• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.4. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Teori pertumbuhan endogen (endogeneous growth theory) menjelaskan bahwa investasi pada modal fisik dan modal manusia berperan dalam menentukan pertumbuhan ekonomi jangka panjang (Ma’ruf, 2008). Investasi memainkan peran penting dalam menggerakkan kehidupan ekonomi bangsa, karena pembentukan modal memperbesar kapasitas produksi, menaikkan pendapatan nasional maupun menciptakan lapangan kerja baru, dalam hal ini akan semakin memperluas kesempatan kerja (Torado dalam Sodik, 2005).

Teori pertumbuhan endogen sesuai dengan teori keseimbangan pada pasar barang yang dikemukakan oleh Keynes. Teori ini menyatakan bahwa peningkatan invesasi akan mendorong peningkatan pendapatan nasional karena investasi merupakan komponen pembentuk pendapatan nasional (Ernita, 2013).

Teori Neoklasik menjelaskan tentang hubungan antara investasi domestik dengan perkembangan ekonomi, dimana investasi memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Investasi domestik penting untuk peningkatan kemakmuran ekonomi bagi beberapa negara (Alfa, 2012). Menurut metode pengeluaran dalam penghitungan pendapatan nasional, salah satu jenis agregatnya adalah pengeluaran investasi (Utami, 2013).

Pembangunan yang terjadi di Indonesia tidak merata. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan cepat, sementara beberapa daerah lagi mengalami pertumbuhan yang lambat. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sumber-sumber yang dimiliki, adanya kecenderungan peranan modal (investor) memilih daerah perkotaan atau daerah yang telah memiliki berbagai fasilitas (Sutarno, 2003).

Investasi bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat (Hidayat, 2011).

Pemerintah daerah (Pemda) memiliki peranan yang besar dalam menunjang upaya memperbaiki iklim investasi. Pemda harus menindaklanjuti dengan menerbitkan Perda yang sejalan dengan UU Penanaman modal dan tidak boleh lepas dari tujuan negara secara nasional (Utami, 2013).

Pemda melakukan investasi dalam bentuk penyertaan modal pada BUMD.

Dalam penganggarannya, investasi ini tidak diakui sebagai belanja, namun

dimasukkan sebagai pengeluaran pembiayaan. Di sisi lain, hasil yang diterima dari investasi ini dikategorikan sebagai PAD. Pada kenyataannya, investasi yang dilakukan pemda tidak memberikan kontribusi terhadap peningkatan pelayanan kepada masyarakat (Utami, 2013).

Modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia, baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia, yang disediakan guna menjalankan suatu usaha di Indonesia dan harus sesuai dengan UU Penanaman Modal (Widjaya, 2005).

Modal dalam negeri dikenal dengan istilah PMDN.

Tingkat tabungan yang tinggi akan meningkatkan investasi domestik dan akhirnya akan meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi (Barro, 1996).

Pertumbuhan ekonomi yang cepat melalui investasi domestik akan diharapkan dapat meningkatkan harapan untuk kesempatan berinvestasi (Duncan, 1999).

2.1.5. Konsumsi

Konsumsi merupakan salah satu komponen permintaan agregat yang digerakkan oleh pengeluaran konsumsi. Berbagai jenis barang dan jasa ditawarkan kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Munculnya kegiatan produksi disebabkan adanya kegiatan konsumsi. Sebaliknya, kegiatan konsumsi ada karena ada yang memproduksi. Meningkatnya produksi akan meningkatkan pendapatan. Peningkatan pendapatan merupakan salah satu indikator meningkatnya pertumbuhan ekonomi (Ningsih, 2013).

Dalam teori Keynes, konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan diposibel yaitu pendapatan setelah dikurangi pajak dan merupakan pendapatan yang siap

dibelanjakan. Pada dasarnya pendapatan diposibel digunakan untuk kegiatan konsumsi dan untuk tabungan (Ernita, 2013). Pendapatan yang tidak habis dikonsumsi maka akan ditabung. Jika suku bunga naik maka sisa pendapatan diposibel akan digunakan sebagai tabungan dan sebaliknya jika suku bunga turun maka masyarakat akan melakukan investasi. Investasi yang dilakukan pada umumnya adalah PMDN.

