• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanaman Modal Dalam Negeri Provinsi Bali Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bal

a. Kabupaten Jembrana

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2014 dengan membandingkan data penanaman modal dalam negeri tahun 2010 dan 2013. Pada tahun 2010 penanaman modal atau investasi modal dalam negeri di Kabupaten Jembarana 67.813 juta Rupiah menjadi 80.267 Juta Rupiah pada tahun 2013. Penanaman modal atau investasi modal ini antara lain meliputi jenis takstil, payung adat, ukiran kayu, cendramata, anyaman bambu dan lidi, pengalengan ikan, makanan, minuman, kipra/kelapa, pengolahan karet, pengolahan sampah plastik, pengolahan logam, percetakan, bangunan atau mobilair, aneka kebutuhan dan pangan.

Penanaman modal ini menunjukkan bahwa nilai masyarakat Bali yang dianut dalam etos kreatif pemanfaatan sumber daya kebudayaan dalam pengembangan ekonominya menurut ajaran Ida Pedanda Made Sidemen telah diterapkan khususnya awake tandurin yaitu masyarakat Kabupaten Jembrana dengan seluruh kekayaan alam dan budayanya menjadi manusia yang produktif untuk selalu membekali diri dengan pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan wawasan. Peningkatan penanaman modal atau investasi modal ini dengan berbasis perbandingan data tahun 2010 dan tahun 2013 maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten Jembarana telah memasuki tahap ketiga (take off) teori Rostow.

40 b. Kabupaten Tabanan

Teori Rostow pada tahap ketiga (take off) untuk nilai-nilai (values) terjadinya penurunan penanaman modal atau investasi modal masyarakat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2014 dengan membandingkan data penanaman modal dalam negeri tahun 2010 dan 2013. Pada tahun 2010 penanaman modal atau investasi modal dalam negeri di Kabupaten Tabanan 677.977 Juta Rupiah menjadi 108.928 Juta Rupiah pada tahun 2013. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa terjadi penurunan penanaman modal dan investasi di Kabupaten Tabanan.

Sebenarnya nilai masyarakat Bali yang dianut dalam etos kreatif pemanfaatan sumber daya kebudayaan dalam pengembangan ekonominya menurut ajaran Ida Pedanda Made Sidemen telah diterapkan dari segi meyasa lacur, karang awake tandurin, dan awake tandurin namun kurang optimal pada rentang tahun ini. Penurunan investasi modal ini disebabkan karena menurunnya permohonan baru untuk proses perijinanan dan perpanjangan dan permohonan baru tidak memenuhi target yang telah ditetapkan. Penurunan penanaman modal atau investasi modal ini dengan berbasis perbandingan data tahun 2010 dan tahun 2013 maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten Tabanan belum dapat dikatakan memasuki tahap ketiga (take off) teori Rostow sehingga Kabupaten Tabanan masih berada di tahap kedua (preconditions for takeoff).

c. Kabupaten Badung

Bila dikaitkan dengan teori Rostow pada tahap ketiga (take off) untuk nilai-nilai (values)

terjadinya peningkatan penanaman modal atau investasi modal masyarakat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2014 dengan membandingkan data penanaman modal dalam negeri tahun 2010 dan 2013. Pada tahun 2010 penanaman modal atau investasi modal dalam negeri di Kabupaten Tabanan 2.868 Juta Rupiah menjadi 3.098.820 Juta Rupiah pada tahun 2013. Peningkatan besar penanaman modal ini menunjukkan bahwa nilai masyarakat Bali yang dianut dalam etos kreatif pemanfaatan sumber daya kebudayaan dalam pengembangan ekonominya menurut ajaran Ida Pedanda Made Sidemen telah diterapkan dari segi dari segi

meyasa lacur, karang awake tandurin dan khususnya awake tandurin yaitu masyarakat Kabupaten Badung dengan seluruh kekayaan alam dan budayanya menjadi manusia yang produktif untuk selalu membekali diri dengan pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan wawasan. Peningkatan penanaman modal ini karena adanya pembangunan optimal dengan menimbang kondisi dan potensi wilayahnya yang dibagi menjadi tiga; a) Wilayah Pembangunan Badung Utara dengan dominasi aktivitas perkebunan, tanaman pangan, wisata alam, peternakan, kerajinan rumah tangga dan konservasi alam, b) Wilayah Pembangunan Badung Tengah dengan dominasi aktivitas pertanian, peternakan, pariwisata budaya serta industri kecil dan kerajinan rumah tangga, c) Wilayah Pembangunan Badung Selatan dengan pusat pengembangan di Kuta dan dominasi aktivitas pariwisata, pendidikan, perikanan, industri kecil, serta perdagangan dan jasa.

