KONSEP PENDIDIKAN AKHLAQ
PADA AL-Q
UR’AN
SURAT LUQMAN AYAT 12-19
MENURUT
TAFSIR JALALAIN
DAN
AL-MARAGHI
SERTA RELEVANSINYA TERHADAP
PENDIDIKAN KARAKTER SANTRI
(
Studi Multi Situs Pada Pondok Pesantren TPI Al-Hidayah,
Limpung, Batang dan Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta 2018)
oleh
BUDI PRASETYA
NIM. 12010160056
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
ABSTRAK
Konsep Pendidikan Akhlak Pada Al-Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19 Menurut Tafsir Jalalain Dan Al-Maraghi Serta Relevansinya Terhadap Pendidikan Karakter Santri (Studi Multi Situs Pada Pondok Pesantren TPI al-Hidayah, Limpung, Batang Dan Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta 2018). Tesis Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2018, Pembimbing Dr. H. Miftahuddin, M.Ag.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (a) mengetahui konsep pendidikan akhlaq dalam Q.S. Luqman menurut Tafsir Jalalain dan al-Maraghi, (b) mendeskripsikan perbedaan penekanan pada kedua tafsir, (c) menjelaskan relevansi konsep pendidikan akhlak menurut kedua tafsir dengan pendidikan karakter di Pondok Pesantren.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif di dalam penyusunannya menggunakan metode kajian pustaka dan field research (penelitian lapangan). Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan: a) konsep pendidikan akhlak pada Q.S Luqman ayat 12-19 pada Tafsir Jalalain adalah cara berakhlak kepada Allah, manusia, dan alam semesta. b) pada Tafsir al-Maraghi konsep akhlaknya adalah syukur, menyayangi anak, berbuat baik kepada orang tua, tobat dan sabar. c) penanaman karakter pada TPI al-Hidayah dilakukan dengan metode pembiasaan, keteladanan, pemberian motivasi, persuasi. Sedangkan dalam menanamkan karakter di Pesantren Jamsaren menggunakan metode keteladanan, pembiasaan, menceritakan kisah, dan memberi motivasi yang kemudian diintegrasikan pada pembelajaran baik itu dalam kajian, maupun kehidupan lain seperti ekstrakurikuler. d) konsep pendidikan akhlak pada tafsir Jalalain mempunyai relevansi terhadap pendidikan karakter di TPI al-Hidayah dan konsep pendidikan akhlak pada tafsir al-Maraghi mempunyai relevansi terhadap pendidikan karakter di Ponpes Jamsaren, yaitu menjadikan santri lebih bersyukur, sabar, tawadhu’, berbakti kepada orangtua, penyayang, disiplin, rendah hati.
ABSTRACT
Concept of Morals Education In Qur‟an Surah Luqman Verses 12-19 According to Tafsir Jalalain And Al Maraghi And Its Relevance To The Character Education Of Santri(Multi Site Study On Pondok Pesantren TPI Al Hidayah, Limpung, Trunk And Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta 2018). Thesis of Islamic Education Studies Program, Graduate Program, State Islamic Institute of Salatiga, 2018, Advisors. H. Miftahuddin, M.Ag.
The purpose of this study is to (a) knowing the concept of education in Q.S. Luqman according to Tafsir Jalalain's, (b) knowing the concept of education in Q.S. Luqman according to the Tafsir al-Maraghi, (c) describes the difference of emphasis on both Tafsir, (d) explains the relevance of the concept of Morals according to both Tafsir with character education at the Ponpes of TPI al-Hidayah and Jamsaren.
This research is a qualitative research using material-and sources of moral education and character used in the field of research. The research used in the preparation using the method of literature review and field, namely by reviewing teaching materials and interviews, such as books of interpretation and others. The data generated through the words of the interview and presented the form description is not a number.
Based on the results of research conducted can be summarized as follows: a) the concept of moral education on Q.S Luqman verses 12-19 existing in Tafsir Jalalain is a way of morals to God, morals to humans, and morals to the universe. b) on Tafsir al Maraghi the concept of akhlaka is gratitude, loving children, do good to parents, repentance and patient. c) character building on the TPI Al-Hidayah is carried out by the method of habituation, exemplary, giving motivation, persuasion. Whereas in instilling character in Jamsaren use exemplary methods, habituation, telling stories, and giving motivation which is then integrated into learning both in studies, and other life such as extracurricular activities.
MOTTO
Al-Qur‟an di turunkan oleh Allah SWT untuk dijadikan pedoman manusia dalam hidup. Salah satu manusia terbaik adalah manusia yang mempunyai
PRAKATA
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, serta pertolongannya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Salawat serta salamtidak lupa penulis sampaikan untuk baginda Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah memberika tauladan yang baik kepada umatnya, sehingga memberikan motivasi tersendiri bagi penulis dalam menuntut ilmu pengetahuaan dan menyelesaikan tesis ini.
Tesis yang berjudul Konsep Pendidikan Akhlaq Pada Qur‟an Surat Luqman menurut Tafsir Jalalain dan Tafsir al-Maraghi serta relevansinya terhadap pendidikan karakter santri (studi multi situs pada Pondok Pesantren TPI al-Hidayah Limpung, Batang dan Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta Tahun 2018) ini disusun guna memberikan kontribusi di bidang keilmuan. Dalam penyusunannya, penelitian ini tidak dapat terseleaikan dengan mudah tanpa adanya bantuan, dukungan, arahan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati penulis ingin berterimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga dengan segala kebijaksanaanya memudahkan dalam terselesaikannya tesis ini.
3. Bapak Hammam, Ph.D. selaku Kaprodi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana.
4. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku dosen pembimbing tesis, yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, petunjuk-petunjuk penyusunan tesis, dan memberikan tambahan wawasan mengenai toleransi, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
6. Bapak KH. Agus Musyafa‟ Sya‟ir selaku pemgasuh Pondok Pesantren TPI al-Hidayah dan Bapak Muqorobin selaku Ketua Yayasan Pondok Pesantren Jamsaren, beliau-beliau yang telah memberika ijin bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian di pondok pesantren TPI al-Hidayah dan Pondok Pesantren Jamsaren.
7. Bapak-bapak pengurus pondok pesantren TPI al-Hidayah dan Jamsaren, yang telah membantu peneliti untuk melancarkan penggalian informasi di pondok pesantren.
8. Bapak dan Ibu saya tercinta Bapak Waryoto dan Ibu Tualmi, yang tidak henti-henti selalu memberikan support dan doanya, sehingga saya bisa menjadi orang yang berguna menempuh pendidikan sejauh ini.
9. Saudara saya Eri Apriliani Prastikasari dan Belahan Jiwa saya Dita Aprilianingrum, S.Pd. yang selalu memberi semangat dan dukungan bagi pendidikan saya.
10. Teman-teman yang telah membantu saya selama kuliah M. Ahsan Basit, S.Pd., Kang Joko Triyono, Nur Said, S.Pd. , serta M. M. Alwi, M.Pd., yang telah membantu dan saya repotkan selama perkuliahan berlangsung.
11. Semua teman-teman Pascasarjana 2016 kelas C dan semua teman saya, terima kasih telah memberika sumbangsih keilmuan dan pengalamannya, sehingga memberikan banyak pelajaran bagi saya, dan teman-teman yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir, semoga kita selalu dalam rahmat Allah SWT dan selalu bisa menjadi orang yang lebih baik dan berguna bagi sesama dan agama kita.
Salatiga, 27 Juli 2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO .. ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Signifikansi Masalah ... 5
1. Tujuan Penelitian ... 5
2. Manfaat Penelitian ... 6
D. Tinjauan Pustaka ... 7
1. Penelitian Terdahulu ... 7
2. Kerangka Teori ... 9
E. Metode Penelitian ... 12
F. Sistematika Penulisan ... 14
A. Profil Pondok Pesantren TPI al-Hidayah ... 16
B. Profil Pondok Pesantren Jamsaren ... 17
C. Konsep Pendidikan Akhlaq pada Q.S. Luqman Ayat 12-19 1. Menurut Tafsir Jalalain ... 20
2. Menurut Tafsir al-Maraghi ... 25
BAB III PENANAMAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN A. Penanaman Karakter di Pondok Pesantren TPI al-Hidayah ... 30
B. Penanaman Karakter di Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta ... 36
BAB IV Relevansi Pendidikan Akhlaq dengan Pendidikan Karakter A. Pada Pondok Pesantren TPI al-Hidayah ... 47
B. Pada Pondok Pesantren Jamsaren ... 49
BAB IV PENUTUP A. Simpulan ... 51
B. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53
LAMPIRAN ... 56
DAFTAR TABEL
Tabel ... ... Halaman 3. 1. Kegiatan Santri TPI al-Hidayah ... 31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran ... Halaman 1. Pedoman Wawancara ... 56
2. Dokumentasi/Gambar Tentang Pondok Pesantren... 62
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an adalah kitab yang Allah SWT turunkan kepada Nabi
Muhammad yang diutus untuk umat manusia. Dunia pendidikan adalah salah
satu yang menjadikan al-Qur‟an sebagai sumber dalam pelaksanaan dan
pengajarannya, terutama Pendidikan Agama Islam. Karena al-Qur‟an bagi umat
Islam adalah sebagai sumber hukum dan pedoman hidup menuju kebahagiaan
dunia dan akhirat1.
