• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pascapanen

Penanganan pascapanen bertujuan untuk mempertahankan kualitas buah yang didapat. Oleh karena itu pelaksanaannya harus dilakukan dengan mempertimbangkan kualitas buah yang akan dihasilkan pada akhir proses pascapanen. Penanganan pascapanen yang dilakukan departemen Kusuma Agrowisata (KA) dibedakan antara hasil panen racutan dengan panen kebun produksi (Gambar 8). Penanganan pascapanen apel hasil kebun produksi (Junggo) lebih intensif dari pada hasil panen racutan.

Gambar 8. Diagram Proses Pascapanen Apel di Kusuma Agrowisata Panen

Kebun Junggo Racutan

Sortasi dan Grading di Kebun Trading Pengemasan Curah Produk Olahan Apel Konsumen Trading Pembersihan

Packing (Plastik Wrapping film)

Pengemasan Distribusi

Supermarket

Konsumen

Pembersihan Sortasi dan Grading

Industri KA Pos Penjualan KA

Kegiatan pascapanen dimulai dengan pengiriman buah dari kebun menuju

trading. Kemasan transportasi yang digunakan untuk mengirim buah dari lapang

ke trading adalah kontainer plastik dan keranjang bambu. Penerimaan barang di departemen trading dimulai dengan penimbangan. Seluruh buah yang datang ditimbang dan dicatat dalam buku penerimaan barang.

Gambar 8 menunjukkan adanya perbedaan perlakuan pascapanen antara panen racutan dengan kebun Junggo. Apel Junggo mengalami proses pascapanen yang lebih intensif, sedangkan apel racutan langsung dijual di lokasi wisata Kusuma Agrowisata atau masuk ke divisi industri untuk diolah menjadi berbagai produk olahan apel. Selain perbedaan di atas, terdapat perbedaan lainnya antara hasil panen racutan dengan panen kebun produksi (Junggo). Tabel 7 menunjukkan perbedaan antara hasil panen racutan dan Junggo berdasarkan penamapilan buah, diameter buah, tujuan pemanenan, jumlah penenan serta sasaran penjualan.

Tabel 7. Perbedaan Hasil Panen Racutan dan Kebun Produksi (Junggo)

Apel Racutan Apel Junggo

Penampilan Buah

Secara umum merupakan buah dengan banyak luka akibat serangan hama dan penyakit

Apel yang dipanen

memiliki penampilan yang baik tanpa atau hanya sedikit buah yang rusak akibat hama atau penyakit Diameter

Buah

5-7 cm 6-9 cm

Tujuan Dipanen

Penghabisan untuk suatu blok sisa pemetikan wisatawan sehingga bisa dimulai untuk kegiatan selanjutnya, seperti perompesan.

Memenuhi permintaan dari supermarket dan pos penjualan KA

Jumlah Panenan

Tergantung dari sisa petikan wisatawan

Tergantung dari jumlah pesanan supermarket, biasanya dilebihkan. Sasaran

Penjualan

Apel segar dijual untuk karyawan KA serta wisatawan, sedangkan produk olahan dijual untuk wisatawan dan supermarket

Pasar modern (supermarket)

Harga Jual Apel segar :Rp 2 500 – Rp 5 000/kg Rp 8 000 – Rp 20 000/kg Apel Olahan : Rp 3 500 – Rp 14 000

per eceran.

1. Pembersihan (cleaning)

Menurut Sabari et al. (1991) pencucian buah dapat meningkatkan penampilan buah (bersih dan bercahaya) serta menekan surut bobot dan kerusakan mekanis. Pembersihan buah di Kusuma Agrowisata dilakukan di bagian trading secara manual dengan metode pembersihannya yaitu pencucian basah atau kering. Pencucian basah dilakukan dengan meletakkan kontainer berisi apel di bawah air mengalir. Apel dibersihkan dengan menghilangkan kotoran atau sisa pestisida yang menempel. Pencucian kering dilakukan dengan cara pengelapan menggunakan kain yang kering dan bersih.

