• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN

2.5. Penanganan Sedimen

Penanganan sedimen di wilayah DAS Brantas

dirumuskan dalam tiga kelompok menurut dimensi waktu,

yakni tindakan yang bersifat jangka pendek, menengah dan

jangka panjang (PERUM Jasa Tirta I, 1998). Selanjutnya

akan diuraikan deskripsi dari masing-masing tindakan.

2.5.1. Jangka Pendek

Penanganan jangka pendek ditekankan pada

pengambilan langkah korektif di lapangan yang hasilnya

segera terlihat dalam waktu singkat. Terdapat dua bentuk

tindakan jangka pendek, yaitu: (1) pengerukan langsung

endapan sedimen di waduk, dan (2) penggelontoran

sedimen di waduk.

Pengerukan sedimen hanya dilakukan pada endapan forest bed yang terletak di pertemuan sungai dan badan air waduk. Tindakan pengerukan langsung telah dilakukan di Waduk Sengguruh. Tujuan pengerukan di waduk tersebut adalah untuk menambah kapasitas tampungan harian yang ada dan mengurangi jumlah sedimen yang terbawa ke dalam penstock PLTA. Volume pengerukan yang direncanakan sebesar 35 000 m3 dalam setiap 4 bulan sekali, sehingga total volume pengerukan dalam satu tahun sebanyak 105 000 m3.

Tindakan penggelontoran sedimen di waduk terdapat dua metode; yaitu penggelontoran lewat outlet (sluicing) dan lewat pelimpahan (flushing). Metode pertama telah dilakukan pada Waduk Sengguruh beberapa kali. Tindakan tersebut dipakai dalam keadaan darurat, yakni karena intake PLTA tertutup sedimen. Pelaksanaannya adalah melewatkan debit besar di sand flushing gate

(pintu pasir) agar endapan sekitar pintu terbawa keluar.

2.5.2. Jangka menengah

Penanganan jangka menengah dimaksudkan untuk melakukan langkah korektif sekaligus preventif. Kegiatan yang termasuk dalam tindakan jangka menengah adalah pembuatan bangunan fisik penahan sedimen dan pemba- ngunan saluran by-pass. Bangunan fisik penahan sedimen terdiri atas: Sabo Dam, Check Dam dan Kantong Pasir.

Tujuan pembangunan sabo dam adalah untuk mengurangi laju sedimen setiap tahun. Beberapa unit sabo dam telah dibangun di daerah tangkapan air Waduk Sutami; yaitu yang tersebar di remaining basin Sub-sub DAS Metro dan Waduk Sengguruh. Lebih khusus fasilitas Sabo yang dibuat di DTA Waduk Sutami bertujuan agar usia guna waduk sesuai dengan yang direncanakan. Realisasi pembangunan Sabo dilakukan secara bertahap sejak tahun 1979.

Check dam merupakan bendung kecil yang berfungsi untuk memperbaiki kemiringan alami sungai. Perbaikan bertujuan untuk mengendalikan morfologi sungai agar angkutan sedimen dapat diatur jumlahnya. Sejumlah check dam telah dibangun di hulu Waduk Sengguruh.

Bangunan kantong pasir mempunyai fungsi yang sama dengan sabo dam, namun ukuran dan konstruksinya lebih sederhana. Kemampuan bangunan kantong pasir dalam menahan material juga terbatas, baik dari segi volume maupun ukuran agregat.

Pembangunan saluran by-pass bertujuan untuk mengalihkan beban sedimen yang terendap pada suatu bagian sungai ke bagian lain. Tindakan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi sedimen yang dihasilkan letusan gunung.

Dalam rangka penanganan pengaturan sedimen di Waduk Sengguruh dan Sutami, Nippon Koei (1998) telah mengajukan usulan pembuatan bangunan fisik 17 unit sabo dam di wilayah hulu. Pada Tabel 6 menyajikan tiga alternatif yang kajian penanganan sedimen dari aspek fisik maupun finansial.

Tabel 6. Beberapa Unsur yang Dipertimbangkan dalam Usulan Bangunan Fisik Penanganan Sedimen

Aspek Alternatif I Alternatif II Alternatif III

A. Fisik

1. Tujuan Mempertahankan kapasitas tampung yang ada di waduk Sengguruh dan Sutami. 1. Mempertahankan kapasitas tampung yang ada di Waduk Sengguruh dan Sutami. 2. Mempertahankan tk sedimen yg ada dlm Waduk Sutami. 1. Mengamankan aktivitas generator bendungan Sengguruh. 2. Membatasi debit operasional turbin bendungan Sengguruh sbgmn

life run-off nya.

