• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ PADA AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 MENURUT TAFSIR JALALAIN DAN AL- MARAGHISERTA RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER SANTRI (Studi Multi Situs Pada Pondok Pesantren TPI Al-Hidayah, Limpung, Batang dan Pondok Pesantren Jam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ PADA AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 MENURUT TAFSIR JALALAIN DAN AL- MARAGHISERTA RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER SANTRI (Studi Multi Situs Pada Pondok Pesantren TPI Al-Hidayah, Limpung, Batang dan Pondok Pesantren Jam"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ

PADA AL-Q

UR’AN

SURAT LUQMAN AYAT 12-19

MENURUT

TAFSIR JALALAIN

DAN

AL-MARAGHI

SERTA RELEVANSINYA TERHADAP

PENDIDIKAN KARAKTER SANTRI

(

Studi Multi Situs Pada Pondok Pesantren TPI Al-Hidayah,

Limpung, Batang dan Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta 2018)

oleh

BUDI PRASETYA

NIM. 12010160056

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

untuk gelar Magister Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Konsep Pendidikan Akhlak Pada Al-Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19 Menurut Tafsir Jalalain Dan Al-Maraghi Serta Relevansinya Terhadap Pendidikan Karakter Santri (Studi Multi Situs Pada Pondok Pesantren TPI al-Hidayah, Limpung, Batang Dan Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta 2018). Tesis Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2018, Pembimbing Dr. H. Miftahuddin, M.Ag.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (a) mengetahui konsep pendidikan akhlaq dalam Q.S. Luqman menurut Tafsir Jalalain dan al-Maraghi, (b) mendeskripsikan perbedaan penekanan pada kedua tafsir, (c) menjelaskan relevansi konsep pendidikan akhlak menurut kedua tafsir dengan pendidikan karakter di Pondok Pesantren.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif di dalam penyusunannya menggunakan metode kajian pustaka dan field research (penelitian lapangan). Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan: a) konsep pendidikan akhlak pada Q.S Luqman ayat 12-19 pada Tafsir Jalalain adalah cara berakhlak kepada Allah, manusia, dan alam semesta. b) pada Tafsir al-Maraghi konsep akhlaknya adalah syukur, menyayangi anak, berbuat baik kepada orang tua, tobat dan sabar. c) penanaman karakter pada TPI al-Hidayah dilakukan dengan metode pembiasaan, keteladanan, pemberian motivasi, persuasi. Sedangkan dalam menanamkan karakter di Pesantren Jamsaren menggunakan metode keteladanan, pembiasaan, menceritakan kisah, dan memberi motivasi yang kemudian diintegrasikan pada pembelajaran baik itu dalam kajian, maupun kehidupan lain seperti ekstrakurikuler. d) konsep pendidikan akhlak pada tafsir Jalalain mempunyai relevansi terhadap pendidikan karakter di TPI al-Hidayah dan konsep pendidikan akhlak pada tafsir al-Maraghi mempunyai relevansi terhadap pendidikan karakter di Ponpes Jamsaren, yaitu menjadikan santri lebih bersyukur, sabar, tawadhu’, berbakti kepada orangtua, penyayang, disiplin, rendah hati.

(6)

ABSTRACT

Concept of Morals Education In Qur‟an Surah Luqman Verses 12-19 According to Tafsir Jalalain And Al Maraghi And Its Relevance To The Character Education Of Santri(Multi Site Study On Pondok Pesantren TPI Al Hidayah, Limpung, Trunk And Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta 2018). Thesis of Islamic Education Studies Program, Graduate Program, State Islamic Institute of Salatiga, 2018, Advisors. H. Miftahuddin, M.Ag.

The purpose of this study is to (a) knowing the concept of education in Q.S. Luqman according to Tafsir Jalalain's, (b) knowing the concept of education in Q.S. Luqman according to the Tafsir al-Maraghi, (c) describes the difference of emphasis on both Tafsir, (d) explains the relevance of the concept of Morals according to both Tafsir with character education at the Ponpes of TPI al-Hidayah and Jamsaren.

This research is a qualitative research using material-and sources of moral education and character used in the field of research. The research used in the preparation using the method of literature review and field, namely by reviewing teaching materials and interviews, such as books of interpretation and others. The data generated through the words of the interview and presented the form description is not a number.

Based on the results of research conducted can be summarized as follows: a) the concept of moral education on Q.S Luqman verses 12-19 existing in Tafsir Jalalain is a way of morals to God, morals to humans, and morals to the universe. b) on Tafsir al Maraghi the concept of akhlaka is gratitude, loving children, do good to parents, repentance and patient. c) character building on the TPI Al-Hidayah is carried out by the method of habituation, exemplary, giving motivation, persuasion. Whereas in instilling character in Jamsaren use exemplary methods, habituation, telling stories, and giving motivation which is then integrated into learning both in studies, and other life such as extracurricular activities.

(7)

MOTTO

Al-Qur‟an di turunkan oleh Allah SWT untuk dijadikan pedoman manusia dalam hidup. Salah satu manusia terbaik adalah manusia yang mempunyai

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, serta pertolongannya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Salawat serta salamtidak lupa penulis sampaikan untuk baginda Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah memberika tauladan yang baik kepada umatnya, sehingga memberikan motivasi tersendiri bagi penulis dalam menuntut ilmu pengetahuaan dan menyelesaikan tesis ini.

Tesis yang berjudul Konsep Pendidikan Akhlaq Pada Qur‟an Surat Luqman menurut Tafsir Jalalain dan Tafsir al-Maraghi serta relevansinya terhadap pendidikan karakter santri (studi multi situs pada Pondok Pesantren TPI al-Hidayah Limpung, Batang dan Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta Tahun 2018) ini disusun guna memberikan kontribusi di bidang keilmuan. Dalam penyusunannya, penelitian ini tidak dapat terseleaikan dengan mudah tanpa adanya bantuan, dukungan, arahan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati penulis ingin berterimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga dengan segala kebijaksanaanya memudahkan dalam terselesaikannya tesis ini.

3. Bapak Hammam, Ph.D. selaku Kaprodi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana.

4. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku dosen pembimbing tesis, yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, petunjuk-petunjuk penyusunan tesis, dan memberikan tambahan wawasan mengenai toleransi, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

(9)

6. Bapak KH. Agus Musyafa‟ Sya‟ir selaku pemgasuh Pondok Pesantren TPI al-Hidayah dan Bapak Muqorobin selaku Ketua Yayasan Pondok Pesantren Jamsaren, beliau-beliau yang telah memberika ijin bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian di pondok pesantren TPI al-Hidayah dan Pondok Pesantren Jamsaren.

7. Bapak-bapak pengurus pondok pesantren TPI al-Hidayah dan Jamsaren, yang telah membantu peneliti untuk melancarkan penggalian informasi di pondok pesantren.

8. Bapak dan Ibu saya tercinta Bapak Waryoto dan Ibu Tualmi, yang tidak henti-henti selalu memberikan support dan doanya, sehingga saya bisa menjadi orang yang berguna menempuh pendidikan sejauh ini.

9. Saudara saya Eri Apriliani Prastikasari dan Belahan Jiwa saya Dita Aprilianingrum, S.Pd. yang selalu memberi semangat dan dukungan bagi pendidikan saya.

10. Teman-teman yang telah membantu saya selama kuliah M. Ahsan Basit, S.Pd., Kang Joko Triyono, Nur Said, S.Pd. , serta M. M. Alwi, M.Pd., yang telah membantu dan saya repotkan selama perkuliahan berlangsung.

11. Semua teman-teman Pascasarjana 2016 kelas C dan semua teman saya, terima kasih telah memberika sumbangsih keilmuan dan pengalamannya, sehingga memberikan banyak pelajaran bagi saya, dan teman-teman yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir, semoga kita selalu dalam rahmat Allah SWT dan selalu bisa menjadi orang yang lebih baik dan berguna bagi sesama dan agama kita.

Salatiga, 27 Juli 2018

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO .. ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Signifikansi Masalah ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Penelitian Terdahulu ... 7

2. Kerangka Teori ... 9

E. Metode Penelitian ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 14

(11)

A. Profil Pondok Pesantren TPI al-Hidayah ... 16

B. Profil Pondok Pesantren Jamsaren ... 17

C. Konsep Pendidikan Akhlaq pada Q.S. Luqman Ayat 12-19 1. Menurut Tafsir Jalalain ... 20

2. Menurut Tafsir al-Maraghi ... 25

BAB III PENANAMAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN A. Penanaman Karakter di Pondok Pesantren TPI al-Hidayah ... 30

B. Penanaman Karakter di Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta ... 36

BAB IV Relevansi Pendidikan Akhlaq dengan Pendidikan Karakter A. Pada Pondok Pesantren TPI al-Hidayah ... 47

B. Pada Pondok Pesantren Jamsaren ... 49

BAB IV PENUTUP A. Simpulan ... 51

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 56

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel ... ... Halaman 3. 1. Kegiatan Santri TPI al-Hidayah ... 31

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ... Halaman 1. Pedoman Wawancara ... 56

2. Dokumentasi/Gambar Tentang Pondok Pesantren... 62

(14)
(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah kitab yang Allah SWT turunkan kepada Nabi

Muhammad yang diutus untuk umat manusia. Dunia pendidikan adalah salah

satu yang menjadikan al-Qur‟an sebagai sumber dalam pelaksanaan dan

pengajarannya, terutama Pendidikan Agama Islam. Karena al-Qur‟an bagi umat

Islam adalah sebagai sumber hukum dan pedoman hidup menuju kebahagiaan

dunia dan akhirat1.

