• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5 Penanganan Sediaan Sitostatika Yang Sesuai Berdasarkan

xxxix

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada tahap pre secara umum sebagian besar dilakukan sesuai dengan SPO yang berlaku. Hal ini ditunjukkan mulai dari penyiapan alat, kebijakan personel dan penggunaan alat pelindung diri (APD) sudah digunakan. Tahapan pre ini penting dilakukan untuk meminimalisir resiko-resiko yang tidak diinginkan ketika akan memulai proses cytotoxic handling karena menurut National Institute for Occopational Safety and Health (NIOSH, 2004) bahwa bekerja dengan atau dekat dengan obat-obat berbahaya di tatanan kesehatan dapat menyebabkan ruam kulit, kemandulan, keguguran dan kecacatan bayi. Mengingat efek samping yang yang ditimbulkan oleh obat-obat kemoterapi sehingga petugas kesehatan yang akan menangani kemoterapi sudah terlatih dan melindungi diri dengan alat pelindung diri (APD) yang lengkap.

Hasil dari observasi terhadap tahap proses kepada petugas kesehatan yang terlibat dalam penanganan sediaan sitostatika yang sesuai dengan SPO. Hal ini ditunjukkan setiap adanya permintaan kemoterapi, petugas farmasi atau apoteker langsung melakukan pengkajian terhadap permintaan pencampuran obat sitostatika sebelum melakukan pencampuran obat sitostatika karena menurut Wiffen (2006), staf yang bertugas dalam melakukan pemberian dan penanganan sediaan sitostatika harus melakukan skrining secara klinis yang meliputi protokol, dosis, pengencer, rute pemberian dan frekuensi. Setelah pengkajian resep selesai kemudian resep atau di RSUP Sanglah disebut dengan Kartu Indikasi Obat (KIO) Kemoterapi diserahkan kepada petugas cytotoxic handling. Petugas yang akan melakukan proses pencampuran obat kemoterapi atau obat-obat sitostatika adalah

xl

petugas farmasi yang telah mendapatkan pelatihan mengenai cytotoxic handling.

Dalam ruangan pengerjaan pencampuran obat kemoterapi petugas harus menggunakan alat pelindung diri (APD) yang lengkap dan petugas farmasi yang bertugas adalah 2 orang dimana 1 orang melakukan proses pencampuran obat kemoterapi dan 1 orang melakukan persiapan untuk sediaan obat kemoterapi yang telah selesai yaitu pemberian etiket, labeling, dan pembungkusan obat kemoterapi yang sudah jadi dengan plastik hitam. Petugas kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan kemoterapi adalah petugas yang telah mendapatkan pelatihan khusus tentang kemoterapi dimana menurut Sutarni (2003), petugas kesehatan yang diizinkan untuk memberi obat sitostatika adalah mereka yang sudah mendapat pendidikan tentang cara menangani obat sitostatika, mengetahui kemungkinan resiko yang terjadi akibat obat sitostatika, penatalaksanaan alat-alat yang kontaminasi, pencegahan paparan terhadap petugas kesehatan. Petugas yang tidak diizinkan untuk memberi obat sitostatika seperti wanita hamil, petugas kesehatan yang tidak memakai pelindung atau mahasiswa yang sedang praktik. Sebelum melakukan proses pencampuran obat kemoterapi petugas menghidupkan Biological Safety Cabinet (BSC) 5 menit sebelum digunakan. Kemudian menbersihkan Biological Safety Cabinet (BSC) lalu memberikan alas sediaan sitostatika dimana pada pengamatan peneliti digunakan underpad karena untuk mengurangi penyebaran tetesan, tumpahan dan mempermudah pembersihan.

Pengerjaan proses pencampuran sediaan sitostatika menggunakan tekanan aliran udara vertikal karena aliran udara langsung mengalir kebawah sehingga petugas aman dalam bekerja. Setelah obat kemoterapi jadi petugas akan memasukkan

xli

kedalam pass box, yang kemudian akan diambil oleh petugas satu untuk dikemas dan diberi etiket. Pengecekan sediaan obat kemoterapi harus dilakukan untuk melihat ada kebocoran pada obat dan identitas pada pasien sudah tepat dan benar.