Pendidikan Agama Islam memiliki peranan penting dalam membentuk
peserta didik yang bertaqwa dan beriman kepada Allah. Terutama sekolah
madrasah sebagaimana dalam buku karya Charlene Tan2 yaitu :
All madrasahs today adopt a government-approved madrasah curriculum consisting of 70% general subjects and 30% religious subjects. Recognised as on par with the public school in the educational Act of No. 2/1989, madrasahs follow the national curricula fully and their graduates may continue their studies at both Islamic and secular public religious studies (PAI) per week, the madrasah offer about five hours per week. Furthermore, the madrasahs offer additional Islamic subjects such as Aqidah, (theology), Akhlaq (virtue), and Islamic History.
1Bukhori A. Shomad,”Tafsir Al
-Qur‟an & Dinamika Sosial Politik (Studi Terhadap Tafsir Al-Azar Karya Hamka)”, Jurnal TAPIs, Vol. 9 No. 2 (Juli-Desember 2013), 85.
2Charlene Tan,”
Islamic Education and Indoctrination: The Case in Indonesia”, New
Terlebih pendidikan masa sekarang banyak mengalami dekadensi moral
serta hilangnya nilai-nilai sosial yang banyak ditandai dengan adanya pergaulan
bebas, minuman keras, tawuran, narkoba, dan hal tercela. Hal ini adalah
sebagian dari perilaku menyimpang di kalangan pelajar, remaja, pemuda serta
masyarakat. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan dalam perkembangan
kemajuan negara Indonesia.
Realita lain yang terjadi dalam lembaga pendidikan saat ini adalah titik
berat pendidikan masih banyak menitik beratkan pada aspek kognitif. Penentu
kelulusanpun masih lebih pada prestasi akademik dan menomorduakan akhlaq
dan budi pekerti. Dengan demikian pendidikan dipandang sebagai salah satu
aspek pokok dalam membentuk generasi mendatang. Dengan membentuk
akhlaq siswa yang belajar agar mempunyai pondasi yang kuat untuk selalu
melakukan akhlaq yang baik.
Dalam mempelajari pendidikan akhlaq dalam pendidikan Islam, rujukan
yang wajib untuk dirujuk sebagai dasar adalah al-Qur‟an. Seperti yang
dikemukakan oleh Jurana dkk. yaitu
In akhlaq education, the standard of right and wrong refers to Alqur’qn and A -ssunah. Moral education teaches awareness toward and responsibility to God, fellow human beings environment, and self. Terminologically, akhlaq the behavior of a person urged by a concious desire to do something good ...and the standards of akhlaq are Al-Qur’an dan As-Sunah3.
3Jurana dkk,”
Integrating Makna As The Curriculum Foundation For Accounting
Salah satunya tafsir, karena menafsirkan al-Qur‟an menjadi urgen, karena tafsir adalah kunci pembuka perbendaharaan ilmu yang terkandung
dalam al-Qur‟an dan ilmu-ilmu yang demikian sangat berguna untuk kebaikan
umat manusia. Tanpa tafsir, hal-hal yang berharga tersebut tidak mungkin bisa
dicapai, meski pembacaan terhadap al-Qur‟an dilakukan berulang-ulang4. Tafsir Jalalain dan Tafsir al-Maraghi adalah dua tafsir yang memiliki konten tersendiri dalam penafsirannya.
Tafsir Jalalain yang ditulis oleh Jalaluddin Mahalli dan Jalaluddin al-Suyuti ini memiliki tempat tersendiri di hati kaum muslimin. Sampai saat ini,
masih marak dikaji dan dipelajari oleh berbagai lapisan masyarakat, tanpa
terkecuali di Indonesia, terutama di pesantren-pesantren tradisional5. Martin
Van Brunessen dalam karyanya, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia menyebutkan bahwa Tafsir Jalalain adalah sebuah kitab tafsir yang dapat ditemukan di mana-mana. Ia menempatkan Tafsir Jalalain pada urutan pertama sebagai kitab tafsir terbanyak yang dikaji oleh pesantren-pesantren di penjuru Nusantara6.
Menurut Malik Madany7 secara garis besar ada 2alasan mengapa Tafsir Jalalain masih tetap di apresiasi, yaitu karena pembahasannya yang lugas,
4
Abd al-„Azim al-Zarqani, Manahilal-‘Irfan, ed. Fawwaz Ahmad, Beirut: Dar Kitab
al-„Arabi, 1995, 6.
5A. Malik Madany,”Israiliyyat dan Maudu’at
dalam Tafsir Al-Qur‟an (Studi Tafsir al
-Jalalain)”, Disertasi, UIN Sunan Kalijaga, 2009, 5.
6
Martin Van Brunessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, Tradisi-tradisi Islam di Indonesia, Bandung: Mizan, 1999, 198.
7
singkat, sederhana, dan mudah dipahami, juga karena dua penulisnya adalah tokoh penting dalam aliran fikih Syafi‟i yang notabene merupakan aliran fikih
yang dianut mayoritas umat muslim di negeri ini.
Sedangkan Tafsir al-Maraghi merupakan tafsir dari Ahmad Mustafa Ibn Mustafa Ibn Muhammad Ibn „Abd al Mun‟im al-Maraghi yang lahir di
Maraghi, Propinsi Suhaj, kira-kira 700 km kearah selatan Kairo8. Tafsir ini
merupakansalah satu kitab tafsir terbaik di abad modern ini. Dalam
menjelaskan pengertian kata-kata secara bahasa, dua atau lebih ayatal-Qur‟an
yang mengacu pada suatu tujuan yang menyatu.
Adolescent akhlaq focuses on three domains which are akhlaq toward Allah, oneself, and human being9. Dengan ditafsirkannya al-Qur‟an dalam Tafsir Jalalain danTafsir al-Maraghi tentu memuat tentang pendidikan akhlaq yang harus diteladani bagi peserta didik. Dengan dipahaminya tafsir surat Luqman
oleh para santri, maka tujuan dari pendidik adalah agar para peserta didik
mempunyai akhlaq seperti yang ada dalam tafsir tersebut. Dengan hal demikian
maka penelitian ini berusaha mengumpulkan materi tentang tafsir al-Qur‟an
Surat (selanjutnya ditulis Q.S.) Luqman ayat 12-19 yang diajarkan pada
pesantren TPI al-Hidayah dan Jamsaren Surakarta serta bagaimana relevansinya
8
Hasan Zaini, Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Tafsir al-Maraghi, Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1997, 15.
`9Siti Soraya Lin Abdullah Kamal and Faizah Abd. Ghani,”Emotional Intelegence And Akhlaq Among Muslim Adolescents In One Of The Islamic School In Johor, South Malaysia”,
terhadap pendidikan karakter peserta didik yang telah mendapatkan pengajaran
tentang tafsir surat tersebut dalam pesantren masing-masing.
B. Rumusan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan, maka untuk lebih memperjelas arah yang
tepat dalam penulisan tesis ini, perlu adanya pembatasan masalah dalam
membahasnya. Maka dari itu penulis membatasi permasalahan dalam penulisan
tesis ini sebagai berikut :
1. Bagamaina konsep pendidikan akhlaq pada Q.S. Luqman ayat 12-19 menurut
Tafsir JalalaindanTafsir al-Maraghi?
2. Bagaimana penanaman pendidikan karakter di Pondok Pesantren TPI
al-Hidayah dan Pondon Pesantren Jamsaren?
3. Bagaimana relevansi konsep pendidikan akhlaq pada Q.S. Luqman ayat 12-19
menurut Tafsir Jalalain pada Ponpes TPI al-Hidayah dan Tafsir al-Maraghi pada Ponpes Jamsaren Surakarta terhadap pendidikan karakter santri?