Pendidikan Agama Islam memiliki peranan penting dalam membentuk

peserta didik yang bertaqwa dan beriman kepada Allah. Terutama sekolah

madrasah sebagaimana dalam buku karya Charlene Tan2 yaitu :

All madrasahs today adopt a government-approved madrasah curriculum consisting of 70% general subjects and 30% religious subjects. Recognised as on par with the public school in the educational Act of No. 2/1989, madrasahs follow the national curricula fully and their graduates may continue their studies at both Islamic and secular public religious studies (PAI) per week, the madrasah offer about five hours per week. Furthermore, the madrasahs offer additional Islamic subjects such as Aqidah, (theology), Akhlaq (virtue), and Islamic History.

1Bukhori A. Shomad,”Tafsir Al

-Qur‟an & Dinamika Sosial Politik (Studi Terhadap Tafsir Al-Azar Karya Hamka)”, Jurnal TAPIs, Vol. 9 No. 2 (Juli-Desember 2013), 85.

2Charlene Tan,”

Islamic Education and Indoctrination: The Case in Indonesia”, New

(16)

Terlebih pendidikan masa sekarang banyak mengalami dekadensi moral

serta hilangnya nilai-nilai sosial yang banyak ditandai dengan adanya pergaulan

bebas, minuman keras, tawuran, narkoba, dan hal tercela. Hal ini adalah

sebagian dari perilaku menyimpang di kalangan pelajar, remaja, pemuda serta

masyarakat. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan dalam perkembangan

kemajuan negara Indonesia.

Realita lain yang terjadi dalam lembaga pendidikan saat ini adalah titik

berat pendidikan masih banyak menitik beratkan pada aspek kognitif. Penentu

kelulusanpun masih lebih pada prestasi akademik dan menomorduakan akhlaq

dan budi pekerti. Dengan demikian pendidikan dipandang sebagai salah satu

aspek pokok dalam membentuk generasi mendatang. Dengan membentuk

akhlaq siswa yang belajar agar mempunyai pondasi yang kuat untuk selalu

melakukan akhlaq yang baik.

Dalam mempelajari pendidikan akhlaq dalam pendidikan Islam, rujukan

yang wajib untuk dirujuk sebagai dasar adalah al-Qur‟an. Seperti yang

dikemukakan oleh Jurana dkk. yaitu

In akhlaq education, the standard of right and wrong refers to Alqur’qn and A -ssunah. Moral education teaches awareness toward and responsibility to God, fellow human beings environment, and self. Terminologically, akhlaq the behavior of a person urged by a concious desire to do something good ...and the standards of akhlaq are Al-Qur’an dan As-Sunah3.

3Jurana dkk,”

Integrating Makna As The Curriculum Foundation For Accounting

(17)

Salah satunya tafsir, karena menafsirkan al-Qur‟an menjadi urgen, karena tafsir adalah kunci pembuka perbendaharaan ilmu yang terkandung

dalam al-Qur‟an dan ilmu-ilmu yang demikian sangat berguna untuk kebaikan

umat manusia. Tanpa tafsir, hal-hal yang berharga tersebut tidak mungkin bisa

dicapai, meski pembacaan terhadap al-Qur‟an dilakukan berulang-ulang4. Tafsir Jalalain dan Tafsir al-Maraghi adalah dua tafsir yang memiliki konten tersendiri dalam penafsirannya.

Tafsir Jalalain yang ditulis oleh Jalaluddin Mahalli dan Jalaluddin al-Suyuti ini memiliki tempat tersendiri di hati kaum muslimin. Sampai saat ini,

masih marak dikaji dan dipelajari oleh berbagai lapisan masyarakat, tanpa

terkecuali di Indonesia, terutama di pesantren-pesantren tradisional5. Martin

Van Brunessen dalam karyanya, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia menyebutkan bahwa Tafsir Jalalain adalah sebuah kitab tafsir yang dapat ditemukan di mana-mana. Ia menempatkan Tafsir Jalalain pada urutan pertama sebagai kitab tafsir terbanyak yang dikaji oleh pesantren-pesantren di penjuru Nusantara6.

Menurut Malik Madany7 secara garis besar ada 2alasan mengapa Tafsir Jalalain masih tetap di apresiasi, yaitu karena pembahasannya yang lugas,

4

Abd al-„Azim al-Zarqani, Manahilal-‘Irfan, ed. Fawwaz Ahmad, Beirut: Dar Kitab

al-„Arabi, 1995, 6.

5A. Malik Madany,”Israiliyyat dan Maudu’at

dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi Tafsir al

-Jalalain)”, Disertasi, UIN Sunan Kalijaga, 2009, 5.

6

Martin Van Brunessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, Tradisi-tradisi Islam di Indonesia, Bandung: Mizan, 1999, 198.

7

(18)

singkat, sederhana, dan mudah dipahami, juga karena dua penulisnya adalah tokoh penting dalam aliran fikih Syafi‟i yang notabene merupakan aliran fikih

yang dianut mayoritas umat muslim di negeri ini.

Sedangkan Tafsir al-Maraghi merupakan tafsir dari Ahmad Mustafa Ibn Mustafa Ibn Muhammad Ibn „Abd al Mun‟im al-Maraghi yang lahir di

Maraghi, Propinsi Suhaj, kira-kira 700 km kearah selatan Kairo8. Tafsir ini

merupakansalah satu kitab tafsir terbaik di abad modern ini. Dalam

menjelaskan pengertian kata-kata secara bahasa, dua atau lebih ayatal-Qur‟an

yang mengacu pada suatu tujuan yang menyatu.

Adolescent akhlaq focuses on three domains which are akhlaq toward Allah, oneself, and human being9. Dengan ditafsirkannya al-Qur‟an dalam Tafsir Jalalain danTafsir al-Maraghi tentu memuat tentang pendidikan akhlaq yang harus diteladani bagi peserta didik. Dengan dipahaminya tafsir surat Luqman

oleh para santri, maka tujuan dari pendidik adalah agar para peserta didik

mempunyai akhlaq seperti yang ada dalam tafsir tersebut. Dengan hal demikian

maka penelitian ini berusaha mengumpulkan materi tentang tafsir al-Qur‟an

Surat (selanjutnya ditulis Q.S.) Luqman ayat 12-19 yang diajarkan pada

pesantren TPI al-Hidayah dan Jamsaren Surakarta serta bagaimana relevansinya

8

Hasan Zaini, Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Tafsir al-Maraghi, Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1997, 15.

`9Siti Soraya Lin Abdullah Kamal and Faizah Abd. Ghani,”Emotional Intelegence And Akhlaq Among Muslim Adolescents In One Of The Islamic School In Johor, South Malaysia”,

(19)

terhadap pendidikan karakter peserta didik yang telah mendapatkan pengajaran

tentang tafsir surat tersebut dalam pesantren masing-masing.

B. Rumusan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan, maka untuk lebih memperjelas arah yang

tepat dalam penulisan tesis ini, perlu adanya pembatasan masalah dalam

membahasnya. Maka dari itu penulis membatasi permasalahan dalam penulisan

tesis ini sebagai berikut :

1. Bagamaina konsep pendidikan akhlaq pada Q.S. Luqman ayat 12-19 menurut

Tafsir JalalaindanTafsir al-Maraghi?

2. Bagaimana penanaman pendidikan karakter di Pondok Pesantren TPI

al-Hidayah dan Pondon Pesantren Jamsaren?

3. Bagaimana relevansi konsep pendidikan akhlaq pada Q.S. Luqman ayat 12-19

menurut Tafsir Jalalain pada Ponpes TPI al-Hidayah dan Tafsir al-Maraghi pada Ponpes Jamsaren Surakarta terhadap pendidikan karakter santri?