Setelah selesai pengerjaan obat kemoterapi semua petugas membersihkan ruangan dan membuang semua alat-alat yang digunakan kedalam plastik kantong ungu yang telah dibeli label cytotoxic kemudian melepaskan alat pelindung diri (APD) dan mencuci tangan. Petugas lalu menelepon ruangan untuk mengambil obat kemoterapi yang sudah jadi.

Hasil dari observasi terhadap tahap post terhadap pelaksanaan kemoterapi secara umum sudah sesuai dengan SPO. Persiapan obat kemoterapi dari pengambilan obat kemoterapi yang sudah jadi dan menghubungi dokter untuk memberikan kemoterapi dilakukan oleh perawat ruangan. Sebelum memberikan kemoterapi dokter akan memberikan informed consent, namun kadang jarang diberikan informed consent karena sebagian besar pasien yang datang setiap harinya adalah pasien yang sudah berkali-kali menjalani kemoterapi dan dianggap sudah mengetahui tentang tindakan. Pemberian informed consent ini sangat erat kaitannya untuk memberikan atau suatu upaya untuk mencari terapi uang tepat bagi pasien yang dilakukan oleh dokter. Alat pelindung diri (APD) yang digunakan hanya menggunakan sarung tangan dan masker. Pemakaian alat pelindung diri (APD) diruangan yang tidak lengkap ketika menyiapkan dan memberikan obat kemoterapi dikarenakan ketersediaan sarana yang tidak sesuai dengan standar dan juga kepatuhan perawat dan dokter dalam penggunaan alat pelindung diri (APD). Pemberian obat kemoterapi perlu diperhatikan prinsip 6

xlii

benar yaitu benar pasien, benar rute, benar dosis, benar waktu, benar obat, dan dokumentasi. Pembuangan obat sisa kemoterapi juga penting diperhatikan agar tidak dibuang sembarangan dan hanya dibuang pada plastik kantong berwarna ungu yang sudah disiapkan sebelumnya karena menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009), pembuangan hasil sampah atau limbah sitotoksik dapat ditempatkan pada kantong berwarna (standar internasional warna ungu) dan berlogo sitostatika dan tahap terakhir sampah sitostatika dimusnahkan dalam incinerator karena menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009), penanganan limbah sitostatika dapat dimusnahkan dalam incinerator dengan suhu 1100oC.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

xliii 5.1 Kesimpulan

5.1.1 Tahapan pelaksanaan kemoterapi hampir seluruh tindakan sudah dilakukan sesuai dengan prosedur tetap (SPO) RSUP Sanglah Denpasar dan hanya sebagian kecil pelaksanaan kemoterapi tidak sesuai dengan prosedur tetap (SPO) RSUP Sanglah Denpasar.

5.2 Saran

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat disarankan yaitu :

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi para tenaga kesehatan dalam melaksanakan penanganan sediaan sitostatika yang sesuai dengan prosedur tetap (SPO) khususnya dalam menangani obat - obat sitostatika yang digunakan untuk kemoterapi pasien kanker serviks sehingga hasil proses kemoterapi yang dilakukan menjadi optimal.

41

xliv

DAFTAR PUSTAKA

Airley, Rachel. (2009). Cancer Chemotherapy: Basic Science to the Clinic.

United Kingdom: John Willey and Scots Ltd, p. 55-56

Anderson, P.O., J.E. Knoben., and W.G. Troutman. 2002. Handbook Of Clinical Drug Data, 10th Edition. New York: McGraw-Hill Medical Publishing Division.

p: 208-209.

Aziz, F., Andrijono, dan A. B. Saifuddin. 2006. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal. 85, 359-442, 599-601.

Braybrooke, J. 2011. Regiment: Carboplatin + Paclitaxel. United States of America. ASWCS Network Chemotherapy Group. p:1-6.

Carthey, Dr Jane. 2002. Medication Errors: Causes, Prevention And Reduction.

London: Great Ormond Street Hospital for Children NHS Trust, Great Ormond Street. British Journal of Haematology 116: 255-265.

Cohen MR, Ed, 1999. Medication Errors. Washington DC : American Pharmaceutical Association.

