• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUTINITAS DAN AKTIFITAS PETANI JERUK DESA SINGA

3.1. Kehidupan Petani Desa Singa

3.3.1. Penanaman tanaman jeruk

Sebelum petani jeruk melakukan kegiatan penanaman, petani terlebih dahulu melakukan pembersihan lahan dan pengolahan tanah. Pengolahan tanah dilakukan sebagai persiapan tanam maupun dan menajaga stabilitas kesuburan tanah. Pengolahan lahan dilakukan sebagai usaha membersihkan tanah, menghancurkan akar-akar lama dan membentuk permukaan tanah menurut berbagai pola yang dikehendaki.

Kondisi lahan baru yang dibuka biasanya ditumbuhi oleh tanaman rumput liar54 dan kayu-kayu kecil55, oleh karena itu petani Desa Singa tidak bisa menggunakan mesin babat sebagai alat untuk pembersih lahan. Alat yang dipakai petani untuk melakukan pembersihan ini adalah dengan parang56 dan penembis.57 Pada umumnya petani menunggu jelang satu sampai tiga hari sebelum melakukan pemilahan rumput dan kayu yang sudah dipotong. Hal ini dilakukan supaya rumput dan kayu yang akan dijadikan sebagai pupuk organik dan kayu bakar tidak terlalu berat untuk dipindahkan. Sebagian jenis rumput liar yang sudah kering akan din kumpulkan ke titik-titik yang sudah diterka-terka akan ditanami jeruk. Kemudian, kayu yang berdiameter 5 cm ke atas dibawa pulang ke rumah menjadi kayu bakar untuk memasak mapun disimpan untuk pembakaran lemang58

54 Jenis tumbuhan liarnya adalah ersam, rih, sanggar, santar bunga, tali kampung, page-page, lada-lada, lenga-lenga. (bahasa lokal suku Karo)

55 Jenis kayu kecil yang terdapat pada waktu pembukaan lahan baru ialah gadiman, tusam kitik-kitik, ndaukum kitik-kitik.(bahasa lokal suku Karo)

56

Benda yang digunakan petani berupa besi dengan panjang ± 20 cm dan lebar ± 7 cm.

57 Alat pemotong yang menyerupai parang, memiliki panjang ± 1 m dan bentuknya sangat tipis.

58 Jenis makanan khas suku Karo dalam pesta tahuan yang terbuat dari beras, air perasan kelapa, lada, dll. Bahan-bahan ini dimasukan ke dalam bambu muda yang sudah di tentukan komposisi lebar dan panjangnya.

pada saat pesta tahunan.

Setelah melakukan tahap pemilahan, petani yang membuka lahan baru akan melakukan tahapan proses pencangkolan dan narsari.59

1. Pada saat proses penanaman jeruk terlebih dahulu petani melakukan pembersihan lahan dan pengukuran jarak tanam yang biasanya petani Desa Singa mengunakan jarak tanam antara 5 x 4 atau 5 x 5 dengan menggunakan alat ukur tali yang sudah ditentukan sebelumnya.

Menurut petani, kegiatan pencangkolan dan narsari dilakukan selain untuk pembersihan lahan juga untuk menumbuhan tumbuhan baru yang lebih lembut dan mudah untuk dibersihkan kembali pada saat pemeliharaan nantinya.

Setelah lahan terlihat bersih dari rumpu dan kayu, petani akan melakukan proses penanaman tanaman jeruk. Masyrakat petani Desa Singa mengenal 3 tahapan proses dalam menanam jeruk, yakni :

2. Masalah pembibitan, petani jeruk Desa Singa pada umumnya membeli bibit yang sudah siap tanam dengan harga pasaran sekitar Rp 7.000 – Rp15.000, dan ada juga sebagian petani membibit sendiri dengan melewati tahap okulasi.

3. Cara penanaman yang dibuat petani adalah dengan menggali tanah dengan kedalaman 2 x panjang jari orang dewasa yang kemudian menambahkan 2 genggam tangan orang dewasa pupuk organik jenis kandang kambing, kandang ayam, dan taneh kerangen (tanah gambut) yang terlebih dahulu dikeringkan dikarenakan pupuk tersebut terlalu melas (panas menurut petani), setelah melakukan proses penggalian dan pemupukan bibit ditanam dengan sebiji tonggak kayu atau bambu untuk menghindari gangguan dari hama pengganggu.