Pengembangkan industri pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis budaya ini didominasi pada sektor jasa akomodasi seperti hotel, restoran, salon dan spa, dan sektor jasa lainnya menjadi pilihan alternatif pemilik modal/investor. Sektor pariwisata masih menjadi motor penggerak

41

kegiatan perekonomian di Kabupaten Badung, hal ini dapat dilihat dari sebaran tenaga kerja yang terkonsentrasi di sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa yang umumnya berada di wilayah perkotaan di Kabupaten Badung. Peningkatan penanaman modal atau investasi modal ini dengan berbasis perbandingan data tahun 2010 dan tahun 2013 maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten Badung telah memasuki tahap ketiga (take off) teori Rostow bahkan berjalan menuju tahap keempat (drive to maturity) yaitu adanya harapan maju terlihat dari pembangungan Kabupaten Badung yang terus meningkat namun dalam hal penekanan teknologi masih kurang.

d. Kabupaten Gianyar

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2014 dengan membandingkan data penanaman modal dalam negeri tahun 2010 dan 2013. Pada tahun 2010 penanaman modal atau investasi modal dalam negeri di Kabupaten Gianyar 43.652 juta Rupiah menjadi 1.134.498 Juta Rupiah pada tahun 2013. Peningkatan besar penanaman modal ini menunjukkan bahwa nilai masyarakat Bali yang dianut dalam etos kreatif pemanfaatan sumber daya kebudayaan dalam pengembangan ekonominya menurut ajaran Ida Pedanda Made Sidemen telah diterapkan dari segi dari segi meyasa lacur, karang awake tandurin dan khususnya awake tandurin yaitu masyarakat Kabupaten Gianyar dengan seluruh kekayaan alam dan budayanya menjadi manusia yang produktif untuk selalu membekali diri dengan pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan wawasan yang dikenal dengan seninya yang kuat.

Penanaman modal atau invetasi modal di Kabupaten Gianyar antara lain adalah Industri kerajinan rumahtangga, Industri kecil, Industri sedang dan Industri besar, Populasi industri besar/ sedang kondisinya sangat labil terutama sub sektor industri kayu (patung). Hal ini disebabkan adanya sistem order (pesanan) sehingga kuantitas tenaga kerjanya cenderung cenderung meningkat tajam. Investasi juga dilakukan di industri Kecil Kerajinan terdiri dari industri pertanian dan hasil hutan, industri logam mesin dan kimia serta industri Aneka dan tekstil. Peningkatan penanaman modal atau investasi modal ini dengan berbasis perbandingan data tahun 2010 dan tahun 2013 maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten Gianyar telah memasuki tahap ketiga (take off) teori Rostow.

e. Kabupaten Klungkung

Bila dikaitkan dengan teori Rostow pada tahap ketiga (take off) untuk nilai-nilai (values)

terjadinya penurunan penanaman modal atau investasi modal masyarakat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2014 dengan membandingkan data penanaman modal dalam negeri tahun 2010 dan 2013. Pada tahun 2010 penanaman modal atau investasi modal dalam negeri di Kabupaten Klungkung 260.037 Juta Rupiah menjadi 23.954 Juta Rupiah pada tahun 2013. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa terjadi penurunan penanaman modal dan investasi di Kabupaten Klungkung. Sebenarnya nilai masyarakat Bali yang dianut dalam etos kreatif pemanfaatan sumber daya kebudayaan dalam pengembangan ekonominya menurut ajaran Ida Pedanda Made Sidemen telah diterapkan dari segi meyasa lacur, karang awake tandurin, dan

42

Salah satunya adalah beberapa sentral kerajinan dalam keberlanjutannya sangat memprihatinkan dan dapat diasumsikan terputus generasi. Keprihatinan tetap menyelubungi kehidupan seni kerajinan yang memerlukan keuletan yang penuh rutinitas. Keragaman maupun variasi bentuk, material, dan fungsi ganda yang melekat pada kerajinan. Penurunan penanaman modal atau investasi modal ini dengan berbasis perbandingan data tahun 2010 dan tahun 2013 maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten Klungkung belum dapat dikatakan memasuki tahap ketiga (take off) teori Rostow sehingga Kabupaten Klungkung masih berada di tahap kedua (preconditions for takeoff).