Pencucian basah dilakukan terhadap hasil panen racutan, sedangkan pencucian kering atau pengelapan dilakukan terhadap hasil panen Junggo. Pencucian untuk hasil racutan dilakukan sebelum buah dikirim ke trading dan setelah dilakukan sortasi dan grading di kebun. Pengelapan untuk hasil Junggo dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengemasan.

2. Penyortiran (sorting) dan Pengkelasan (grading)

Penyortiran dan pengkelasan apel di Kusuma Agrowisata dilakukan secara manual berdasarkan pada keahlian dan pengalaman para pekerja. Penyortiran dilakukan dengan memisahkan antara buah yang busuk, terserang hama dan penyakit dengan buah yang berpenampilan baik sedangkan pengkelasan dilakukan dengan memisahkan buah berdasarkan perbedaan besar buah yang dapat menentukan harga jual. Menurut Winata (2006) pengkelasan dilakukan berdasarkan kriteria warna, bentuk, tingkat kematangan dan tingkat kerusakan. Pekerja harian Kusuma Agrowisata tidak melakukan seleksi terhadap kualitas warna dan rasa buah sehingga keseragaman kualitas buah kurang terjamin.

Tabel 8. Grade Apel Kusuma Agrowisata

Kriteria Grade A1 AB C D Diameter Buah 7-8 cm ke atas 6-7 cm 5-6 cm < 5 cm ∑ buah/kg 4-7 7-7 10-12 14-18

Kegiatan penyortiran dan pengkelasan apel hasil racutan dilakukan langsung di kebun oleh tenaga kerja panen. Apel yang telah disortir diangkut ke departemen trading Kusuma Agrowisata dan dilakukan penimbangan bobot kotor dengan alat timbangan (Gambar 9).

Apel hasil panen Junggo dan apel yang berasal dari petani atau kulak langsung diangkut ke departemen trading tanpa dilakukan kegiatan penyortiran dan pengkelasan terlabih dahulu. Penimbangan dilakukan ketika apel sampai ke

trading, kemudian kegiatan penyortiran dilakukan bersamaan dengan kegiatan

pengemasan atau kegiatan wrapping yang dilakukan oleh tenaga kerja khusus

wrapping.

Gambar 9. Alat Timbangan Apel

Seluruh apel hasil sortiran yang tidak layak jual dikumpulkan dan dipisahkan dari apel yang masih layak jual. Apel sortiran tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produk olahan apel atau dimanfaatkan sebagai pakan untuk Baby Zoo Kusuma Agrowisata.

Hasil sortiran buah apel yang tidak layak jual merupakan suatu kehilangan hasil. Berdasarkan pengamatan di lapang, besarnya kehilangan hasil disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Kehilangan Hasil Panen Kusuma Agrowisata Sumber Buah Apel Hasil Panen (kg) Kahilangan Hasil (kg) Persentase Kahilangan Hasil (%) Racutan 179 37.50 20.95 Junggo 133 36 27.07 Kulak / Petani 729 178 24.42

Sumber : Hasil Pengamatan

Kehilangan hasil dalam pascapanen merupakan produk yang tidak layak dijual kepada konsumen. Kehilangan hasil komoditas apel di Kusuma Agrowisata berkisar antara 20-27% . Kehilangan hasil terbesar diperoleh dari hasil panen kebun Junggo, yaitu sebesar 27.07%. Kehilangan hasil tersebut merupakan buah-buah yang sejak awal memiliki penampilan buah-buah yang tidak layak jual, seperti banyaknya luka akibat serangan hama dan penyakit, memar serta bentuk buah yang tidak sempurna.

Gambar 10. Buah Apel „Ana‟ Tidak Layak Jual

Kehilangan hasil juga dapat disebabkan oleh teknik pengemasan dan pengangkutan dari kebun ke departemen trading.. Hasil panen Junggo dikemas dalam keranjang bambu. Menurut Sari (2008) pengemasan dengan keranjang bambu memiliki kelemahan yaitu anyaman bambu mudah lepas sehingga tidak cukup untuk melindungi buah, mudah berubah bentuk karena konstruksinya

lemah, banyak buah memar akibat benturan sesama buah dan daya simpan buah rendah.