59 Kegiatan pembersihan dengan menggunakan tangan untuk menjatuhkan tanah dari akar tumbuhan.

3.3.2. Pemeliharaan jeruk

Rangkaian kegiatan pemeliharaan mulai dari pemupukan, pemangkasan, pembuatan tiang penyangga, dan pemberantasan hama dan penyakit. Kegiatan pemeliharaan ini merupakan kegiatan utama dalam perladangan jeruk.

Penyangga

Agar pohon jeruk tidak menerima beban terlalu berat dan rusak pada saat berbuah, maka pohon jeruk diberi tiang penyangga oleh petani yang terbuat dari kayu atau bambu. Penyangga dibuat dari potongan kayu atau babmbu yang memiliki cabang di ujungya untuk bisa menahan dahan pohon jeruk yang memiliki buah yang banyak. Artinya semakin besar pohon maka semakin besar pula penyangga yang diperlukan. Melihat Desa Singa memiliki potensi alam untuk kayu dan bambu cukup banyak, maka pembuatan penyangga tidak memerlukan biaya hanya menghabiskan tenaga dan waktu saja.

Pembasmian Hama dan penyakit

Hama yang sering dihadapi petani jeruk Desa Singa adalah sejenis serangga kutu yang tidak beregerak menempel pada batang, daun, dan buah tanaman jeruk. selain itu, jenis serangga bergerak yang merusak buah jeruk juga menjadi ancaman serius bagi petani. Jenis serangga yang bergerak ini berupa nyamuk dan petani menyebutnya dengan nama cit-cit. Alasan bagi petani jeruk di Desa Singa menyebut serangga ini cit-cit adalah karena serangga ini melobangi buah jeruk hingga mengakibatkan pembusukan buah.

Lain itu, Menurut pandangan petani sendiri terhadap hama, udan baho60

60 Lihat bab II sub Topografi Desa.

membuat hasil panen dan harga menurun. Hama sejenis kutu yang merusak tanaman jeruk petani adalah kutu buluh dan kutu babi. Untuk jenis penyakit yang dihadapi petani jeruk adalah sejenis jamur merah dan penyakit getah-getah. Jamur merah dan penyakit getah-getah ini dapat mengakibatkan kerusakan tanaman bahkan membuat pohon jeruk mati.61

61 Baca analisis pembahasan II di bab IV sub masalah-masalah petani dalm bagian hama dan penyakit.

Dalam pengendalianya, petani jeruk Desa Singa melakukan penyemprotan pestisida dan membuat perangkap. Penyemprotan pestisida oleh petani sangat jarang menggunakan pompa gendong. Karena pompa gendong dengan kapasitas air yang sedikit, memakan waktu yang lama, dan menguras tenaga yang banyak. Penyemprot yang digunakan petani jeruk saat ini adalah jenis mesin pompa yang lebih praktis. Beberapa jenis pestisida yang dicampur ke dalam tong akan di sedot oleh mesin pompa dan kemudian melakukan penyemprotan ke pohon jeruk.

Pemangkasan

Untuk dapat menghasilkan pohon yang baik disamping dilakukan dengan pemberian pupuk juga harus dilakukan pemangkasan yang baik. Pemangkasan sampai umur tanaman tiga tahun dimaksudkan untuk pembentukan cabang dan ranting yang baik, dengan cara menseleksi cabang dan ranting yang ada dan memilih yang sehat dan kuat. Setelah berumur tiga tahun lebih,kegiatan pemangkasan ini dilakukan pada setiap awal musim hujan. Sedangkan pemangkasan pucuk untuk mendapatkan buah yang lebih bagus, pemangkasan puncuk dilakukan pada akhir musim hujan, dengan harapan pohon akan berbunga pada musim kemarau.

Pohon yang berbunga pada musim kemarau akan menghasilkan buah lebih banyak karena perpindahan serbuk sari tidak mengalami gangguan. Dan sebaliknya bila pucuk dipangkas pada musim kemarau pohon akan berbunga pada musim hujan berikutnya. Karena berbunga pada musim hujan umumnya bunga akan gugur, yang akan menngakibatkan rendahnya produksi buah

Tanaman jeruk memerlukan pemangkasan untuk mendapatkan bentuk (penampilan) tanaman yang baik, atau memproleh percabangan yang ideal dan seimbang. Petani jeruk Desa Singa mengenal 3 macam pemangkasasn pada tanaman jeruk yaitu : pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan pengaturan produksi.

