• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENANAMAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN

B. Penanaman Karakter di Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta

1. Kegiatan yang dilaksanakan dalam penerapan nilai-nilai karakter

Karakter tidak didapatkan sejak lahir, melainkan muncul dari kebiasaan dalam kehidupan kita sehari-hari. Karakter yang diajarkan dan dipraktikkan dalam pendidikan disebut pendidikan karakter. Dalam pendidikan karakter terdapat berbgai macam karakter yang dapat dikembangkan. Di Pondok

66

Wawancara dengan KH. Agus Musyafa‟, Pengasuh TPI al-Hidayah 6 Juli 2018.

67

Fifi Nofiaturrahmah, Metode Pendidikan Karakter Di Pesantren, Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 1, (Juni 2014), 214.

pesantren sendiri meskipun tidak semua macam karakter dapat dipelajari akan tetapi terdapat beberapa macam nilai karakter yang diunggulkan dalam pendidikan di pondok pesantren diantaranya karakter religius, kemandirian, dan tanggung jawab.

Karakter tersebut diterapkan di pondok pesantren karena dinilai tepat untuk diajarkan pada santri dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dijadikan sebagai dasar dari nilai karakter yang lainnya. Meskipun begitu, penanaman karakter yang lain tidaklah dikesampingkan oleh pondok pesantren hanya saja penerapannya tidak sebanyak ketiga karakter tersebut.

Diantara pendidikan karakter yang diajarkan di Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta, nilai religius menjadi karakter yang utama ditanamkan pada setiap santri tanpa terkecuali. Hal tersebut berkaitan dengan visi dan misi pondok ini untuk membina dan mengembangkan sumber daya manusia muslim melaui program pendidikan yang utuh dan terpadu antara pendidikan formal dan pesantren dan menjadi alumnus yang ber-akhlaq al-karimah. Juga berkaitan dengan tujuan pondok pesantren sendiri yaitu mengutamakan pembentukan kepribadian dan sikap mental serta penanaman ilmu-ilmu agama Islam. Penanaman nilai religius ini berfokus pada peningkatan keimanan santri dan kepercayaan santri kepada Allah.

Di Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta, penanaman nilai karakter religius dapat terlihat dalam berbagai kegiatan santri, antara lain salat lima waktu, mengkaji al-Qur‟an, serta mengkaji kitab kuning. Kitab yang dikaji di Pesantren Jamsaren diantaranya adalah kitab Tafsir al-Maraghi, Kitab

Subulussalam. Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut, santri menerima berbagai ilmu dan wawasan bagaimana kewajiban seorang muslim dalam beribadah kepada Tuhan. Bagi santri yang telah menetap dan belajar di pondok pesantren lebih dari satu semester, maka sudah terlihat dapat beradaptasi dengan lingkungan pondok pesantren dan telah memahami bagaimana peranannya sebagai seorang santri yang pada dasarnya belajar di pondok pesantren ialah menuntut ilmu agama Islam, meskipun ada sebagian kecil santri yang lama dan sulit beradaptasi karena berbagai faktor.

Selain penanaman nilai religius, pondok pesantren juga mengajarkan nilai kemandirian dan nilai tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut dapat terlihat dalam berbagai macam kegiatan, pembiasaan serta kurikulum yang diterapkan di pondok pesantren. Nilai kemandirian mengajarkan santri bahwa setiap manusia disamping sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, ia juga harus dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Santri diajarkan kemandirian agar dapat mengetahui seberapa jauh kemampuan dirinya dan dapat mengembangkan potensinya selama berada di pondok pesantren. Kegiatan yang dapat dijadikan sebagai wadah penanaman nilai kemandirian adalah sekolah formal, menyiapkan makan dan dalam hal memilih ekstrakurikuler. Sedangkan pembiasaan yang dapat dijadikan sarana penanaman nilai kemandirian seperti mempersiapkan kebutuhan sekolah serta membersihkan kamar setiap hari. Selain nilai kemandirian adapula karakter lain yang juga diunggulkan oleh pondok pesantren yaitu nilai tanggung jawab. Nilai tanggung jawab yang diajarkan di Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta

pada dasarnya dapat terlihat dalam setiap kegiatan santri. Hal tersebut dikarenakan bahwa setiap kegiatan yang ditetapkan pondok pesantren tersebut wajib dilaksanakan oleh seluruh santri. Dengan adanya kewajiban tersebut, santri dituntut untuk dapat bertanggung jawab dalam menjalankan setiap kegiatan dan dapat menerima segala konsekuensi atas segala sikap dan perilakunya selama menjalankan kegiatan tersebut. Penanaman nilai tanggung jawab tidak hanya mengajarkan santri untuk mampu bertanggungjawab pada dirinya sendiri akan tetapi juga tanggung jawab pada orang lain. Beberapa contoh kegiatan yang dapat menanamkan nilai tanggung jawab tersebut antara lain kewajiban sholat berjamaah, menyetorkan hafalan, melakukan bersih- bersih asrama, olahraga, dan pengaturan jadwal sesuai dengan pilihannya terutama jadwal ekstrakurikuler.

Tabel 3.2. Jadwal Kegiatan Keseharian Santri Jamsaren68

Waktu Kegiatan

04.00-05.45 Jamaah Subuh, Qiro‟atul Qutub, Tahfidzul Qur‟an, Belajar

05.45-07.00 MCK, Makan pagi, berangkat sekolah

07.00-13.45 KBM di Sekolah

13.45-15.00 Pulang sekolah dan istirahat

15.00-16.00 Jamaah asar dan tahfidzul Qur‟an

68

16.00-17.00 Olahraga, bela diri, kaligrafi, dan matematika

17.00-18.15 MCK, Tahfidzul Qur‟an, Jama‟ah Maghrib

18.15-19-15 Ta‟limul Lail

19.15-20.00 Jama‟ah Isya‟ dan makan malam

20.00-22.00 Jam Wajib Belajar

22.00-03.30 Istirahat

03.30-04.00 Qiyamul lail (wajib setiap hari kamis)

Penanaman nilai-nilai karakter dalam setiap kegiatan santri di pondok pesantren memiliki banyak manfaat tidak hanya saat santri belajar di pondok pesantren, tetapi juga saat mereka hidup bermasyarakat. Biasanya akan terlihat perbedaan sikap dan perilaku santri ketika sebelum dan sesudah masuk pondok pesantren. Santri yang semula masih berperilaku buruk, setelah beberapa bulan mengikuti kegiatan dan pembiasaan di pondok pesantren hidupnya menjadi lebih terarah dan lebih rajin beribadah kepada Tuhan. Hal tersebut juga didukung dengan adanya peraturan yang mewajibkan setiap santri untuk mengikuti setiap kegiatan di pondok pesantren baik dalam hal berjamaah, mengaji, ataupun kegiatan lainnya. Bagi santri yang tidak mengikuti kegiatan tanpa izin ataupun melanggar peraturan akan dikenakan sanksi yang sesuai dengan pelanggaran yang ia lakukan. Dengan adanya peraturan tersebut maka

santri menjadi terbiasa untuk melakukannya tanpa perlu diingatkan terus- menerus dan paksaan dari orang lain, sehingga pembiasaan di pondok pesantren dapat berjalan dengan lancar dan dapat diterima dengan baik oleh para santri.

2. Metode penanaman Karakter di Pondok Pesantren Jamsaren

Dalam pondok ini sangat dianjurkan dan diberi kesempatan bagi para santri untuk menempuh pendidikan formal, dengan kata lain mondok dan tetap menempuh pendidikan formal di luar pondok. Sesuai visi dan misi pondok ini membina dan mengembangkan sumber daya manusia muslim melaui program pendidikan yang utuh dan terpadu antara pendidikan formal dan pesantren. Selain itu diharapkan para alumnus mempunyai akhlaq dan ilmu yang dapat bermanfaat bagi masyarakat yang didasari keimanan dan ketaqwaan yang kuat. Metode pendidikan karakter yang dikembangkan pada Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta diantaranya :

a. Metode Pembiasaan, kedisplinan pada pesantren ini sangat diutamakan, karena dengan kebiasaan melakukan hal dengan disiplin maka akan sangat berpengaruh pada karakter santri. Terbukti dengan adanya penjadwalan yang selalu dipantau oleh pimpinan dan pengasuh. Karena dengan pembiasaan seperti belajar malam, bangun salat subuh untuk jamaah akan selalu membekas dan akan menjadikan para santri mempunyai jiwa karakter disiplin baik saat di pondok maupun saat kelak di masyarakat misalnya menjadi imam salat di masjid kelak sebagai bekal hidup di

masyarakat. Dalam momen tertentu di pesantren ini juga selalu mengajarkan kepada para santrinya untuk terbiasa berkurban dengan masyarakat, dengan tujuan untuk bersyukur atas apa yang telah Allah berikan dan saling berbagi dengan masyarakat.