C. Signifikansi Penelitian
1. TujuanPenelitian
a. Mendeskripsikan konsep pendidikan akhlaq pada Q.S. Luqman ayat
12-19 menurut Tafsir Jalalain danTafsir al-Maraghi.
b. Mendeskripsikan penanaman pendidikan karakter di Pondok Pesantren
TPI al-Hidayah dan Pondon Pesantren Jamsaren.
c. Mendeskripsikan relevansi konsep pendidikan akhlaqpada Q.S. Luqman
Tafsir al-Maraghi pada Ponpes Jamsaren Surakarta terhadap pendidikan karakter santri.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan
ilmiah untuk perkembangan pendidikan di Indonesia, khususnya
pendidikan akhlaq dalam pembelajaran PAI.
b. Secara praktis
1) Bagi peneliti memberikan pengetahuan dan wawasan baru tentang
pendidikan akhlaq dalam Q.S. Luqman ayat 12-19 dan relevansinya
terhadap pendidikan karakter.
2) Bagi pesantren
a) Dapat meningkatkan pengetahuan tentang pendidikan akhlaq pada
Q.S. Luqman ayat 12-19 dalam pembelajaran PAI.
b) Sebagai tambahan informasi untuk memperluas wawasan tentang
pendidikan akhlaq pada Q.S. Luqman ayat 12-19 dalam
pembelajaran PAI.
3) Bagi akademik
a) Dapat menambah studi ilmiah tentang pendidikan akhlaq pada Q.S.
b) Dapat berguna untuk mewujudkan akhlaq yang baik pada peserta
didik sesuai dengan yang ada pada al-Qur‟an.
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian-penelitian yang dipandang berkaitan dengan judul yang
diteliti oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Penelitian-penelitian terdahulu
Tesis berjudul “Pemikiran Imam al-Ghazali Tentang Pendidikan
Akhlaq” karya Luqman Latif10, dalam penelitiannya ditemukan bahwa Imam al-Ghazali tidak mengaharuskan pendidik untuk menggunakan
metode tertentu, dan juga materi yang beliau tawarkan terdiri dari
pendidikan akhlaq terhadap Allah SWT, pendidikan akhlaq terhadap diri
sendiri, dan pendidikan akhlaq terhadap orang lain. Penelitian diatas
menggunakan kitab kitab Ihya’ Ulumuddin dalam menganalisa akhlaq,
sedangkan tesis ini menggunakan tafsir al-Qur‟an.
Tesis berjudul Implementasi Pendidikan Akhlaq Mulia Terhadap Santri Pondok Pesantren Modern Miftahunnajah Trini Trihanggo Gamping Sleman11 karya Rasmuin yang mengemukakan bahwa implementasi pendidikan akhlaq mulia di pesantren Miftahunnajah
10Lukman Latif, “Pemikiran Imam al
-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlaq”, Tesis, UIN Malang, 2016.
11Rasmuin, “Implementasi Pendidikan
Akhlaq Mulia Terhadap Santri Pondok Pesantren
dilakukan secara integral melalui dua poin utama, yaitu pengajaran dan
pembiasaan.
Buku berjudul Belajar Dari Luqman al-Hakim, karya Barsihannor dalam buku ini dikemukakan bahwa seorang Luqman Hakim memberi
pelajaran kepada anaknya dan bertaqwa pada Tuhan dan penerapannya
dalam kehidupan. Perbedaan dengan tesis ini adalah cara pandangnya
karena tesis ini menganalisis pendidikan akhlaq pada Luqman dengan dua
tafsir.
Buku karya Syaikh Jamal Abdurrahman yang berjudul Islamic Parenting, Pendidikan Akhlaq Metode Nabi Muhammad SAW.,menjabarkan bagaimana cara nabi mendidik generasi muda Islam pada masa itu mulai dari anak yang baru lahir sampai memasuki usia
pranikah, di dalam buku ini juga terdapat penjelasan tentang Q.S Luqman
tetapi hanya gambaran umum saja. Perbedaan dengan penelitian ini adalah
dari segi sumber utama, kalau buku diatas menggunakan hadis Nabi
sedangkan tesis ini mengguanakan perbandingan dua tafsir yang
terkemuka.
Artikel berjudul Kisah Luqman al-Hakim Dalam Al-Qur’an Sebagai Primadona Pendidikan Keluarga Berbasis Kesetaraan Gender Menurut Perspektif Pendidikan Islam karya Abdullah K. yang menyimpulkan bahwa Luqmanal-Hakim di zamannya tampil sebagai orang
pendidikan keluarga, sebagaimana diabadikan dalamal-Qur‟an secara
khusus surah Luqman12.
2. Kerangka teori
a. Pendidikan Akhlaq
Dalam dunia pendidikan, ada dua istilah yang hampir sama bentuknya
dan juga sering digunakan, yaitu paedagogie dan paedagogik. Paedagogie berarti pendidikan sedangkan paedagogik artinya ilmu pendidikan13. Adapun menurut Tim Dosen FIP-IKIP Malang,
pendidikan adalah ilmu yang sistematis atau pengajaran yang
berhubungan dengan prinsip-prinsip atau metode-metode mengajar,
pengawasan dan bimbingan murid dalam arti luas digantikan dengan
istilah pendidikan14.
Menurut Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin15, akhlaq adalah
suatu perangai yang menetap kuat dalam jiwa seseorang dan
merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari
dirinya, secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan atau
direncanakan sebelumnya.Akhlaq merupakan dasar dari pengetahuan
12Abdullah K.,”Kisah Lukman Al Hakim Dalam Alqur‟an Sebagai Primadona Pendidikan
Keluarga Berbasis Kesetaraan Gender Menurut Perspektif Pendidikan Islam”, An Nisa’: Jurnal
Studi Gender dan Islam, Vol. V, No. 1 (2012), 61.
13
M. Djumransjah, Filsafat Pendidikan, Malang: Bayumedia Publishing, 2008, 21.
14
Tim Dosen FIP-IKIP, “Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan”, Surabaya: Usaha
Offset Printing, 2003, 3.
15
Islam sebagaimana dikemukakan oleh Farish A. Noor, Yoginder
Sikand & Martin van Bruinessen16 “ ... a basic of knowledge of Islam :
‘aqa’id (the articles of faith) and akhlaq (morality); the...”. Dari beberapa
pengertian diatas dapat dikatakan bahwa akhlaq adalah keadaan batin
yang menjadi sumber lahirnya suatu perbuatan yang lahir secara
spontan, mudah, tanpa banyak perhitungan yang timbul karena
pengetahuan agama yang dimiliki. Sedangkan tujuan pendidikan
akhlaq adalah membuat amal yang dikerjakan menjadi nikmat,
seseorang yang dermawan akan merasakan lezat dan lega ketika
memberikan hartanya dan ini berbeda dengan orang yang memberikan
hartanya karena terpaksa. Seseorang yang merendahkan hati, ia
merasakan lezatnya tawadhu’17. Dasar pendidikan akhlaq terdapat
pada ayat al-Qur‟anAsy-Syu’ara ayat 137.
137. (agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.
16Farish A. Noor, dkk,”The Madrasa In Asia”, Amsterdam: Amsterdam University Press,
1998, 127.
17
Akhlaq yang diajarkan dalam al-Qur‟an bertumpu pada aspek fitrah
yang terdapat dalam diri manusia dan wahyu serta tekad dan kemauan
manusiawi.
Kebanyakan akhlak disamakan pengertiannya dengan moral, karakter,
dan juga nilai, akan tetapi dari istilah tersebut mempunyai perbedaan.
Akhlaq adalah suatu perangai yang menetap kuat dalam jiwa seseorang
dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari
dirinya, secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan atau
direncanakan sebelumnya. Moral berasal dari kata bahasa Latin mos18 (jamak dari mores) yang artinya kebiasaan, yang di dalamnya berisi ajaran baik atau buruk yang diterima masyarakat mengenai perbuatan,
sikap, dan kejiwaan.
b. Tafsir Q.S Luqman
Tafsir adalah penjelasan lebih lanjut tentang ayat-ayat al-Qur‟an yang
dilakukan oleh mufassir19.
Tafsir dan ilmu tafsir adalah dua hal yang berbeda, tafsir adalah penjelasan dan keterangan tentang al-Qur‟an sedangkan ilmu tafsir adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana cara menerangkan atau menafsirkan al-Qur‟an. Gambaran pengertian yang lebih mudah tentang ilmu tafsir adalah sarana atau alat yang sedangkan tafsir adalah produk yang dihasilkan oleh ilmu tafsir20.