1. Pemangkasan bentuk bertujuan untuk mendapatkan bentuk tanaman seperti yang dinginkan. Pemangkasan yang dilakukan sejak tanaman sudah tumbuh subur dan bercabang banyak. Menurut masyarakat petani Desa Singa dalam pemangkasan bentuk tanaman jeruk dimulai pada tahun pertama dengan membuat hanya 3-4 cabang utama. 2. Pemangkasan pemeliharaan yang dilakukan oleh petani jeruk Desa Singa meliputi :

tunas yang tumbuh searah batang pokok, ranting yang tumbuh dalam, ranting yang tumpang tindih, ranting yang sudah mengering dan mati, ranting yang sudah tumbuh pada batang bawah, cabang yang tumbuh dekat dengan tanah, dan cabang yang menunduk kebawah.

3. Pemangkasan pengaturan produksi menurut pandangan masyarakat petani jeruk Desa Singa adalah untuk memproleh buah jeruk yang berukuran besar , karena pohon yang berbuah terlalu lebat akan mengakibatkan ukuran buahnya yang kecil dan dapat merusak dahan, oleh karena itu petani jeruk melakukan pemangkasan buah atau penjarangan buah.

Pemupukan

Pupuk yang diperlukan secara teoritis adalah pupuk organik berupa pupuk kandang dan pupuk anorganik yang terdiri dari pupuk urea, TSP/SP36 dan KCL. Semua pupuk diberikan secara berimbang agar maksud dari pemupukan tercapai yakni mendorong pertumbuhan tanaman, menjaga dari serangan hama dan penyakit dan menjaga tingkat kesuburan tanah. Berikut adalah tabel pemebrian jenis pupuk dan dosis (gram/tanaman) setelah penanaman yang diproleh masyarakat dari penyuluhan.

Tabel.3.1. Pemeberian jenis pupuk dan dosis pada tanaman jeruk No Usia Jenis pupuk Dosis (gram/tanaman Pupuk kandang

(kg/tan) 1 1 bulan Urea ZA TSP ZK Dolomit 100 200 25 100 20 20 2 2 bulan Urea ZA TSP ZK Dolomit 200 400 50 200 40 40 3 3 bulan Urea ZA TSP ZK Dolomit 300 600 75 300 60 60 4 4 bulan Urea ZA TSP ZK Dolomit 400 800 100 400 80 80

5 5 bulan Urea ZA TSP ZK Dolomit 500 100 125 500 100 100 6 6 bulan Urea ZA TSP ZK Dolomit 600 1200 150 600 120 120 7 7 bulan Urea ZA TSP ZK Dolomit 700 1400 175 700 140 140 8 8 bulan Urea ZA TSP ZK Dolomit 800 1600 200 800 160 160 9 >8 bulan Urea ZA TSP ZK Dolomit 1000 2000 200 800 200 200

Sumber : Hasil identifikasi desa, 2010

Masalah pemupukan bagi petani Desa Singa bukan menjadi hal yang baru bagi petani, karena petani sudah terbiasa dengan lingkungan alam pertanian. Secara konfensional atau umum masyarakat Desa Singa mengenal banyak jenis pupuk baik jenis pupuk kimia, organik, maupun pupuk campuran antara organik dan kimia. Pemupukan dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, meliputi : sistem pemupukan berdasarkan usia, dan cara pemupukan.

Sistem pemupukan bersarkan usia, pemupukan berdasarkan usia dilakukan 2-3 bulan sekali oleh petani jeruk Desa Singa. Umur 1-3 Tahun pupuk yang dipakai petani

adalah UREA dan paten kali butir seadanya dengan penambahan pupuk kandang atau tanah humus sekitar 1/2 Kg/batangnya. Umur 4-6 Tahun pupuk yang dipakai petani adalah dengan penambahan jenis pupuk kimia berdasrkan kondisi tanaman jeruk dan penambahan pupuk Nikerson yang terbuat dari butiran organik sekitar 2 Kg/batangnya

Umur 7- seterusnya pupuk yang di pakai petani tidak jauh beda dengan umur 4-6 tahun, hanya pemupukan lebih spesifik ke kondisi tanaman jeruk, seperti pembedaan saat berpucuk muda, berbunga, dan berbuah.