C. Signifikansi Penelitian

1. TujuanPenelitian

a. Mendeskripsikan konsep pendidikan akhlaq pada Q.S. Luqman ayat

12-19 menurut Tafsir Jalalain danTafsir al-Maraghi.

b. Mendeskripsikan penanaman pendidikan karakter di Pondok Pesantren

TPI al-Hidayah dan Pondon Pesantren Jamsaren.

c. Mendeskripsikan relevansi konsep pendidikan akhlaqpada Q.S. Luqman

(20)

Tafsir al-Maraghi pada Ponpes Jamsaren Surakarta terhadap pendidikan karakter santri.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan

ilmiah untuk perkembangan pendidikan di Indonesia, khususnya

pendidikan akhlaq dalam pembelajaran PAI.

b. Secara praktis

1) Bagi peneliti memberikan pengetahuan dan wawasan baru tentang

pendidikan akhlaq dalam Q.S. Luqman ayat 12-19 dan relevansinya

terhadap pendidikan karakter.

2) Bagi pesantren

a) Dapat meningkatkan pengetahuan tentang pendidikan akhlaq pada

Q.S. Luqman ayat 12-19 dalam pembelajaran PAI.

b) Sebagai tambahan informasi untuk memperluas wawasan tentang

pendidikan akhlaq pada Q.S. Luqman ayat 12-19 dalam

pembelajaran PAI.

3) Bagi akademik

a) Dapat menambah studi ilmiah tentang pendidikan akhlaq pada Q.S.

(21)

b) Dapat berguna untuk mewujudkan akhlaq yang baik pada peserta

didik sesuai dengan yang ada pada al-Qur‟an.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian-penelitian yang dipandang berkaitan dengan judul yang

diteliti oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Penelitian-penelitian terdahulu

Tesis berjudul “Pemikiran Imam al-Ghazali Tentang Pendidikan

Akhlaq” karya Luqman Latif10, dalam penelitiannya ditemukan bahwa Imam al-Ghazali tidak mengaharuskan pendidik untuk menggunakan

metode tertentu, dan juga materi yang beliau tawarkan terdiri dari

pendidikan akhlaq terhadap Allah SWT, pendidikan akhlaq terhadap diri

sendiri, dan pendidikan akhlaq terhadap orang lain. Penelitian diatas

menggunakan kitab kitab Ihya’ Ulumuddin dalam menganalisa akhlaq,

sedangkan tesis ini menggunakan tafsir al-Qur‟an.

Tesis berjudul Implementasi Pendidikan Akhlaq Mulia Terhadap Santri Pondok Pesantren Modern Miftahunnajah Trini Trihanggo Gamping Sleman11 karya Rasmuin yang mengemukakan bahwa implementasi pendidikan akhlaq mulia di pesantren Miftahunnajah

10Lukman Latif, “Pemikiran Imam al

-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlaq”, Tesis, UIN Malang, 2016.

11Rasmuin, “Implementasi Pendidikan

Akhlaq Mulia Terhadap Santri Pondok Pesantren

(22)

dilakukan secara integral melalui dua poin utama, yaitu pengajaran dan

pembiasaan.

Buku berjudul Belajar Dari Luqman al-Hakim, karya Barsihannor dalam buku ini dikemukakan bahwa seorang Luqman Hakim memberi

pelajaran kepada anaknya dan bertaqwa pada Tuhan dan penerapannya

dalam kehidupan. Perbedaan dengan tesis ini adalah cara pandangnya

karena tesis ini menganalisis pendidikan akhlaq pada Luqman dengan dua

tafsir.

Buku karya Syaikh Jamal Abdurrahman yang berjudul Islamic Parenting, Pendidikan Akhlaq Metode Nabi Muhammad SAW.,menjabarkan bagaimana cara nabi mendidik generasi muda Islam pada masa itu mulai dari anak yang baru lahir sampai memasuki usia

pranikah, di dalam buku ini juga terdapat penjelasan tentang Q.S Luqman

tetapi hanya gambaran umum saja. Perbedaan dengan penelitian ini adalah

dari segi sumber utama, kalau buku diatas menggunakan hadis Nabi

sedangkan tesis ini mengguanakan perbandingan dua tafsir yang

terkemuka.

Artikel berjudul Kisah Luqman al-Hakim Dalam Al-Qur’an Sebagai Primadona Pendidikan Keluarga Berbasis Kesetaraan Gender Menurut Perspektif Pendidikan Islam karya Abdullah K. yang menyimpulkan bahwa Luqmanal-Hakim di zamannya tampil sebagai orang

(23)

pendidikan keluarga, sebagaimana diabadikan dalamal-Qur‟an secara

khusus surah Luqman12.

2. Kerangka teori

a. Pendidikan Akhlaq

Dalam dunia pendidikan, ada dua istilah yang hampir sama bentuknya

dan juga sering digunakan, yaitu paedagogie dan paedagogik. Paedagogie berarti pendidikan sedangkan paedagogik artinya ilmu pendidikan13. Adapun menurut Tim Dosen FIP-IKIP Malang,

pendidikan adalah ilmu yang sistematis atau pengajaran yang

berhubungan dengan prinsip-prinsip atau metode-metode mengajar,

pengawasan dan bimbingan murid dalam arti luas digantikan dengan

istilah pendidikan14.

Menurut Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin15, akhlaq adalah

suatu perangai yang menetap kuat dalam jiwa seseorang dan

merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari

dirinya, secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan atau

direncanakan sebelumnya.Akhlaq merupakan dasar dari pengetahuan

12Abdullah K.,”Kisah Lukman Al Hakim Dalam Alqur‟an Sebagai Primadona Pendidikan

Keluarga Berbasis Kesetaraan Gender Menurut Perspektif Pendidikan Islam”, An Nisa’: Jurnal

Studi Gender dan Islam, Vol. V, No. 1 (2012), 61.

13

M. Djumransjah, Filsafat Pendidikan, Malang: Bayumedia Publishing, 2008, 21.

14

Tim Dosen FIP-IKIP, “Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan”, Surabaya: Usaha

Offset Printing, 2003, 3.

15

(24)

Islam sebagaimana dikemukakan oleh Farish A. Noor, Yoginder

Sikand & Martin van Bruinessen16 “ ... a basic of knowledge of Islam :

‘aqa’id (the articles of faith) and akhlaq (morality); the...”. Dari beberapa

pengertian diatas dapat dikatakan bahwa akhlaq adalah keadaan batin

yang menjadi sumber lahirnya suatu perbuatan yang lahir secara

spontan, mudah, tanpa banyak perhitungan yang timbul karena

pengetahuan agama yang dimiliki. Sedangkan tujuan pendidikan

akhlaq adalah membuat amal yang dikerjakan menjadi nikmat,

seseorang yang dermawan akan merasakan lezat dan lega ketika

memberikan hartanya dan ini berbeda dengan orang yang memberikan

hartanya karena terpaksa. Seseorang yang merendahkan hati, ia

merasakan lezatnya tawadhu’17. Dasar pendidikan akhlaq terdapat

pada ayat al-Qur‟anAsy-Syu’ara ayat 137.







137. (agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.

16Farish A. Noor, dkk,”The Madrasa In Asia”, Amsterdam: Amsterdam University Press,

1998, 127.

17

(25)

Akhlaq yang diajarkan dalam al-Qur‟an bertumpu pada aspek fitrah

yang terdapat dalam diri manusia dan wahyu serta tekad dan kemauan

manusiawi.

Kebanyakan akhlak disamakan pengertiannya dengan moral, karakter,

dan juga nilai, akan tetapi dari istilah tersebut mempunyai perbedaan.

Akhlaq adalah suatu perangai yang menetap kuat dalam jiwa seseorang

dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari

dirinya, secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan atau

direncanakan sebelumnya. Moral berasal dari kata bahasa Latin mos18 (jamak dari mores) yang artinya kebiasaan, yang di dalamnya berisi ajaran baik atau buruk yang diterima masyarakat mengenai perbuatan,

sikap, dan kejiwaan.

b. Tafsir Q.S Luqman

Tafsir adalah penjelasan lebih lanjut tentang ayat-ayat al-Qur‟an yang

dilakukan oleh mufassir19.

Tafsir dan ilmu tafsir adalah dua hal yang berbeda, tafsir adalah penjelasan dan keterangan tentang al-Qur‟an sedangkan ilmu tafsir adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana cara menerangkan atau menafsirkan al-Qur‟an. Gambaran pengertian yang lebih mudah tentang ilmu tafsir adalah sarana atau alat yang sedangkan tafsir adalah produk yang dihasilkan oleh ilmu tafsir20.

18

K. Bertens, Etika, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2002, 12.

19

Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, 310.

20

(26)

Tafsir Jalalain adalah tafsir dengan metode ijmali21, yaitu menafsirkan ayat dengan cara mengemukakan maknanya secara global.