Cohen, MR., Ed. 1991. Causes Of Medication Errors. Washington, D.C.

American: Pharmaceutical Association.

Coia, J. E. et al., 2013. Guidance on The Use of Respiratory and Facial Protection Equipment. Journal of Hospital Infection. Vol. 85. P. 170-182.

GCF (Gynecologic Cancer Foundation). 2005. A Woman’s Guide: Understanding Cervical Cancer. Chicago: National Cervical Cancer. Hal. 6–11.

Dean B. (2002) Learning from prescribing errors. Qual Safe Health Care 2002;11:258-260

Depkes RI, 2009. Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departmen Kesehatan Repubublik Indonesia.

DepKes RI. 2009. Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan Sitostatika. Jakarta:DitJen BinFar dan Alkes DepKes RI

DGOP. 2009. Preface to the 4th Edition of the Quality Standard; Preword to the English Publication of the Quapos 4. Eropa; German Society of Oncology Pharmacy.

xlv

Dunleavey, Ruth. 2009. Cervical Cancer: A Guide for Nurses. United Kingdom:

Blackwell Publishing, p. 1-12

Ehrenpreis, S and E.D. Ehrenpreis. 2001. Clinician’s Handbook of Prescription Drugs. New York: McGRAW-HILL Medical Publishing Division. p: 144-146.

Falck, K., Grohn, P., Sorsa, M., Vainio, H., Heinonen, E., & Holsti, L.R. (1970).

Mutagenicity in urine of nurses handling cytostatic drugs. Lancet 1(12),1250-1.

GCF (Gynecologic Cancer Foundation). 2005. A Woman’s Guide: Understanding Cervical Cancer. Chicago: National Cervical Cancer. Hal. 6–11.

Gippsland Oncology Nurses Group. 2010. GONG Cancer Care Guidelines. Safe Handling Of Cytotixic SubtancesJacobson, Joseph. 2009. American Society of Clinical Oncology/ Oncology Nursing Society Chemotherapy Administration Safety Standards. America; American Society of Clinical Oncology

Juan Q.W., H.Y. Cheng., C.Q. Li., H. Jin., S.S. Yang., Xia Li., and Y.Y. Zhang.

2011. Identification of Pathways Involved in Paclitaxel Activity in Cervical Cancer. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention. 12: 99-102.

Kimberly - Clark Health Care Education. 2001. First Hand. Critical Glove Barrier Issues. Vol. 1. P. 1 – 12.

Komite Medik. 2011. Protap Kemoterapi Kanker Serviks. Denpasar: Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah.

Lacy, C.F., L.L. Armstrong., P.M. Goldman., and L.L. Lance. 2004. Drug Information Handbook 12th Edition. United States: Lexi-Comp Incorporated McComick, C.C., and R.L. Giuntoli. 2011. Johns Hopkins Medicine Patients’

Guide to Cervical Cancer. United State of America: Jones and Bartlett Publishers. P. 32.

National Coordinating Committee on Therapeutic Goods. 1994. Standard for the Preparation of Pharmaceuticals in Australian Hospital Pharmacy Departments. Australian Journal of Hospital Pharmacy Volume 24, No. 2.

OSHA. 2003. Personal Protective Equipment (PPE) Guide. United State:

Department of Labor and Industries.

OSH. 1997. Guidelines for The Safe Handling of Cytotoxic Drugs and Related Waste. New Zealand: Occupational Safety and Health Service Department of Labour.

42

xlvi

Otto, S. E. 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC. Hal. 159, 339.

Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Ridley, S.A., Booth, S.A., dan Thompson, C.M. 2004. Prescription Error in UK Critical Care Units:Anaesthesia. 59, 1193-1200.

Rose, P.G, Bundy, B.N, Watkins, E.B, Thigpen, J.T, Deppe, G, Maiman, M.A et al.,

1999, Concurrent Cisplatin-Based Radiotherapy and Chemotherapy For Locally Advanced Cervical Cancer, The New England Journal of Medicine, 340 (15), 1144-1153.

SA Health. 2012. Safe Handling Cytotoxic Drugs and Related Wastes. Australia:

Departemen for Health and Agency.

Serrano-Fabiá, A., Albert-Marí, A., Almenar-Cubells, D., Jiménez-Torres, N.

