) αj = Pengaruh faktor taraf ke-j (j = 1, 2, 3)

βk = Pengaruh faktor taraf ke-k (k = 1, 2, 3,) (αβ)jk = Interaksi perlakuan faktor ke-j dan ke-k

( j = 1, 2, 3 dan k = 1, 2, 3)

ijk = Galat percobaan faktor ke-i dan ke- k kelompok ke-j (i = 1, 2, j = 1, 2, 3 dan k= 1, 2, 3 )

Dokumen terkait