Cara pemupukan, petani jeruk di Desa Singa memiliki pengetahuanya dalam cara pemupukan. Secara umum, petani jeruk di Desa Singa memiliki 3 cara dalam pemberian pupuk untuk tanaman jeruk. pertama, korek keliling (melingkar), cara ini dilakukan dengan penggalian tanah sedalam 1-2 jengkal jari orang dewasa dengan jarak dari batang berdasarkan penyebaran akar62

62 Penyebaran serabut diprediksi petani berdasarkan cabang-cabang pohon jeruk.

serabut yang telah diprediksi oleh petani jeruk. Setelah melakukan penggalian ini, pupuk yang telah diaduk sebelumnya akan ditabur ke dalam lobang kemudian melakukan penutupan kembali dengan menggunakan tanah.

Cara kedua adalah korek setengah(setengah melingkar), cara ini dilakukan petani biasanya karena melihat kesibukan petani itu sendiri sehingga lobang yang digali hanya setengah dari lingkaran dengan kedalaman yang sama dengan cara pertama. Untuk cara ketiga adalah mengguankan sistem tabur, cara ini dilakukan dengan menabur pupuk secara keliling dan menyebar sekitar batang, cara ini biasanya dilakukan petani jeruk pada saat musim hujan atau karena alasan kesibukan.

3.3.3. Pemanenan

Masa panen adalah waktu yang ditunggu-tunggu masyarakat petani Desa Singa, bagian ini akan mendeskripsikan 2 bentuk yang mencakup pemanenan, meliputi : waktu/ saat panen, dan cara panen.

waktu panen

Menurut masyarakat petani jeruk Desa Singa, waktu panen dapat di ketahui dengan 3 cara diantaranya, yaitu : berdasarkan ukuran, berdasarkan bentuk, dan berdasarkan warna buah. Berdasarkan ukuran jeruk memang dapat dipanen relatif, tergantung pemeliharaan yang dilakukan dengan buah yang besar atau kecil, akan tetapi petani jeruk memiliki pandangan sendiri dengan ukuran jeruk untuk dipanen.

• Kelas A : buah jeruk berdiameter rata-rata 7,6 cm, sekitar 6 buah per kg

• Kelas B : berdiameter 6,7, sekitar 8 buah per kg

• Kelas C : berdiameter 5,9 sekitar 10 buah per kg.

• Kelas D : berdiameter 5,8 cm, sekitar 12 - 14 buah per kg.

Berdasarkan bentuk, setiap ladang bahkan setiap batangnya bentuk buah akan terlihat berbeda dan kualitas bentuk sangat mempengaruhi harga. di perladangan petani jeruk Desa Singa akan dibagi dalam 4 bentuk buah jeruk.

Buah yang bulat bundar dan bersih, buah ini termasuk kualitas yang bagus dan agen pembeli sangat suka dengan bentuk seperti ini.

Buah bulat bundar berbintik, buah ini termasuk bagian dari serangan hama, karena di sekitar kulit buah akan terlihat bintikan coklat dan membuat minat pembeli kurang walaupun kualitas sama dengan bentuk pertama.

Buah bulat lonjong, buah ini jarang sekali ditemukan dan termasuk buah yang gagal, karena selain rasanya yang kurang manis juga tidak disukai pembeli.

Buah bulat bolong, petani menyebut buah bolong bukan karena bolong dari bagian luar, akan tetapi dari luar akan terlihat bulat bundar dan ada lonjongan sekitar kulit buah dan didalamnya hanya berisi kecil dan ringan. Untuk kelas penjualan ekspor buah ini tidak bisa di jual dan akan disisikan pada saat panen dan di buat untuk jeruk peras.

Berdasarkan warna kulit, petani jeruk Desa Singa mengenal 3 warna buah jeruk dan warna kulit jeruk juga mempengaruhi masa panen karena pembeli akan

mengekspor buah ke berbagai daerah. Dalam hal ini warna kulit berpangaruh terhadap jarak ekspor.

Warna hijau, pada saat lepas dari masa bunga maka akan tumbuh buah. Buah yang timbul adalah warna hijau muda dan akan bertambah hijau tua seiring waktu sampai pada masa puncak pembesaran buah. Pada habis masa perkembangan pembesaran buah warna kulit jeruk akan terlihat hijau tua dan sudah bisa di panen untuk di ekspor jarak jauh seperti ke Pulau Batam.