2010. Multidisciplinary system for detecting medication errors in antineoplastic chemotherapy. J Oncol Pharm Pract. 16(2): 105-12.

SHPA. 2005. SHPA Standards of Practice for the Safe Handling of Cytotoxic Drugs in Pharmacy Departments. J. Pharm. Pract. Res. Vol. 35. No. 1. P.

44-52.

Siregar, Prof. Dr. Charles J.P dan Dr. Endang Kumolosasi, M.Si.,Apt.2004.Farmasi Klinik

Teori & Penerapan. Bandung: EGC.

Spencer,Juliet V. (2007). Cevical Cancer. USA: Infobase Publishing, p.10-14 Stull, J. O. 1998. PPE Made Easy: A Comprehensive Checklist Approach to

Selecting and Using Personal Protective Equipment. Maryland: Government Institutes.

Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004.

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004.

Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Sweetman, S. C. 2009. Martindale: The Complete Drug Reference. Thirty-sixth Edition. London: Pharmaceutical Press. P. 687-787.

xlvii

Systemic Therapy Coordinating Committee. 2009. Preparation Of Cancer Chemotherapy. Cancer Care Nova Scotia

Trissel, Lawrence. 2009. Handbook on Injectable Drugs. America; American Society of Health-System Pharmacists.

Vasilev., S.A., S.E. Lentz, and A.E.Axtell. 2011. Gynecologic Oncology Evidence-Based Perioperative and Supportive Care. New Jersey: John Wiley and Sons. Inc. P. 299–303.

WHO. 2008. Epidemic-prone & pandemic-prone acute respiratory diseases:

Infection prevention & control in health-care facilities. Jenewa: World Health Organization.

Wiknjosastro, H., A. Bari, dan T. Rachimhadhi. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal. 380-389.

Williams, L. and Wilkins. 2001. Cancer Principles and Practice of Oncology. 6th Edition. Philadelphia: A Wolters Kluwer Company. P. 1529–1549.

xlviii

Lampiran 1. Tabel Hasil Penanganan Sediaan Sitostatika Berdasarkan Jumlah Item Prosedur

No Prosedur

Bulan Pengamatan

Tanggal Pengamatan

Total

Sesuai

Tidak Sesuai

1 B001 Agustus 25 139 12

2 B002 1 139 12

3 B003 139 12

4 B004 4 139 12

5 B005 8 139 12

6 B006 10 139 12

7 B007 11 139 12

8 B008 16 139 12

9 B009 17 139 12

10 B010 139 12

11 B011 18 139 12

12 B012 19 139 12

13 B013 24 139 12

14 B014 25 139 12

15 B015 29 139 12

16 B016 139 12

xlix

Lampiran 2. Tabel Hasil Penanganan Sediaan Sitostatika Berdasarkan Jumlah Item dari Checklist

l

Lampiran 3. Tabel Hasil Penanganan Sediaan Sitostatika Berdasarkan Jumlah Sub Item dari Checklist

No Item Sub Item Total

Sesuai Tidak Sesuai 1. Alat a. Siapkan obat sitostatika yang digunakan sesuai dengan jenis

dan dosis

30 b. Siapkan cairan pengencer NaCl 0,9%; Dekstrosa 5% 30 c. Pengalas plastik dengan kertas absorpsi diatasnya 30 d. Gaun lengan panjang, masker, topi, kacamata, sarung

tangan, sepatu

30 e. Spuit disposibel sesuai dengan yang diperlukan (5 cc, 10 cc,

2 cc)

30

f. Infus set dan abocat (ukuran kecil) 30

g. Kapas steril dan alkohol 70% 30

h. Bak injeksi besar 30

li

i. Manset 30

j. Label Obat 30

k. Plastik tempat pembuangan bekas kemoterapi 30 1. Persiapan bahan yang terdiri dari: 30 - Alkohol swab

- Alkohol 70% dalam botol spray

- Mendesinfeksi bagian luar kemasan bahan obat sitostatika dan pelarut dengan menyemprotkan

alkohol 70%

- Mendesinfektan etiket, label, klip plastik, kantong plastik untuk disposal dengan menyemprotkan alkohol 70%

a. Petugas yang melakukan pencampuran obat sitostatika telah mendapatkan pelatihan aseptic dispensing