Menurut Soesarno (1992), proses packaging dan transportasi produk hortikultura merupakan proses yang sangat kritis. Proses packaging dan transportasi yang lebih baik dapat secara signifikan mengurangi kehilangan (loses) produk hortikultura. Keranjang bambu tidak dapat kebal terhadap kerusakan mekanik dan pada lapisan bagian dalam akan terjadi akumulasi panas dan gas etilen sehingga mempercepat kerusakan produk.

3. Pengemasan (packaging)

Pengemasan yang dilakukan terdiri atas pengemasan transportasi dan pemasaran. Kemasan transportasi digunakan sejak buah dipanen dan akan dibawa ke bagian trading. Kemasan transportasi yang digunakan untuk hasil panen

racutan adalah kontainer plastik dan karung, sedangkan hasil panen Junggo

dikemas dengan keranjang bambu. Kemasan yang digunakan untuk memasarkan buah adalah kemasan kontainer plastik, tray foam, plastik wrapping film dan kardus.

Menurut Burdon (1991), disain atau tempat pengemasan penting diperhatikan agar sesuai dengan fungsinya. Kemasan kontainer digunakan untuk penjualan apel secara curah di pos penjualan Kusuma Agrowisata, kemasan

packing tray foam dengan plastik wrapping film digunakan untuk pemasaran apel

ke supermarket, sedangkan kemasan kardus digunakan sebagai kemasan master untuk distribusi packing apel.

Keuntungan yang diperoleh dari adanya pengemasan adalah produk menjadi mudah disimpan dan memberikan perlindungan terhadap kerusakan sehingga dapat melidungi mutu serta dapat meningkatkan harga jual. Menurut Hardenberg (1986) pengemasan tidak dapat meningkatkan mutu akan tetapi pengemasan berfungsi dalam menjaga mutu. Perbaikan dalam pengemasan memberikan peluang yang besar dalam pemasaran buah-buahan segar yang lebih efisien.

Gambar 11. Kemasan Packing dan Curah Apel Kusuma Agrowisata

Kemasan tray foam digunakan untuk apel yang akan dikirim ke supermarket. Tray foam yang digunakan berukuran 16 cm x 12 cm x 2.5 cm. Apel disusun dalam tray foam dan ditimbang bobotnya sebesar 1 kg per pack dengan timbangan analitik sehingga hasil timbangan lebih tepat (Gambar 12). Kemasan

tray foam tersebut kemudian dikemas kembali dengan plastik wrapping film

menggunakan alat wrapping (Gambar 12).

Hasil packing tersebut kemudian diberi sticker berlogo “Kusuma Agrowisata”. Pengemasan yang demikian merupakan pengemasan yang lebih menarik serta dapat meningkatkan nilai jual. Menurut Broto (1993), tujuan pengemasan adalah memberikan estetika untuk menarik konsumen, selain itu juga untuk melindungi buah dari pelukaan, memudahkan dalam pengleolaan suhu, mencegah kehilangan air, mempermudah dalam perlakuan khusus

Pengiriman apel untuk supermarket tidak seluruhnya dikirim dalam bentuk

packing. Terdapat beberapa yang dikirim dengan kemasan curah, misalnya untuk

pengiriman ke Surabaya dan Bali. Hal tersebut disesuaikan dengan pesanan dari pihak supermarket.

Gambar 12. Alat Timbangan Analitik dan Alat Wrapping

Tray foam dapat memberikan perlindungan yang baik akan tetapi hanya

pada bagian bawah dan sisi (Ryall and Pentzer, 1982). Penambahan plastik

wrapping film dapat memberikan perlindungan dari kerusakan akibat tekanan atau

tubrukan. Namun, kemasan tersebut masih memerlukan kemasan master untuk memudahkan dalam proses pendistribusian ke pasar.