Warna mbernau (corak-corak kuning dan hijau), warna kulit jeruk seperti ini adalah warna paling pas untuk dilakukan transaksi jual beli, karena buah jenis warna ini cocok untuk di ekspor ke komoditi utama seperti ke Jakarta, Pekan Baru, dan Aceh.

Warna kuning, warna kulit ini adalah puncak dari warna buah jeruk, sebagian besar warna kulit jeruk yang sudah kuning memiliki rasa yang manis akan tetapi tidak bisa di ekspor keluar dari Provinsi Sumatera Utara karena ekspor jeruk memakan waktu yang lama dan warna kulit yang kuning sesampainya di tempat tujuan akan busuk atau lembam. Buah jenis warna ini biasanya hanya di konsumsi di daerah Kabanjahe, Brastagi, dan Kota Medan.

Petani Desa Singa untuk panen jeruk tidak menggunakan gunting akan tetapi menggunakan tangan dengan teknik memutar buah jeruk ke kiri atau ke kanan dengan gengaman jari-jari. Buah jeruk yang sudah dipetik dengan menggunakan tangan, akan dimasukkan ke dalam ember. kemudian akan dikumpulkan dalam suatu tempat yang sudah dilapisi tikar atau tenda dan di beri atap agar tidak terkena matahari dan antisipasi hujan.

3.4. Penjualan Hasil Produksi

Saluran pemasaran hasil produksi jeruk petani di Desa Singa banyak ragamnya, karena saluran penjualan hasil produksi jeruk petani berdasarkan jumlah hasil produksi. Selain berdasarkan jumlah hasil produksi, biaya oprasional juga menjadi pertimbangan mengapa petani jeruk Desa Singa membuat beberapa pilihan saluran penjualan hasil produksi tanaman jeruknya. Dalam penjualan hasil peroduksi jeruk, petani jeruk Desa Singa mempunyai 3 (tiga) saluran yang dijadikan sebagai pilihan untuk penjulan, meliputi : memilih untuk dijual sendiri ke pasar, diborong oleh pembeli, dan di lelang oleh pembeli.

3.4.1. Dijual sendiri

Petani jeruk Desa Singa memilih untuk menjual sendiri langsung ke pasar. Hal ini terjadi ketika jumlah hasil produksi sedikit63

63 Sedikit menurut petani jeruk Desa Singa bila hasil panen tanaman jeruk kurang dari 2 ton. dan terjadi juga ketika ada sisa-sisa buah jeruk yang tertinggal dipetik dan kurang matang pada waktu hasil produksi tanaman jeruknya diborong oleh pembeli. Ketika petani jeruk memilih untuk menjual sendiri, petani jeruk terlebih dahulu memesan keranjang yang ukuranya lebih besar dari

keranjang buah untuk diborong pembeli.64

Sebagian petani yang menjual buah jeruknya ke pasar, tidak mau menunggu pembeli, sesampainya di pasar pembeli langsung menitip buah jeruk kepada tukang kilo Dalam hal ini, petani jeruk harus menanggung semua biaya oprasional dari pembelian keranjang, ongkos, tukang timbang berat dan biaya oprasional kecil lainya.

Buah yang sudah dipetik akan dikumpulkan dalam satu tempat yang telah dilapisi tenda dalam gubuk petani. Kemudian dilakukan pemitahan atau pemilihan buah berdasarkan kualitas buah dilihat dari diameternya (baca kategori kelas buah jeruk berdasarkan diameter buah jeruk di sub pemanenan). Setelah buah dipilih berdasarkan ketentuan genggaman jari, maka buah jeruk akan dimasukan kedalam keranjang yang telah dilapisi gabus atau daun pisang yang muda dan tua.

Buah jeruk yang sudah siap dikeranjang dibawa ke pasar Pajak Singa, Pajak Berastagi, dan Pajak Tigapanah dengan menggunakan mini bus atau kenderaan pribadi. Dalam menentukan tempat penjualan dari ketiga daerah tersebut, petani terlebih dahulu akan mencari informasi dari supir mapun sesama petani mengenai harga. Karena dari ketiga tempat tersebut terdapat perbedaan harga yang tidak me/nentu. Setelah sampainya di pasar, maka terlihat kerumunan pembeli untuk melihat kualitas buah jeruk petani. Sesama pembeli terdengar juga komunikasi kesepakatan harga berapa harus dibeli dan siapa yang membeli. Kemudian pembeli akan bernegosiasi dengan pemilik buah jeruk hingga menemukan harga yang cocok untuk kedua belah pihak. Setelah terjadinya kesepakatan harga, maka buah di timbang kemudian pembeli dan penjual melakukan transaksi uang.