30 b. Jumlah petugas di dalam ruangan aseptis seminimal

mungkin

30 1. Semua personel wajib menerima pelatihan khusus dalam bekerja dengan obat-obat sitotoksik

30 2. Jumlah personil yang bekerja dengan obat-obat sitotoksik hendaknya diminimalkan

30 3. Akses ke lokasi penyiapan wajib dibatasi hanya untuk personel berwenang yang diperlukan

30 4. Personel bekerja dengan obat-obat ini hendaknya diamati secara tetap oleh personel penyelia untuk memastikan kepatuhan.

30

5.Kejadian pemaparan akut wajib didokumentasikan.

Personel wajib ditugaskan untuk ujian professional.

30 3. Alat Pelindung

Diri

a. Kenakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan urutan sebagai berikut: semua prosedur yang mencakup obat-obat sitotoksik.

Sarung tangan ganda direkomendasikan apabila membersihkan tumpahan. Sarung tangan sekali pakai hendaknya terbuat dari polivinilklorida dengan mutu yang sesuai, sarung tangan karet tidak memadai.

30

2. Pakaian perintang pelindung hendaknya dikenakan untuk semua prosedur. Pakaian ini hendaknya tertutup bagian depan, lengan panjang, dan manset tertutup (Elastis atau dirajut).

30

lii

3. Semua pakaian yang kemungkinan besar terkontaminasi tidak boleh dikenakan diluar lokasi kerja.

30

4. Masker muka yang biasa untuk bedah dengan mutu yang baik hendaknya disediakan dan dikenakan apabila diperlukan sesuai yang tertera dalam prosedur.

30

5. Kaca mata debu atau kaca mata pelindung juga tersedia dan dicuci sepenuhnya dengan air setelah digunakan.

yang sesuai harus mudah dicapai untuk penggunaan segera dalam kejadian kontaminasi pada mata, selaput lendir, atau kulit. Sejumlah air leding yang banyak

harus digunakan jika cuci mata tidak tersedia.

30

4. Resep Diterima a. Dokter menuliskan permintaan pencampuran obat sitostatika pada KIO Kemoterapi

30

b. Satu lembar KIO Kemoterapi berisi permintaan selama 1 (satu) siklus kemoterapi

30

c. KIO Kemoterapi harus diisi secara lengkap. antara lain: tanggal rencana kemoterapi berikutnya, diagnosa, protokol dan siklus kemoterapi, identitas pasien, serta nama dan tanda tangan/paraf dokter

30

d. KIO KEMOTERAPI yang telah diisi dikirimkan oleh petugas ruangan ke Instalasi Farmasi

(Depo Sitostatika)

30

e. Petugas farmasi akan mengkaji permintaan pencampuran obat sitostatika tersebut.

30

f. KIO KEMOTERAPI yang telah dikaji selanjutnya akan dikerjakan sesuai dengan SPO Pencampuran Obat Sitostatika.

30

g. Obat Sitostaika yang sudah siap diambil oleh petugas ruangan

30

5. Proses Pencampuran

a. Sebelum memasuki ruang cytotoxic handling petugas harus mengganti baju kerja khusus di ruang cytotoxic handling.

30

b. Semua perhiasan dipergelangan tangan dan jari harus ditinggalkan.

30

No Item Sub Item Total

liii

Sesuai Tidak Sesuai c. Sebelum masuk ruang aseptis, mencuci tangan (hands

scrub) dengan sabun antiseptis sesuai prosedur.

30

d. Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) di ruang antara

30

e. Bersihkan kabinet dengan menggunakan kasa steril yang dibasahi alkohol 70%

30

f. Alat, wadah dan obat yang dibutuhkan dibersihkan dari debu yang terlihat

30

g. Non essensial material (kalkulator, pensil, buku catatan) tidak boleh diletakkan dalam kabinet

30

h. Perhitungan matematis harus dikerjakan sebelum pengerjaan (diluar ruang aseptis), yakni diruang penyiapan

30

i. Pelabelan dilakukan di ruang penyiapan 30 j. Jumlah petugas diruangan aseptis seminimal mungkin 30 k. Semua prosedur teknik harus dikerjakan paling tidak 6 inchi (15 cm) dari tepi cabinet