f. Kabupaten Bangli

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2014 dengan membandingkan data penanaman modal dalam negeri tahun 2010 dan 2013. Pada tahun 2010 penanaman modal atau investasi modal dalam negeri di Kabupaten Bangli 31.818 Juta Rupiah menjadi 21.252 Juta Rupiah pada tahun 2013. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa terjadi penurunan penanaman modal dan investasi di Kabupaten Bangli. Sebenarnya nilai masyarakat Bali yang dianut dalam etos kreatif pemanfaatan sumber daya kebudayaan dalam pengembangan ekonominya menurut ajaran Ida Pedanda Made Sidemen telah diterapkan dari segi meyasa lacur, karang awake tandurin, dan awake tandurin namun menurun pada rentang tahun ini yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktornya adalah banyak calon investor kurang tertarik dan cenderung pesimis bahwa Kabupaten Bangli yang termasuk Bali Utara ini bisa berkembang seperti di Bali selatan. Alasan kuat investor menolak berpindah dari Bali selatan adalah persoalan infrastruktur dan waktu tempuh melawan kemacetan dari Bandara yang berada di Bali Selatan. Seperti halnya Kabupaten Klungkung, penurunan penanaman modal atau investasi modal ini dengan berbasis perbandingan data tahun 2010 dan tahun 2013 maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten Bangli belum dapat dikatakan memasuki tahap ketiga (take off) teori Rostow sehingga Kabupaten Bangli masih berada di tahap kedua (preconditions for takeoff).

g. Kabupaten Karangasem

Kabupaten Karangasem adalah tujuan wisata bagi wisatawan yang ingin mencari ketenangan di Pulau Dewata. Disana terdapat tempat peristirahatan, objek wisata bernuansa religius/spiritual dan sejarah, hingga aktivitas wisata bahari tersaji di depan mata. Selain itu, ada Pura Besakih yang merupakan pura terbesar di Bali, serta tiga istana air (Tirta Gangga, Jungutan, dan Taman Ujung) yang kental dengan nuansa sejarah dan nilai-nilai budaya masyarakat Bali. Kemudian ada Desa Tenganan atau dikenal dengan Tenganan Pegeringsingan, merupakan salah satu dari sejumlah desa kuno di Pulau Bali. Pola kehidupan masyarakatnya mencerminkan kebudayaan dan adat istiadat desa Bali Aga ( pra Hindu ) yang berbeda dari desa-desa lain di Bali. Karenanya Desa Tenganan dikembangkan sebagai salah satu obyek dan daya tarik wisata budaya. Mereka menganut sistem endogamy dimana masyarakat setempat terikat dalam awig-awig ( hukum adat ) yang mengharuskan pernikahan dilakukan dengan sesama warga Desa Tenganan, karena apabila dilanggar maka warga tersebut

43

tidak diperbolehkan menjadi krama ( warga ) desa, artinya bahwa ia harus keluar dari Desa Tenganan.

Kembali membahas teori Rostow pada tahap ketiga (take off) untuk nilai-nilai (values)

terjadinya peningkatan penanaman modal atau investasi modal masyarakat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2014 dengan membandingkan data penanaman modal dalam negeri tahun 2010 dan 2013. Pada tahun 2010 penanaman modal atau investasi modal dalam negeri di Kabupaten Karangasem 60.407 juta Rupiah menjadi 163.429 Juta Rupiah pada tahun 2013. Peningkatan besar penanaman modal ini menunjukkan bahwa nilai masyarakat Bali yang dianut dalam etos kreatif pemanfaatan sumber daya kebudayaan dalam pengembangan ekonominya menurut ajaran Ida Pedanda Made Sidemen telah diterapkan dari segi dari segi

meyasa lacur, karang awake tandurin dan khususnya awake tandurin yaitu masyarakat Kabupaten Karangasem dengan seluruh kekayaan alam dan budayanya menjadi manusia yang produktif untuk selalu membekali diri dengan pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan wawasan yang dikenal dengan seninya yang kuat. Faktor yang menyebabkan peningkatan penanaman modal ini adalah Kabupaten Karangasem menghabiskan anggaran sekitar tiga miliar rupiah untuk memperbaiki infrastruktur, mulai dari memperbanyak penerangan jalan hingga pembangunan kawasan parkir dan tempat wisata di Pantai Candidasa. Selain itu, pemerintah Kabupaten Karangasem juga mempromosikan daerahnya agar invester tertatik untuk menanamkan modal. Peningkatan penanaman modal atau investasi modal ini dengan berbasis perbandingan data tahun 2010 dan tahun 2013 maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten Karangasem telah memasuki tahap ketiga (take off) teori Rostow.

h. Kabupaten Buleleng

Kabupaten Buleleng merupakan Bali bagian Utara dengan ibukota Singaraja. Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten agraris namun kaya akan budaya dan wisata alam yang menjadi tumpu pendapat daerah. Salah satu wisata yang masih bernafaskan nilai-nilai masyarakat adalah Kabupaten Buleleng memiliki kesenian khas kaum petani yakni sapi gerumbungan. Atraksi budaya ini menjadi primadona kabupaten di Bali utara tersebut. Kesenian turun temurun ini cukup diminati wisatawan, baik asing maupun domestik.