18
K. Bertens, Etika, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2002, 12.
19
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, 310.
20
Tafsir Jalalain adalah tafsir dengan metode ijmali21, yaitu menafsirkan ayat dengan cara mengemukakan maknanya secara global.
Sistematikanya mengikuti urutan surat al-Qur‟an secara tauqifi, sehingga makna-maknanya saling berkorelasi. Penyajian dalam metode
ini menggunakan ungkapan yang tersari dalam al-Qur‟an sendiri
dengan menambahkan kata atau kalimat penghubung, sehingga
memudahkan para pembaca memahaminya. Dalam metode ijmali, mufassir juga meneliti, mengkaji, dan menyajikanasbab annuzul ayat dengan meneliti hadis dan sejarah yang ada hubungannya dengan atsar sahabat dan generasi awal Islam. Nama surat ini diambil dari Luqman
al-Hakim, yaitu seorang bapak yang bijaksana yang hidup di zaman
nabi Dawud dan pernah menimba ilmu dari nabi Dawud22.
Tafsir al-Maraghi terdiri dari 10 jilid, setiap jilid berisi 3 juz al-Qur‟an, Tafsir al-Maraghi dicetak untuk pertama kalinya pada awal
tahun 136523. Sedangkan metode yang digunakan dalam penulisan
Tafsir al-Maraghi adalah metode tahlili (analisis)24. Nama Q.S. Luqman diambil dari seorang yang dikisahkan dalam surat tersebut
yaitu Luqman al-Hakim. Dalam tafsir ini Luqman al-Hakim adalah
seorang tukang kayu, kulitnya hitam dan termasuk diantara penduduk
21Muhammad Husin,”Metodologi Penafsiran Alqur‟an”,
Jurnal Darussalam, Vol. 7, No. 2(Juli-Desember 2008), 102.
22
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an..., 311.
23
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi..., 20.
24
mesir yang berkulit hitam yang hidup sederhana. Dimana Allah telah
memberinya hikmah dan menganugerahkan kenabian kepadanya25.
c. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari
seorang guru untuk mengajari nilai-nilai kepada siswanya26.
Pendidikan karakter merupakan sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter peserta didik, yang mengandung komponen pengeahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil27.
Dengan demikian pendidikan karakter dapat diartikan sebagai
pendidikan untuk mengajarkan siswa untuk dapat mempunyai nilai
hidup keseharian yang baik dan menjadi kebiasaan bagi dirinya
seterusnya.
E. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan pustaka dan
pendekatan penelitian lapangan (field research). Pendekatan pustaka diambil dalam mencari sumber teori dan rujukan dalam penelitian ini. Sedangkan
pendekatan lapangan untuk mengamati kejadian sehari-hari yang berkaitan
25
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi..., 79.
26
Muchlas Samani & Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011, 43.
27
dengan penelitian untuk memperoleh sudut pandang obyek yang diteliti.
Penelitian ini meneliti dari sumber rujukan kemudian berangkat ke lapangan
untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan
alamiah. Dengan demikian maka pendekatan ini terkait erat dengan
pengamatan berperan serta. Penelitian lapangan biasanya membuat catatan
lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya dan dianalisis
dalam berbagai cara28.
2. Subyek dan Lokasi Penelitian
Subyek penelitian ini adalah ustadz,santri, dan semua yang terlibat dalam
Ponpes TPI al-Hidayah yang berlokasi di Desa Plumbon, Kecamatan
Limpung, Kabupaten Batang dan Jamsaren Surakarta di Jalan Veteran 263
Serengan, Surakarta.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Dengan observasi peneliti mengobservasi sikap dan perilaku santri
diPonpes TPI al-Hidayah yang berkaitan dengan pendidikan akhlaq
karakter sesuai dengan tafsir Q.S. Luqman ayat 12-19 menurut Tafsir Jalalain dan di Ponpes Jamsaren Surakarta yang berkaitan dengan pendidikan akhlaq dan karakter sesuai dengan tafsir Q.S. Luqman ayat
28
19 menurut Tafsir al-Maraghi yang kemudian dihubungkan dan dicerna dengan berbagai teori yang berkesinambungan.
b. Wawancara mendalam
Wawancara ini dilakukan dengan kiai, ustadz, dan yang terkait dengan
pendidikan akhlaq dan karakter sesuai dengan tafsir Q.S. Luqman ayat
12-19 dengan merekamnya saat wawancara dilaksanakan.
c. Dokumentasi
Dengan dokumentasi peneliti mencari data dari dokumen-dokumen
penting, gambar, rekaman, dan sebagainya yang berkaitan dengan karakter
siswa sesuai dengan akhlaq surat Luqman ayat 12-19.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menganalisis sekumpulan sumber kitab
tafsir, buku, artikel, atau rujukan lain, serta sekumpulan hasil wawancara,
pengamatan, catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, dan
sebagainya sehingga data penelitian memiliki banyak variasi. Proses analisis
data dimulai dari mengorganisasikan seluruh data yang telah terkumpul dari
berbagai sumber. Data tersebut kemudian diberi kode-kode dan
dikelompokkan sesuai tema permasalahan atau pertanyaan penelitian. Setelah
dikelompokkan dalam satu tema yang sama, data kemudian dibaca kembali,
ditelaah dan dipelajari.
Data yang telah dikelompokkan tersebut kemudian disusun kembali
menjadi rangkuman inti sesuai dengan tema. Proses analisis kemudian
paparan yang mendalam berdasarkan pemahaman peneliti selama proses
pengumpulan data sampai menemukan esensi dari fenomena yang diteliti.
Peneliti menjelaskan secara sistematis dan logis tentang bagaimana fenomena
itu terjadi. Untuk membantu agar peneliti mampu menganalisis data secara
mendalam dengan penjelasan yang tepat, peneliti dapat mengkaji
kepustakaan, mengkonfirmasikan temuan dengan teori yang telah ada
sebelumnya29.
F. Sistematika Penelitian
Agar penelitian tersusun dengan baik, sistematis, dan terarah, maka secara
konferehesif penelitian ini disusun dengan sistematika pembahasan sebagai
berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal meliputi halaman halaman judul, halaman pengesahan,
halaman pernyataan, abstrak, prakata, daftar isi, daftar gambar, dan daftar
lampiran.
2. Bagian Inti
BAB I: Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,
signifikansi penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian,
dan sistematika penulisan tesis.
29
BAB II: Deskripsi data penelitian, meliputi deskripsi data tentang profil
Ponpes TPI al-Hidayah dan Jamsaren, konsep pendidikan akhlaqpada Q.S.
Luqman ayat 12-19 menurut Tafsir Jalalain dan Tafsir al-Maraghi.
BAB III: Analisis data dan hasil penelitian, meliputi penanaman karakter di
Pondok Pesantren TPI al-Hidayah, Limpung, Batang dan Pondok Pesantren
Jamsaren Surakarta.
BAB IV: Data tentang relevansi konsep pendidikan akhlaq pada Q.S. Luqman
ayat 12-19 menurut Tafsir Jalalain pada Ponpes TPI al-Hidayah dan Tafsir al-Maraghi pada Ponpes Jamsaren Surakarta terhadap pendidikan karakter santri.
BAB V : Penutup, meliputi simpulan dan saran.
3. Bagian Akhir
BAB II
KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK PADA Q.S. LUQMAN
A. Profil Pondok Pesantren TPI al-Hidayah
Pondok Pesantren TPI al-Hidayah berada di Desa Plumbon, Kecamatan
Limpung, Kabupaten Batang yang berdiri pada tanggal 12 Robi‟ul Awal 1951 M oleh Romo Kiai Haji Sya‟ir Assalamah bersama dengan mertuanya yaitu
KH. Ahmad Nahrowi. Dengan Nomor Statistik Pesantren 042332508002. Nama “TPI” diambil KH. Sya‟ir menurut saran KH. Bisri Musthofa Rembang,
yang merupakan singkatan dari Taman Pelajar Islam, sedangkan “al-Hidayah” diambil dari nama Pondok Lasem Rembang di bawah asuhan KH. Ma‟shum.