Sistematikanya mengikuti urutan surat al-Qur‟an secara tauqifi, sehingga makna-maknanya saling berkorelasi. Penyajian dalam metode

ini menggunakan ungkapan yang tersari dalam al-Qur‟an sendiri

dengan menambahkan kata atau kalimat penghubung, sehingga

memudahkan para pembaca memahaminya. Dalam metode ijmali, mufassir juga meneliti, mengkaji, dan menyajikanasbab annuzul ayat dengan meneliti hadis dan sejarah yang ada hubungannya dengan atsar sahabat dan generasi awal Islam. Nama surat ini diambil dari Luqman

al-Hakim, yaitu seorang bapak yang bijaksana yang hidup di zaman

nabi Dawud dan pernah menimba ilmu dari nabi Dawud22.

Tafsir al-Maraghi terdiri dari 10 jilid, setiap jilid berisi 3 juz al-Qur‟an, Tafsir al-Maraghi dicetak untuk pertama kalinya pada awal

tahun 136523. Sedangkan metode yang digunakan dalam penulisan

Tafsir al-Maraghi adalah metode tahlili (analisis)24. Nama Q.S. Luqman diambil dari seorang yang dikisahkan dalam surat tersebut

yaitu Luqman al-Hakim. Dalam tafsir ini Luqman al-Hakim adalah

seorang tukang kayu, kulitnya hitam dan termasuk diantara penduduk

21Muhammad Husin,”Metodologi Penafsiran Alqur‟an”,

Jurnal Darussalam, Vol. 7, No. 2(Juli-Desember 2008), 102.

22

Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an..., 311.

23

Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi..., 20.

24

(27)

mesir yang berkulit hitam yang hidup sederhana. Dimana Allah telah

memberinya hikmah dan menganugerahkan kenabian kepadanya25.

c. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari

seorang guru untuk mengajari nilai-nilai kepada siswanya26.

Pendidikan karakter merupakan sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter peserta didik, yang mengandung komponen pengeahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil27.

Dengan demikian pendidikan karakter dapat diartikan sebagai

pendidikan untuk mengajarkan siswa untuk dapat mempunyai nilai

hidup keseharian yang baik dan menjadi kebiasaan bagi dirinya

seterusnya.

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan pustaka dan

pendekatan penelitian lapangan (field research). Pendekatan pustaka diambil dalam mencari sumber teori dan rujukan dalam penelitian ini. Sedangkan

pendekatan lapangan untuk mengamati kejadian sehari-hari yang berkaitan

25

Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi..., 79.

26

Muchlas Samani & Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011, 43.

27

(28)

dengan penelitian untuk memperoleh sudut pandang obyek yang diteliti.

Penelitian ini meneliti dari sumber rujukan kemudian berangkat ke lapangan

untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan

alamiah. Dengan demikian maka pendekatan ini terkait erat dengan

pengamatan berperan serta. Penelitian lapangan biasanya membuat catatan

lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya dan dianalisis

dalam berbagai cara28.

2. Subyek dan Lokasi Penelitian

Subyek penelitian ini adalah ustadz,santri, dan semua yang terlibat dalam

Ponpes TPI al-Hidayah yang berlokasi di Desa Plumbon, Kecamatan

Limpung, Kabupaten Batang dan Jamsaren Surakarta di Jalan Veteran 263

Serengan, Surakarta.

3. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi

Dengan observasi peneliti mengobservasi sikap dan perilaku santri

diPonpes TPI al-Hidayah yang berkaitan dengan pendidikan akhlaq

karakter sesuai dengan tafsir Q.S. Luqman ayat 12-19 menurut Tafsir Jalalain dan di Ponpes Jamsaren Surakarta yang berkaitan dengan pendidikan akhlaq dan karakter sesuai dengan tafsir Q.S. Luqman ayat

28

(29)

19 menurut Tafsir al-Maraghi yang kemudian dihubungkan dan dicerna dengan berbagai teori yang berkesinambungan.

b. Wawancara mendalam

Wawancara ini dilakukan dengan kiai, ustadz, dan yang terkait dengan

pendidikan akhlaq dan karakter sesuai dengan tafsir Q.S. Luqman ayat

12-19 dengan merekamnya saat wawancara dilaksanakan.

c. Dokumentasi

Dengan dokumentasi peneliti mencari data dari dokumen-dokumen

penting, gambar, rekaman, dan sebagainya yang berkaitan dengan karakter

siswa sesuai dengan akhlaq surat Luqman ayat 12-19.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menganalisis sekumpulan sumber kitab

tafsir, buku, artikel, atau rujukan lain, serta sekumpulan hasil wawancara,

pengamatan, catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, dan

sebagainya sehingga data penelitian memiliki banyak variasi. Proses analisis

data dimulai dari mengorganisasikan seluruh data yang telah terkumpul dari

berbagai sumber. Data tersebut kemudian diberi kode-kode dan

dikelompokkan sesuai tema permasalahan atau pertanyaan penelitian. Setelah

dikelompokkan dalam satu tema yang sama, data kemudian dibaca kembali,

ditelaah dan dipelajari.

Data yang telah dikelompokkan tersebut kemudian disusun kembali

menjadi rangkuman inti sesuai dengan tema. Proses analisis kemudian

(30)

paparan yang mendalam berdasarkan pemahaman peneliti selama proses

pengumpulan data sampai menemukan esensi dari fenomena yang diteliti.

Peneliti menjelaskan secara sistematis dan logis tentang bagaimana fenomena

itu terjadi. Untuk membantu agar peneliti mampu menganalisis data secara

mendalam dengan penjelasan yang tepat, peneliti dapat mengkaji

kepustakaan, mengkonfirmasikan temuan dengan teori yang telah ada

sebelumnya29.

F. Sistematika Penelitian

Agar penelitian tersusun dengan baik, sistematis, dan terarah, maka secara

konferehesif penelitian ini disusun dengan sistematika pembahasan sebagai

berikut:

1. Bagian Awal

Bagian awal meliputi halaman halaman judul, halaman pengesahan,

halaman pernyataan, abstrak, prakata, daftar isi, daftar gambar, dan daftar

lampiran.

2. Bagian Inti

BAB I: Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,

signifikansi penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian,

dan sistematika penulisan tesis.

29

(31)

BAB II: Deskripsi data penelitian, meliputi deskripsi data tentang profil

Ponpes TPI al-Hidayah dan Jamsaren, konsep pendidikan akhlaqpada Q.S.

Luqman ayat 12-19 menurut Tafsir Jalalain dan Tafsir al-Maraghi.

BAB III: Analisis data dan hasil penelitian, meliputi penanaman karakter di

Pondok Pesantren TPI al-Hidayah, Limpung, Batang dan Pondok Pesantren

Jamsaren Surakarta.

BAB IV: Data tentang relevansi konsep pendidikan akhlaq pada Q.S. Luqman

ayat 12-19 menurut Tafsir Jalalain pada Ponpes TPI al-Hidayah dan Tafsir al-Maraghi pada Ponpes Jamsaren Surakarta terhadap pendidikan karakter santri.

BAB V : Penutup, meliputi simpulan dan saran.

3. Bagian Akhir

(32)

BAB II

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK PADA Q.S. LUQMAN

A. Profil Pondok Pesantren TPI al-Hidayah

Pondok Pesantren TPI al-Hidayah berada di Desa Plumbon, Kecamatan

Limpung, Kabupaten Batang yang berdiri pada tanggal 12 Robi‟ul Awal 1951 M oleh Romo Kiai Haji Sya‟ir Assalamah bersama dengan mertuanya yaitu

KH. Ahmad Nahrowi. Dengan Nomor Statistik Pesantren 042332508002. Nama “TPI” diambil KH. Sya‟ir menurut saran KH. Bisri Musthofa Rembang,

yang merupakan singkatan dari Taman Pelajar Islam, sedangkan “al-Hidayah” diambil dari nama Pondok Lasem Rembang di bawah asuhan KH. Ma‟shum.

Pada tahun 1988 KH. Sya‟ir wafat, sebagai penerusnya adalah

putra-putra beliau KH. Muhammad Abdul Manab Sya‟ir, KH. Drs. Agus Musyafa‟ Sya‟ir, KH. Drs. Sulton Sya‟ir, dan Ny. Hj. Faridatul Bahiyah. Pada masa

kepemimipinan putra-putra beliau ini, pondok pesantren banyak mengalami

kemajuan. Setelah 2 tahun kemudian (1990) dengan berbagai pertimbangan dan

tuntutan pendidikan pondok pesantren TPI al-Hidayah mendirikan Yayasan

Islam As-Sya‟iriyah (YISA). Yasayan tersebut sudah memiliki beberapa

(33)

Visi Pondok Pesantren TPI al-Hidayah adalahmenjadi lembaga

pendidikan Islam yang memproduksi generasi penerus yang beriman, berbudi

pekerti luhur, dan ber-akhlaqul karimah30. Sedangkan misinya adalah mempertahankan ilmu-ilmu salafussolih, meningkatkan kajian kitab kuning, mempersiapkan santri sebagai kader Islam yang patut menjadi sumber daya

bangsa yang anfaahum li annas, menanamkan nilai-nilai Islam dalam dimensi pembinaan akhlaq, pengembangan keilmuan serta kesejahteraan lingkungan.