Bila dikaitkan dengan teori Rostow pada tahap ketiga (take off) untuk nilai-nilai (values)

terjadinya penurunan penanaman modal atau investasi modal masyarakat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2014 dengan membandingkan data penanaman modal dalam negeri tahun 2010 dan 2013. Pada tahun 2010 penanaman modal atau investasi modal dalam negeri di Kabupaten Buleleng 266.716 Juta Rupiah menjadi 201.727 Juta Rupiah pada tahun 2013. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa terjadi penurunan penanaman modal dan investasi di Kabupaten Bangli. Sebenarnya nilai masyarakat Bali yang dianut dalam etos kreatif pemanfaatan sumber daya kebudayaan dalam pengembangan ekonominya menurut ajaran Ida Pedanda Made Sidemen telah diterapkan dari segi meyasa lacur, karang awake tandurin, dan

awake tandurin namun menurun pada rentang tahun ini yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain hampir sama dengan faktor yang terjadi di Kabupaten Bangli yaitu karena banyak calon investor yang masih memprimadonakan Bali Selatan dan pesimis

44

menanam modal di Bali Utara karena secara lokasi dan waktu, pusat dan bandar udara terletak di Bali Selatan sehingga memakan waktu yang lama untuk ke Bali Utara. Seperti halnya Kabupaten Klungkung dan Bangli, penurunan penanaman modal atau investasi modal ini dengan berbasis perbandingan data tahun 2010 dan tahun 2013 maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten Bangli belum dapat dikatakan memasuki tahap ketiga (take off) teori Rostow sehingga Kabupaten Buleleng masih berada di tahap kedua (preconditions for takeoff).

i. Kota Denpasar

Kota Denpasar sebagai daerah tujuan wisata dan pusat berbagai aktivitas masyarakat dengan pengembangan pariwisata dan kegiatan pembangunan secara umum. Pencitraan merupakan upaya menemukan jatidiri masyarakat kota yang membedakan dengan yang lain dan umumnya secara visual terlihat jelas perbedaannya. Jatidiri atau pencitraan yang akan dikembangkan di Kota Denpasar adalah penduduk Kota Denpasar yang religious, berlandaskan budaya Bali, aman, teratur, tertib, bersih dan indah.

Kembali membahas teori Rostow pada tahap ketiga (take off) untuk nilai-nilai (values)

terjadinya peningkatan penanaman modal atau investasi modal masyarakat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2014 dengan membandingkan data penanaman modal dalam negeri tahun 2010 dan 2013. Pada tahun 2010 penanaman modal atau investasi modal dalam negeri di Kota Denpasar 1.250.704 juta Rupiah menjadi 2.932.781 Juta Rupiah pada tahun 2013. Peningkatan besar penanaman modal ini menunjukkan bahwa nilai masyarakat Bali yang dianut dalam etos kreatif pemanfaatan sumber daya kebudayaan dalam pengembangan ekonominya menurut ajaran Ida Pedanda Made Sidemen telah diterapkan dari segi dari segi

meyasa lacur, karang awake tandurin dan khususnya awake tandurin yaitumasyarakat Kota Denpasar dengan seluruh kekayaan alam dan budayanya menjadi manusia yang produktif untuk selalu membekali diri dengan pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan wawasan yang dikenal sebagai masyarakat yang terbuka namun masih berlandasarkan dengan budaya Bali.

Penanaman modal atau investasi modal meningkat di kota ini antara lain karena pembangunan pada sektor tersier meliputi investasi di bidang kelistrikan, gas, air, kontruksi, perdagangan dan reparasi, hotel dan restoran, transportasi, gudang, komunikasi, perumahan, kawasan industri serta perkantoran serta jasa lainnya. Denpasar yang juga merupakan ibukota Provinsi Bali ini menjadi pusat kegiatan provinsi sehingga banyak investor yang tertarik menanamkan modalnya. Promosi pemerintah mengenai kebijakan pembangunan melalui visi dan misi pembangunan Kota Denpasar dengan pengembangan ekonomi kreatif juga berperan penting dalam kenaikan penanaman modal ini. Peningkatan penanaman modal atau investasi modal ini dengan berbasis perbandingan data tahun 2010 dan tahun 2013 maka dapat dikatakan bahwa Kota Denpasar telah memasuki tahap ketiga (take off) teori Rostow bahkan berjalan menuju tahap keempat (drive to maturity) yaitu adanya harapan maju terlihat dari pembangungan Kabupaten Badung yang terus meningkat namun dalam hal penekanan teknologi masih perlu dikembangkan lagi.