Dengan manajemen pesantren yang baik akan menjadikan santri mempunyai kebiasaan dan karakter yang baik69. Selain itu dalam pengajaran karakter di pesantren ini dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh para ustadz yang ada70. Selain itu ada kegiatan ekstrakulikuler juga kegiatan yang bersifat sosial dan juga organisasi yang akan membentuk karakter baik bagi para santri.

b. Metode memberi motivasi diberikan dengan memberikan rewardkepada para santri yang mempunyai prestasi baik dalam bidang akademik maupun akademik agar lebih semangat lagi dalam belajar dan mengharumkan nama pesantren.

Menjadikan makhluk yang mempunyai jiwa kepemimpinan menjadi salah satu program unggulan pada ponpes Jamsaren. Terbukti dengan adanya Ikatan Santri Jamsaren (ISPJ), sebuah organisasi yang akan memberikan ilmu dan jiwa kepemimpinan pada setiap santri di Jamsaren.

c. Metode kisah dapat membangkitkan kesadaran para santri. Kisah-kisah yang membangun dan memotivasi sangat banyak dalam pendidikan Islam. Selain kisah yang diceritakan pada pengajaran sehari-hari di Jamsaren ini

69

Wawancara dengan Bapak Suntoro, Pegawai Pesantren Jamsaren, pada 15 Mei 2018.

70

juga sering mengadakan bedah VCD Islami71 yang tentunya didalamnya terdapat ilmu-ilmu dan juga kisah untuk menjadikan karakter santri lebih baik lagi. Dengan berbagai penanaman karakter yang ada pada pesantren tersebut tentunya dapat membentuk karakter dari berbagai metode terhadap kegiatan santri yang hasilnya para siswa akan mempunyai arakter yang baik sebagai bekal kehidupan.

d. Metode keteladanan, setelah para santri mendapatkan ilmu dari para guru dan kiai maka para santri diberi kesempatan untuk memberikan ilmu kepada para anak-anak di sekitar pesantren yaitu dengan memberikan keteladanan kepada para peserta pesantren kilat yang diadakan setiap tahun di bulan Ramadhan. Pesantren kilat ini biasanya diikuti oleh kelas 2 SD sampai kelas 8 SMP72, dengan menjadi panitia atau pengisi dalam pesantren kilat tersebut maka santri bisa mempraktikkan apa yang telah diberikan oleh para gurunya dahulu.

3. Penanaman karakter di Pondok Pesantren Jamsaren

Konsep penanaman nilai-nilai karakter santri di Pesantren Jamsaren diimplementasikan melalui kegiatan di bawah ini :

a) Dalam mata pelajaran atau materi program pesantren

Dalam setiap mata pelajaran pasti mempunyai makna dan tujuan yang berbeda-beda. Dalam pembentukan karakter santri pada pesantren ini diantaranya dengan metode pendidikan melalui pengkajian kitab. Kitab

71

Brosur PPDB Pondok Pesantren Jamsaren 2018. 72

yang menjadi rujukan pertama dalam pengajaran karakter di pesantren ini antara lain adalah kitab tafsir dan Ta’lim al- Muta’alim, didalam kedua kitab tersebut dijelaskan secara rinci bagaimana seharusnya kita ini dalam kedudukannya sebagai hamba, sebagai murid, sebagai anak, dan lain sebagainya. Tentunya setelah mendapatkan pengajaran pada kedua kitab tersebut santri akan mempunyai karakter yang lebih baik dari sebelumnya. Selain kedua kitab tersebut program yang diajarkan antara lain qiro’ah al- qutub, tahfidz juz 29-30, Addinul Islam, hadis, fiqih kontemporer, nahwu sorof,Bahasa Arab, tajwid, khitobah dan lain sebagainya.

b) Budaya pondok pesantren

Budaya pesantren merupakan tradisi yang dilakukan sehari-hari (pembiasaan) karena nilai-nilai karakter tidak akan pernah terukir tanpa adanya pembiasaan. Oleh karenanya untuk menerapkan pelaksanaan pendidikan karakter santri, Pondok Pesantren Jamsaren dengan sadar berupaya menciptakan sebuah lingkungan serta budaya yang positif dan Islami bagi seluruh warga pondok pesantren, baik itu santri, pengurus, maupun para ustadz. Budaya yang peneliti temukan dalam penanaman karakter dalam budaya pesantren antara lain sebagai berikut :

1) Budaya Islami : hal ini dapat ditunjukkan dari aspek ucapan, sikap, dan perilaku sehari-hari, para ustadz memberikan teladan yang baik, dan juga dapat dilihat dari cara berbusana, cara menghadap tamu, menghadap kiai.