PAD suatu daerah berbanding lurus dengan konsumsi. Jika konsumsi tinggi maka PAD yang diterima akan meningkat. Demikian sebaliknya jika konsumsi rendah maka PAD juga akan kecil. Retribusi merupakan salah satu bentuk penerimaan daerah yang tergolong kedalam PAD. Retribusi tinggi apabila masyarakat banyak mengkonsumsi barang dan jasa yang ditawarkan oleh pemerintah daerah seperti retribusi parkir, retribusi penerangan jalan dan lain sebagainya. DAK merupakan bagian dari dana perimbangan. DAK diberikan untuk memenuhi kebutuhan khusus setiap daerah seperti kebutuhan pendidikan.

Semakin banyak jumlah penduduk suatu daerah maka tingkat konsumsi terhadap pendidikan akan meningkat. Meningkatnya konsumsi pendidikan dapat meningkatkan pemberian DAK untuk pendidikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

PAD yang diupayakan dan dana perimbangan yang diterima oleh pemerintah daerah digunakan untuk membiayai belanja daerah. Belanja daerah digunakan untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dan akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa konsumsi dapat memperkuat hubungan PAD, dana perimbangan, belanja daerah, dan PMDN dengan pertumbuhan ekonomi.

Pendapatan seseorang dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan nominal dan pendapatan riil (Waluyo, 2007). Pendapatan nominal merupakan pendapatan yang diterima oleh seseorang dalam jumlah nominal. Sedangkan pendapatan rill merupakan pendapatan yang jumlahnya telah dideflasikan dengan dengan perubahan barang dan jasa. Pendapatan riil merupakan indikator yang paling realistis digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan seseorang.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga tidak terbatas hanya pengeluaran untuk barang-barang yang tidak tahan lama, tetapi dapat meliputi pengeluaran untuk barang-barang tahan lama (durable goods) (Waluyo, 2007). Ada beberapa teori konsumsi, dimana dalam bahasan ini besar kecilnya konsumsi ditentukan oleh variabel-variabel lain selain pendapatan (Waluyo, 2007). Adapun teori konsumsi yang dimaksud diatas adalah

a. Teori konsumsi dengan hipotesa pendapatan absolut

Pengeluaran konsumsi sangat ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan, dimana antara pendapatan dengan konsumsi memiliki hubungan yang positif.

Keynes dalam bukunya yang berjudul The general Theory of Employment, Interest and Money memberikan perhatian besar terhadap hubungan antara konsumsi dan pengeluaran. Lebih lanjut Keynes mengatakan bahwa ada pengeluaran konsumsi minimum yang harus dilakukan oleh masyarakat (outonomous consumtion) dan pengeluaran konsumsi akan meningkat dengan bertambahnya penghasilan.

b. Teori konsumsi dengan hipotesis siklus hidup

Teori konsumsi dengan menggunakan suatu pendekatan siklus hidup yang dikembangkan oleh Ando, Brumberg dan Modigliani (ABM). Berdasarkan teori

ini pengeluaran konsumsi seseorang sangat tergantung dari perjalanan umur seseorang yang terdiri atas tiga tahap yaitu:

1. Dimulai dari usia 0 tahun sampai dengan usia kerja (usia tertentu / belum bekerja). Di tahap ini seseorang melakukan konsumsi dalam kondisi dissaving karena seseorang melakukan konsumsi sangat tergantung pada orang lain (orang tua atau saudara)

2. Dimulai dari usia kerja (sudah bekerja) sampai dengan usia dimana orang tersebut sudah menjelang usia tua (tidak produktif). Di tahap ini seseorang berkonsumsi dalam kondisi saving karena pengeluaran konsumsinya sudah tidak tergantung pada orang lain (mandiri).

3. Di usia tua (tidak produktif), seseorang kembali berada dalam kondisi dissaving karena dalam tahap ini seseorang tidak lagi mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

c. Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan relative

Teori ini dikemukakan oleh James Duesenberry dengan buku “Income, Saving and the Theory of Consummer Behavior”, bermaksud merekonsiliasi hubungan yang tidak proporsional dan yang proporsional antara konsumsi dan pendapatan dengan maksud agar diperoleh gambaran mengenai alasan sebab-sebab timbulnya perbedaan tersebut. Di dalam teori ini ada dua asumsi yang digunakan yaitu :

1. Selera rumah tangga atas barang konsumsi adalah inter dependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya (tetangga)

2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible artinya pola pengeluaran pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan.

d. Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen

Teori ini dikemukaan oleh Milton Friedman yang berisi pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara.

Dokumen terkait