Apel hasil kemasan packing dengan tray foam dan plastik dikemas kembali dengan menggunakan kardus sebagai kemasan master untuk distribusi dengan daya muat 25 pack. Pengisian ke dalam kardus dilakukan dengan padat dan rata, sebab kardus akan ditumpuk dalam perjalanan distribusi. Menurut Hardenberg (1986) pengemasan untuk pengiriman dan penanganan memerlukan wadah-wadah yang dirancang dengan baik untuk melindungi barang dari getaran, kememaran dan berat wadah-wadah lain yang ditumpuk di atasnya.

Pengisian yang padat dan rata tersebut memungkinkan wadah mempunyai kekuatan yang cukup ketika ditumpuk sehingga dapat melindungi isinya dalam keadaan penanganan yang bagaimanapun. Penambahan lubang ventilasi dilakukan untuk meminimalkan kerusakan akibat pengemasan yang terlalu padat dan akibat penumpukkan. Lubang ventilasi dalam kardus berfungsi untuk menghilangkan panas.

Menurut Hardenberg (1986) penambahan lubang-lubang ventilasi dan peningkatan luas permukaan yang tersentuh udara dingin yang bergerak, sampai suatu derajat tertentu dapat meningkatkan penghilangan panas. Pendinginan dapat berlangsung lebih cepat bila udara mengalir menembus wadah-wadah yang ditumpuk dan melalui lubang angin daripada bila udara hanya mengalir sekeliling wadah-wadah saja.

4. Penyimpanan (storing)

Penyimpanan buah-buahan segar dapat memperpanjang daya guna sebelum akhirnya dikirim ke konsumen. Menurut Pantastico et. al (1986) tujuan utama dilakukannya penyimpanan adalah pengendalian laju transpirasi, respirasi, infeksi penyakit, dan mempertahankan produk dalam bentuk yang paling berguna bagi konsumen.

Ruang penyimpanan apel Kusuma Agrowisata merupakan packing house yang juga merupakan tempat pos penjualan produk segar Kusuma. Penyimpanan dalam packing house dilakukan tanpa diberi perlakukan khusus. Apel yang telah dikemas dalam bentuk packing maupun curah disusun rapi dalam packing house. Penempatannya dipisahkan antara packing apel yang akan dikirim ke supermarket dengan apel racutan yang akan dijual langsung di pos penjualan Kusuma Agrowisata.

Penyimpanan packing apel Kusuma Agrowisata termasuk ke dalam penyimpanan jangka pendek. Kusuma Agrowisata hanya melakukan pemanenan serta packing pada hari dikirimnya apel tersebut ke supermarket, baik lokal maupun luar kota. Hal tersebut untuk mengurangi resiko kerusakan pada produk segar tersebut. Menurut Childers (1973), apabila buah mengalami penangangan secepat mungkin setelah dipanen maka akan sedikit kemungkinan bahaya

kerusakan dan infeksi. Selain itu, hal tersebut memberikan keuntungan untuk membuang dan menghilangkan atau mengurangi sumber infeksi bagi apel lain, yang akan berpengaruh terhadap kualitas, dan dapat memberikan ruang yang lebih luas dalam penyimpanan maupun pengepakan.

Gambar 14. Penyimpanan Buah dan Sayur di Packing House KA

Penyimpanan apel racutan di dalam packing house tidak dapat bertahan lama. Berdasarkan pengamatan, apel racutan mengalami kemunduran dengan ciri, daging buah melunak, luka akibat serangan hama dan penyakit semakin meluas. Tindakan yang dilakukan pihak trading adalah dengan melakukan penghapusan barang. Total buah apel pada penghapusan barang Mei 2009 sebanyak 17.2 kg. seluruh komoditi hasil penghapusan barang, dikumpulkan dan segera dibuang untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kontaminasi terhadap komoditi yang masih segar.

5. Pengangkutan

Apel hasil panen dari kebun dikirim ke trading Kusuma Agrowisata menggunakan sepeda motor atau mobil bak terbuka (pick up), sedangkan pengangkutan dari trading menuju pasar menggunakan mobil box serta truck tertutup. Pengiriman apel dibedakan berdasarkan pasar tujuan, yaitu pasar tujuan lokal (Batu dan Malang) serta pasar tujuan Surabaya dan Bali.