Keadaan santri di pondok pesantren al-Hidayah dikategorikan kedalam

2 tipe: santri Kalong dan santri Mukim. Pada tahun ini sendiri santri yang ada di pondok pesantren ini mencapai 1000 santri, yang kebanyakan juga sekolah di

pendidikan formal31.

Kegiatan madrasah santri dikelompokkan sesuai dengan jenjang

pendidikan berdasarkan lama santri belajar dan kemampuan penguasaan materi

dengan menggunakan sistem pengajaran klasikal. Materi pengajaran

disesuaikan kurikulum yang disusun sendiri oleh pesantren yang meliputi:

Theologi Islam (Tauhid), akhlaq,fiqih, ulum al-qur’an, tata bahasa arab, tafsir, ushul fiqih, al-Qur‟an hadis, tajwid, tasawuf, dan mantiqdengan menggunakan metode Sorogan, metodeBahtsul Masa’il, pengajian pasaran, metode mukhafadzah, metode halaqah.Selain itu juga ada ekstrakurikuler yang bisa

30

Mengutip dari Brosur PPDB Ponpes TPI al-Hidayah 2018.

31

(34)

diikuti oleh para santri, yaitu qira’ah, hadroh, khitobah, menjahit, kaligrafi, tata boga, pencak silat, dan sepak bola.

B. Profil Pondok Pesantren Jamsaren

Pondok Pesantren Jamsaren mengklaim bahwa Pondok Jamsaren termasuk

pondok tertua yang ada di Jawa yang saat ini masih eksis. Sejarah berdirinya

sekitar tahun 1750 M. Pondok Pesantren ini berada di jalan Veteran 263 Serengan, Surakarta.

Namanya Jamsaren karena pendirinya adalah kiai Jamsari. Pada zaman Pakubuwono ke IV mempunyai keinginan untuk menyebarkan Islam di Solo dan sekitarnya, dengan membangun sebuah masjid di sebelah barat keraton dan juga memanggil seorang ulama yang bernama kiai Jamsari untuk mendirikan sebuah pesantren yang posisinya menjadi tempat dimana Ponpes Jamsaren sekarang berdiri32.

Nama Jamsaren sendiri berasal dari nama kediaman Kiai Jamsari di

Banyumas, salah seorang kiai yang didatangkan oleh Pakubuwono IV. Ponpes

ini pertama berdiri sekitar tahun 1750. Dalam sejarahnya pondok pesantren ini

melewati 2 periode, setelah mengalami kevakuman hampir 50 tahun antara

1830-1878. Semula pondok pesantren yang didirikan pada masa pemerintahan

Pakubuwono IV ini hanya berupa surau kecil, kemudian oleh Pakubuwono IV

didatangkanlah para ulama diantaranya adalah Kiai Jamsari.

Di tangan Kiai Idris Jamsaren mencapai puncaknya.Nama besar yang

pernah nyantri pada Kiai Idris adalah Kiai Mansyur pendiri Ponpes al-Mansyur

Klaten, Kiai Dimyati pendiri Ponpes Termas, Kiai Arwani Amin Kudus, Kiai

32

(35)

Abdul Hadi Zahid pengasuh Ponpes Langitan.Banyak juga tokoh besar tanah

air merupakan lulusan atau pernah belajar agama secara intens di Jamsaren

generasi berikutnya. Seperti Munawir Sadzali mantan Menteri Agama, Amien

Rais mantan Ketua MPR, KH Zarkasyi pendiri Ponpes Gontor, KH Hasan

Ubaidah pendiri dan pimpinan LDII serta sejumlah nama lainnya.

Tokoh sentral yang terakhir memimpin pesantren ini adalah KH.Ali

Darokah. Setelah KH.Ali Darokah wafat tahun 1997, Jamsaren dipimpin oleh

sebuah dewan sesepuh. Sedangkan sebagai pelaksana keputusan, semua

kegiatan dipimpin Mufti Addin selaku lurah pondok.Sistem pendidikan

asalpesantren ini adalah salafiyah. Karena itu, materi yang diajarkan adalah kitab-kitab Islam berbahasa Arab dan diterjemahkan dengan bahasa Jawa

Pegon (bahasa yang disesuaikan dengan susunan bahasa Arab), seperti Qiro’atu Kutub, Tahfidz Juz 30 Dan 29, Tafsir al-Qur‟an, Addinul Islam, Hadis, Fiqih Kontemporer, Nahwu, Shorof, dan Bahasa Arab, Tajwid/Tahsin, Ta’lim

al-Muta’alim, Matematika, Khitobah. Metode pengajaran pun dengan cara

sorogan dan bandongan,masing-masing membawa kitab sendiri. Pada 1913, sistem pengajian sorogan diganti dengan sistem kelas (klasikal). Dalam

perkembangannya, Pondok Pesantren Jamsaren kemudian bekerja sama dengan

Yayasan Perguruan al-Islam Surakarta.

(36)

1. Sebagai lembaga pengembangan sumber daya generasi muslim yang

berkualitas dalam dimensi material dan spiritual serta siap menatap masa

depan dunia akhirat.

2. Membina dan mengembangkan sumber daya manusia muslim melalui

Program Pendidikan yang utuh dan terpadu antara pendidikan formal dan

pesantren.33

Pada pondok pesantren Jamsaren ini ustadz atau pembimbing terdiri dari

para dosen dan guru dari berbagai disiplin ilmu di wilayah Surakarta. Pola

hidup pun sudah diatur di pondok ini, dimana seluruh kehidupan di pondok

diatur seperti di rumah atau dalam keluarga. Serta didukung dengan fasilitas

yang baikseperti misalnya poliklinik kesehatan, minimarket, perpustakaan,

sarana oalahraga, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang belum tentu dimiliki oleh

pesantren lain34.

C. Konsep Pendidikan Akhlaq pada Q.S. Luqman Ayat 12-19

1. Menurut Tafsir Jalalain

PadaTafsir Jalalain konsep pendidikan akhlaqmanusia dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia

dengan alam semesta.

a. Akhlaq kepada Allah

33

Mengutip dariBrosur PPDB Pesantren Jamsaren 2018.

34

(37)

1) Tauhid (35

للهاب كرشت لا

)

Bertauhid disini adalah dengan tidak menyekutukannya. Manusia wajib

berakhlaq baik kepada Allah, artinya harus adil dalam menempatkan

dirinya sebagai hamba dan menempatkan Allah sebagai kholiq. Harus mengakui Allah sebagai kholiq, malik, kita hamba, mabid, sedangkan Allah ma’bud.

2) Syukur (36

للهركشا نآ

)

Secara istilah syukur adalah mentasharufkan segala kenikmatan yang

telah diberikan oleh Allah sesuai dengan fungsinya37. Kita harus

bersyukur kepada Allah karena kenikmatan yang diberikan Allah tidak

pernah putus yang harus kita syukuri diantaranyapemberian yang berupa

ilmu, hikmah, rejeki, anak dan lain sebagainya. Karena dengan bersyukur

maka nikmat yang sudah Allah berikan akan kembali kepada kita dengan

lebih melimpah, dan berlipat-lipat.

3) Bertobat ( 38

ليبس عبتاو

)

Apabila dalam melakukan kegiatan sehari-hari kita melakukan hal yang

melenceng dari ajaran Allah, hendaknya kita selalu bertobat dengan

melakukan ketaatan yang lebih lagi. Sekecil apapun perbuatan itu, karena

35

Al-Mahalli, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Syaikh Jalaluddin Abdurrahman Abi Bakar As-Syuyuti, Tafsir al-Qur’anil Adhim, Al Haromain Jaya : Indonesia, 2008, 101.

36

Al-Mahalli, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Syaikh Jalaluddin, ..., 101.

37

Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018.

38

(38)

biasanya berangkat dari sedikit akan menjadi rangsangan untuk

melakukan hal yang lebih besar39.

b. Akhlaq kepada manusia

1) Menghormati orang tua({

اهمبرينأ هانرمأ

}

ويدلاوب ناسن لاا انيصوو

)40

Golongan manusia tersebut dapat dibagi menjadi beberapa golongan.

Pertama adalah orang tua, orang tua sendiri dibagi menjadi 2 bagian yaitu

orangtua biologis dan ideologis41. Pada orang tua biologis, kita mesti

pandai menghormati, bayak berterimakasih dan perbuatan baik lainnya

karena latar belakang kita ada adalah bagian dari perjuangan mereka baik

dhohir maupun batin.Hebatnya lagi mereka tidak menuntut kepada

kita.Maka dari itu jika tidak ingin disebut sebagai zalim kita harus

menempatkan orangtua setingkat dibawah Allah.