Pada tahun 1988 KH. Sya‟ir wafat, sebagai penerusnya adalah
putra-putra beliau KH. Muhammad Abdul Manab Sya‟ir, KH. Drs. Agus Musyafa‟ Sya‟ir, KH. Drs. Sulton Sya‟ir, dan Ny. Hj. Faridatul Bahiyah. Pada masa
kepemimipinan putra-putra beliau ini, pondok pesantren banyak mengalami
kemajuan. Setelah 2 tahun kemudian (1990) dengan berbagai pertimbangan dan
tuntutan pendidikan pondok pesantren TPI al-Hidayah mendirikan Yayasan
Islam As-Sya‟iriyah (YISA). Yasayan tersebut sudah memiliki beberapa
Visi Pondok Pesantren TPI al-Hidayah adalahmenjadi lembaga
pendidikan Islam yang memproduksi generasi penerus yang beriman, berbudi
pekerti luhur, dan ber-akhlaqul karimah30. Sedangkan misinya adalah mempertahankan ilmu-ilmu salafussolih, meningkatkan kajian kitab kuning, mempersiapkan santri sebagai kader Islam yang patut menjadi sumber daya
bangsa yang anfaahum li annas, menanamkan nilai-nilai Islam dalam dimensi pembinaan akhlaq, pengembangan keilmuan serta kesejahteraan lingkungan.
Keadaan santri di pondok pesantren al-Hidayah dikategorikan kedalam
2 tipe: santri Kalong dan santri Mukim. Pada tahun ini sendiri santri yang ada di pondok pesantren ini mencapai 1000 santri, yang kebanyakan juga sekolah di
pendidikan formal31.
Kegiatan madrasah santri dikelompokkan sesuai dengan jenjang
pendidikan berdasarkan lama santri belajar dan kemampuan penguasaan materi
dengan menggunakan sistem pengajaran klasikal. Materi pengajaran
disesuaikan kurikulum yang disusun sendiri oleh pesantren yang meliputi:
Theologi Islam (Tauhid), akhlaq,fiqih, ulum al-qur’an, tata bahasa arab, tafsir, ushul fiqih, al-Qur‟an hadis, tajwid, tasawuf, dan mantiqdengan menggunakan metode Sorogan, metodeBahtsul Masa’il, pengajian pasaran, metode mukhafadzah, metode halaqah.Selain itu juga ada ekstrakurikuler yang bisa
30
Mengutip dari Brosur PPDB Ponpes TPI al-Hidayah 2018.
31
diikuti oleh para santri, yaitu qira’ah, hadroh, khitobah, menjahit, kaligrafi, tata boga, pencak silat, dan sepak bola.
B. Profil Pondok Pesantren Jamsaren
Pondok Pesantren Jamsaren mengklaim bahwa Pondok Jamsaren termasuk
pondok tertua yang ada di Jawa yang saat ini masih eksis. Sejarah berdirinya
sekitar tahun 1750 M. Pondok Pesantren ini berada di jalan Veteran 263 Serengan, Surakarta.
Namanya Jamsaren karena pendirinya adalah kiai Jamsari. Pada zaman Pakubuwono ke IV mempunyai keinginan untuk menyebarkan Islam di Solo dan sekitarnya, dengan membangun sebuah masjid di sebelah barat keraton dan juga memanggil seorang ulama yang bernama kiai Jamsari untuk mendirikan sebuah pesantren yang posisinya menjadi tempat dimana Ponpes Jamsaren sekarang berdiri32.
Nama Jamsaren sendiri berasal dari nama kediaman Kiai Jamsari di
Banyumas, salah seorang kiai yang didatangkan oleh Pakubuwono IV. Ponpes
ini pertama berdiri sekitar tahun 1750. Dalam sejarahnya pondok pesantren ini
melewati 2 periode, setelah mengalami kevakuman hampir 50 tahun antara
1830-1878. Semula pondok pesantren yang didirikan pada masa pemerintahan
Pakubuwono IV ini hanya berupa surau kecil, kemudian oleh Pakubuwono IV
didatangkanlah para ulama diantaranya adalah Kiai Jamsari.
Di tangan Kiai Idris Jamsaren mencapai puncaknya.Nama besar yang
pernah nyantri pada Kiai Idris adalah Kiai Mansyur pendiri Ponpes al-Mansyur
Klaten, Kiai Dimyati pendiri Ponpes Termas, Kiai Arwani Amin Kudus, Kiai
32
Abdul Hadi Zahid pengasuh Ponpes Langitan.Banyak juga tokoh besar tanah
air merupakan lulusan atau pernah belajar agama secara intens di Jamsaren
generasi berikutnya. Seperti Munawir Sadzali mantan Menteri Agama, Amien
Rais mantan Ketua MPR, KH Zarkasyi pendiri Ponpes Gontor, KH Hasan
Ubaidah pendiri dan pimpinan LDII serta sejumlah nama lainnya.
Tokoh sentral yang terakhir memimpin pesantren ini adalah KH.Ali
Darokah. Setelah KH.Ali Darokah wafat tahun 1997, Jamsaren dipimpin oleh
sebuah dewan sesepuh. Sedangkan sebagai pelaksana keputusan, semua
kegiatan dipimpin Mufti Addin selaku lurah pondok.Sistem pendidikan
asalpesantren ini adalah salafiyah. Karena itu, materi yang diajarkan adalah kitab-kitab Islam berbahasa Arab dan diterjemahkan dengan bahasa Jawa
Pegon (bahasa yang disesuaikan dengan susunan bahasa Arab), seperti Qiro’atu Kutub, Tahfidz Juz 30 Dan 29, Tafsir al-Qur‟an, Addinul Islam, Hadis, Fiqih Kontemporer, Nahwu, Shorof, dan Bahasa Arab, Tajwid/Tahsin, Ta’lim
al-Muta’alim, Matematika, Khitobah. Metode pengajaran pun dengan cara
sorogan dan bandongan,masing-masing membawa kitab sendiri. Pada 1913, sistem pengajian sorogan diganti dengan sistem kelas (klasikal). Dalam
perkembangannya, Pondok Pesantren Jamsaren kemudian bekerja sama dengan
Yayasan Perguruan al-Islam Surakarta.
1. Sebagai lembaga pengembangan sumber daya generasi muslim yang
berkualitas dalam dimensi material dan spiritual serta siap menatap masa
depan dunia akhirat.
2. Membina dan mengembangkan sumber daya manusia muslim melalui
Program Pendidikan yang utuh dan terpadu antara pendidikan formal dan
pesantren.33
Pada pondok pesantren Jamsaren ini ustadz atau pembimbing terdiri dari
para dosen dan guru dari berbagai disiplin ilmu di wilayah Surakarta. Pola
hidup pun sudah diatur di pondok ini, dimana seluruh kehidupan di pondok
diatur seperti di rumah atau dalam keluarga. Serta didukung dengan fasilitas
yang baikseperti misalnya poliklinik kesehatan, minimarket, perpustakaan,
sarana oalahraga, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang belum tentu dimiliki oleh
pesantren lain34.
C. Konsep Pendidikan Akhlaq pada Q.S. Luqman Ayat 12-19
1. Menurut Tafsir Jalalain
PadaTafsir Jalalain konsep pendidikan akhlaqmanusia dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia
dengan alam semesta.
a. Akhlaq kepada Allah
33
Mengutip dariBrosur PPDB Pesantren Jamsaren 2018.
34
1) Tauhid (35
للهاب كرشت لا
)Bertauhid disini adalah dengan tidak menyekutukannya. Manusia wajib
berakhlaq baik kepada Allah, artinya harus adil dalam menempatkan
dirinya sebagai hamba dan menempatkan Allah sebagai kholiq. Harus mengakui Allah sebagai kholiq, malik, kita hamba, mabid, sedangkan Allah ma’bud.
2) Syukur (36
للهركشا نآ
)
Secara istilah syukur adalah mentasharufkan segala kenikmatan yang
telah diberikan oleh Allah sesuai dengan fungsinya37. Kita harus
bersyukur kepada Allah karena kenikmatan yang diberikan Allah tidak
pernah putus yang harus kita syukuri diantaranyapemberian yang berupa
ilmu, hikmah, rejeki, anak dan lain sebagainya. Karena dengan bersyukur
maka nikmat yang sudah Allah berikan akan kembali kepada kita dengan
lebih melimpah, dan berlipat-lipat.
3) Bertobat ( 38
ليبس عبتاو
)
Apabila dalam melakukan kegiatan sehari-hari kita melakukan hal yang
melenceng dari ajaran Allah, hendaknya kita selalu bertobat dengan
melakukan ketaatan yang lebih lagi. Sekecil apapun perbuatan itu, karena
35
Al-Mahalli, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Syaikh Jalaluddin Abdurrahman Abi Bakar As-Syuyuti, Tafsir al-Qur’anil Adhim, Al Haromain Jaya : Indonesia, 2008, 101.
36
Al-Mahalli, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Syaikh Jalaluddin, ..., 101.
37
Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018.