30

l. Plastik pengemas spuite, needle dibuka dalam LAF 30 m. Permukaan ampul, vial dan botol infus di lap (swab) dengan alkohol 70% terlebih dulu sebelum digunakan

30

n. Sebelum, selama dan sesudah pengerjaan, petugas mengecek (identifikasi) kesesuaian jenis dan jumlah obat yang disiapkan dengan permintaan dalam formulir

“Pelayanan Pencampuran Obat Sitostatika”

30

o. Sesudah pengerjaan petugas mengecek apakah ada kebocoran, atau perubahan fisik (warna dan endapan).

30

p. Setelah selesai bekerja, bersihkan cabinet dari sisa-sisa pencampuran

30

q. Sarung tangan terluar dilepas didalam cabinet, selanjutnya APD yang lain dilepas di ruang antara

30

No Item Sub Item Total

Sesuai Tidak Sesuai r. Sampah dibuang dalam plastik berwarna ungu yang diberi

label sampah sitostatika

30

s. Sampah sitostatika dimusnahkan dalam incinerator 30 1. Memakai APD sesuai dengan prosedur tetap 30

liv

2. Mencuci tangan sesuai dengan prosedur tetap 30 3. Menghidupkan Biological Safety Cabinet (BSC) 5 menit sebelum digunakan

30

4. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi Biological Safety Cabinet (BSC) sesuai dengan prosedur tetap

30

5. Menyiapkan meja Biological Safety Cabinet (BSC) dengan memberi alas sediaan sitostatika

30

6. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika

30

7. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%

30

8. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box

30

9. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan diatas meja BSC

30

10. Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis

30

11.Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi sediaan sitostatika

30

12.Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat yang harus terlindung cahaya.

30

13. Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah pembuangan khusus

30

14. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke dalam wadah untuk pengiriman.

30

No Item Sub Item Total

Sesuai Tidak Sesuai 15. Mengelurkan wadah untuk pengiriman yang

telah berisi sediaan jadi melalui pass box

30

16. Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap 30 6. Ketersediaan

Untuk Menangani Cytotoxic Spill Kit (Tumpahan sitotoksik)

a. Buka Cytotoxic Spill Kit, dan letakkan tanda “Hati-hati, tumpahan sitotoksik” ditempat yang mudah dilihat dan dibaca disekitar tumpahan.

30

b. Tutup tumpahan dengan underpad untuk tumpahan cair dan pecahan gelas, sedangkan untuk tumpahan serbuk tutup dengan tissue penyerap.

30

c. Kenakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan urutan sebagai berikut:

- Masker N-95 (masker bedah rangkap dua) - Kacamata pelindung

30

lv

- Penutup kepala (head cover) - Sarung tangan dalam

- Baju pelindung lengan panjang (Chemo gown) - Shoes cover

d. Siapkan plastik berwarna ungu untuk menampung sampah/limbah sitotoksik

30

e. Tambahkan air diatas tisu sampai jenuh (untuk tumpahan serbuk) jangan menuangkan air secara langsung pada tumpahan serbuk!!

30

f. Bersihkan tumpahan dengan beberapa kali proses pembersihan menggunakan air dan detergen sampai dapat dipastikan lokasi tumpahan bersih dan kering.

30

g. Buang semua sampah hasil penanganan sitotoksik ke dalam kantong plastik ungu

30

No Item Sub Item Total

Sesuai Tidak Sesuai h. Lepaskan Alat Pelindung Diri (APD) dengan urutan

sebagai berikut:

- Shoes-cover (buang ke kantong plastik ungu).

- Sarung tangan luar (Buang kedalam kantong plastik ungu)

- Baju pelindung/chemo gown (Buang kedalam kantong plastik ungu)

- Kaca mata pelindung (Buang kedalam kantong

dimasukkan kedalam ember spill kit

- Masukkan semua sisa spill kit yang tidak terpakai ke dalam ember spill kit.

30

i. Bungkus ember spill kit dengan kantong plastik ungu yang masih bersih dan tempelkan stiker limbah sitostatika pada bagian luar plastik ungu.