2. Bentuk kegiatan Endapan sedimen dlm waduk akan dikeruk setiap tahun & material kerukan akan disalurkan ke lautan Indonesia melalui terowongan. Endapan sedimen dlm waduk Sengguruh akan dipindahkan dg material kerukan disalurkan ke lautan Indonesia melalui terowongan. Pengerukan sedimen dilakukan pada sekitar intake turbin.

3. Estimasi tampungan Waduk Sutami tahun 2020

146 juta m3 135.30 juta m3 113 juta m3

B. Aspek finansial (juta Rp)

1. Biaya konstruksi 1 328 602 851 816 143 979

2. Manfaat 1 043 113 920 975 612 053

3. Manfaat bersih - 285 489 69 159 468 074

2.5.3. Jangka panjang

Penanganan jangka panjang dilakukan dengan mengambil langkah preventif yang bertujuan mencegah erosi dan sedimentasi dikemudian hari. Tindakan ini meliputi aktivitas penghutanan kembali dan pengendalian erosi. Penghutanan kembali bertujuan menahan terlepasnya partikel tanah serta menerapkan metode penghijauan yang bersifat melindungi tanah. Langkah pembuatan terasering yang meliputi sipil teknis dan vegetasi untuk mencegah perpindahan tanah akibat kemiringan lahan yang bersifat ekstrim.

Sementara itu, dalam rangka pengendalian erosi di DAS Kali Brantas tidak saja dilakukan dengan cara vegetatif dan sipil teknis, namun juga dapat dilakukan dengan pendekatan sosial (Tim Jurusan Teknik Pengairan, 2003b). Secara eksplisit diuraikan bahwa dalam rangka memberdayakan peran aktif masyarakat di sekitar bagian hulu DAS Kali Brantas dapat dilakukan oleh beberapa pihak, diantaranya dinas terkait dan pemerintahan tingkat yang paling rendah (kelurahan dan kecamatan). Adapun bentuk kegiatan sosial yang disarankan adalah: (1) penyuluhan atau sosialisasi tataguna lahan, (2) pencegahan penebangan hutan secara liar, dan (3) sosialisasi penanggulangan pembuangan sampai ke sungai.

2.5.4. Sumber dana

Penanganan sedimen jangka panjang pada DTA Waduk Sutami dan Sengguruh telah lama dilakukan. Menurut hasil wawancara dengan petugas Stasiun Balai Pengelolaan DAS Brantas (nama baru dari kantor Sub-BRLKT), kegiatan tersebut diawali dengan proyek Rehabilitasi Land Use Daerah Hulu Kali Brantas dan Kali Konto yang dilaksanakan dari tahun 1970 hingga tahun 1973. Kegiatan terus dilaksanakan hingga tahun 2002 walaupun dengan menggunakan nama proyek yang berbeda. Sumber dana berasal baik dari APBN dan APBD

serta bantuan yayasan luar negeri misal USAID dan IFAD. Beberapa nama proyek yang berhasil digali diantaranya ialah:

1. Rehabilitasi Land Use Daerah Hulu Kali Brantas dan Konto (1970 – 1973). 2. Reboisasi dan Penghijauan DAS Brantas (1974 – 1976).

3. P3RP DAS: Proyek Perencanaan Pembinaan Reboisasi dan Penghijauan DAS Brantas (1976 – 1984).

4. P2RP: Proyek Penyusunan Rancangan Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi (1984/1985 – 1993).

5. UACP dana dari USAID (1987 – 1992). 6. Proyek Kali Konto ( 1972 – 1993).

7. P2LK: Proyek Pengembangan Lahan Kering dana dari IFAD (1974 – 1995). 8. PEP: Proyek Evaluasi dan Perencanaan DAS (pengganti P3RP DAS) yang

dilaksanakan dari tahun 1994 hingga saat ini.

9. Inpres Penghijauan dengan Dana Reboisasi pada Departemen melalui Surat Keputusan Otorisasi Rutin yang berasal dari APBN (1973 hingga saat ini). 10. HCP: Hutan Cadangan Pangan (1997 – 2002).

11. Proyek Penghijauan melalui dana APBD Tingkat I dan II yang dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan.

Dana realisasi penanganan jangka menengah sebagian besar berasal dari pemerintahan Jepang, khususnya untuk bangunan fisik yang relatif besar (sabo dam dan saluran by-pass). Pembangunan fisik kontruksi yang lebih sederhana (check dam: dam penahan dan dam pengendali) pada umumnya menggunakan dana APBN atau APBD.

Pendanaan penanganan sedimentasi juga melalui proyek-proyek dari Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dibawah Departemen Kehutanan serta dana yang berasal dari PERUM Jasa Tirta I.