38
biasanya berangkat dari sedikit akan menjadi rangsangan untuk
melakukan hal yang lebih besar39.
b. Akhlaq kepada manusia
1) Menghormati orang tua({
اهمبرينأ هانرمأ
}ويدلاوب ناسن لاا انيصوو
)40Golongan manusia tersebut dapat dibagi menjadi beberapa golongan.
Pertama adalah orang tua, orang tua sendiri dibagi menjadi 2 bagian yaitu
orangtua biologis dan ideologis41. Pada orang tua biologis, kita mesti
pandai menghormati, bayak berterimakasih dan perbuatan baik lainnya
karena latar belakang kita ada adalah bagian dari perjuangan mereka baik
dhohir maupun batin.Hebatnya lagi mereka tidak menuntut kepada
kita.Maka dari itu jika tidak ingin disebut sebagai zalim kita harus
menempatkan orangtua setingkat dibawah Allah.
Tidak kalah pentingnya kita juga harus berbuat baik pada guru kita dari
MI sampai Kuliah, yang bisa kita sebut sebagai guru ideologis. Agar kita
sadar bahwa manusia terdiri dari 2 unsur besar, fisik dan rohani. Kedua
unsur ini harus bisa mendapatkan asupan gizi yang cukup. Orang tua
insyaallah sudah mencukupi asupan gizi fisik, meskipun tentu asupan
gizi rohani pada umumnya belum maksimal. Karena keterbatasan itulah
maka orangtua menitipkan, minta bantuan orang lain, yang kemudian
disebut sebagai guru yang nantinya akan memberikan gizi rohani.
39
Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018.
40
Al-Mahalli, Jalaluddin Muhammad bin Ahmad, Syaikh Jalaluddin, ..., 101.
41
Kewajiban kita menghormati kepada Allah mutlak, artinya tanpa ada pertimbangan apapun , karena Allah mutlak akan kebenarannya, akan tetapi kewajiban kita menghormati, mengapresiasi orang tua itu bersyarat karena mereka itu manusia, manusia bisa bersifat salah42.
Wajib menghormati mereka ketika mereka pada jalur yang benar,
wajib tidak mengindahkan taat pada mereka ketika mereka tidak pada
jalur yang sesuai dengan norma agama, kebangsaan, sosial, adat.
Cara birr al-walidainketika orang tua masih hidup kita wajib menghargai, menghormati, mendoakan, berbuat baik, mengapresiasi,
juga dalam istilah Jawa kita harus bisamikul dhuwur mendhem jero.Bahkan setelah orang tua kita meninggal kita juga masih wajib berbuat baik kepada orang tua dengan cara mendoakan, tahlil,
sodaqoh, dan lain sebagainya.
Kedua adalah manusia selain orang tua, di dunia sangat banyak ragam
manusiatapi secara umum ada satu komitmen yaitu kita tidak boleh
merendahkan, meremehkan, menganggap tidak penting kepada orang
lain43. Akhlaq yang demikian lebih diterapkan kepada masyarakat
secara umum dalam kehidupan kita sehari-hari, karena kita hidup harus
bersosial dengan masyarakat sekitar.
2) Amar ma’ruf nahi munkar
42
Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018.
43
Ketika kita menyadari sebagai makhluk Allah sang kholiq maka akan anda harus mengabdi kepada Allah, anda harus mendekatkan diri kepada
Allah, karena kita iftiqor dan Allah istighna44’. Bagaimana perilaku seorang hamba kepada bosnya, dalam tataran kepada Allah misalnya
salat, puasa, zakat, amar ma’ruf nahi munkar. 3) Sabar
Sebagai hamba tentunya mempunyai keterbatasan dalam segala hal,
untuk mensikapi keterbatasan tersebut maka harus sabar. Sabar ada 2
bentuk :
a) Sabar ketika menerima musibah, karena seluruh yang terjadi adalah
garis qada dan qodar. Berarti apa yang sebernarnya kita miliki
harusnya ketika mampu menjaga titipan ini dengan baik.Konsep sabar yang sesungguhnya adalah sebelum mengucapkan tarji’ kita terlebih dahulu mengucapkan alhamdullillah45.
Mengucapkan kalimat tarji’ ketika titipan itu tidak mampu kita rawat
dengan baik, seperti anak yang susah diatur, tidak pernah
salatmeninggalkita ucapkan kalimat tarji’ karenakita mengakui
kegagalan kita dalam merawat titipan Allah. Itu biasanya dilakukan
oleh orang yang mempunyai ilmu tauhid yang tinggi.
b) Sabar dalam keadaan senang
44
Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018
45
Saat mendapatkan nikmat, kita juga harus sabar. Artinya jangan
terlena dengan kenikmatan itu, justru lebih berat sabar menerima
kesenangan dibandingkan dengan sabar menerima kesusahan.
Ketika diberi nikmat kita harus mampu menggunakan nikmat tersebut sesuai dengan perintahAllah yang sudah memberi. Misal dikasih motor, kita harus bisa menggunakan motor tersebut sesuai dengan koridor yang Allah tentukan46.
Jangan sampai seperti banyak kisah orang yang taat berubah menjauhi
Allah setelah kaya.
4) Rendah Hati
Kita tidak boleh merendahkan, meremehkan, menganggap tidak penting
kepada orang lain. Contoh lain memalingkan muka, menganggap dirinya
lebih penting dari pada orang lain, ada orang ingin bertemu pura-pura
tidak bisa. Maka kita harus menghindari perilaku tersebut agar terhindar
dari sifat sombong dan angkuh.
Contoh anda naik mobil lambat adalah bentuk kesombongan karena tidak memperhatikan hak orang lain di jalan. Berjalan cepat sekali juga karena membahayakan orang lain. Itu hanya contoh kecil, bahasa yang paling tepat adalah berperilaku wajar, sebagaimana mestinya. Kalau ngomong jangan kemudian dengan suara yang berlebih seperti membentak. Membentak itu merasa bahwa yang dibentak itu seolah dibawah kita. Maka muncul sikap, suara, tingkah kita tidak terkendali, itu adalah bentuk kesombongan47.
Dalam dunia pendidikan kita tidak boleh membentak murid. Karena itu
juga bentuk kesombongan, harusnya kita lebih halus karena uswah.
46
Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018.
47
c. Akhlaq kepada alam semesta
Dengan alam pun kita tidak boleh berlaku sembarangan. Karena alam juga
merupakan makhluk Tuhan yang sangat bermanfaat dan sangat membantu
dalam proses kehidupan kita48.
2. Menurut Tafsir al-Maraghi
Dalam kitab Tafsir al-Maraghi yang merupakan tafsir ijmali terdapat beberapa akhlaq yang bisa ditemukan dalam Q.S. Luqman 12-19.
a. Syukur
لىاعت للها ىلع ءانثلاركشلا
49
syukur disini adalah memuji kepada Allah,
menjurus kepada perkara yang hak, cinta kebaikan kepada manusia, dan
mengarahkan seluruh anggota tubuh serta semua nikmat yang diperoleh
kepada ketaatan kepada-Nya. Dalam hidup ini semuanya adalah pemberian
Allah. Karena setiap manusia memiliki kecenderungan, keterbatasan, dan
kelebihan masing-masing50maka sebagai makhluk manusia harus selalu
bersyukur.
Syukur manusia kepada Allah dimulai dengan menyadari dari lubuk hatinya
yang terdalam betapa besar nikmat dan anugerah-Nya, dan dorongan untuk
memujinya dengan ucapan sambil melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya
48
Wawancara dengan Kiai Agus Musyafa‟ pada 23 Mei 2018.
49
Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, Tafsir al-Maraghi, Juz 21, Mesir : Mustofa Baabi al-Khalii, 1325 H, 79.
50
dari penganugerahan itu. Syukur juga harus kita limpahkan kepada kedua
orangtua yang telah berjasa kepada kita. Sesuai dengan keterangan
كيلع ىمعن ىلع لىركشا نا
,
كدوجو فى ببسلا ناك امنهلا كيدلاولو
Syukur juga bisa dengan ilmu yang kita miliki dengan membantu orang
yang membutuhkan dengan semampu kita52. Dengan demikian maka
bersyukur bukan hanya saat kita menerima, kita dapat memberi sesuatupun
kita harus bersyukur.
b. Menyayangi anak
Luqman al-Hakim dikenal sebagai orang yang sangat sayang dan mencintai
anaknya.
