• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHAPAN PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN menurut ROSTOW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TAHAPAN PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN menurut ROSTOW"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

1

TAHAPAN PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN

PROVINSI BALI

MATA KULIAH GEOGRAFI PEMBANGUNAN

KELAS A

Disusun oleh:

Della Ayu Lestari 1306444056 Estia Ditriyani 1306441621 Keshia Arindini 1306363891 Mawaddatun Niswah 1306363683

Departemen Geografi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indonesia

(2)

2

PENDAHULUAN

Provinsi Bali

Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8°3'40" - 8°50'48" Lintang Selatan dan 114°25'53" - 115°42'40" Bujur Timur. Di tengah-tengah Pulau Bali terdapat relief dan topografi pegunungan yang terbentang memanjang dari barat ke timur. Provinsi Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Batas fisiknya adalah sebagai berikut:

 Utara : Laut Bali

 Timur : Selat Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat)  Selatan : Samudera Indonesia

 Barat :Selat Bali (Propinsi Jawa Timur)

Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi delapan kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Karangasem, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan Kota Denpasar yang juga merupakan ibukota provinsi. Selain Pulau Bali Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau kecil lainnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan di wilayah Kabupaten Klungkung, Pulau Serangan di wilayah Kota Denpasar, dan Pulau Menjangan di Kabupaten Buleleng. Luas total wilayah Provinsi Bali adalah 5.634,40 ha dengan panjang pantai mencapai 529km.

Provinsi Bali terkenal dengan keindahan alam dan pariwisatanya. Bali dikenal oleh masyarakat luas dari sisi budayanya berbarengan dengan Indonesia yang dikenal sebagai penghasil rempah-rempah. Penguasaan Belanda terhadap Indonesia pun pada sekitar abad 17 dan 18 tidak banyak memberi pengaruh pada kehidupan agama dan budaya di Bali. Hindu di Bali pada masa-masa itu bahkan memasuki masa kejayaan ketika kerajaan di Bali. Sejak penguasaan oleh Belanda, Bali seolah dibuka lebar untuk kunjungan orang asing. Bali tidak saja kedatangan orang asing sebagai pelancong namun tak sedikit para pemerhati dan penekun budaya yang datang untuk mencatat keunikan seni budaya Bali. Dari para penekun budaya yang terdiri dari sastrawan, penulis, dan pelukis inilah keunikan Bali kian menyebar di dunia internasional. Penyampaian informasi melalui berbagai media oleh orang asing ternyata mampu menarik minat pelancong untuk mengunjungi Bali. Zaman terus berkembang, namun pemerintah dan masyarakat Bali berusaha untuk menjaga budaya dan tata ruang tradisional Bali sehingga Bali tetap memiliki nilai-nilai budaya yang mampu menjadi tumupuan sektor pariwisata.Dengan pesatnya perkembangan pariwisata di Bali meyebabkan perkembangan ekonomi, sosial, politk, dan budaya di Provinsi Bali tersebut.

Teori Tahap Pembangunan Rostow

(3)

3

1.Tahap Masyarakat Tradisional (The Traditional Society). Rostow mengartikan bahwa masyarakat tradisional sebagai suatu masyarakat yang:

a. Memiliki cara-cara memproduksi yang masih primitif dan masyarakat yang cara hidupnya masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang berlaku secara turun temurun. Tingkat produksi yang dapat dicapai masih sangat terbatas, karena ilmu pengetahuan dan teknologi modern belum ada atau belum digunakan secara sistematis dan teratur. b. Tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas per pekerja masih sangat terbatas. Oleh sebab itu sebagian besar dari sumber-sumber daya masyarakat digunakan untuk kegiatan dalam sektor pertanian. Dalam sektor ini struktur sosialnya sangat bersifat hierarkis, sehingga mobilitas secara vertikal dalam masyarakat sangat sedikit.

c. Kegiatan politik dan pemerintahan terdapat di daerah-daerah yang dipegang oleh tuan-tuan tanah yang berkuasa, dan kebijakan-kebijakan dari pemerintah pusat selalu dipengaruhi oleh pandangan tuan-tuan tanah di berbagai daerah tersebut.

2. Tahap Prasyarat Lepas Landas. Tahap ini adalah tahap sebagai suatu masa transisi pada saat masyarakat mempersiapkan dirinya ataupun dipersiapkan dari luar untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self-sustain growth). Tahap prasyarat lepas landas ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Tahap prasyarat untuk lepas landas yang dicapai oleh negara-negara Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika yang dilakukan dengan merubah struktur masyarakat tradisional yang sudah ada.

b. Dinamakan Rostow bom free, yaitu prasyarat lepas landas yang dicapai Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru, tanpa harus merombak sistem masyarakat yang tradisional, karena masyarakat negara-negara tersebut terdiri dari emigran yang telah mempunyai sifat-sifat yang diperlukan oleh masyarakat untuk mencapai tahap prasyarat lepas landas.

3. Tahap Lepas Landas (Take Off). Adalah suatu tahap interval dimana tahap masyarakat tradisional dan tahap prasyarat untuk lepas landas telah dilewati. Pada periode ini, beberapa penghalang pertumbuhan dihilangkan dan kekuatan-kekuatan yang menimbulkan kemajuan ekonomi diperluas dan dikembangkan, serta mendominasi masyarakat sehingga menyebabkan efektivitas investasi dan meningkatnya tabungan masyarakat. Ciri-ciri tahap lepas landas yaitu:

a. Adanya kenaikan dalam penanaman modal investasi (yang produktif, dari 5% atau kurang, menjadi 10% dari Produk Nasional Neto). NNP=GNP-D (penyusutan).

b. Adanya perkembangan beberapa sektor industri dengan laju perkembangan yang tinggi.

(4)

4

4. Tahap Gerakaan ke Arah Kedewasaan (The Drive of Maturity). Gerakan ke arah kedewasaan diartikan sebagai suatu periode ketika masyarakat secara efektif menerapkan teknologi modern dalam mengolah sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alamnya. Ciri-ciri gerakan ke arah kedewasaan adalah:

a. Kematangan teknologi, di mana struktur keahlian tenaga kerja mengalami perubahan. b. Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan.

c. Masyarakat secara keseluruhan merasa bosan dengan keajaiban yang diciptakan oleh industrialisasi, karena berlakunya hukum kegunaan batas semakin berkurang.

5. Tahap Masa Konsumsi Tinggi. Pada masa ini perhatian masyarakat mengarah kepada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat dan bukan lagi kepada masalah produksi. Leading sectors, bergerak ke arah barang-barang konsumsi yang tahan lama serta jasa-jasa. Pada periode ini terdapat tiga macam tujuan masyarakat untuk mendapatkan sumber-sumber daya yang tersedia dan dukungan politis, yaitu:

a. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara tersebut ke luar negeri dan kecenderungan ini dapat berakhir pada penaklukan atas negara-negara lain.

b. Menciptakan suatu welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada pendukungnya dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem perpajakan yang progresif, dalam sistem perpajakan seperti ini makin besar pendapatan maka makin besar pajaknya.

(5)

5

PEMBAHASAN

1. Pembangunan Ekonomi di Provinsi Bali

Zaman dahulu, istilah pembangunan sebagian besar digunakan dalam konteks pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tersebut dapat diartikan sebagai peningkatan produksi atau konsumsi dari suatu daerah, sedangkan pembangunan ekonomi merupakan peningkatan produksi atau konsumsi tersebut oleh setiap orang. Tujuan dari pembangunan ekonomi adalah untuk memberikan peningkatan barang dan jasa yang dapat dirasakan oleh penduduk (Morris, 1998).

Provinsi Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata dunia. Dengan demikian, sektor pariwisata menjadi sektor andalan dalam perekonomian di Bali. Menurut Analisa Pembangunan Provinsi Bali, selama periode 2006-2013, Bali memperlihatkan kinerja perekonomian yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari besarnya PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang tumbuh dengan laju rata-rata 5,49%. PDRB memiliki tiga pengertian menurut Ritonga (2011), yaitu:

a. Menurut pengertian produksi, PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi didalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

b. Menurut pengerian pendapatan, PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).

c. Menurut pengertian pengeluaran, PDRB adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor neto (Ekspor dikurangi Impor).

Laju pertumbuhan ekonomi berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran di suatu wilayah. Semakin tinggi laju pertumbuhan ekonominya, semakin kecil tingkat pengangguran suatu daerah. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Provinsi Bali termasuk rendah dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia. TPT Provinsi Bali selama 2006-2013 berkurang sebesar 3,4%.

Selain memperkecil angka pengangguran, pertumbuhan ekonomi juga berdampak positif bagi penurunan kemiskinan wilayah. Presentase penduduk miskin di Provinsi Bali cenderung menurun selama periode 2006-2013, khususnya di perkotaan. Pada tahun 2013 persentase penduduk miskin di Provinsi Bali sebesar 3,95%. Provinsi Bali berada pada peringkat kedua angka kemiskinan terendah di Indonesia. Salah satu faktor pendukung rendahnya angka kemiskinan di Provinsi Bali adalah berkembangnya sektor pariwisata.

(6)

6

masyarakatnya, namun juga untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan wilayah lain. Kabupaten di seluruh Indonesia terus berusaha keras untuk membangun wilayahnya sejak adanya Undang-Undang Otonomi Daerah, yang menyerahkan otonomi sampai ke tingkat kabupaten/kota.

Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran

Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakatnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, biasanya diikuti oleh pengurangan kemiskinan, dan pengurangan pengangguran. Berikut merupakan tabel Rata-rata pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan, dan pengurangan pengangguran di Kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun 2008-2012.

Kabupaten/Kota

Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi (2008-2012)

Rata-rata Pengurangan Kemiskinan (2008-2012)

Rata-rata Pengurangan Pengangguran (2008-2012)

Jembrana 5,15% 0,85 % 0,59%

Tabanan 5,60% 0,50% 0,15%

Badung 6,75% 0,45% 0,40%

Gianyar 6,30% 0,25% 0,29%

Klungkung 5,40% 0,75% 0,49%

Bangli 5,30% 0,57% 0,40%

Karangasem 5,20% 0,66% 0,47%

Buleleng 6,10% 0,70% -0,05%

Denpasar 6,8% 0,15% 0,50%

(7)

7

Peta 1. Rata-rata pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

(8)

8

Gambar 1. Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2008-2012

(9)

9

Gambar 2. Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Rata-Rata Pengurangan Jumlah Pengangguran Tahun 2008-2012

Pertama, Kabupaten Badung dan Kota Denpasar termasuk daerah dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran di atas rata-rata provinsi. Kondisi ini menyiratkan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat mendorong perluasan lapangan kerja ( pro-growth, pro-job). Kedua, Kabupaten Bangli, Jembrana, Karangasem, dan Klungkung yang terletak di kuadran II termasuk kategori daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata, tapi pengurangan pengangguran di atas rata-rata (low growth, pro-job). Hal ini mengindikasikan bahwa perluasan lapangan kerja terjadi pada sektor ekonomi dengan pertumbuhan rendah seperti pertanian dan perikanan. Ketiga, Kabupaten Tabanan terletak di kuadran III dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran di bawah rata-rata provinsi (low growth, less projob). Keempat, Kabupaten Buleleng dan Gianyar terletak di kuadran IV dengan rata-rata pertumbuhan tinggi di atas rata-rata, tapi pengurangan pengangguran di bawah rata-rata (high-growth, less-pro job). Hal ini menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi di wilayah tersebut, tetapi tidak dapat menurunkan jumlah pengangguran. Daerah tersebut termasuk daerah perkebunan, dan daerah perkotaan yang harus menampung migrasi penduduk dari daerah pedesaan.

Kesenjangan Pembangunan Ekonomi di Povinsi Bali

(10)

10

demikian, PDRB perkapita di kabupaten lain yang tidak banyak memiliki tempat wisata memiliki PDRB perkapita yang rendah.

Gambar 3. PDRB perkapita Provinsi Bali

Sumber: Analisis Ketimpangan Pembangunan antara Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, Dewi et al

Untuk melihat kesenjangan pembangunan di Provinsi Bali, berikut pembahasan pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota di Provinsi Bali.

a. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jembrana

Kabupaten Jembrana memiliki luas area persawahan sebesar 6.863 Ha dan luas area tegalan/kebun sebesar 6.919 Ha. Total area pertanian adalah 13.782 Ha, sedangkan luas wilayah Kabupaten Jembrana seluas 84.180 Ha. Jadi sebanyak 16 % dari wilayah Kabupaten Jembrana merupakan area pertanian. Kabupaten Jembrana memiliki unit usaha industri kecil dan menengah sebesar 1.516 unit dari 11.905 unit yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 12% unit usaha terdapat di Kabupaten Jembrana. Dari segi pariwisata, Kabupaten Jembrana memiliki jumlah kamar hotel sebanyak 722 dari 26.013 kamar hotel yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 3% kamar hotel yang ada di Kabupaten Jembrana. Nilai PDRB perkapita Kabupaten Jembrana pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 6.434.879,02, merupakan nilai PDRB perkapita peringkat ke-5 di Provinsi Bali.

(11)

11 b. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tabanan

Kabupaten Tabanan memiliki luas area persawahan sebesar 22.184 Ha dan luas area tegalan/kebun sebesar 15.809 Ha. Total area pertanian adalah 37.993 Ha, sedangkan luas wilayah Kabupaten Tabanan seluas 83.933 Ha. Jadi sebanyak 45% dari wilayah Kabupaten Tabanan merupakan area pertanian. Kabupaten Tabanan memiliki unit usaha industri kecil dan menengah sebesar 678 unit dari 11.905 unit yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 5,7% unit usaha terdapat di Kabupaten Tabanan. Dari segi pariwisata, Kabupaten Tabanan memiliki jumlah kamar hotel sebanyak 1.066 dari 26.013 kamar hotel yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 4 % kamar hotel yang ada di Kabupaten Tabanan. Nilai PDRB perkapita Kabupaten Tabanan pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 5.642.525 merupakan nilai PDRB perkapita peringkat ke-6 di Provinsi Bali.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa hampir sebagian besar dari luas wilayah Kabupaten Tabanan merupakan area pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pertanian di kabupaten ini sangat besar. Unit usaha industri kecil dan menengah di kabupaten ini tergolong kecil, mengindikasikan tidak banyak industri di Kabupaten Tabanan. Dari segi pariwisata, yaitu jasa penyediaan kamar hotel, Kabupaten Tabanan hanya memiliki 4% dari total seluruh kamar hotel di Provinsi Bali. Hal tersebut mengindikasikan sektor pariwisata di kabupaten ini tidak begitu maju. Berdasarkan tahapan dari teori Rostow, Kabupaten Tabanan termasuk ke dalam tahap 2, yaitu tahap prasyarat lepas landas. Terlihat bahwa pertanian masih mendominasi Kabupaten Tabanan, namun angkanya tidak mencapai 75% (angka berdasarkan klasifikasi Rostow) dan mulai tumbuh industri-industri dan jasa, walaupun masih dalam jumlah yang kecil. Selain itu, Kabupaten Tabanan masuk ke dalam tahap 2 karena pertumbuhan ekonominya, pengurangan kemiskinan dan penganggurannya di bawah rata-rata. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi di kabupaten ini belum adanya lapangan pekerjaan seperti bidang industri dan jasa yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah Badung merupakan area pertanian. Kabupaten Badung memiliki unit usaha industri kecil dan menengah sebesar 1.111 unit dari 11.905 unit yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 9% unit usaha terdapat di Kabupaten Badung. Dari segi pariwisata, Kabupaten Badung memiliki jumlah kamar hotel sebanyak 9.797 dari 26.013 kamar hotel yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 37,6% kamar hotel yang ada di Kabupaten Badung. Nilai PDRB perkapita Kabupaten Badung pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 13.031.483 merupakan nilai PDRB perkapita peringkat ke-1 di Provinsi Bali.

(12)

12

kecil, mengindikasikan tidak banyak industri di Kabupaten Badung. Dari segi pariwisata, yaitu jasa penyediaan kamar hotel, Kabupaten Badung memiliki 37,6% dari total seluruh kamar hotel di Provinsi Bali. Hal tersebut mengindikasikan sektor pariwisata di kabupaten ini sudah maju. Berdasarkan tahapan dari teori Rostow, Kabupaten Badung termasuk ke dalam tahap 3, yaitu tahap lepas landas. Terlihat bahwa sektor jasa di Kabupaten Badung sudah maju, namun sektor industri masih belum berkembang pesat dan pertanian masih mendominasi Kabupaten Badung, walaupun angkanya tidak mencapai 75% (angka berdasarkan klasifikasi Rostow). Angka pada sektor jasa merupakan angka terbesar dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Selain itu, Kabupaten Badung masuk ke dalam tahap 3 karena pertumbuhan ekonominya dan pengurangan penganggurannya di atas rata-rata, meskipun pengurangan kemiskinan di bawah rata-rata. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di daerah tersebut belum memberi dampak penurunan angka kemiskinan secara nyata.

d. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gianyar

Kabupaten Gianyar memiliki luas area persawahan sebesar 3.843 Ha dan luas area tegalan/kebun sebesar 396 Ha. Total area pertanian adalah 4.239 Ha, sedangkan luas wilayah Kabupaten Gianyar seluas 36.800 Ha. Jadi sebanyak 11 % dari wilayah Kabupaten Gianyar merupakan area pertanian. Kabupaten Gianyar memiliki unit usaha industri kecil dan menengah sebesar 660 unit dari 11.905 unit yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 5,5% unit usaha terdapat di Kabupaten Gianyar. Dari segi pariwisata, Kabupaten Gianyar memiliki jumlah kamar hotel sebanyak 3.615 dari 26.013 kamar hotel yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 14% kamar hotel yang ada di Kabupaten Gianyar. Nilai PDRB perkapita Kabupaten Gianyar pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 7.223.660 merupakan nilai PDRB perkapita peringkat ke-4 di Provinsi Bali.