30

j. Segera bawa ke incinerator untuk dimusnahkan 30 1. Setiap tumpahan hendaknya dihadapi segera setelah

satu prosedur diselesaikan. Pakaian pelindung seperti yang digunakan untuk penyiapan obat-obat sitotoksik hendaknya dikenakan.

30

2.Tumpahan harus diseka dengan kertas handuk lembab sekali pakai dan ini diletakkan dalam suatu kantong pembuangan sampah resiko tinggi. Wadah dan kantong yang digunakan harus memenuhi persyaratan

30

lvi

/ peraturan keamanan.

3.Permukaan lokasi kerja yang telah terkontaminasi harus dicuci dengan air dalam jumlah besar.

30

4.Jika tumpahan terjadi pada kulit hendaknya segera irigasi dengan pencuci mata natrium klorida dan usahakan bantuan medis

30

5. Bersihkan tumpahan dengan tepat pembersihan menggunakan deterjen alkali kuat. Kemudian dibilas bersih dengan air steril, dan dilap dengan steril alkohol isopropil (70%) atau larutan lainnya yang sesuai.

30

No Item Sub Item Total

Sesuai Tidak Sesuai 6.Lepaskan semua alat pelindung diri dan jika

terkontaminasi harus dibuang kedalam wadah limbah sitotoksik. Pakaian dengan jumlah minimal yang terkontaminasi harus dicuci secara terpisah dan dibilas dengan baik.

30

7. Checking Product

a. Sebelum, selama dan sesudah pengerjaan, petugas mengecek (identifikasi) kesesuaian jenis dan jumlah obat yang disiapkan dengan permintaan dalam formulir “Pelayanan Pencampuran Obat Sitostatika”

30

b.Sesudah pengerjaan, petugas mengecek apakah ada kebocoran, atau perubahan fisik (warna dan endapan)

30

1.Rumah sakit harus mengembangkan prosedur untuk transpor sediaan sitotoksik yang aman dan dapat termasuk kemasan, didesain secara khusus untuk menghindari dan menahan tumpahan. Prosedur merekam pengeluaran dan penerimaan sediaan obat sitotoksik hendaknya dipertimbangkan.

30

8. Label a. Siapkan penanda (label) untuk produk jadi yang memadai dan jelas meliputi nama pasien, nomor rekam medis, ruangan tempat pasien dirawat, dosis, cara pemberian, penyimpanan, tanggal pembuatan dan tanggal kadaluarsa.

30

1. Etiket hendaknya secara khusus didesain; dan hendaknya menyatakan bahwa ada zat sitotoksik dalam sediaan.

30

2. Etiket hendaknya menyatakan jumlah dan volume total sediaan; rekomendasi jam; tanggal yang setelah itu sediaan hendaknya tidak digunakan lagi dan rekomendasi penyimpanan.

30

9. Pengiriman Obat Kemoterapi Keruangan

a. Ruangan membawa order yang dibuat oleh dokter ke ruang pencampuran obat suntik menggunakan formulir khusus (terlampir).

30

1. Pengiriman sediaan sitostatika dilakukan oleh 30

lvii kelengkapan Alat Pelindung Diri, alat-alat pemberian kemoterapi, cairan pelarut, obat premedikasi dan obat kemoterapi.

30 kemoterapi sesuai dengan pedoman kemoterapi pada kasus Kanker Serviks

30

Keterangan :

1. Dokter dan Perawat

a. Sarung tangan sekali pakai untuk bedah, harus dikenakan selama kegiatan pemberian semua obat sitotoksik

30

b. Semprit dan perlengkapan intravena dengan sambungan Luer-lock harus digunakan bilamana mungkin

30

No Item Sub Item Total

Sesuai Tidak Sesuai c. Perhatian khusus diberikan dalam “priming”

perlengkapan intravena. Tutup ujung akhir harus dibuka sebelum “priming”. Printing hendaknya dilakukan kedalam spon kasa steril, kemudian dibuang sebagaimana mestinya.

30

d. Ketaatan yang seksama pada prosedur biasa pemberian larutan parenteral penting

30

e. Walaupun setiap tindakan pencegahan harus 30

lviii

lviii

Dokumen terkait