2) Budaya disiplin : disiplin ditunjukkan dengan cara melakukan segala sesuatu dengan tepat dan melaksanakan tugas dengan maksimal. Para ustadz memberikan teladan yang baik keepada para santri untuk selalu tertib dalam melaksanakan kegiatan baik itu siang ataupun malam. 3) Budaya saling menyayangi : saling menyayangi merupakan budaya

yang sangat baik dilakukan. Di pondok ini seluruh kehidupan di pondok diatur seperti di rumah sendiri atau sperti dalam keluarga. Pimpinan pondok, ustadz, dan santri hubungannya sangat dekat seperti keluarga sendiri. Hubungan tersebut sangat terlihat mislanya apabila ada santri yang sakit langsung diobatkan kedalam klinik kesehatan yang dimiliki oleh peantren, ketika menjelang salat subuh dibangunkan, saat belajar diawasi karena tidak mau melihat para santrinya terjajah oleh kebodohan. Pun saat santri melakukan kenakalan, para ustadz akan selalu menasihati dan memberikan saran agar selalu berbuat baik sesuai dengan aturan yang ada.

c) Pengembangan diri

Implementasi pendidikan karakter di Pondok Pesantren Jamsaren ini juga melalui program pengembangan diri. Program pengembangan diri adalah berbagai macam program tambahan yang diselenggarakan oleh pihak pesantren guna menunjang terwujudnya karakter dan kepribadian siswa , serta kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepara para santri untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, dari setiap santri.

Kegiatan pengembangan diri difasilitasi oleh pihak pesantren dan dibimbing oleh para pengurus dan ustadz yang dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler, adapun kegiatan pengembangan diri di pesantren ini adalah :

1) Keorganisasian, organisasi mengajarkan santri untuk bersosial dan saling membantu kepada seluruh anggota, berkorban untuk kepentingan bersama. Di pesantren ini ada beberapa oraganisasi yang bisa diikuti salah satunya adalah ISPJ yang merupakan kepanjangan dari Ikatan Santri Pondok Jamsaren. Didalam organisasi ini tentunya terdapat para anggota lintas generasi yang salaing bahu membahu mengadakan suatu kegiatan yang bermanfaat demi kemajuan pesantren, baik itu dalam bidang sosial, agama maupun yang lainnya. 2) Seni beladiri, di dalam ekstrakurikuler bela diri, santri diajarkan untuk

dapat melindungi dirinya ketika dihadapkan dalam keadaan yang membahayakan, sehingga melalui ekstrakurikuler tersebut santri dapat menjadi lebih mandiri. Pencak silat di pesantren Jamsaren sendiri dengan mempelajari pencak silat Tapak Suci yang biasanya dilaksanakan secara rutin setiap hari rabu73.

3) Pengabdian kepada masyarakat, dalam kehidupan ini manusia dikenal dengan sebutan makhluk sosial, karena antara satu dengan yang lain salih membutuhkan. Di pesantren ini dalam menjalin kerukunan dengan masyarakat banyak sekali kegiatan yang melibatkan

73

masyarakat sekitar. Hal tersebut sangat baik dalam pembentukan karakter santri, karena selain melihat para santri bisa terjun langsung melakukan kegiatan tersebut. Pengabdian kepada masyarakat ini antara lain mengadakan pesantren kilat setiap bulan Ramadhan dimana pesertanya adalah murid seetingkat SD dan SMP, pengjaran TPA dimana dalam program ini para santri bisa belajar membagikan ilmu yang dimiliki kepada para anak-anak TPA yang ikut mengaji, pengajian umum yang biasanya diadakan pada hari-hari besar Islam atau memperingati momen penting lainnya, yang terakhir adalah melakukan qurban dengan masyarakat, hal tersbut sangat banyak manfaatnya, selain dapat ,mempererat hubungan dengan masyarakat juga dengan langsung mengajari santri untuk saling peduli dan berbagi.

Dokumen terkait