(13)

13 e. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Klungkung

Kabupaten Klungkung memiliki luas area persawahan sebesar 2.910 Ha dan luas area tegalan/kebun sebesar 4.137 Ha. Total area pertanian adalah 7.047 Ha, sedangkan luas wilayah Kabupaten Klungkung seluas 31.500 Ha. Jadi sebanyak 22 % dari wilayah Kabupaten Klungkung merupakan area pertanian. Kabupaten Klungkung memiliki unit usaha industri kecil dan menengah sebesar 410 unit dari 11.905 unit yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 3,4% unit usaha terdapat di Kabupaten Klungkung. Dari segi pariwisata, Kabupaten Klungkung memiliki jumlah kamar hotel sebanyak 784 dari 26.013 kamar hotel yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 3% kamar hotel yang ada di Kabupaten Klungkung. Nilai PDRB perkapita Kabupaten Klungkung pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 7.382.865 merupakan nilai PDRB perkapita peringkat ke-3 di Provinsi Bali.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa hanya sebagian kecil dari luas wilayah Kabupaten Klungkung merupakan area pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pertanian di kabupaten ini kecil. Unit usaha industri kecil dan menengah di kabupaten ini tergolong kecil, mengindikasikan tidak banyak industri di Kabupaten Klungkung. Dari segi pariwisata, yaitu jasa penyediaan kamar hotel, Kabupaten Klungkung hanya memiliki 3% dari total seluruh kamar hotel di Provinsi Bali. Hal tersebut mengindikasikan sektor pariwisata di kabupaten ini tidak begitu maju. Berdasarkan tahapan dari teori Rostow, Kabupaten Klungkung termasuk ke dalam tahap 2, yaitu tahap prasyarat lepas landas. Meskipun area pertanian di kabupaten ini kecil, namun pada sektor industri dan jasa juga masih kecil kemajuannya. Selain itu, Kabupaten Klungkung masuk ke dalam tahap 2 karena pertumbuhan ekonominya di bawah rata-rata, tapi pengurangan kemiskinan dan penganggurannya di atas rata-rata. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi di kabupaten ini belum memprioritaskan sektor ekonomi yang mempunyai potensi berkembang seperti perdagangan dan jasa.

f. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bangli

(14)

14

kabupaten ini sangat tertinggal dari kabupaten dan kota lainnya. Berdasarkan tahapan dari teori Rostow, Kabupaten Bangli a termasuk ke dalam tahap 2, yaitu tahap prasyarat lepas landas. Meskipun pada sektor industri sudah cukup baik namun pertanian sangat mendominasi Kabupaten Bangli, walaupun angkanya tidak mencapai 75% (angka berdasarkan klasifikasi Rostow) dan pada sektor jasa masih sangat kecil. Selain itu Kabupaten Bangli termasuk ke dalam tahap 2 karena pertumbuhan ekonominya di bawah rata-rata, tapi pengurangan kemiskinan dan penganggurannya di atas rata-rata. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi di kabupaten ini belum memprioritaskan sektor ekonomi yang mempunyai potensi berkembang seperti perdagangan dan jasa.

g. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karangasem

Kabupaten Karangasem memiliki luas area persawahan sebesar 11.047 Ha dan luas area tegalan/kebun sebesar 18.394 Ha. Total area pertanian adalah 29.441 Ha, sedangkan luas wilayah Kabupaten Karangasem seluas 83.954 Ha. Jadi sebanyak 35 % dari wilayah Kabupaten Karangasem merupakan area pertanian. Kabupaten Karangasem memiliki unit usaha industri kecil dan menengah sebesar 424 unit dari 11.905 unit yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 3,5% unit usaha terdapat di Kabupaten Karangasem. Dari segi pariwisata, Kabupaten Karangasem memiliki jumlah kamar hotel sebanyak 1.924 dari 26.013 kamar hotel yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 7,4% kamar hotel yang ada di Kabupaten Karangasem. Nilai PDRB perkapita Kabupaten Karangasem pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 4.514.673 merupakan nilai PDRB perkapita peringkat ke-9 di Provinsi Bali.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa hampir sebagian besar dari luas wilayah Kabupaten Karangasem merupakan area pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pertanian di kabupaten ini cukup besar. Unit usaha industri kecil dan menengah di kabupaten ini tergolong kecil, mengindikasikan tidak banyak industri di Kabupaten Karangasem. Dari segi pariwisata, yaitu jasa penyediaan kamar hotel, Kabupaten Karangasem hanya memiliki 7,4% dari total seluruh kamar hotel di Provinsi Bali. Hal tersebut mengindikasikan sektor pariwisata di kabupaten ini tidak begitu maju. Berdasarkan tahapan dari teori Rostow, Kabupaten Karangasem termasuk ke dalam tahap 2, yaitu tahap prasyarat lepas landas. Terlihat bahwa pertanian masih mendominasi Kabupaten Tabanan dan mulai tumbuh industri-industri dan jasa, walaupun masih dalam jumlah yang kecil. Selain itu Kabupaten Karangasem masuk ke dalam tahap 2 karena pertumbuhan ekonominya di bawah rata-rata, tapi pengurangan kemiskinan dan penganggurannya di atas rata-rata. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi di kabupaten ini belum memprioritaskan sektor ekonomi yang mempunyai potensi berkembang seperti perdagangan dan jasa.

h. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Buleleng

(15)

15

unit usaha terdapat di Kabupaten Buleleng. Dari segi pariwisata, Kabupaten Buleleng memiliki jumlah kamar hotel sebanyak 2.347 dari 26.013 kamar hotel yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 9% kamar hotel yang ada di Kabupaten Buleleng. . Nilai PDRB perkapita Kabupaten Buleleng pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 5.168.247 merupakan nilai PDRB perkapita peringkat ke-7 di Provinsi Bali.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa di Kabupaten Buleleng masih terdapat wilayah pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan pertanian di kabupaten ini sudah tidak mendominasi. Unit usaha industri kecil dan menengah di kabupaten ini tergolong kecil, mengindikasikan tidak banyak industri di Kabupaten Buleleng. Dari segi pariwisata, yaitu jasa penyediaan kamar hotel, Kabupaten Buleleng hanya memiliki 9% dari total seluruh kamar hotel di Provinsi Bali. Hal tersebut mengindikasikan sektor pariwisata di kabupaten ini tidak begitu maju. Berdasarkan tahapan dari teori Rostow, Kabupaten Jembrana termasuk ke dalam tahap 2, yaitu tahap prasyarat lepas landas. Terlihat bahwa pertanian sudah tidak mendominasi Kabupaten Buleleng, namun pertumbuhan pada sektor industri dan jasa masih kecil. Kabupaten Buleleng masuk ke dalam tahap 2 karena pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di atas rata-rata, tapi pengurangan penganggurannya di bawah rata-rata. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi di wilayah tersebut, tetapi tidak dapat menurunkan jumlah pengangguran. Daerah tersebut termasuk daerah perkebunan, dan daerah perkotaan yang harus menampung migrasi penduduk dari daerah pedesaan.

i. Pertumbuhan Ekonomi Kota Denpasar

Kota Denpasar memiliki luas area persawahan sebesar 2.594 Ha. Total area pertanian adalah 2.594 Ha, sedangkan luas wilayah Kota Denpasar seluas 12.780 Ha. Jadi sebanyak 20% dari wilayah Kota Denpasar merupakan area pertanian. Kota Denpasar memiliki unit usaha industri kecil dan menengah sebesar 3.826 unit dari 11.905 unit yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 32% unit usaha terdapat di Kota Denpasar. Dari segi pariwisata, Kota Denpasar memiliki jumlah kamar hotel sebanyak 5.511 dari 26.013 kamar hotel yang ada di Provinsi Bali. Jadi sekitar 21% kamar hotel yang ada di Kota Denpasar. Nilai PDRB perkapita Kota Denpasar pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 8.851.177merupakan nilai PDRB perkapita peringkat ke-2 di Provinsi Bali.

(16)

16

ekonomi dapat mendorong perluasan lapangan kerja namun belum bisa mengurangi kemiskinan.

Struktur perekonomian Provinsi Bali didominasi sektor perdagangan, hotel, restauran yaitu sebesar 29,89 persen dalam PDRB, diikuti oleh sektor pertanian dan jasa-jasa (Gambar 4). Sektor perdagangan, hotel, dan restauran juga menjadi pendorong utama pertumbuhan wilayah Di Provinsi Bali. Perkembangan pariwisata di Provinsi Bali terlihat juga pada meningkatnya pendapatan yang dihasilkan pada sekor perdagangan, hotel, dan restauran, yaitu dalam bentuk pengeluaran untuk akomodasi, konsumsi makanan, angkutan wisata, dan jasa-jasa lainnya. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan di Bali menciptakan dampak langsung terhadap sektor perdagangan, hotel, dan restauran yang meningkatkan nilai PDRB wilayah.

Gambar 4. Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha (2013) Sumber: Perkembangan Pembangunan Provinsi Bali 2014, BPS

(17)

17

Peta 2. Klasifikasi Tahap Pembangunan Rostow dari Segi Ekonomi

2. Keadaan Sosial di Provinsi Bali

Penduduk merupakan salah satu komponen utama dalam pembangunan. Posisi pembangunan sebagai objek sekaligus subjek pembangunan dapat mendukung proses pembangunan dan juga dapat menjadikannya sumber permasalahan. Isu kependudukan yang paling hangat dibicarakan di Indonesia saat ini adalah bonus (kelebihan) demografi. Suatu wilayah dikatakan mendapatkan bonus demografi ketika satu orang penduduk usia non produktif ditanggung oleh minimal dua orang usia produktif. Provinsi Bali memiliki keunikan tersendiri dalam tata pemerintahan dinas dan adat yang terkenal. Kehidupan sosial budaya masyarakat Bali dilandasi filsafah Tri Hita Karana, artinya Tiga Penyebab Kesejahteraan yang perlu diseimbangkan dan diharmonisasikan, yaitu: a) hubungan manusia dengan Tuhan (Parhyangan), b) hubungan manusia dengan manusia (Pawongan), dan c) hubungan manusia dengan lingkungan (Palemahan).