Jenis pengangkutan yang digunakan untuk produk hortikultura salah satunya dipengaruhi oleh faktor waktu dan jarak serta lingkungan (Chace dan Pantastico, 1973). Sepeda motor digunakan untuk pengiriman apel dari kebun

wisata yang jaraknya relatif dekat dengan trading Kusuma Agrowisata, sedangkan hasil panen kebun produksi dikirim dengan mobil pick-up karena jaraknya yang cukup jauh dari trading Kusuma Agrowisata.

Departemen trading Kusuma Agrowisata memiliki beberapa unit kendaraan untuk mengirimkan buah ke supermarket (Tabel 10). Mobil boks digunakan untuk pengiriman buah ke wilayah Malang, Surabaya serta Kediri sedangkan truck tertutup digunakan untuk pengiriman buah ke wilayah Bali. Pengiriman apel dari kebun hingga ke supermarket berlangsung selama satu hari, kecuali untuk daerah Bali yang membutuhkan waktu 2 hari.

Tabel 10. Kendaraan Distribusi Apel Kusuma Agrowisata Jenis

Kendaraaan

Unit Tujuan Kapasitas (kg) Waktu

Pengiriman

Mobil Boks 2 Malang 2100 Pukul 14.00 WIB

Surabaya, Kediri Pukul 04.30 WIB

Truck

Tertutup

1 Bali 10 000 Pukul 03.00 WIB

Sumber : Departemen Trading KA, 2009

Departemen trading Kusuma Agrowisata melakukan pengiriman buah empat kali dalam seminggu, yaitu hari Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu sekitar pukul 04.00 WIB. Penyusunan packing apel di dalam mobil boks dilakukan berdasarkan tujuan pengiriman. Produk untuk pengiriman terjauh diletakkan paling dalam sedangkan yang terdekat diletakkan paling luar. Hal tersebut untuk memudahkan dalam penangananya.

Mobil boks Kusuma Agrowisata memiliki pendingin (AC) yang bersuhu 8-10oC untuk mempertahankan kualitas buah dan sayuran agar tetap segar dan tidak rusak hingga tiba di tempat pengiriman. Menurut Chace dan Pantastico (1973) terdapat tiga persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengangkutan bahan-bahan makanan yang mudah rusak, yaitu penyampaian barang yang cepat dan tepat, pengemasan dan kondisi pengangkutan yang tepat untuk menjamin terjaganya mutu yang tinggi serta adanya harapan keuntungan yang cukup dari hasil yang bersangkutan.

Komoditi buah dan sayur Kusuma Agrowisata yang dikirim ke supermarket terkadang kembali ke bagian trading Kusuma Agrowisata karena tidak diterima oleh pihak supermarket. Faktor penyebabnya adalah barang ditolak pihak supermarket atau karena barang tidak terkirimkan oleh sales.

Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapang, jumlah apel yang ditolak atau kembali ke trading Kusuma Agrowisata pada April 2009 adalah sebanyak 279 kg apel „Rome Beauty‟. Hal tersebut disebabkan oleh faktor kualitas apel yang tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh supermarket, seperti faktor keseragaman ukuran buah, kematangan, dan bercak-bercak pada kulit buah.

Pemasaran

Pemasaran merupakan proses penjualan barang atau jasa dari produsen ke konsumen dengan tujuan akhir untuk memberikan kepuasan kepada kedua belah pihak. Pemasaran merupakan kegiatan penting dalam kegiatan usaha tani. Rantai pemasaran apel di departemen trading Kusuma Agrowisata yaitu berasal dari perusahaan langsung ke konsumen atau dari petani atau pengepul terlebih dahulu baru kemudian diterima oleh konsumen. Rantai yang terakhir adalah melalui pasar modern (supermarket) baru kemudian dipasarkan ke konsumen.

Apel yang didapat dari petani, dibeli oleh pihak trading Kusuma Agrowisata dengan sistem tebas dan kulak. Sistem tebas merupakan sistem membeli langsung dari petani dengan langsung panen sendiri di kebun petani tersebut. Hasil panen kemudian ditimbang tanpa dilakukan sortasi, sehingga penimbangan dilakukan secara menyeluruh atau satu harga. Sistem kulak merupakan system membeli dari tengkulak yang telah mengumpulkan dari petani dan telah dilakukan sortasi dan grading terlebih dahulu oleh tengkulak.