Anak merupakan titipan dari Allah yang harus dijaga. Sebagai orangtua kita
tidak hanya memberikan makan saja kepada mereka, akan tetapi harus
memberi kasih sayang, cinta, dan selalu membimbingnya agar selalu
beribadah dan menjauhi larangan agama. Kita harus memerintahkan kepada
anak kita untuk selalu menyembah hanya kepada Allah dan melarangnya
berbuat syirik.
51
Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, Tafsir..., 83.
52
Wawancara dengan Kiai Umar Irsyadi pada 6 Juli 2018.
53
c. Tauhid
Larangan untuk menyekutukan Allah menjadi hal yang utama, karena syirik
merupakan perbuatan yang zalim. Syirik adalah perbuatan yang buruk dan
merupakan dosa besar.
ميظع ملظل كرشلا نا للهاب كرشتلا نيبي
Sehingga dalam membimbing anak hendaknya selalu mengajari anak kita
agar tidak melenceng dari apa yang sudah menjadi kewajiban sebagai
hamba Allah. Kita harus selalu meng-esa-kan Allah karena tiada Tuhan
selain Allah SWT.
d. Berbuat baik kepada kedua orang tua
Kalau diatas bentuk kasih sayang orangtua kepada anaknya, maka Allah
juga menyuruh kita untuk berbakti dan taat kepada kedua orangtua kita.
(
وو
ويدلاوب ناسنلاانيص
)
امهتعاطو اهمبرب هانرمأو ىأ
Anak pasti mempunyai orangtua akan tetapi orang tua belum tentu memiliki
anak. Maka dari itu kewajiban taat dan berbakti kepada orangtua adalah
kewajiban. Dalam al-Qur‟an pun sering kewajiban untuk taat kepada orang
tua berbarengan dengan taat kepada Allah seperti dalam suratal-Isra’ ayat 23.
54
Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, Tafsir..., 82.
55
Selanjutnya ada sosok ibu yang mempunyai jasa yang paling banyak
terhadap hidup dan kesuksesan kita. Dalam tafsir ini pembahasan seorang
ibu sangatlah mendalam. Karena sangat besarnya jasa orang tua terhadap
kita terutama seorang ibu, maka kita sebagai hamba yang beriman harus
bisa membalas kepada meraka, meskipun balasan kita tidak akan bisa
membalas sepenuhnya kepada mereka.
e. Tobat
(
ليإ بانا نم ليبس عبتاو
)
ملاسلا لىا عجرو وكرش نم بات نم ليبس كلساو
Sebagai hamba kita wajib mengikuti apa yang menjadi perintahNya. Akan
tetapi sebagai hamba yang penuh dengan kelemahan tentu kita bisa saja
melanggar apa yang sudah menjadi laranganNya. Oleh karena itu bertobat
adalah salah satu yang dianjurkan agar kita kembali kepada agama Islam
dan mengikuti jejak Nabi Muhammad saw. f. Sabar
Bersabar merupakan hal yang sangat istimewa, kita disuruh oleh Allah
untuk bersabar jika ada hal yang menimpa kita yang datangnya dari orang
lain saat kita berjuang untuk beramar ma’ruf dan nahi munkar kepada mereka.
56
(
كباصأ ام ىلع برصاو
)
ذ في سانلا ىذأ نم
ا
فورعلماب متهرمأ تنا اذا للها ت
ركنلما نع مهتينهوأ
Selain itu sabar sendiri bersama dengan salat juga merupakan sarana yang
pokok untuk meraih ridho Allah.
g. Rendah hati
(
احرم ضرلاا فى شتم لاو
)
اترخبتم لااتمخ ضرلاا فى شتم لاو ىا
...
58
Dalam berjalan di muka bumi atau kehidupan keseharian hendaklah selalu
bersikap rendah hati, karena hal tersebut lebih baik daripada berjalan dengan
angkuh dan menyombongkan diri, karena cara seperti itu merupakan cara
berjalan orang yang angkara murka dan sombong, dan yang berbuat zalim
kepada orang lain.
57
Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, Tafsir...,85.
58
BAB III
PENANAMAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN
A.Penanaman Karakter di Pondok Pesantren TPI al-Hidayah.
1. Kegiatan yang dilaksanakan dalam penerapan nilai-nilai karakter
Pendidikan karakter di pondok pesantren merupakan hal yang tidak
dapat dihilangkan, mengingat bahwa keberadaan pondok pesantren menjadi
solusi alternatif dalam memperbaiki karakter masyarakat terutama anak-anak.
Pendidikan karakter di pesantren bertujuan untuk membentuk karakter atau
sikap peserta didik atau yang biasa disebut dengan santri agar menjadi lebih
baik dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter di sini maksudnya
adalah pendidikan yang di implementasikan dalam bentuk penanaman
nilai-nilai karakter terhadap diri individu agar individu tersebut dapat membedakan
antara yang baik dan buruk.
Sesuai dengan visi Ponpes TPI al-Hidayah yaitu menjadi lembaga
pendidikan Islam yang memproduksi generasi penerus yang beriman, berbudi
dapat terealisasi dengan sistem pendidikan dan pengajaran yang sudah
dilakukan pada pesantren.
Pendidikan karakter di TPI al-Hidayah Plumbon tidak secara langsung
dicantumkan dalam mata pelajaran atau pendidikan khusus, melainkan
diajarkan melalui berbagai kegiatan yang memuat penanaman nilai-nilai
karakter. Dalam pelaksanaanya, para santri diwajibkan untuk mengikuti setiap
kegiatan yang diadakan oleh ponddok pesantren dan mematuhi segala
peraturan yang ada baik itu secara tertulis maupun peraturan yang tidak tertulis.
Bagi santri yang melanggar peraturan maka akan dikenakan sanksi yang sesuai
dengan pelanggaran yang santri lakukan.
Tabel 3. 1. Kegiatan Santri TPI al-Hidayah59
Waktu Jadwal Kegiatan
03.30-04.30 Salat Tahajud dan Mujahadah
04.30-05.00 Jama‟ah Salat Subuh
05.00-06.00 Bandongan al-Qur‟an dan Tafsir
06.00-07.00 Istirahat
07.00-07.30 Jamaah Salat Dhuha
07.30-08.30 Sorogan Kitab
59
08.30-09.00 Istirahat
09.00-09.30 Bandongan Kitab
09.30-10.00 Istirahat
10.00-11.00 Amsilati
11.00-12.00 Istirahat
12.00-12.30 Jama‟ah Salat Dzuhur
12.30-13.00 Bandongan al-Qur‟an dan Kitab
13.00-14.00 Istirahat
14.00-15.30 Sekolah Madrasah Jam I
16.00-17.00 Sekolah Madrasah Jam II
18.00-18.15 Jama‟ah Salat Maghrib
18.15-19.30 Sorogan al-Qur‟an
19.30-20.00 Jama‟ah Salat Isya‟
20.00-20.30 Bandongan Kitab
21.00-22.00 Takror / Belajar Wajib
Ahad Ba‟da Isya‟ Bandongan Kitab
Ahad Ba‟da Subuh Mukhafadzoh
Ahad Pagi Sorogan al-Barzanji + Fasolatan
Penanaman nilai-nilai karakter yang dilaksanakan terhadap santri tidak
hanya dalam kegiatan di pondok saja, akan tetapi juga dalam kegiatan
ekstrakurikulernya. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut bertujuan untuk
mengembangkan bakat dan minat santri dalam berbagai bidang seperti pencak
silat, rebana, dan keorganisasian. Penanaman nilai karakter yang disisipkan
dalam berbagai macam kegiatan santri mulai dari saat bangun tidur hingga
menjelang tidur kembali. Pada pagi harinya santri diwajibkan salat subuh
berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan membaca al-Qur‟an dan mengaji
kitab kuning bersama kiai atau ustadz di kelas. Sesekali dalam pelaksanaannya
para pengurus mengawasi semua santri agar tidak ada yang bolos tidak ikut
kegiatan. Pada waktu tertentu pondok pesantren juga sering menghadirkan kiai
atau ulama yang bertaraf nasional untuk berceramah atau memimpin pengajian.
Hal tersebut dilakukan guna menambah wawasan dan pengetahuan santri serta
meningkatkan nilai-nilai karakter santri sebelum memasuki dunia kerja di masa
yang akan datang. Pada dasarnya sesua dengan paparan di atas terdapat
beberapa macam nilai karakter yang ditanamkan di pesantren di antaranya nilai
religius, kemandirian, dan tanggung jawab.