(18)

18

kematian, tetapi juga dapat diakibatkan adanya peristiwa migrasi. Pada era global ini, migrasi perlu mendapatkan perhatian khusus, terlebih setelah penurunan tingkat kelahiran dan kematian.

a. Keadaan Sosial Kabupaten Jembrana

Berdasarkan data BPS 2010, jumlah penduduk di Kabupaten Jembrana adalah sebanyak 317.117 jiwa atau 6,78% dari total penduduk Bali. Ditinjau dari perkembangan penduduknya, wilayah di Kabupaten Jembrana relatif memiliki perkembangan yang cenderung statis. Hal ini dapat terlihat oleh nilai rata-rata pertahun perkembangan penduduk sebesar 1,09%. Tata kehidupan kemasyarakatan di Kabupaten Jembrana terbagi menjadi 2 sistem kemasyarakatan, yaitu; a) sistem kekerabatan yang terbentuk menurut adat yang berlaku dan dipengaruhi oleh adanya klen keluarga, b) sistem kemasyarakatan merupakan kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah adminstrasi dan teritorial adat. Rencana sistem perkotaan di wilayah kabupaten adalah rencana susunan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang menunjukkan keterkaitan saat ini maupun rencana yang membentuk hierarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten (BAPPEDA, 2011). Berdasarkan karakteristiknya, Kabupaten Jembrana diasumsikan berada di tahap kedua pada teori pembangunan industri Rostow, dibuktikan dengan adanya perpindahan penduduk dari desa menuju kota karena melihat adanya peluang pekerjaan yang lebih baik.

b. Keadaan Sosial Kabupaten Tabanan

Kabupaten Tabanan memiliki topografi pegunungan yang berbukit di bagian utara dan melandai ke arah selatan. Wilayah ini dikenal sebagai daerah lumbung pangan Provinsi Bali kaena 26,29% sawah di Bali berada disini mengakibatkan struktur penduduk mata pencaharian penduduknya sebagian besar berada di sektor pertanian. Jumlah penduduk Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 adalah 420.913 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 501/km2. Laju pertumbuhan penduduk lebih terkonsentrasi di Kota Tabanan akibat adanya urbanisasi yang tersebar ke perumahan BTN dan pembukaan pemukiman penduduk baru. Keberhasilan pemerintah daerah Kabupaten Tabanan terhadap pengendalian penduduk ditandai dengan kecilnya jumlah jiwa dalam rumah tangga yang disebabkan oleh adanya menundaan usia kawin wanita yang rata-rata mencapai 24,2 tahun. Suksesnya penanganan kependudukan ini dikarenakan adanya dukungan sosial, seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan dalam perekonomian. Sesuai dengan karakteristik yang dimiliki Kabupaten Tabanan, penulis mengasumsikan bahwa kegiatan sosial menurut Teori Rostow sudah berada pada tahap kedua (persiapan untuk landas). Hal ini dicirikan dengan adanya urbanisasi dari desa-desa yang ada di Kabupaten Tabanan menuju Kota Tabanan.

c. Keadaan Sosial Kabupaten Badung

(19)

19

perkawinan atau sejumlah perkawinan sehingga keluarga luas terdiri atas lebih dari satu keluarga inti), klan kecil (keluarga dalam satu ikatan dadia, yang menjadi satu kesatuan klan tempat suci), dan klan besar (ikatan keluarga dalam satu ikatan tempat suci panti atau paibon). Kabupaten Badung memiliki 120 desa adat, 523 banjar (dusun), dan 523 sekaa teruma

(organisasi pemuda tradisional). Di Kabupaten Badung terdapat satu Badan Penasihat Lembaga Adat (BPLA) Kabupaten dan enam BPLA Kecamatan. Lembaga adat ini memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan di wilayah Kabupaten Badung pada khususnya (BPS, 2014)

Pada periode 2000-2014, rata-rata laju pertumbuhan penduduk tahunan tertinggi terjadi di Kabupaten Badung, yaitu sebesar 4,06%. Tingginya migrasi masuk menjadi faktor utama tingginya laju pertumbuhan penduduk di wilayah ini. Ketersediaan fasilitas serta luasnya peluang kerja menjadi daya tarik bagi para pendatang. Kabupaten Badung memiliki potensi besar dalam pengembangan pembangunan jalan tol sebagai alternatif pemecah permasalahan transportasi di wilayah Bali Selatan dengan adanya kegiatan pariwisata. Menurut Kepala Badan Keluarga Berencana (KB) dan Keluarga Sejahtera (KS) Kabupaten Badung, laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi disebabkan angka migrasi baik dari sejumlah daerah di Bali maupun luar Bali yang mencoba mengadu nasib di daerah pusat pariwisata Bali (Rahaja, 2010). Sesuai dengan karakteristik yang dimiliki, Kabupaten Badung diasumsikan berada pada tahap ketiga (tahap tinggal landas) bila berdasarkan teori pembangunan ekonomi Rostow. Hal ini dapat dilihat dengan adanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, berupa terbukanya pasar-pasar baru. Pada tahap ini juga ada kemampuan daerah tersebut untuk mengerahkan sumber-sumber modal lokal yang ada. Kabupaten Badung merupakan salah satu daerah tujuan migran. Hal ini disebabkan oleh pembangunan cenderung dilakukan di wilayah ini dengan fungsi dan peran strategis sebagai pusat pemerintahan, perekonomian, perdagangan, pusat aktivitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pusat kegiatan pariwisata yang berperan besar dalam perkembangan perekonomian di Provinsi Bali (Antari, 2008).

d. Keadaan Sosial Kabupaten Klungkung

(20)

20

Angka beban ketergantungan berdasarkan SUNSES tahun 2007 menunjukkan bahwa penduduk laki-laki memiliki angka lebih rendah dibanding perempuan yaitu 48,3% (laki-laki) dan 53,0% (perempuan), fenomena tersebut hanya berlaku di pedesaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk perempuan di Kabupaten Klungkung menjadi beban yang lebih besar secara ekonomi (dalam hal penafkahan). Berdasarkan karakteristik Kabupaten Klungkung, penulis mengasumsikan kabupaten ini berada di tahap kedua. Hal ini dapat terlihat dengan adanya perkembangan daerah pariwisata yang dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan sektor jasa.

e. Keadaan Sosial Kabupaten Bangli

Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan penduduk Kabupaten Bangli mengalami peningkatan menjadi 215.353 jiwa. Pada tahun 2008, migrasi penduduk Kabupaten Bangli Berdasarkan hasil SUSEDA, sebanyak 6.837 jiwa untuk migrasi risen/sementara dan 8.417 jiwa migrasi seumur hidup. Pekerjaan penduduk di Kabupaten Bangli terbagi menjadi 3; a) sektor primer yaitu sektor yang memanfaatkan sumberdaya alam secara langsung seperti pertanian, perikanan, dan lain-lain, b) sektor sekunder yaitu sektor yang mengolah hasil sektor primer menjadi barang jadi seperti manufatur dan konstruksi, dan c) sektor ekonomi tersier yang dikenal sebagai sektor jasa, yaitu menghasilkan suatu jasa dari produk akhir seperti sektor sekunder. Kabupaten Bangli sebagian besar penduduknya bekerja di sektor primer sebesar 78.749 orang (Bali 746.487 orang), sektor sekunder 25.977 orang (Bali 400.948 orang) dan sektor tersier 35.909 orang (Bali 887.182 orang). Bila melihat karakteristik Kabupaten Bangli, dapat diasumsikan bahwa Kabupaten Bangli telah berada di tahap kedua, yaitu adanya urbanisasi ke kota dan adanya penduduk yang bekerja pada klasifikasi sektor primer, sekunder, atau tersier.

f. Keadaan Sosial Kabupaten Karangasem

(21)

21 g. Keadaan Sosial Kabupaten Buleleng

Jumlah penduduk berdasarkan hasil registrasi pada tahun 2009 berjumlah 786.972 jiwa dari jumlah 210.739 Kepala Keluarga. Dari jumlah tersebut terdiri dari penduduk perempuan sebanyak 390.863 jiwa atau 49,67 persen dan penduduk laki-laki sebanyak 396.109 jiwa atau 50,33 persen. Dari kondisi tersebut tercermin bahwa jumlah penduduk laki-laki relatif dominan jika dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan (PKPBM, 2010). Kecamatan Buleleng memiliki kepadatan penduduk terbesar yaitu 2558 jiwa/km2 yang jauh lebih besar diatas kependudukan Kabupaten Buleleng yaitu sebesar 479 jiwa/km2, hal ini menunjukkan bahwa distribusi penduduk yang tidak merata ke seluruh daerah (Paramita, 2012). Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2010, laju pertumbuhan Kabupaten Buleleng bertambah 0,06% setiap tahunnya. Kabupaten Buleleng didukung oleh adanya sumber daya alam berupa lahan sawah, lahan kering, lahan perkebunan sebagai sumber hijau makanan ternak (HMT), oleh karena itu dominasi masyarakatnya masih bekerja di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan. Sampai tahun 2009 Kabupaten Buleleng telah dapat memperbaiki kondisi infrastruktur jalan sepanjang 86,31 km, tersedia juga fasilitas perhubungan laut di Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak. Dengan melihat karakteristik Kabupaten Buleleng, dapat diasumsikan bahwa kabupaten ini berada di tahap kedua dengan adanya permulaan urbanisasi ke Kecamatan Buleleng karena adanya fasilitas yang lebih memadai dibandingkan dengan kecamatan lain. Potensi alam yang ada di Kabupaten Buleleng belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sarana dan prasarana yang kurang mendukung sektor agropolitan sehingga mempengaruhi perekonomian masyarakat Kabupaten Buleleng dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Provinsi Bali.