Tidak kalah pentingnya kita juga harus berbuat baik pada guru kita dari

MI sampai Kuliah, yang bisa kita sebut sebagai guru ideologis. Agar kita

sadar bahwa manusia terdiri dari 2 unsur besar, fisik dan rohani. Kedua

unsur ini harus bisa mendapatkan asupan gizi yang cukup. Orang tua

insyaallah sudah mencukupi asupan gizi fisik, meskipun tentu asupan

gizi rohani pada umumnya belum maksimal. Karena keterbatasan itulah

maka orangtua menitipkan, minta bantuan orang lain, yang kemudian

disebut sebagai guru yang nantinya akan memberikan gizi rohani.

39

Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018.

40

Al-Mahalli, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Syaikh Jalaluddin, ..., 101.

41

(39)

Kewajiban kita menghormati kepada Allah mutlak, artinya tanpa ada pertimbangan apapun , karena Allah mutlak akan kebenarannya, akan tetapi kewajiban kita menghormati, mengapresiasi orang tua itu bersyarat karena mereka itu manusia, manusia bisa bersifat salah42.

Wajib menghormati mereka ketika mereka pada jalur yang benar,

wajib tidak mengindahkan taat pada mereka ketika mereka tidak pada

jalur yang sesuai dengan norma agama, kebangsaan, sosial, adat.

Cara birr al-walidainketika orang tua masih hidup kita wajib menghargai, menghormati, mendoakan, berbuat baik, mengapresiasi,

juga dalam istilah Jawa kita harus bisamikul dhuwur mendhem jero.Bahkan setelah orang tua kita meninggal kita juga masih wajib berbuat baik kepada orang tua dengan cara mendoakan, tahlil,

sodaqoh, dan lain sebagainya.

Kedua adalah manusia selain orang tua, di dunia sangat banyak ragam

manusiatapi secara umum ada satu komitmen yaitu kita tidak boleh

merendahkan, meremehkan, menganggap tidak penting kepada orang

lain43. Akhlaq yang demikian lebih diterapkan kepada masyarakat

secara umum dalam kehidupan kita sehari-hari, karena kita hidup harus

bersosial dengan masyarakat sekitar.

2) Amar ma’ruf nahi munkar

42

Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018.

43

(40)

Ketika kita menyadari sebagai makhluk Allah sang kholiq maka akan anda harus mengabdi kepada Allah, anda harus mendekatkan diri kepada

Allah, karena kita iftiqor dan Allah istighna44’. Bagaimana perilaku seorang hamba kepada bosnya, dalam tataran kepada Allah misalnya

salat, puasa, zakat, amar ma’ruf nahi munkar. 3) Sabar

Sebagai hamba tentunya mempunyai keterbatasan dalam segala hal,

untuk mensikapi keterbatasan tersebut maka harus sabar. Sabar ada 2

bentuk :

a) Sabar ketika menerima musibah, karena seluruh yang terjadi adalah

garis qada dan qodar. Berarti apa yang sebernarnya kita miliki

harusnya ketika mampu menjaga titipan ini dengan baik.Konsep sabar yang sesungguhnya adalah sebelum mengucapkan tarji’ kita terlebih dahulu mengucapkan alhamdullillah45.

Mengucapkan kalimat tarji’ ketika titipan itu tidak mampu kita rawat

dengan baik, seperti anak yang susah diatur, tidak pernah

salatmeninggalkita ucapkan kalimat tarji’ karenakita mengakui

kegagalan kita dalam merawat titipan Allah. Itu biasanya dilakukan

oleh orang yang mempunyai ilmu tauhid yang tinggi.

b) Sabar dalam keadaan senang

44

Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018

45

(41)

Saat mendapatkan nikmat, kita juga harus sabar. Artinya jangan

terlena dengan kenikmatan itu, justru lebih berat sabar menerima

kesenangan dibandingkan dengan sabar menerima kesusahan.

Ketika diberi nikmat kita harus mampu menggunakan nikmat tersebut sesuai dengan perintahAllah yang sudah memberi. Misal dikasih motor, kita harus bisa menggunakan motor tersebut sesuai dengan koridor yang Allah tentukan46.

Jangan sampai seperti banyak kisah orang yang taat berubah menjauhi

Allah setelah kaya.

4) Rendah Hati

Kita tidak boleh merendahkan, meremehkan, menganggap tidak penting

kepada orang lain. Contoh lain memalingkan muka, menganggap dirinya

lebih penting dari pada orang lain, ada orang ingin bertemu pura-pura

tidak bisa. Maka kita harus menghindari perilaku tersebut agar terhindar

dari sifat sombong dan angkuh.

Contoh anda naik mobil lambat adalah bentuk kesombongan karena tidak memperhatikan hak orang lain di jalan. Berjalan cepat sekali juga karena membahayakan orang lain. Itu hanya contoh kecil, bahasa yang paling tepat adalah berperilaku wajar, sebagaimana mestinya. Kalau ngomong jangan kemudian dengan suara yang berlebih seperti membentak. Membentak itu merasa bahwa yang dibentak itu seolah dibawah kita. Maka muncul sikap, suara, tingkah kita tidak terkendali, itu adalah bentuk kesombongan47.

Dalam dunia pendidikan kita tidak boleh membentak murid. Karena itu

juga bentuk kesombongan, harusnya kita lebih halus karena uswah.

46

Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018.

47

(42)

c. Akhlaq kepada alam semesta

Dengan alam pun kita tidak boleh berlaku sembarangan. Karena alam juga

merupakan makhluk Tuhan yang sangat bermanfaat dan sangat membantu

dalam proses kehidupan kita48.

2. Menurut Tafsir al-Maraghi

Dalam kitab Tafsir al-Maraghi yang merupakan tafsir ijmali terdapat beberapa akhlaq yang bisa ditemukan dalam Q.S. Luqman 12-19.

a. Syukur

لىاعت للها ىلع ءانثلاركشلا

49

syukur disini adalah memuji kepada Allah,

menjurus kepada perkara yang hak, cinta kebaikan kepada manusia, dan

mengarahkan seluruh anggota tubuh serta semua nikmat yang diperoleh

kepada ketaatan kepada-Nya. Dalam hidup ini semuanya adalah pemberian

Allah. Karena setiap manusia memiliki kecenderungan, keterbatasan, dan

kelebihan masing-masing50maka sebagai makhluk manusia harus selalu

bersyukur.

Syukur manusia kepada Allah dimulai dengan menyadari dari lubuk hatinya

yang terdalam betapa besar nikmat dan anugerah-Nya, dan dorongan untuk

memujinya dengan ucapan sambil melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya

48

Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018.

49

Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, Tafsir al-Maraghi, Juz 21, Mesir : Mustofa Baabi al-Khalii, 1325 H, 79.

50

(43)

dari penganugerahan itu. Syukur juga harus kita limpahkan kepada kedua

orangtua yang telah berjasa kepada kita. Sesuai dengan keterangan

كيلع ىمعن ىلع لىركشا نا

,

كدوجو فى ببسلا ناك امنهلا كيدلاولو

Syukur juga bisa dengan ilmu yang kita miliki dengan membantu orang

yang membutuhkan dengan semampu kita52. Dengan demikian maka

bersyukur bukan hanya saat kita menerima, kita dapat memberi sesuatupun

kita harus bersyukur.

b. Menyayangi anak

Luqman al-Hakim dikenal sebagai orang yang sangat sayang dan mencintai

anaknya.

Anak merupakan titipan dari Allah yang harus dijaga. Sebagai orangtua kita

tidak hanya memberikan makan saja kepada mereka, akan tetapi harus

memberi kasih sayang, cinta, dan selalu membimbingnya agar selalu

beribadah dan menjauhi larangan agama. Kita harus memerintahkan kepada

anak kita untuk selalu menyembah hanya kepada Allah dan melarangnya

berbuat syirik.

51

Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, Tafsir..., 83.

52

Wawancara dengan Kiai Umar Irsyadi pada 6 Juli 2018.

53

(44)

c. Tauhid

Larangan untuk menyekutukan Allah menjadi hal yang utama, karena syirik

merupakan perbuatan yang zalim. Syirik adalah perbuatan yang buruk dan

merupakan dosa besar.

ميظع ملظل كرشلا نا للهاب كرشتلا نيبي

Sehingga dalam membimbing anak hendaknya selalu mengajari anak kita

agar tidak melenceng dari apa yang sudah menjadi kewajiban sebagai

hamba Allah. Kita harus selalu meng-esa-kan Allah karena tiada Tuhan

selain Allah SWT.

d. Berbuat baik kepada kedua orang tua

Kalau diatas bentuk kasih sayang orangtua kepada anaknya, maka Allah

juga menyuruh kita untuk berbakti dan taat kepada kedua orangtua kita.