64 Keranjang untuk jeruk borongan berkapasitas antara 45-80 kg, sedangkan kapasitas untuk keranjang buah jeruk yang dijual ke pasar antara 110 – 150 kg.

yang telah dipercaya di pasar tempat transaksi jual beli.65

3.4.2. Sistem borong

Dalam transaksi ini petani jeruk yang mempercayai tukang kilo untuk menjual buah jeruknya terlebih dahulu menentukan harga minimal untuk dijual. Setelah melakukan kesepakatan antara petani jeruk dan tukang kilo petani jeruk ini pergi melakukan rutinitasnya di pasar seperti belanja-belanja dan mengunjugi anaknya yang sekolah di Kota Kabanjahe.

Pada saluran distribusi hasil produksi buah jeruk petani di Desa Singa, sebagian petani memilih untuk menjual buah jeruknya kepada pemborong atau tokeh rimo. Pemborong atau tokeh rimo yang datang langsung melihat ke ladang jeruk petani untuk melihat kualitas buah, tafsiran jumlah buah dan menawarkan harga untuk petani. Sebagian pemborong atau tokeh rimo tidak langsung memantau ke lokasi ladang jeruk petani. Akan tetapi, pemborong melakukan komunikasi tersendiri dengan salah satu penduduk Desa Singa untuk menjadi penghubung dengan petani. Salah satu penduduk yang dipilih menjadi penghubung ini pada umumnya di pilih tokeh rimo berdasarkan informasi dari masyarakat bahwa orang tersebut sudah memiliki pengalaman dibidang jual beli buah jeruk. Lain itu, tokeh rimo juga memilih keluarga yang ada di desa tempatnya membeli buah jeruk. Orang yang disuruh pemborong untuk menjebatani tersebut atau masyarakat sering menyebut agen rimo melihat langsung ke ladang petani, baik itu disuruh petani untuk melihat atau mendapat informasi dari sesama petani jeruk. Agen rimo yang melihat ke ladang petani melakukan komunikasi dengan pembahasan kualitas buah dan jumlah tafsiran buah. Namun, masalah harga agen rimo terlebih melakukan komunikasi kepada tokeh rimo sebelum memberi penawaran

65 Tukang kilo adalah profesi sesorang yang bekerja menimbang berat barang-barang yang dijual di pasar.

kepada petani jeruknya. Setelah melakukan komunikasi antara agen rimo dan petani jeruk maka terjadilah tawar menawar antara petani jeruk dan agen rimo sampai mendapat kesepakatan kedua belah pihak.

Kata sepakat yang sudah dibicarakan, maka tokeh rimo atau agen rimo menentukan kapan buah jeruk yang sudah dipanjar untuk menunjukan keseriusan pemborong untuk membelinya. Uang panjar diberikan tokeh rimo kepada petani biasa sekitar Rp.500.000 – Rp.3.000.000. Dalam kesepakatan antara pemborong dan petani jeruk dalam menentukan biaya oprasional, pada umumnya aron yang bekerja memetik buah jeruk dilimpahkan kepada petani jeruk. Dalam biaya keranjang serta biaya oprasional transportasi dari ladang ke gudang tokeh rimo sepenuhnya tanggung jawab pemborong.

Pada hari yang sudah disepakati untuk panen buah jeruk, petani bekerja untuk memetik buah bersama aron yang sudah disiapkan sebelumnya. Disela-sela rutinitas petani dalam memetik buah jeruk, pemborong dan penyusun buah datang membawa keranjang yang sudah diperseiapkan. Buah yang sudah dikeranjangkan akan ditimbang dengan memanggil salah satu keluarga petani jeruk untuk melihat jumlah berat buah jeruknya sampai siap dan melakukan transaksi uang.

3.4.3. Sistem lelang

Dalam penjualan hasil produksi jeruk dengan sistem lelang, dimana pemborong dan petani jeruk melakukan penafsiran dengan tolak ukur harga dan banyaknya jumlah buah jeruk yang bisa dipanen. Dalam kondisi ini, petani jeruk Desa Singa menganggap sebagai ibarat judi, karena untung rugi tergantung ketepatan penafsiran petani jeruk dan pemborong. Bila buah jeruk lebih sedikit dari jumlah penafsiran petani jeruk, maka

Dokumen terkait