h. Keadaan Sosial Kabupaten Gianyar

Gianyar merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia. Daerah ini banyak diketemukan berbagai macam objek wisata, seperti objek wisata budaya, objek wisata purbakala, objek wisata remaja, objek wisata bahari, dan objek wisata wana (Atmojo, 2010). Masing masing objek wisata tersebut memberikan suguhan atraksi wisata yang memikat turis lokal maupun mancanegara untuk datang kembali ke Kabupaten Gianyar. Berdasarkan

(22)

22

Berdasarkan hasil pendataan selama tiga tahun terakhir (2006, 2007 dan 2008), penduduk Kabupaten Gianyar menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya. Penduduk ini tersebar secara tidak merata di 7 Kecamatan dengan Kecamatan Sukawati memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu sebesar 85.794 jiwa dan Payangan dengan jumlah penduduk sebesar 40.663 jiwa merupakan Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang paling kecil. Dilihat dari karakteristik Kabupaten Gianyar yang persebarannya tidak merata (lebih berpusat di kota) mengindikasikan bahwa banyaknya urbanisasi. Oleh karena itu, penulis mengasumsikan Kabupaten Gianyar berada pada tahap ketiga dalam teori pembangunan ekonomi Rostow.

i. Keadaan Sosial Kota Denpasar

Kota Denpasar merupakan daerah dengan jumlah penduduk terbanyak di Provinsi Bali. Meskipun Kota Denpasar memiliki keterbatasan wilayah, namun tidak membatasi penduduk untuk tinggal di kota ini. Tercatat, lebih dari 20% penduduk Bali tinggal di Kota Denpasar, dan angka ini terus meningkat setiap tahun. Daya tarik Kota Denpasar sebagai Ibukota Provinsi dengan fasilitas lengkap dan memiliki daya tarik yang melebihi daya dorong penduduk keluar mengakibatkan nilai migrasi Kota Denpasar menjadi berlebih. Kondisi Kota Denpasar menyebabkan Kota Denpasar adalah kota yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi sehingga menjadi sorotan penting bagi kelangsungan dan pemerataan pembangunan di Kota Denpasar.

Menurut BPS Bali (2014), pertumbuhan penduduk di Bali pada periode 1990-2000 meningkat hampir dua kali lipat yaitu dari 1.26% dalam satu tahun menjadi 2.15% pada periode 2000-2010. Selain itu, juga terjadi ketimpangan yang cukup tajam dalam hal pertumbuhan penduduk antar kabupaten/ kota di Provinsi Bali yaitu 4.62% di Kabupaten Badung dan 4.01% di Kota Denpasar, dan hanya sekitar 1.0-1.5% di kabupaten lainnya bahkan kurang dari 1 persen di Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Klungkung. Bila laju pertumbuhan penduduk per kabupaten/kota di Bali masih tetap sama dengan laju pertumbuhan penduduk tahun 2000-2010 maka perkiraan jumlah penduduk Bali pada tahun 2020 akan mencapai 4.727.270 jiwa, dimana penduduk Kota Denpasar akan melampaui jumlah 1 juta jiwa.

(23)

23

Dengan melihat karakteristik Kota Denpasar, penulis mengasumsikan bahwa kota ini telah berada di tahap keempat yaitu begitu besarnya urbanisasi yang terjadi. Bertambahnya angka kemiskinan di Kota Denpasar salah satu faktornya adalah meningkatnya urbanisasi setiap tahun, karena itu pemkot berupaya mencari terobosan untuk mengatasi masalah tersebut, kata Wali Kota Denpasar. Mantra (2015) mengatakan, permasalah terbesar di Kota Denpasar saat ini adalah masalah urbanisasi dan masalah lingkungan.

Peta 3. Perbandingan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Bali tahun 1990-2000 dan 2000-2010

Daerah tujuan migrasi untuk Provinsi Bali terpusat di daerah Bali Selatan yaitu Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Pada tahun 2010 jumlah migran tertinggi berada di Kota Denpasar yaitu migran seumur hidup sebanyak 415.417 jiwa dan migran risen sebanyak 87.545 jiwa. Posisi kedua ditempati oleh Kabupaten Badung dengan jumlah migran seumur hidup sebesar 209.061 jiwa dan migran risen sebanyak 52.999 jiwa (BPS Provinsi Bali, 2012). Tingginya jumlah migran di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung dikarenakan adanya pull factors

(24)

24

No Kabupaten/Kota 1990-2000 2000-2010 Tahun 2000-2014

1 Jembrana 0,63 1,22 1,09

2 Tabanan 0,73 1,14 1,02

3 Badung 2,33 4,64 4,06

4 Gianyar 1,56 1,80 1,06

5 Klungkung 0,31 0,95 0,85

6 Bangli 0,94 1,07 0,96

7 Karangasem 0,49 0,96 0,87

8 Buleleng 0,33 1,13 1,01

9 Kota Denpasar 3,20 4,02 3,53

Bali 1,26 2,15 1,92

Tabel 2. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten dan Kota di Provinsi Bali Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Peta 4. Klasifikasi Tahap Pembangunan Rostow dari Segi Sosial

Dalam teori pembangunan Rostow, provinsi Bali memiliki tiga tahap, yaitu; a) tahap dua yaitu

preconditions for takeoff, b) tahap tiga yaitu takeoff, dan c) tahap empat yaitu drive to maturity.

(25)

25

yang memilih untuk melakukan urbanisasi ke tempat yang lebih baik, namun perpindahan penduduk menuju kota tidak sebanyak yang terjadi di Kota Denpasar yang telah berada di tahap ke-empat. Hal serupa juga terjadi di Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar, yang sangat mempengaruhi kependudukan di Provinsi Bali. Daerah Bali Selatan merupakan daerah potensial dengan kondisi perekonomian yang sedang berkembang pesat. Berdasarkan teori Malthus dinyatakan bahwa laju pertumbuhan penduduk pertumbuhannya menurut deret ukur. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak menutup kemungkinan terjadi ledakan penduduk di Kabupaten Badung. Berdasarkan hasil SP 2010, Kuta Selatan menempati posisi tertinggi kedua yaitu jumlah migran risen sebesar 15.369 orang (BPS Kabupaten Badung, 2010).

3. Keadaan Politik di Provinsi Bali

Kegiatan politik dan pemeritahan dalam tahap pertama yaitu masyarakat tradisional, Rostow menggambarkan adanya pusat kekuasaan politik di daerah-daerah, meskipun terdapat sentralisasi dalam pemerintahan. Kekuasaan politik tersebut berada di tangan tuan tanah yang berkuasa dalam berbagai daerah, sehingga kebijaksanaan dari pemerintah pusat selalu dipengaruhi oleh pandangan tuan-tuan tanah di daerah tersebut. Apabila dalam tahap tersebut terdapat suatu proses yang menyebabkan perubahan dalam sistem politik, struktur sosial, nilai-nilai masyarakat, dan struktur kegiatan ekonominya, maka menurut Rostow, masyarakat tersebut dapat dikatakan berada pada tahap prasyarat untuk lepas landas (Mandiri, 2011). Tahap kedua dinamakan prasyarat lepas landas. Tahap ini merupakan transisi di mana prasyarat-prasyarat pertumbuhan swadaya dibangun atau diciptakan (Jhingan dalam Mandiri, 2011). Pada tahap ini juga terjadi perubahan ekonomi dan kebutuhan masyarakat sehingga terjadi pergeseran mata pencaharian dari sektor pertanian ke sektor industri. Hal ini menyebabkan masyarakat lebih terbuka secara sosial untuk melakukan komunikasi dengan pihak lain sehingga terjadi interaksi sosial yang lebih luas. Oleh karena itu, terbentuk tuntutan baru, yaitu politik. Kekuasaan politik pada tahap ini berada pada pemerintah pusat.

Tahap ketiga disebut juga tahap lepas landas. Dalam tahap ini terjadi perubahan yang drastis dalam masyarakat, seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi atau berupa terbukanya pasar-pasar baru (Mandiri, 2011). Semakin meningkatnya tahap pertumbuhan suatu wilayah, maka pembangunan politiknya perlu disesuaikan mengingat tuntutan akan demokrasi semakin besar, sehingga terdapat partisipasi politik yang besar dari masyarakatnya. Menurut Rostow, dalam tahap ketiga ini, kekuatan politik berada di tangan kelompok-kelompok politik tertentu, sehingga kelompok-kelompok tersebut memiliki pengaruh yang kuat dalam mendorong masyarakat untuk mengalami modernisasi. Oleh karena itu, demokrasi sangat diperlukan dalam tahapan masyarakat seperti itu.

