BAB II PROFIL PERUSAHAAN
2.8 Penanganan Limbah
Limbah merupakan salah satu sisa produk yang cukup berbahaya jika langsung disalurkan langsung ke lingkungan. Limbah dapat membuat lingkungan sekitar menjadi tercemar sehingga limbah membutuhkan perhatian yang sangat khusus. PT. Holcim Indonesia Tbk. pabrik Cilacap menghasilkan tiga macam limbah yaitu: limbah cair, limbah gas, dan limbah padat (debu).
1. Limbah Cair
Limbah cair di ligkungan berasal dari pencucian bengkel mesin atau kendaraan berat dan limbah yang berasal dari laboratorium. Penanganan limbah cair tidak di-treatment lebih lanjut karena masih dalam ambang batas yang diijinkan.
Limbah gas yang keluar ke udara kadang-kadang masih dalam bentuk asap hitam. Hal ini karena pembakaran yang tidak sempurna, sehingga batu bara yang tidak terbakar ikut keluar melalui stack. Seperti diketahui bahwa kandungan terbesar dari batu bara adalah karbon monoksida yang sangat berbahaya bagi manusia khususnya bagi pernafasan.
Upaya yang telah dan sedang dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan pemasangan cerobong pembuangan asap yang dapat menyaring partikel-partikel padat. Selain itu dengan tindakan preventif yaitu dengan mengoperasikan pembakaran berdasarkan kondisi operasi yang telah dilakukan.
3. Limbah Padat (Debu)
Proses pembuatan semen menghasilkan beberapa partikel yang beterbangan dengan substantial yang berbeda. Pencemaran udara ditimbulkan karena debu, SO2, dan NO2 yang dihasilkan selama produksi. Untuk mengatasi pencemaran tersebut limbah debu harus dilewatkan ke dalam cyclone dan electrostatic precipitator terlebih dahulu sebelum dibuang ke udara bebas. Dimana kedua alat ini berfungsi untuk memisahkan padatan dengan gas (udara). Selain kedua alat ini dipasang pula bag filter. Debu yang beterbangan di udara setiap tiga bulan harus dianalisis dan konsentrasi debu rata-rata harus berada di bawah nilai ambang yaitu :10 mg/m3 (Kep.Men.LH Nomor : Kep13/MENLH/3/1995).
Makin pekat atau gelap gas buang, berarti opasitas gas makin tinggi. Untuk mengetahui parameter-parameter gas buang secara kuantitatif, gas
buang yang melalui cerobong asap stack EP Kiln Raw Mill dipantau secara kontinu dengan menggunakan CEM (Continous Emission Monitoring). CEM ini adalah software komputer pada ruangan departemen EQS (Environmental Quality Service) yang dengan kontinu dapat memantau komposisi gas buang yang keluar dari cerobong stack. CEM mampu melihat hasil pengukuran dari lima alat ukur utama yang masing-masing mengukur komposisi gas buang yang berbeda, kelima alat ukur tersebut adalah:
a) FID untuk mengukur kandungan VOC (volatile organic compound). b) GM31 untuk mengukur kandungan NOX, O2, SO2.
c) Flowsic untuk mengukur laju gas buang serta temperatur gas. d) OMD41_C untuk mengukur kadar debu dari cooler.
e) OMD41_K untuk mengukur kadar debu dari kiln.
Untuk melakukan analisa stack gas, digunakan cara isokinetic sampling. Isokinetic Sampling adalah teknik khusus untuk pengambilan sampel dioksin dan partikular dari aliran gas, karena kedua unsur ini dikategorikan semi-VOC dan aerosol berturut-turut.
Berikut ini disajikan data hasil pengujian kualitas udara emisi gas buang dari cerobong stack, lihat Tabel 2.4 dan Tabel 2.3 dengan data kadar kandungan kimia. Parameter-parameter logam berat yang lain (Hg, TI, Co, Sb, dan V) tidak terdeteksi.
a) Stack EP Kiln Raw Mill (stack utama) b) Stack lain
Limbah dari PTHI Cilacap dikelompokkan menjadi empat, yaitu: a) Limbah domestik yaitu sisa makanan, daun, sampah potong rumput,
pelepah poho, ranting pohon.
b) Limbah non-logam yaitu kertas, plastik, potongan newlite/kayu/BC, karet.
c) Limbah logam yaitu besi, kaleng, kawat, drum bekas, potongan plate. d) Limbah B3 yaitu majun bekas (terkena oli/grease), toner bekas,
kemasan bahan kimia/bahan peledak, limbah padat klinik, filter oli bekas, lampu TL/Merkuri bekas, baterai/accu.