(

وو

ويدلاوب ناسنلاانيص

)

امهتعاطو اهمبرب هانرمأو ىأ

Anak pasti mempunyai orangtua akan tetapi orang tua belum tentu memiliki

anak. Maka dari itu kewajiban taat dan berbakti kepada orangtua adalah

kewajiban. Dalam al-Qur‟an pun sering kewajiban untuk taat kepada orang

tua berbarengan dengan taat kepada Allah seperti dalam suratal-Isra’ ayat 23.

54

Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, Tafsir..., 82.

55

(45)

Selanjutnya ada sosok ibu yang mempunyai jasa yang paling banyak

terhadap hidup dan kesuksesan kita. Dalam tafsir ini pembahasan seorang

ibu sangatlah mendalam. Karena sangat besarnya jasa orang tua terhadap

kita terutama seorang ibu, maka kita sebagai hamba yang beriman harus

bisa membalas kepada meraka, meskipun balasan kita tidak akan bisa

membalas sepenuhnya kepada mereka.

e. Tobat

(

ليإ بانا نم ليبس عبتاو

)

ملاسلا لىا عجرو وكرش نم بات نم ليبس كلساو

Sebagai hamba kita wajib mengikuti apa yang menjadi perintahNya. Akan

tetapi sebagai hamba yang penuh dengan kelemahan tentu kita bisa saja

melanggar apa yang sudah menjadi laranganNya. Oleh karena itu bertobat

adalah salah satu yang dianjurkan agar kita kembali kepada agama Islam

dan mengikuti jejak Nabi Muhammad saw. f. Sabar

Bersabar merupakan hal yang sangat istimewa, kita disuruh oleh Allah

untuk bersabar jika ada hal yang menimpa kita yang datangnya dari orang

lain saat kita berjuang untuk beramar ma’ruf dan nahi munkar kepada mereka.

56

(46)

(

كباصأ ام ىلع برصاو

)

ذ في سانلا ىذأ نم

ا

فورعلماب متهرمأ تنا اذا للها ت

ركنلما نع مهتينهوأ

Selain itu sabar sendiri bersama dengan salat juga merupakan sarana yang

pokok untuk meraih ridho Allah.

g. Rendah hati

(

احرم ضرلاا فى شتم لاو

)

اترخبتم لااتمخ ضرلاا فى شتم لاو ىا

...

58

Dalam berjalan di muka bumi atau kehidupan keseharian hendaklah selalu

bersikap rendah hati, karena hal tersebut lebih baik daripada berjalan dengan

angkuh dan menyombongkan diri, karena cara seperti itu merupakan cara

berjalan orang yang angkara murka dan sombong, dan yang berbuat zalim

kepada orang lain.

57

Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, Tafsir...,85.

58

(47)

BAB III

PENANAMAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN

A.Penanaman Karakter di Pondok Pesantren TPI al-Hidayah.

1. Kegiatan yang dilaksanakan dalam penerapan nilai-nilai karakter

Pendidikan karakter di pondok pesantren merupakan hal yang tidak

dapat dihilangkan, mengingat bahwa keberadaan pondok pesantren menjadi

solusi alternatif dalam memperbaiki karakter masyarakat terutama anak-anak.

Pendidikan karakter di pesantren bertujuan untuk membentuk karakter atau

sikap peserta didik atau yang biasa disebut dengan santri agar menjadi lebih

baik dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter di sini maksudnya

adalah pendidikan yang di implementasikan dalam bentuk penanaman

nilai-nilai karakter terhadap diri individu agar individu tersebut dapat membedakan

antara yang baik dan buruk.

Sesuai dengan visi Ponpes TPI al-Hidayah yaitu menjadi lembaga

pendidikan Islam yang memproduksi generasi penerus yang beriman, berbudi

(48)

dapat terealisasi dengan sistem pendidikan dan pengajaran yang sudah

dilakukan pada pesantren.

Pendidikan karakter di TPI al-Hidayah Plumbon tidak secara langsung

dicantumkan dalam mata pelajaran atau pendidikan khusus, melainkan

diajarkan melalui berbagai kegiatan yang memuat penanaman nilai-nilai

karakter. Dalam pelaksanaanya, para santri diwajibkan untuk mengikuti setiap

kegiatan yang diadakan oleh ponddok pesantren dan mematuhi segala

peraturan yang ada baik itu secara tertulis maupun peraturan yang tidak tertulis.

Bagi santri yang melanggar peraturan maka akan dikenakan sanksi yang sesuai

dengan pelanggaran yang santri lakukan.

Tabel 3. 1. Kegiatan Santri TPI al-Hidayah59

Waktu Jadwal Kegiatan

03.30-04.30 Salat Tahajud dan Mujahadah

04.30-05.00 Jama‟ah Salat Subuh

05.00-06.00 Bandongan al-Qur‟an dan Tafsir

06.00-07.00 Istirahat

07.00-07.30 Jamaah Salat Dhuha

07.30-08.30 Sorogan Kitab

59

(49)

08.30-09.00 Istirahat

09.00-09.30 Bandongan Kitab

09.30-10.00 Istirahat

10.00-11.00 Amsilati

11.00-12.00 Istirahat

12.00-12.30 Jama‟ah Salat Dzuhur

12.30-13.00 Bandongan al-Qur‟an dan Kitab

13.00-14.00 Istirahat

14.00-15.30 Sekolah Madrasah Jam I

16.00-17.00 Sekolah Madrasah Jam II

18.00-18.15 Jama‟ah Salat Maghrib

18.15-19.30 Sorogan al-Qur‟an

19.30-20.00 Jama‟ah Salat Isya‟

20.00-20.30 Bandongan Kitab

21.00-22.00 Takror / Belajar Wajib

(50)

Ahad Ba‟da Isya‟ Bandongan Kitab

Ahad Ba‟da Subuh Mukhafadzoh

Ahad Pagi Sorogan al-Barzanji + Fasolatan

Penanaman nilai-nilai karakter yang dilaksanakan terhadap santri tidak

hanya dalam kegiatan di pondok saja, akan tetapi juga dalam kegiatan

ekstrakurikulernya. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut bertujuan untuk

mengembangkan bakat dan minat santri dalam berbagai bidang seperti pencak

silat, rebana, dan keorganisasian. Penanaman nilai karakter yang disisipkan

dalam berbagai macam kegiatan santri mulai dari saat bangun tidur hingga

menjelang tidur kembali. Pada pagi harinya santri diwajibkan salat subuh

berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan membaca al-Qur‟an dan mengaji

kitab kuning bersama kiai atau ustadz di kelas. Sesekali dalam pelaksanaannya

para pengurus mengawasi semua santri agar tidak ada yang bolos tidak ikut

kegiatan. Pada waktu tertentu pondok pesantren juga sering menghadirkan kiai

atau ulama yang bertaraf nasional untuk berceramah atau memimpin pengajian.

Hal tersebut dilakukan guna menambah wawasan dan pengetahuan santri serta

meningkatkan nilai-nilai karakter santri sebelum memasuki dunia kerja di masa

yang akan datang. Pada dasarnya sesua dengan paparan di atas terdapat

beberapa macam nilai karakter yang ditanamkan di pesantren di antaranya nilai

religius, kemandirian, dan tanggung jawab.

(51)

Metode penanaman pendidikan karakter antara lain adalah metode

keteladanan, pembiasaan, nasehat, persuasi, dan kisah60.Metode pendidikan

karakter yang dikembangkan pada Pondok Pesantren TPI al-Hidayah

diantaranya :

a. Metode pembiasaan, untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di masjid

atau di madrasah tepat waktu, mengantri makan dan mandi, salat malam

bersama, tadarus bersama, makan bersama, pembatasan komunikasi

dengan keluarga, pengelolaan keuangan mandiri, disiplin waktu.

Pembiasaan yang lain yang dilaksanakan di pesantren ini adalah selalu

menghormati orangtua dan guru baik dalam keadaan masih hidup atau

meninggal. Ketika orang tua atau guru sudah meninggal bisa dilakukan

dengan cara mengirim doa, tahlil, ziarah kubur, bersedekah, dan bisa juga

menyelenggarakan kenduri untuk yang telah meninggal61. Karena hormat

kepada orang tua hukumnya wajib baik saat masih hidup ataupun sudah

meninggal.

b. Metode keteladanan, uswatun khasanah salah satu yang paling penting dalam pemberian pelajaran karakter pada santri. Uswah itu mencakup perilaku, komitmen, tapi lebih kepada amaliah praktik real kehidupan62. Keteladanan yang dilakukan oleh kiai merupakan cara yang ampuh dalam

60

Fifi Nofiaturrahmah, Metode Pendidikan Karakter Di Pesantren, Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 1, (Juni 2014), 211.