(26)

26

pada tingkat provinsi, termasuk Provinsi Bali. IDI merupakan indikator yang tidak hanya melihat gambaran demokrasi yang berasal dari sisi kinerja pemerintah/birokrasi saja. Akan tetapi, juga melihat perkembangan demokrasi aspek peran masyarakat, lembaga legislatif (DPRD), partai politik, lembaga peradilan dan penegak hukum. IDI menggunakan skala 0 – 100, dan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu “baik” (indeks > 80), “sedang” (indeks 60 – 80), dan “buruk” (indeks < 60). Berikut ini merupakan perkembangan skor variabel IDI Bali tahun 2014 (BPS Provinsi Bali, 2015).

No Nama Variabel Indeks Kategori

1 Kebebasan berkumpul dan berserikat 55.00 Buruk

2 Kebebasan berpendapat 76.10 Sedang

3 Kebebasan berkeyakinan 98.21 Baik

4 Kebebasan dari diskriminasi 98.70 Baik

5 Hak memilih dan dipilih 78.92 Sedang

6 Partisipasi politik dalam pengambilan keputusan dan pengawasan

43.62 Buruk

7 Pemilu yang bebas dan adil 93.67 Baik

8 Peran DPRD 43.46 Buruk

9 Peran partai politik 61.43 Sedang

10 Peran birokrasi pemerintah daerah 100.00 Baik

11 Peran peradilan yang independen 95.00 Baik

Tabel 3. Perkembangan skor variabel IDI Bali 2014 Sumber: BPS Provinsi Bali 2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa secara umum kekuasaan politik Provinsi Bali berada pada pemerintah daerah, dan masyarakat Bali lebih cenderung memiliki kebebasan berkeyakinan dan kebebasan dari diskrimasi dibandingkan dengan kebebasan berkumpul, berserikat, dan berpendapat. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat demokrasi di Bali masih sangat rendah. Selain itu, kelompok politik seperti DPRD dan partai politik juga berada pada tingkat buruk. Hal tersebut turut menyebabkan buruknya partisipasi politik dalam pengambilan keputusan dan pengawasan. Oleh karena itu, Provinsi Bali secara umum dapat dikatakan berada pada tahap pembangunan kedua, yaitu prasyarat lepas landas. Akan tetapi, apabila dilihat secara detail per kabupaten, masyarakat Provinsi Bali memiliki tingkat partisipasi politik yang berbeda-beda. Hal ini terlihat dari perbedaan pemilih dalam pemilu yang diadakan.

(27)

27 a. Kabupaten Jembrana

Berikut ini merupakan hasil pemungutan suara dalam pemilu legislatif tahun 2014 di Kabupaten Jembrana menurut BPS Provinsi Bali tahun 2015.

No Nama Partai Politik Jumlah Suara 1 Partai Nasional Demokrat 3.740 2 Partai Kebangkitan Bangsa 4.563 3 Partai Keadilan Sejahtera 6.862

4 PDI Perjuangan 57.562

5 Partai Golongan Karya 18.140

6 Partai Gerindra 14.879

7 Partai Demokrat 21.528

8 Partai Amanat Nasional 3.831 9 Partai Persatuan Pembangunan 2.731 10 Partai Hati Nurani Rakyat 12.758

14 Partai Bulan Bintang 530

15 PKPI 1.453

Jumlah 148.577

Jumlah pemilih 224.275

Tabel 4. Hasil Pengumuman Suara dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 Kab.Jembrana Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Berdasarkan data tabel di atas, dapat terlihat bahwa jumlah pemilih di Kabupaten Jembrana yang menggunakan suaranya berjumlah 148.577jiwa dari jumlah total 224.275jiwa. Hal ini berarti bahwa masyarakat Jembrana yang menggunakan hak pilihnya memiliki jumlah sebesar 66,25%. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat Jembrana dalam hal politik masih belum tinggi, atau berada dalam kategori “sedang”.

(28)

28 b. Kabupaten Tabanan

Berikut ini merupakan hasil pemungutan suara dalam pemilu legislatif tahun 2014 di Kabupaten Tabanan menurut BPS Provinsi Bali tahun 2015.

No Nama Partai Politik Jumlah Suara 1 Partai Nasional Demokrat 8.545 2 Partai Kebangkitan Bangsa 2.214 3 Partai Keadilan Sejahtera 2.558

4 PDI Perjuangan 162.046

5 Partai Golongan Karya 39.952

6 Partai Gerindra 28.908

7 Partai Demokrat 32.769

8 Partai Amanat Nasional 813 9 Partai Persatuan Pembangunan 870 10 Partai Hati Nurani Rakyat 9.698

14 Partai Bulan Bintang 145

15 PKPI 260

Jumlah 288.778

Jumlah pemilih 356.491

Tabel 5. Hasil Pengumuman Suara dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 Kab.Tabanan Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Berdasarkan data tabel di atas, dapat terlihat bahwa jumlah pemilih di Kabupaten Tabanan yang menggunakan suaranya berjumlah 288.778jiwa dari jumlah total 356.491jiwa. Hal ini berarti bahwa masyarakat Tabanan yang menggunakan hak pilihnya memiliki jumlah sebesar 81.00%. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat Tabanan dalam hal politik cukup tinggi, atau berada dalam kategori “baik”.

(29)

29 c. Kabupaten Badung

Berikut ini merupakan hasil pemungutan suara dalam pemilu legislatif tahun 2014 di Kabupaten Badung menurut BPS Provinsi Bali tahun 2015.

No Nama Partai Politik Jumlah Suara 1 Partai Nasional Demokrat 11.471 2 Partai Kebangkitan Bangsa 4061 3 Partai Keadilan Sejahtera 2.982

4 PDI Perjuangan 86.981

5 Partai Golongan Karya 64.839

6 Partai Gerindra 20.033

7 Partai Demokrat 49.543

8 Partai Amanat Nasional 1422 9 Partai Persatuan Pembangunan 422 10 Partai Hati Nurani Rakyat 16.416 14 Partai Bulan Bintang 381

15 PKPI 3.710

Jumlah 262.261

Jumlah Pemilih 356.635

Tabel 6. Hasil Pengumuman Suara dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 Kab.Badung Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Berdasarkan data tabel di atas, dapat terlihat bahwa jumlah pemilih di Kabupaten Badung yang menggunakan suaranya berjumlah 262.261jiwa dari jumlah total 356.635jiwa. Hal ini berarti bahwa masyarakat Badung yang menggunakan hak pilihnya memiliki jumlah sebesar 73,54%. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat Badung dalam hal politik cukup tinggi, atau berada dalam kategori “sedang”.

(30)

30 d. Kabupaten Gianyar

Berikut ini merupakan hasil pemungutan suara dalam pemilu legislatif tahun 2014 di Kabupaten Gianyar menurut BPS Provinsi Bali tahun 2015.

No Nama Partai Politik Jumlah Suara 1 Partai Nasional Demokrat 6.956 2 Partai Kebangkitan Bangsa 2.315 3 Partai Keadilan Sejahtera 1.368

4 PDI Perjuangan 124.482

5 Partai Golongan Karya 51.173

6 Partai Gerindra 41.482

7 Partai Demokrat 44.671

8 Partai Amanat Nasional 708 9 Partai Persatuan Pembangunan 336 10 Partai Hati Nurani Rakyat 5.936

14 Partai Bulan Bintang 249

15 PKPI 2.493

Jumlah 282.169

Jumlah Pemilih 361.705

Tabel 7. Hasil Pengumuman Suara dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 Kab.Gianyar Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Berdasarkan data tabel di atas, dapat terlihat bahwa jumlah pemilih di Kabupaten Gianyar yang menggunakan suaranya berjumlah 282.169jiwa dari jumlah total 365.705jiwa. Hal ini berarti bahwa masyarakat Gianyar yang menggunakan hak pilihnya memiliki jumlah sebesar 78.01%. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat Gianyar dalam hal politik cukup tinggi, atau berada dalam kategori “sedang”.

(31)

31 e. Kabupaten Klungkung

Berikut ini merupakan hasil pemungutan suara dalam pemilu legislatif tahun 2014 di Kabupaten Klungkung menurut BPS Provinsi Bali tahun 2015.

No Nama Partai Politik Jumlah Suara 1 Partai Nasional Demokrat 3.121 2 Partai Kebangkitan Bangsa 1.320 3 Partai Keadilan Sejahtera 1.760

4 PDI Perjuangan 30.622

5 Partai Golongan Karya 13.879

6 Partai Gerindra 16.033

7 Partai Demokrat 19.733

8 Partai Amanat Nasional 4.709 9 Partai Persatuan Pembangunan 376 10 Partai Hati Nurani Rakyat 13.894

14 Partai Bulan Bintang 183

15 PKPI 1.732

Jumlah 107.362

Jumlah Pemilih 154.916

Tabel 8. Hasil Pengumuman Suara dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 Kab.Klungkung Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Berdasarkan data tabel di atas, dapat terlihat bahwa jumlah pemilih di Kabupaten Klungkung yang menggunakan suaranya berjumlah 107.362jiwa dari jumlah total 154.916jiwa. Hal ini berarti bahwa masyarakat Klungkung yang menggunakan hak pilihnya memiliki jumlah sebesar 69.30%. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat Klungkung dalam hal politik cukup tinggi, atau berada dalam kategori “sedang”.

(32)

32 f. Kabupaten Bangli

Berikut ini merupakan hasil pemungutan suara dalam pemilu legislatif tahun 2014 di Kabupaten Bangli menurut BPS Provinsi Bali tahun 2015.