45

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diklasifikasikan kabupaten-kabupaten Provinsi Bali sesuai teori tahap pembangunan ekonomi dari segi nilai-nilai (values) dari W.W Rostow. Dalam hal ini akan berfokus pada penanaman modal dalam negeri Provinsi Bali yang akan dikaji per kabupaten yang dilihat adanya peningkatan atau tidak dari tahun 2010 ke tahun 2013. Secara keseluruhan, kabupaten di Provinsi Bali jika di klasifikasikan berdasarkan teori Rostow dari segi nilai-nilai (values), maka hanya ada dua tahap terakhir yaitu tahap kedua (preconditions for takeoff) dan tahap ketiga (take off).

Tahap kedua (preconditions for takeoff) terdapat pada Kabupaten Tabanan, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Bangli dan Kabupaten Buleleng dikarenakan penurunan penanaman atau investasi modal masyarakat. Penurunan investasi modal ini antara lain disebabkan kabupaten-kabupaten tersebut termasuk bagian Bali Utara dan satu pulau yang terpisah sendiri. Ketimpangan pembangunan di Provinsi Bali yang masih berofokus pada Bali Selatan. Alasan lokasi dan waktu yang jauh dari pusat kegiatan yang berada pada Bali Selatan menjadi alasan utama investor pesimis menanamkan modalnya di Bali Utara. Menurunnya permohonan baru untuk proses perijinanan dan perpanjangan dan permohonan baru tidak memenuhi target yang telah ditetapkan juga menjadi faktor yang meyebabkan penurunan penanaman modal tersebut. Tahap ketiga (take off) terdapat pada Kabupaten Jembrana, kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Karangasem dan Kota Denpasar yang mengalami kenaikan penanaman modal atau investasi modal. Secara umum kabupaten dan kota yang telah berada pada pada tahap ketiga ini berada pada bagian Bali Selatan yang menjadi pusat kegiatan provinsi. Penanaman modal atau investasi modal ini umumnya meningkat pada sektor tersier seperti investasi di bidang pariwisata, kelistrikan, gas, air, kontruksi, perdagangan dan reparasi, hotel dan restoran, transportasi, gudang, komunikasi, perumahan, kawasan industri serta perkantoran serta jasa lainnya.

Jika dikaji secara umum berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Tahun 2014, penanaman modal atau investasi modal dalam negeri di Provinsi Bali Meningkat dari 2.651.362 Juta Rupiah pada tahun 2010 meningkat menjadi 7.793.114 Juta Rupiah pada tahun 2013. Jika dikaitkan dengan teori Rostow secara umum Provinsi Bali untuk tahun 2010 ke 2013 sudah memasuki tahap ketiga (the take off) yaitu terjadi peningkatan penanaman modal atau investasi modal. Peningkatan yang signifikan ini disebabkan adanya pengembangan ekonomi kreatif di Provinsi Bali yang menganut nilai-nilai masyarakat etos kreatif pemanfaatan sumber daya kebudayaan dalam pengembangan ekonominya menurut ajaran Ida Pedanda Made Sidemen telah diterapkan dari segi dari segi meyasa lacur, karang awake tandurin dan khususnya awake tandurin yaitumasyarakat Provinsi Bali dengan seluruh kekayaan alam dan budayanya menjadi manusia yang produktif untuk selalu membekali diri dengan pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan wawasan yang dikenal sebagai masyarakat yang terbuka namun masih berlandasarkan dengan budaya Bali. Nilai – nilai masyarakat Bali juga terlihat dalam beberapa kebijakan pembangunan Provinsi Bali pada Pasal 95, ayat 2, butir b Perarutan Daerah bahwa ketinggian bangunan di atas permukaan bumi dibatasi maksimum 15 (lima belas) meter atau tidak melebihi tinggi pohon kelapa. Hal ini mempunyai makna tersirat bahwa manusia Bali harus menyadari akan batas-batas (terukur) yang mana yang boleh atau tidak boleh (awig-

46

awig), relasi hidup dan kehidupan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan sang pencipta (Tri Hita Karana).

Dokumen terkait