Pemasaran langsung ke konsumen dilakukan di pos penjualan Kusuma Agrowisata yang terdapat di departemen trading serta melalui paket wisata petik buah. Apel dijual dengan harga yang berbeda berdasarkan varietasnya dan sumbernya. Harga apel di pos penjualan Kusuma Agrowisata disajikan pada Tabel 11. Total apel yang dijual trading Kusuma Agrowisata pada bulan Mei 2009

adalah sebanyak 4 383 kg Ana, 1.10 kg Rome Beauty, dan 803.13 kg Manalagi. Penerimaan total yang didapat dari penjualan apel pada bulan Mei 2009 sebesar Rp 16 740 859.

Tabel 11. Harga Apel di Pos Penjualan Kusuma Agrowisata

Varietas Apel

Harga (Rp)

Pos Penjualan Trading KA

Paket Wisata Kebun KA Petani/Kulak

Manalagi 5 000/kg 10 000/kg 12 000/2 buah apel

Rome Beauty - 12 000/kg

Ana 7 000/kg 10 000-15 000/kg

Sumber : Departemen Trading KA, 2009

Harga jual apel berbeda antara yang berasal dari kebun sendiri dengan yang didapat dari petani atau kulak. Pihak trading Kusuma Agrowisata membeli apel dari petani atau kulak dengan harga Rp 3 500 – Rp 7 000. Setelah sampai di pos penjualan Kusuma Agrowisata maka harga buah menjadi meningkat. Hal tersebut disebabkan adanya faktor penangan setelah sampai di trading serta lokasi penjualan yang strategis, yaitu di tempat wisata.

Berdasarkan pengamatan di lapang, kendala yang dihadapi pihak trading Kusuma Agrowisata pada April 2009 adalah mulai meningkatnya harga kulak untuk beberapa item buah termasuk buah apel. Hal tersebut mengakibatkan persentase pengiriman menjadi tidak dapat terpenuhi.

Tabel 12. Rekapitulasi Penjualan Apel Kusuma Agrowisata Tahun 2009

Bulan

Target Realisasi

Bulan ini (Rp) s/d bulan ini (Rp)

Bulan ini (Rp) s/d bulan ini (Rp) Januari 222019000 222019000 286344018 286344018 Februari 155489000 377508000 117852930 404235228

Maret 155320000 532828000 153959943 558195171

Hasil penjualan apel Kusuma Agrowisata periode Januari sampai Maret 2009 semakin meningkat setiap bulannya (Tabel 12). Hal tersebut menunjukkan bahwa permintaan terhadap buah apel semakin meningkat setiap bulan. Namun, terjadi peningkatan harga jual buah apel di tingkat kulak pada April 2009, akibatnya permintaan apel „Manalagi‟ dan apel „Rome Beauty‟ tidak dapat tepenuhi oleh pihak trading sama sekali.

Pemasaran apel melalui supermarket dilakukan sesuai dengan pesanan, namun banyaknya produk akan disesuaikan dengan ketersediaan di Kusuma Agrowisata. Pengiriman apel Kusuma Agrowisata pada beberapa supermarket disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Pengiriman Apel Kusuma Agrowisata April 2009 No Komoditi

Volume Pemesanan Volume Pengiriman Kg Nilai (Rp) Kg Nilai (Rp) Area Bali Kulak 1. Apel „Manalagi‟ 1 050 14 825 000 0 0 2. Apel „Rome Beauty‟ 1 070 15 155 000 921 13 042 500 Area Kediri dan Malang

Produk Kusuma 1. Apel „Manalagi‟ 40 450 000 20 200 000 2. Apel „Rome Beauty‟ 0 0 0 0 Kulak 1. Apel „Manalagi‟ 50 570 000 0 0 2. Apel „Rome Beauty‟ 154 2 183 500 114 1 600 500 Area Surabaya Kulak 1. Apel „Manalagi‟ 70 982 500 0 0 2. Apel „Rome Beauty‟ 135 1 925 000 45 545 000

Berdasarkan Tabel 13, persentase pengiriman apel Kusuma Agrowisata terhadap pesanan adalah sebesar 0.43% dari pesanan untuk daerah Bali, 0.6% untuk daerah Kediri dan Malang, dan 0.15% untuk daerah Surabaya. Volume pesanan yang tidak dapat terpenuhi 100% disebabkan karena keterbatasan ketersediaan produk di Kusuma Agrowisata serta tingginya seleksi terhadap buah yang masuk ke supermarket.