Metode penanaman pendidikan karakter antara lain adalah metode
keteladanan, pembiasaan, nasehat, persuasi, dan kisah60.Metode pendidikan
karakter yang dikembangkan pada Pondok Pesantren TPI al-Hidayah
diantaranya :
a. Metode pembiasaan, untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di masjid
atau di madrasah tepat waktu, mengantri makan dan mandi, salat malam
bersama, tadarus bersama, makan bersama, pembatasan komunikasi
dengan keluarga, pengelolaan keuangan mandiri, disiplin waktu.
Pembiasaan yang lain yang dilaksanakan di pesantren ini adalah selalu
menghormati orangtua dan guru baik dalam keadaan masih hidup atau
meninggal. Ketika orang tua atau guru sudah meninggal bisa dilakukan
dengan cara mengirim doa, tahlil, ziarah kubur, bersedekah, dan bisa juga
menyelenggarakan kenduri untuk yang telah meninggal61. Karena hormat
kepada orang tua hukumnya wajib baik saat masih hidup ataupun sudah
meninggal.
b. Metode keteladanan, uswatun khasanah salah satu yang paling penting dalam pemberian pelajaran karakter pada santri. Uswah itu mencakup perilaku, komitmen, tapi lebih kepada amaliah praktik real kehidupan62. Keteladanan yang dilakukan oleh kiai merupakan cara yang ampuh dalam
60
Fifi Nofiaturrahmah, Metode Pendidikan Karakter Di Pesantren, Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 1, (Juni 2014), 211.
61
Munawir Abdul Fattah, Tradisi Orangorang NU, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006, 233.
62Wawancara dengan K.H. Agus Musyafa‟ pada 6 Juni
menanamkan karakter santri. Seperti salat tepat waktu, menghargai orang
tua dan lain sebagainya, juga keteladanan para pengurus saat sowan pada kiai dengan memakai pakaian yang sopan dan menggunakan bahasa
kramaalus. Membiasakan diri untuk selalu berbuat baik juga merupakan cara yang efektif dalam menanamkan karakter santri. Selalu membiasakan
diri untuk bersyukurkarena masih bisa menuntut ilmu, meskipun banyak
teman yang merantau demi mempunyai banyak uang.
Itu tidak apa-apa buat saya karena intinya mereka mencari uang dan saya mencari ilmu, karena mature Abah bahwa uang itu nanti ikut kepada orang yang mempunyai ilmu, tapi kalau ilmu tidak mesti ikut pada orang yang mempunyai uang. Saya disini juga bersyukur karena bisa dikenal oleh Abah63.
Selain syukur, santri juga harus mempunyai karakter sabar. Karena dalam
kehidupan pasti cobaan akan selalu ada. Dalam menghadapi cobaan
tersebut maka para santri harus mempunyai kesabaran dalam
menghadapinya.
Dalam kehidupan pondok pesantren ada banyak cobaan dan ujian, karena anak pondok itu banyak ujiannya, diantaranya ada yang kena penyakit kulit (gudik), ada yang kiriman bekal dari orang tua telat, dan sebagainya, akan tetapi yang pasti mengalami adalah gudigen. Maka dari itu santri harus bisa sabar dengan diobati64.
Kesabaran juga tidak terpusat pada santri saja, karena para pengurusa dan
kiai nya juga harus sabar menghadapi beraneka macam tingkah dari santri.
Dalam berbicara dengan kiai hendaknya selalu sopan santun, tidak terlalu
keras. Itu sesuai dengan ayat
توص نم ضضغاو
.
63
Wawancara dengan Nur Rohman, Lurah Ponpes TPI al-Hidayah, 12 Juli 2018.
64
Kalau sowan atau pun bertemu kepada kiai kita harus menggunakan tata krama, unggah-ungguh. Dengan mengucapkan sepindah silaturahim, kemudian mengutarakan apa yang menjadi tujuannya, dengan bahasa krama dan suara yang lirih (tidak keras)65.
Dari wawancara diatas dapat dikatakan bahwa keteladanan dari para
pengurus merupakan suatu cara dalam menanamkan karakter pada santri,
terlebih pada santri baru yang belum begitu memahami tentang peraturan
peantren. Karakter yang diajarkan sperti cara menghormati guru,
kedisiplinan berpakaian, kesopanan berbicara dengan kiai. Kedisiplinan
juga sangat ditekankan dalam TPI al-Hidayah, karena dalam pelaksanaan
jadwal kegiatan yang sudah ada akan dapat berjalan dengan lancar, dan
sesuai dengan keinginan. Dalam menekankan kedisiplinan maka para
pengurus atas persetujuan pengasuh selalu memberi hukuman kepada
santri yang melanggar kedisiplinan tersebut. Jika santri sudah melanggar,
cara menanamkan karakter yaitu dengan cara metode memberi nasehat
agar tidak mengulangi keburukan lagi.
c. Metode motivasi dapat diterapkan pada santri yang sudah dianggap
mempunyai ilmu dan kepribadian yang layak yang kemudian diangkat
menjadi seorang pengurus, juga ketika sudah pulang kampung (boyong) dengan begitu diharapkan santri senior dapat membimbing santri dengan
kasih sayang dan juga sabar terhadap tingkah yang melnceng. TPI
al-Hidayah sendiri mengharapkan para santri dan alumninya mampu
menempatkan dirinya pada tempat yang tepat. Saat masih di pesantren
santri dibekali ilmu dan latihan khitobah yang tujuannya adalah untuk
65
kelak berdakwah dan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar sesuai apa
yang diperintahkan Allah. Dengan memberi motivasi dan semangat bahwa
dalam menegakkan agama Allah itu pasti akan bermanfaat dan diberi
kemudahan dalam hidup. Dalam hubungannya dengan Allah (bertaqwa)
dalam hubungan dengan orang tua, baik ideologis maupun biologis (mikul duhwur mendhem jero66).
d. Metode persuasi adalah meyakinkan peserta didik tentang suatu ajaran
dengan kekuatan akal67. Santri di TPI al-Hidayah sendiri selalu diberi
wejangan untuk selalu berpedoman pada Islam Ahlu Sunah wa
al-Jama’ah dalam setiap pengamalannya.
e. Melalui nasihat pendidikan karakter juga bisa diterapkan di pesantren ini,
nasehat biasanya di berikan kepada santri saat mengkaji kitab, saat
dihukum, dan saat akan pamitan boyong ke rumah, dengan seringnya nasehat yang diberikan diharapkan karakter yang ada akan muncul,
tumbuh, dan berkembang dalam jiwa santri
B.Penanaman Karakter di Pondok Pesantren Jamsaren
1. Kegiatan yang dilaksanakan dalam penerapan nilai-nilai karakter
Karakter tidak didapatkan sejak lahir, melainkan muncul dari kebiasaan
dalam kehidupan kita sehari-hari. Karakter yang diajarkan dan dipraktikkan
dalam pendidikan disebut pendidikan karakter. Dalam pendidikan karakter
terdapat berbgai macam karakter yang dapat dikembangkan. Di Pondok
66
Wawancara dengan KH. Agus Musyafa‟, Pengasuh TPI al-Hidayah 6 Juli 2018.
67
pesantren sendiri meskipun tidak semua macam karakter dapat dipelajari akan
tetapi terdapat beberapa macam nilai karakter yang diunggulkan dalam
pendidikan di pondok pesantren diantaranya karakter religius, kemandirian,
dan tanggung jawab.
Karakter tersebut diterapkan di pondok pesantren karena dinilai tepat
untuk diajarkan pada santri dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dijadikan
sebagai dasar dari nilai karakter yang lainnya. Meskipun begitu, penanaman
karakter yang lain tidaklah dikesampingkan oleh pondok pesantren hanya saja
penerapannya tidak sebanyak ketiga karakter tersebut.
Diantara pendidikan karakter yang diajarkan di Pondok Pesantren
Jamsaren Surakarta, nilai religius menjadi karakter yang utama ditanamkan
pada setiap santri tanpa terkecuali. Hal tersebut berkaitan dengan visi dan misi
pondok ini untuk membina dan mengembangkan sumber daya manusia muslim
melaui program pendidikan yang utuh dan terpadu antara pendidikan formal
dan pesantren dan menjadi alumnus yang ber-akhlaq al-karimah. Juga berkaitan dengan tujuan pondok pesantren sendiri yaitu mengutamakan
pembentukan kepribadian dan sikap mental serta penanaman ilmu-ilmu agama
Islam. Penanaman nilai religius ini berfokus pada peningkatan keimanan santri
dan kepercayaan santri kepada Allah.
Di Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta, penanaman nilai karakter
religius dapat terlihat dalam berbagai kegiatan santri, antara lain salat lima
waktu, mengkaji al-Qur‟an, serta mengkaji kitab kuning. Kitab yang dikaji di