No Nama Partai Politik Jumlah Suara 1 Partai Nasional Demokrat 4.475 2 Partai Kebangkitan Bangsa 1.462 3 Partai Keadilan Sejahtera 1.079

4 PDI Perjuangan 65.365

5 Partai Golongan Karya 30.162

6 Partai Gerindra 9.842

7 Partai Demokrat 10.024

8 Partai Amanat Nasional 646 9 Partai Persatuan Pembangunan 274 10 Partai Hati Nurani Rakyat 1.803

14 Partai Bulan Bintang 205

15 PKPI 14.938

Jumlah 140.275

Jumlah pemilih 181.785

Tabel 8. Hasil Pengumuman Suara dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 Kab.Bangli Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Berdasarkan data tabel di atas, dapat terlihat bahwa jumlah pemilih di Kabupaten Bangli yang menggunakan suaranya berjumlah 140.275jiwa dari jumlah total 181.785jiwa. Hal ini berarti bahwa masyarakat Bangli yang menggunakan hak pilihnya memiliki jumlah sebesar 77.17%. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat Bangli dalam hal politik cukup tinggi, atau berada dalam kategori “sedang”.

(33)

33 g. Kabupaten Karangasem

Berikut ini merupakan hasil pemungutan suara dalam pemilu legislatif tahun 2014 di Kabupaten Karangasem menurut BPS Provinsi Bali tahun 2015.

No Nama Partai Politik Jumlah Suara 1 Partai Nasional Demokrat 28.531 2 Partai Kebangkitan Bangsa 2.129 3 Partai Keadilan Sejahtera 8.294

4 PDI Perjuangan 89.372

5 Partai Golongan Karya 53.939

6 Partai Gerindra 24.341

7 Partai Demokrat 22.588

8 Partai Amanat Nasional 1.353 9 Partai Persatuan Pembangunan 1.851 10 Partai Hati Nurani Rakyat 10.361

14 Partai Bulan Bintang 582

15 PKPI 24.700

Jumlah 268.041

Jumlah pemilih 382.118

Tabel 9. Hasil Pengumuman Suara dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 Kab.Karangasem Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Berdasarkan data tabel di atas, dapat terlihat bahwa jumlah pemilih di Kabupaten Karangasem yang menggunakan suaranya berjumlah 268.041jiwa dari jumlah total 382.118jiwa. Hal ini berarti bahwa masyarakat Karangasem yang menggunakan hak pilihnya memiliki jumlah sebesar 70.15%. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat Karangasem dalam hal politik cukup tinggi, atau berada dalam kategori “sedang”.

(34)

34 h. Kabupaten Buleleng

Berikut ini merupakan hasil pemungutan suara dalam pemilu legislatif tahun 2014 di Kabupaten Buleleng menurut BPS Provinsi Bali tahun 2015.

No Nama Partai Politik Jumlah Suara 1 Partai Nasional Demokrat 17.996 2 Partai Kebangkitan Bangsa 7.933 3 Partai Keadilan Sejahtera 6.763

4 PDI Perjuangan 146.506

5 Partai Golongan Karya 48.518

6 Partai Gerindra 38.116

7 Partai Demokrat 36.900

8 Partai Amanat Nasional 10.676 9 Partai Persatuan Pembangunan 5.001 10 Partai Hati Nurani Rakyat 28.567

14 Partai Bulan Bintang 753

15 PKPI 5.744

Jumlah 353.473

Jumlah pemilih 543.542

Tabel 10. Hasil Pengumuman Suara dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 Kab.Buleleng Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Berdasarkan data tabel di atas, dapat terlihat bahwa jumlah pemilih di Kabupaten Buleleng yang menggunakan suaranya berjumlah 353.473jiwa dari jumlah total 543.542jiwa. Hal ini berarti bahwa masyarakat Buleleng yang menggunakan hak pilihnya memiliki jumlah sebesar 65,03%. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat Buleleng dalam hal politik cukup tinggi, atau berada dalam kategori “sedang”.

(35)

35 i. Kota Denpasar

Berikut ini merupakan hasil pemungutan suara dalam pemilu legislatif tahun 2014 di Kota Denpasar menurut BPS Provinsi Bali tahun 2015.

No Nama Partai Politik Jumlah Suara 1 Partai Nasional Demokrat 7.038 2 Partai Kebangkitan Bangsa 5.523 3 Partai Keadilan Sejahtera 13.107

4 PDI Perjuangan 119.619

5 Partai Golongan Karya 58.594

6 Partai Gerindra 26.429

7 Partai Demokrat 32.141

8 Partai Amanat Nasional 1.847 9 Partai Persatuan Pembangunan 1.706 10 Partai Hati Nurani Rakyat 10.540

14 Partai Bulan Bintang 612

15 PKPI 936

Jumlah 278.092

Jumlah pemilih 430.655

Tabel 11. Hasil Pengumuman Suara dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 Kota Denpasar Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Berdasarkan data tabel di atas, dapat terlihat bahwa jumlah pemilih di Kota Denpasar yang menggunakan suaranya berjumlah 278.092jiwa dari jumlah total 430.655jiwa. Hal ini berarti bahwa masyarakat Denpasar yang menggunakan hak pilihnya memiliki jumlah sebesar 64,58%. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat Denpasar dalam hal politik cukup tinggi, atau berada dalam kategori “sedang”.

(36)

36

Peta 5. Partisipasi Politik Penduduk Dalam Pemilihan Umum Provinsi Bali Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

(37)

37

Peta 6. Klasifikasi Tahap Pembangunan Rostow dari Segi Politik

4. Nilai-nilai di Provinsi Bali

Teori Rostow mengartikan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan adanya perubah ciri-ciri penting dalam suatu masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi, politik dan nilai-nilai masyarakat. Nilai – nilai yang dimaksud adalah nilai – nilai yang berorientasi tradisional menuju ke nilai yang modernisasi. Indonesia terkenal dengan berbagai macam budaya berbeda karena terdiri dari banyak suku, ras atau etnis. Bali merupakan salah satu provinsi yang dikenal memiliki nilai-nilai seni-budaya dan tradisi yang unik. Masyarakat Bali sejak dahulu dikenal memiliki nilai-nilai seni-budaya dan tradisi yang unik yang bersumber ajaran agama yang dianut, yakni Hindu. Di luar itu, mereka memiliki sejumlah nilai-budaya lokal yang khas, yang membuat mereka berhasil mengembangkan industri pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis budaya.

(38)

38

ranum”, agama Hindu serta adat dan budaya bersama masyarakatnya Bali harus tetap terjaga, lestari, dan dilestarikan (Suatika, 2015).

Beberapa nilai masyarakat Bali yang dianut dalam etos kreatif pemanfaatan sumber daya kebudayaan dalam pengembangan ekonominya menurut ajaran Ida Pedanda Made Sidemen antara lain adalah meyasa lacur membiasakan diri dengan hidup sederhana (apa adanya) dikenal dengan konsep karang awake tandurin (badan atau diri sendiri yang ditanami). Di tengah semakin derasnya gelombang globalisasi pariwisata, masyarakat Bali mempersiapkan (mengantisipasi) diri dengan mempersenjatai melaui pengembangan diri berupa karang awake tandurin (”tanami kebun diri”, yang kurang-lebih bermakna kembangkan potensi diri).

Maksudnya adalah masyarakat Bali dengan seluruh kekayaan alam dan budayanya harus menjadi manusia yang produktif untuk selalu membekali diri dengan pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan wawasan. Dengan begitu, manusia Bali tidak akan mudah menjadi manusia kalahan (manusia kelas dua) di tengah kehidupan bisnis yang melanda Bali sendiri, seperti pariwisata. Kemampuan masyarakat Bali dalam mentransformasikan kebudayaannya melalui etos kerja ke dalam pariwisata budaya menunjukkan bahwa terdapat modal budaya (cultural capital) yang dapat dijadikan modal ekonomi. Sehingga untuk tahap kedua (preconditions for takeoff) Rostow dari segi nilai-nilai masyarakat yaitu peningkatan semangat kemajuan dan keterbukaan sudah tercapai.

(39)

39

Peta 7. Penanaman Modal Dalam Negeri Provinsi Bali Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

a. Kabupaten Jembrana

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2014 dengan membandingkan data penanaman modal dalam negeri tahun 2010 dan 2013. Pada tahun 2010 penanaman modal atau investasi modal dalam negeri di Kabupaten Jembarana 67.813 juta Rupiah menjadi 80.267 Juta Rupiah pada tahun 2013. Penanaman modal atau investasi modal ini antara lain meliputi jenis takstil, payung adat, ukiran kayu, cendramata, anyaman bambu dan lidi, pengalengan ikan, makanan, minuman, kipra/kelapa, pengolahan karet, pengolahan sampah plastik, pengolahan logam, percetakan, bangunan atau mobilair, aneka kebutuhan dan pangan.

(40)

40 b. Kabupaten Tabanan

Teori Rostow pada tahap ketiga (take off) untuk nilai-nilai (values) terjadinya penurunan penanaman modal atau investasi modal masyarakat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2014 dengan membandingkan data penanaman modal dalam negeri tahun 2010 dan 2013. Pada tahun 2010 penanaman modal atau investasi modal dalam negeri di Kabupaten Tabanan 677.977 Juta Rupiah menjadi 108.928 Juta Rupiah pada tahun 2013. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa terjadi penurunan penanaman modal dan investasi di Kabupaten Tabanan.