Pada Maret dan April 2009 pihak trading Kusuma Agrowisata kesulitan dalam mendapatkan apel „Manalagi‟. Kurangnya produksi apel dari petani, kulak, maupun supplier apel lainnya menyebabkan permintaan apel tidak dapat terpenuhi. Permintaan apel „Manalagi‟ pada bulan Maret 2009 untuk pengiriman ke Solo tidak dapat terpenuhi dan pada April 2009 permintaan apel „Manalagi‟ ke daerah Surabaya pun tidak terpenuhi.

Sistem Pembayaran

Penjualan produk segar Kusuma Agrowisata terhadap supermarket dilakukan dengan menggunakan sistem putus, maksudnya adalah barang yang telah dikirim tidak dapat dikembalikan. Barang dapat dikembalikan dengan syarat bahwa barang tersebut tidak berada di receiving atau loading fresh selama 24 jam. Buah yang dikirim ke supermarket apabila terjadi kerusakan selama transportasi akan menjadi tanggung jawab bagian trading Kusuma Agrowisata. Penimbangan akan dilakukan kembali oleh pihak supermarket dan buah yang rusak atau tidak sesuai dengan standar supermarket akan dikembalikan ke bagian trading Kusuma Agrowisata.

Pengurangan pengiriman tersebut berakibat pada pengurangan harga total sesuai dengan bobot yang diterima pihak supermarket. Pembayaran yang dilakukan oleh pihak supermarket dilakukan melaui sistem transfer yang dilakukan dua minggu sejak dilakukannya pengiriman sedangkan sistem pembayaran di pos penjualan Kusuma Agrowisata dilakukan secara langsung (cash) saat dilakukannya jual beli. Harga jual apel telah ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan biaya produksi dan biaya managemen oleh departemen trading Kusuma Agrowisata.

Tabel 14. Daftar Harga Apel KA untuk Supermarket

No Komoditi Harga (Rp/kg) Keterangan

Fresh Departemen Alfa

1. Apel „Manalagi‟ 14 000 Curah

2. Apel „Rome Beauty‟ 14 000 Curah

3. Apel „Manalagi‟ Cherry 8 000 Overrapping 1 kg-an

4. Apel „Rome Beauty‟ Cherry 8 000 Overwrapping 1 kg-an

MD Fresh Carrefoure Sunset Road Bali

1. Apel „Manalagi‟ 14 000 Curah

2. Apel „Rome Beauty‟ 14 000 Curah

3. Apel „Manalagi‟ Cherry 8 000 Overwrapping 1 kg-an

4. Apel „Rome Beauty‟ Cherry 8 000 Overwrapping 1 kg-an

Supermarket Malang

1. Apel „Ana‟ 20 000 Overwrapping 1 kg-an

Sumber : Departemen Trading KA, 2009

Tabel 14 menunjukkan bahwa harga apel untuk Fresh Alfa dan Carrafoure Sunset Road Bali relatif sama karena masih dalam satu wilayah Bali. Apel cherry yang merupakan apel kelas C memiliki harga jual yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan harga di pasar tradisional atau pun tingkat petani yang hanya mencapai 1 000 – 1 500/kg. Hal tersebut dikarenakan apel tersebut mendapatkan proses pascapanen yang baik terutama dalam proses pengemasan, sehingga penampilannya menjadi lebih baik dan lebih menarik sehingga mampu meningkatkan harga jual. Apel „Ana‟ memiliki nilai jual yang lebih tinggi

Dokumen terkait