Gambar 2.3 Tempat Sampah
Di lingkungan PTHI Cilacap banyak terlihat 4 tempat sampah berbeda warna, lihat Gambar 2.3. Warna biru adalah tempat sampah untuk limbah domestik, kuning untuk limbah logam, merah untuk limbah B3 dan hijau untuk limbah non-logam. Untuk tempat sampah merah (limbah B3), harus dilengkapi juga dengan tutup tempat sampah.
5. Limbah B3
Dalam PTHI Cilacap menggolongkan limbah B3 yang mencakup grease/oli bekas, tinta bekas, filter bekas, material terkontaminasi, lem bekas,
botol kimia bekas, limbah laboratorium dan WWT sludge. Untuk oli bekas secara khusus PT. Holcim Indonesia Tbk. pabrik Cilacap telah memiliki sistem recovery oli bekas dengan sistem seal trap sehingga nantinya oli telah bersih dan telah aman untuk dibuang ke saluran pembuangan khusus.
Mengenai penanganan dan penggunaan limbah B3, PT. Holcim Indonesia Tbk. pabrik Cilacap telah mendapatkan pengesahan dari pemerintah melalui tiga Kepmen LH sebagai berikut:
a. Kepmen LH No.697 Tahun 2008 mengenai Izin Pengoperasian Alat Pengolah Limbah Berbahaya dan Beracun (Kiln Incinerator).
Sesuai Kepmen LH di atas, PT Holcim Indonesia Tbk. pabrik Cilacap telah mendapatkan izin untuk melakukan pembakaran limbah B3 domestik (hasil dari PT. Holcim Indonesia Tbk Cilacap sendiri) ataupun limbah B3 dari pihak luar. Fasilitas pembakaran limbah B3 ini terletak di lantai 5 dari preheater, berupa insinerator yang berhubungan dengan kiln. Pada periode Januari – Maret 2009, total limbah B3 yang dibakar adalah 29,55 ton, dengan perincian sebagai berikut:
1) Oli/grease bekas (0,01 ton) 2) Tinta bekas (0,44 ton) 3) Filter bekas (1,05 ton)
4) Material terkontaminasi (1,25 ton) 5) Lem bekas (0,2 ton)
b. Kepmen LH No.393 Tahun 2007 mengenai Izin Pemanfaatan Limbah Berbahaya dan Beracun (B3)
Sesuai Kepmen ini, PTHI Cilacap telah memiliki izin untuk memanfaatkan limbah B3, terutama oli bekas, dalam proses recovery, sehingga dapat digunakan kembali atau segera dibuang melalui saluran pembuangan khusus, PTHI Cilacap memiliki 4 tempat penyimpanan limbah B3 berupa:
1) 1 unit bak 2,14 x 1,4 x 1,3 m 2) 2 unit bak 4,3 x 3,9 x 6,3 m
3) 1 unit bak penampungan oli bekas berdimensi 4,3 x 3,9 x 1,8 m c. Kepmen LH No.506 Tahun 2007 mengenai Izin Pemanfaatan Limbah
Berbahaya dan Beracun (Bottom and Fly Ash)\
Sesuai dengan Kepmen ini PTHI Cilacap telah diberikan otoritas untuk menggunakan limbah tertentu (debu pembakaran batu bara dan limbah dari industri lain) sebagai bahan tambahan dalam proses produksinya.
Limbah yang telah diberi izin untuk dimanfaatkan oleh PTHI Cilacap adalah fly ash, wet fly ash, ash valley, bottom ash, debu EAF (Electrical Arc Furnace), iron scale, iron concentrate, iron slag, steel slag, copper slag, oil slop, sludge IPAL (industri kertas dan kawasan industryter