Sebenarnya nilai masyarakat Bali yang dianut dalam etos kreatif pemanfaatan sumber daya kebudayaan dalam pengembangan ekonominya menurut ajaran Ida Pedanda Made Sidemen telah diterapkan dari segi meyasa lacur, karang awake tandurin, dan awake tandurin namun kurang optimal pada rentang tahun ini. Penurunan investasi modal ini disebabkan karena menurunnya permohonan baru untuk proses perijinanan dan perpanjangan dan permohonan baru tidak memenuhi target yang telah ditetapkan. Penurunan penanaman modal atau investasi modal ini dengan berbasis perbandingan data tahun 2010 dan tahun 2013 maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten Tabanan belum dapat dikatakan memasuki tahap ketiga (take off) teori Rostow sehingga Kabupaten Tabanan masih berada di tahap kedua (preconditions for takeoff).

c. Kabupaten Badung

Bila dikaitkan dengan teori Rostow pada tahap ketiga (take off) untuk nilai-nilai (values)

terjadinya peningkatan penanaman modal atau investasi modal masyarakat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2014 dengan membandingkan data penanaman modal dalam negeri tahun 2010 dan 2013. Pada tahun 2010 penanaman modal atau investasi modal dalam negeri di Kabupaten Tabanan 2.868 Juta Rupiah menjadi 3.098.820 Juta Rupiah pada tahun 2013. Peningkatan besar penanaman modal ini menunjukkan bahwa nilai masyarakat Bali yang dianut dalam etos kreatif pemanfaatan sumber daya kebudayaan dalam pengembangan ekonominya menurut ajaran Ida Pedanda Made Sidemen telah diterapkan dari segi dari segi

meyasa lacur, karang awake tandurin dan khususnya awake tandurin yaitu masyarakat Kabupaten Badung dengan seluruh kekayaan alam dan budayanya menjadi manusia yang produktif untuk selalu membekali diri dengan pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan wawasan. Peningkatan penanaman modal ini karena adanya pembangunan optimal dengan menimbang kondisi dan potensi wilayahnya yang dibagi menjadi tiga; a) Wilayah Pembangunan Badung Utara dengan dominasi aktivitas perkebunan, tanaman pangan, wisata alam, peternakan, kerajinan rumah tangga dan konservasi alam, b) Wilayah Pembangunan Badung Tengah dengan dominasi aktivitas pertanian, peternakan, pariwisata budaya serta industri kecil dan kerajinan rumah tangga, c) Wilayah Pembangunan Badung Selatan dengan pusat pengembangan di Kuta dan dominasi aktivitas pariwisata, pendidikan, perikanan, industri kecil, serta perdagangan dan jasa.

(41)

41

kegiatan perekonomian di Kabupaten Badung, hal ini dapat dilihat dari sebaran tenaga kerja yang terkonsentrasi di sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa yang umumnya berada di wilayah perkotaan di Kabupaten Badung. Peningkatan penanaman modal atau investasi modal ini dengan berbasis perbandingan data tahun 2010 dan tahun 2013 maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten Badung telah memasuki tahap ketiga (take off) teori Rostow bahkan berjalan menuju tahap keempat (drive to maturity) yaitu adanya harapan maju terlihat dari pembangungan Kabupaten Badung yang terus meningkat namun dalam hal penekanan teknologi masih kurang.

d. Kabupaten Gianyar

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2014 dengan membandingkan data penanaman modal dalam negeri tahun 2010 dan 2013. Pada tahun 2010 penanaman modal atau investasi modal dalam negeri di Kabupaten Gianyar 43.652 juta Rupiah menjadi 1.134.498 Juta Rupiah pada tahun 2013. Peningkatan besar penanaman modal ini menunjukkan bahwa nilai masyarakat Bali yang dianut dalam etos kreatif pemanfaatan sumber daya kebudayaan dalam pengembangan ekonominya menurut ajaran Ida Pedanda Made Sidemen telah diterapkan dari segi dari segi meyasa lacur, karang awake tandurin dan khususnya awake tandurin yaitu masyarakat Kabupaten Gianyar dengan seluruh kekayaan alam dan budayanya menjadi manusia yang produktif untuk selalu membekali diri dengan pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan wawasan yang dikenal dengan seninya yang kuat.

Penanaman modal atau invetasi modal di Kabupaten Gianyar antara lain adalah Industri kerajinan rumahtangga, Industri kecil, Industri sedang dan Industri besar, Populasi industri besar/ sedang kondisinya sangat labil terutama sub sektor industri kayu (patung). Hal ini disebabkan adanya sistem order (pesanan) sehingga kuantitas tenaga kerjanya cenderung cenderung meningkat tajam. Investasi juga dilakukan di industri Kecil Kerajinan terdiri dari industri pertanian dan hasil hutan, industri logam mesin dan kimia serta industri Aneka dan tekstil. Peningkatan penanaman modal atau investasi modal ini dengan berbasis perbandingan data tahun 2010 dan tahun 2013 maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten Gianyar telah memasuki tahap ketiga (take off) teori Rostow.

e. Kabupaten Klungkung

Bila dikaitkan dengan teori Rostow pada tahap ketiga (take off) untuk nilai-nilai (values)

terjadinya penurunan penanaman modal atau investasi modal masyarakat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2014 dengan membandingkan data penanaman modal dalam negeri tahun 2010 dan 2013. Pada tahun 2010 penanaman modal atau investasi modal dalam negeri di Kabupaten Klungkung 260.037 Juta Rupiah menjadi 23.954 Juta Rupiah pada tahun 2013. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa terjadi penurunan penanaman modal dan investasi di Kabupaten Klungkung. Sebenarnya nilai masyarakat Bali yang dianut dalam etos kreatif pemanfaatan sumber daya kebudayaan dalam pengembangan ekonominya menurut ajaran Ida Pedanda Made Sidemen telah diterapkan dari segi meyasa lacur, karang awake tandurin, dan

(42)

42

Salah satunya adalah beberapa sentral kerajinan dalam keberlanjutannya sangat memprihatinkan dan dapat diasumsikan terputus generasi. Keprihatinan tetap menyelubungi kehidupan seni kerajinan yang memerlukan keuletan yang penuh rutinitas. Keragaman maupun variasi bentuk, material, dan fungsi ganda yang melekat pada kerajinan. Penurunan penanaman modal atau investasi modal ini dengan berbasis perbandingan data tahun 2010 dan tahun 2013 maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten Klungkung belum dapat dikatakan memasuki tahap ketiga (take off) teori Rostow sehingga Kabupaten Klungkung masih berada di tahap kedua (preconditions for takeoff).

f. Kabupaten Bangli

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2014 dengan membandingkan data penanaman modal dalam negeri tahun 2010 dan 2013. Pada tahun 2010 penanaman modal atau investasi modal dalam negeri di Kabupaten Bangli 31.818 Juta Rupiah menjadi 21.252 Juta Rupiah pada tahun 2013. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa terjadi penurunan penanaman modal dan investasi di Kabupaten Bangli. Sebenarnya nilai masyarakat Bali yang dianut dalam etos kreatif pemanfaatan sumber daya kebudayaan dalam pengembangan ekonominya menurut ajaran Ida Pedanda Made Sidemen telah diterapkan dari segi meyasa lacur, karang awake tandurin, dan awake tandurin namun menurun pada rentang tahun ini yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktornya adalah banyak calon investor kurang tertarik dan cenderung pesimis bahwa Kabupaten Bangli yang termasuk Bali Utara ini bisa berkembang seperti di Bali selatan. Alasan kuat investor menolak berpindah dari Bali selatan adalah persoalan infrastruktur dan waktu tempuh melawan kemacetan dari Bandara yang berada di Bali Selatan. Seperti halnya Kabupaten Klungkung, penurunan penanaman modal atau investasi modal ini dengan berbasis perbandingan data tahun 2010 dan tahun 2013 maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten Bangli belum dapat dikatakan memasuki tahap ketiga (take off) teori Rostow sehingga Kabupaten Bangli masih berada di tahap kedua (preconditions for takeoff).

g. Kabupaten Karangasem

Gambar

Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan, dan pengurangan pengangguran di Kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun 2008-2012
Gambar 1. Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2008-2012
Gambar 2. Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Rata-Rata Pengurangan Jumlah Pengangguran Tahun 2008-2012
Gambar 3. PDRB perkapita Provinsi Bali Sumber: Analisis Ketimpangan Pembangunan antara Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, Dewi et al
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kerja sama dengan ormas.

Dari hasil observasi dan penelitian yang telah dilakukan peneliti, dapat dilihat bahwa penyebab terjadinya interferensi bahasa Melayu Malaysia terhadap bahasa

Dari teori episteme dalam filsafat Michel Foucault yang digunakan untuk mengkaji penafsiran Engineer ini, dapat diketahui konteks pemikirannya untuk menafsirkan ayat-ayat

Hal ini tercermin dari hamparan tanaman kedelai yang tumbuh subur di Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun yang merupakan salah satu kawasan penghasil kedelai

Dalam penilitian yang dilakukan, penulis bertujuan agar dapat meningkatkan prestasi siswa khususnya dalam olahraga senam, karena pada dasarnya banyak siswa yang

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil jawaban siswa yang menunjukkan bahwa siswa dapat menjawab apa yang ditanyakan dari soal, dimana dalam menjawab soal tersebut

Topografi : Kondisi topografi disekitar jembatan Ngrame II pada umumnya datar, sebelah kanan jembatan eksisting merupakan pemukiman penduduk, sedangkan sebelah kiri dari