61

Munawir Abdul Fattah, Tradisi Orangorang NU, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006, 233.

62Wawancara dengan K.H. Agus Musyafa‟ pada 6 Juni

(52)

menanamkan karakter santri. Seperti salat tepat waktu, menghargai orang

tua dan lain sebagainya, juga keteladanan para pengurus saat sowan pada kiai dengan memakai pakaian yang sopan dan menggunakan bahasa

kramaalus. Membiasakan diri untuk selalu berbuat baik juga merupakan cara yang efektif dalam menanamkan karakter santri. Selalu membiasakan

diri untuk bersyukurkarena masih bisa menuntut ilmu, meskipun banyak

teman yang merantau demi mempunyai banyak uang.

Itu tidak apa-apa buat saya karena intinya mereka mencari uang dan saya mencari ilmu, karena mature Abah bahwa uang itu nanti ikut kepada orang yang mempunyai ilmu, tapi kalau ilmu tidak mesti ikut pada orang yang mempunyai uang. Saya disini juga bersyukur karena bisa dikenal oleh Abah63.

Selain syukur, santri juga harus mempunyai karakter sabar. Karena dalam

kehidupan pasti cobaan akan selalu ada. Dalam menghadapi cobaan

tersebut maka para santri harus mempunyai kesabaran dalam

menghadapinya.

Dalam kehidupan pondok pesantren ada banyak cobaan dan ujian, karena anak pondok itu banyak ujiannya, diantaranya ada yang kena penyakit kulit (gudik), ada yang kiriman bekal dari orang tua telat, dan sebagainya, akan tetapi yang pasti mengalami adalah gudigen. Maka dari itu santri harus bisa sabar dengan diobati64.

Kesabaran juga tidak terpusat pada santri saja, karena para pengurusa dan

kiai nya juga harus sabar menghadapi beraneka macam tingkah dari santri.

Dalam berbicara dengan kiai hendaknya selalu sopan santun, tidak terlalu

keras. Itu sesuai dengan ayat

توص نم ضضغاو

.

63

Wawancara dengan Nur Rohman, Lurah Ponpes TPI al-Hidayah, 12 Juli 2018.

64

(53)

Kalau sowan atau pun bertemu kepada kiai kita harus menggunakan tata krama, unggah-ungguh. Dengan mengucapkan sepindah silaturahim, kemudian mengutarakan apa yang menjadi tujuannya, dengan bahasa krama dan suara yang lirih (tidak keras)65.

Dari wawancara diatas dapat dikatakan bahwa keteladanan dari para

pengurus merupakan suatu cara dalam menanamkan karakter pada santri,

terlebih pada santri baru yang belum begitu memahami tentang peraturan

peantren. Karakter yang diajarkan sperti cara menghormati guru,

kedisiplinan berpakaian, kesopanan berbicara dengan kiai. Kedisiplinan

juga sangat ditekankan dalam TPI al-Hidayah, karena dalam pelaksanaan

jadwal kegiatan yang sudah ada akan dapat berjalan dengan lancar, dan

sesuai dengan keinginan. Dalam menekankan kedisiplinan maka para

pengurus atas persetujuan pengasuh selalu memberi hukuman kepada

santri yang melanggar kedisiplinan tersebut. Jika santri sudah melanggar,

cara menanamkan karakter yaitu dengan cara metode memberi nasehat

agar tidak mengulangi keburukan lagi.

c. Metode motivasi dapat diterapkan pada santri yang sudah dianggap

mempunyai ilmu dan kepribadian yang layak yang kemudian diangkat

menjadi seorang pengurus, juga ketika sudah pulang kampung (boyong) dengan begitu diharapkan santri senior dapat membimbing santri dengan

kasih sayang dan juga sabar terhadap tingkah yang melnceng. TPI

al-Hidayah sendiri mengharapkan para santri dan alumninya mampu

menempatkan dirinya pada tempat yang tepat. Saat masih di pesantren

santri dibekali ilmu dan latihan khitobah yang tujuannya adalah untuk

65

(54)

kelak berdakwah dan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar sesuai apa

yang diperintahkan Allah. Dengan memberi motivasi dan semangat bahwa

dalam menegakkan agama Allah itu pasti akan bermanfaat dan diberi

kemudahan dalam hidup. Dalam hubungannya dengan Allah (bertaqwa)

dalam hubungan dengan orang tua, baik ideologis maupun biologis (mikul duhwur mendhem jero66).

d. Metode persuasi adalah meyakinkan peserta didik tentang suatu ajaran

dengan kekuatan akal67. Santri di TPI al-Hidayah sendiri selalu diberi

wejangan untuk selalu berpedoman pada Islam Ahlu Sunah wa

al-Jama’ah dalam setiap pengamalannya.

e. Melalui nasihat pendidikan karakter juga bisa diterapkan di pesantren ini,

nasehat biasanya di berikan kepada santri saat mengkaji kitab, saat

dihukum, dan saat akan pamitan boyong ke rumah, dengan seringnya nasehat yang diberikan diharapkan karakter yang ada akan muncul,

tumbuh, dan berkembang dalam jiwa santri

B.Penanaman Karakter di Pondok Pesantren Jamsaren

1. Kegiatan yang dilaksanakan dalam penerapan nilai-nilai karakter

Karakter tidak didapatkan sejak lahir, melainkan muncul dari kebiasaan

dalam kehidupan kita sehari-hari. Karakter yang diajarkan dan dipraktikkan

dalam pendidikan disebut pendidikan karakter. Dalam pendidikan karakter

terdapat berbgai macam karakter yang dapat dikembangkan. Di Pondok

66

Wawancara dengan KH. Agus Musyafa‟, Pengasuh TPI al-Hidayah 6 Juli 2018.

67

(55)

pesantren sendiri meskipun tidak semua macam karakter dapat dipelajari akan

tetapi terdapat beberapa macam nilai karakter yang diunggulkan dalam

pendidikan di pondok pesantren diantaranya karakter religius, kemandirian,

dan tanggung jawab.

Karakter tersebut diterapkan di pondok pesantren karena dinilai tepat

untuk diajarkan pada santri dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dijadikan

sebagai dasar dari nilai karakter yang lainnya. Meskipun begitu, penanaman

karakter yang lain tidaklah dikesampingkan oleh pondok pesantren hanya saja

penerapannya tidak sebanyak ketiga karakter tersebut.

Diantara pendidikan karakter yang diajarkan di Pondok Pesantren

Jamsaren Surakarta, nilai religius menjadi karakter yang utama ditanamkan

pada setiap santri tanpa terkecuali. Hal tersebut berkaitan dengan visi dan misi

pondok ini untuk membina dan mengembangkan sumber daya manusia muslim

melaui program pendidikan yang utuh dan terpadu antara pendidikan formal

dan pesantren dan menjadi alumnus yang ber-akhlaq al-karimah. Juga berkaitan dengan tujuan pondok pesantren sendiri yaitu mengutamakan

pembentukan kepribadian dan sikap mental serta penanaman ilmu-ilmu agama

Islam. Penanaman nilai religius ini berfokus pada peningkatan keimanan santri

dan kepercayaan santri kepada Allah.

Di Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta, penanaman nilai karakter

religius dapat terlihat dalam berbagai kegiatan santri, antara lain salat lima

waktu, mengkaji al-Qur‟an, serta mengkaji kitab kuning. Kitab yang dikaji di

Gambar

Tabel 3. 1. Kegiatan Santri TPI al-Hidayah59
Tabel 3.2. Jadwal Kegiatan Keseharian Santri Jamsaren68

Referensi

Dokumen terkait

teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat kecemasan pasien skala. Jumlah responden berdasarkan umur di Klinik Ngudi

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan pengambilan sampel dengan teknik sensus sampling pada 75 orang aparat pengawas intern

Pola lagu kalimat terdiri dari tiga nada suara dalam BMU yang terdapat dalam tiap unit jeda dengan satu tekanan kalimat. Satu kalimat dapat ter- diri dari

Selain itu, masyarakat di perbatasan itu memiliki bahasa yang sama, yaitu bahasa Dawan walaupun ada mayarakat Napan yang berakomodasi terhadap bahasa Tetun Portu atau

Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar Pemerintah Kabupaten Sukamara, khususnya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga melakukan pembinaan bagi kepala Sekolah

Kepuasan kerja adalah selisih antara nilai jasa yang diberikan.. sekolah terhadap balas jasa yang diterima oleh guru dari

Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Siswa Melalui Pembelajaran Tadabur Alam Pada Mata Pelajaran Aqidah

Disini saya mengamati bahawa fenomena judi online sangat mudah mempengaruhi para mahasiswa karena mereka melihat nominal uang yang dikalikan dalam judi online