• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk bidang kebijakan kriminal, kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial (social policy) yang terdiri dari kebijakan atau upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial (social-welfare policy) dan

kebijakan atau upaya-upaya untuk perlindugan masyarakat (social-defence policy).23 Upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan :

a. penerapan hukum pidana (criminal law application). b. pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment).

c. mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa (influencing views of society on crime and punsihment/mass media).

Penerapan hukum pidana (criminal law application) merupakan kebijakan pencegahan dan penanggulangan kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan sarana penal yang harus memperhatikan dan mengarah pada tercapainya tujuan berupa kesejahteraan sosial (social welfare) dan perlindungan masyarakat (social defence).

Penanggulangan kejahatan melalui sarana penal perlu lah diciptakan penegakan hukum pidana yang baik. Ada pun tahap-tahap penegakan hukum pidana adalah yang pertama dimulai dari tahap formulasi, yaitu tahap penegakan hukum pidana inabstracto oleh badan pembuat undang-undang. Dalam tahap ini pembuat undang-undang melakukan kegiatan memilih nilai-nilai yang sesuai dengan keadaan dan situasi masa kini dan masa yang akan datang, kemudian merumuskannya dalam bentuk peraturan perundang-undangan pidana untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang paling baik dalam arti memenuhi syarat-syarat keadilan dan daya guna. Kedua, tahap aplikasi yaitu tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan hukum pidana) oleh aparat-aparat penegak hukum mulai dari kepolisian sampai pengadilan. Dalam tahap ini aparat penegak hukum bertugas menegakkan serta menerapkan peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang. Dalam melaksanakan tugas ini, aparat penegak hukum harus berpegang teguh pada nilai-nilai keadilan dan daya guna. Kemudian yang ketiga adalah tahap eksekusi, yaitu tahap

23

Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm 73

penegakkan (pelaksanaan) hukum pidana secara konkret oleh aparat pelaksana pidana. Dalam tahap ini aparat pelaksana pidana bertugas menegakkan peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang melalui penerapan pidana yang telah diterapkan dalam putusan pengadilan. Dalam melaksanakan pemidanaan yang telah ditetapkan dalam putusan pengadilan, aparat pelaksana pidana dalam menjalankan tugasnya harus berpedoman kepada peraturan perundang-undangan pidana yang dibuat oleh pembuat undang-undang dan nilai-nilai keadilan serta daya guna. Namun menurut pery bahwa efektifitas penanggulangan kejahatan hanya mungkin dapat dicapai dengan melalui keikutsertaan masyarakat secara meluas meliputi kesadaran dan ketertiban yang nyata.24

Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus dilakukan dengan pendekatan integral, ada keseimbangan sarana penal dan non penal. Mengingat upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur non penal lebih bersifat tindakan pencegahan untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif itu antara lain berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuh suburkan kejahatan.25 Adapun cara pencegahan kejahatan itu antara lain sebagai berikut :

1. Pencegahan yang bersifat langsung

Kegiatan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya kejahatan dan dapat dirasakan dan diamati oleh yang bersangkutan, antara lain :

a. perbaikan lingkungan yang merupakan perbaikan struktur sosial yang mempengaruhi terjadinya kriminalitas.

b. pencegahan hubungan-hubungan yang menyebabkan kriminalitas.

24

Pendapat Perydalam buku Moh Kemal Dermawan, Strategi Pencegahan Kejahatan, Penerbit Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1994, hlm 102-103

25

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum PidanaCetakan Kedua Edisi Revisi, Penerbit Citra AdityaBakti, Bandung, 2002, hlm 42

c. penghapusan peraturan yang melarang suatu perbuatan berdasarkan beberapa pertimbangan.

2. Pencegahan yang bersifat tidak langsung

Kegiatan pencegahan yang belum dan atau sesudah dilakukannya kriminalitas antara lain meliputi:

a. pembuatan peraturan yang melarang dilakukannya suatu kriminalitas yang mengandung didalamnya ancaman hukuman.

b. pendidikan latihan untuk membeikan kemampuan seseorang memenuhi keperluan fisik, mental dan sosialnya.

c. penimbulan kesan akan adanya pengawasan.

3. Pencegahan melalui perbaikan lingkungan a. perbaikan sitem pengawasan.

b. penghapusan kesempatan melakukan perbuatan kriminal, misal, pemberian kesempatan mencari nafka secara wajar untuk dapat memenuhi keperluan hidup.

4. Pencegahan melalui perbaikan perilaku

a. penghapusan imbalan yang menguntungkan dari perilaku kriminal. b. pengikutsertaan penduduk dalam pencegahan kriminalitas.26

Dapat lah digunakan dua pendekatan dalam hal pencegahan kejahatan, yaitu :27

1. Pencegahan kejahatan melalui pendekatan sosial

Bertitik tolak dari pertanyaan mengapa seseorang itu melakukan pelanggaran hukum dan berusaha untuk menanamkan pengaturan yang permanen untuk pelawan

26

Ninik Widiyanti, Yulius Waskita, Kejahatan Dalam Masyarakat Dan Pencegahannya, Penerbit Bina Aksara Jakarta, 1987, hlm. 156-157

27

pelanggaran-pelanggaran hukum secara umum. Menurut pendekatan sosial ini, terdapat dua pengaruh utama dalam terjadinya kriminalitas, yaitu :

a. tingkat pengendalian atas perbuatan pelanggaran, termasuk pengawasan eksternal terhadap individu, di mana hal tersebut menghalangi individu untuk melakukan pelanggaran;

b. ketidak hadiran dari sesuatu hal yang mendorong individu menjadi orang yang patuh terhadap hukum, termasuk hambatan dalam kemampuan individu untuk berlaku konformis. Keduanya adalah hal-hal yang secara pokok menentukan kecenderungan individu ke arah pelanggaran.

Proses belajar norma dan nilai merupakan bekal pendorong seseorang untuk menjadi orang yang mematuhi hukum, yang secara umum ditransmisikan melalui struktur sosio-ekonomi dan lembaga-lembaga sosialiasi di dalam masyarakat. Perubahan-perubahan di dalam wujud struktur dan lembaga tersebut mempengaruhi kecenderungan dilakukannya penyimpangan, yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat kejahatan. Oleh sebab itu, pencegahan kejahatan melalui pendekatan sosial bekerja melalui penetapan bagaimana wujud dan perubahan yang ada dari struktur sosio-ekonomi, serta lembaga-lembaga sosialisasi yang dapat mempromosikan merubah kecenderungan tersebut dengan jalan membuat seminim mungkin atau mengurangi akibat-akibat yang ditimbulkan oleh pelaku.

2. Pencegahan kejahatan melalui pendekatan situasional

Pendekatan kedua, pencegahan kejahatan melalui pendekatan situasional ini memusatkan perhatiannya pada perkembangan langkah-langkah dalam jangka waktu yang lebih pendek, untuk mencegah kejahatan yang lebih khusus.Teori-teori situasional lebih berguna untuk menjelaskan perbuatan jahat oleh orang-orang yang biasanya bertingkah laku rasional, tetapi berada dalam tekanan-tekanan khusus dan cenderung untuk mempergunakan kesempatan.

Terdapat dua kategori utama dari langkah-langkah situasional. Kategori pertama yaitu langkah-langkah keamanan yang akan mempersulit terjadinya kejahatan, dengan cara memperkokoh sasaran kejahatan, memindahkan sasaran kejahatan, dan menghilangkan sarana atau alat yang dipergunakan untuk melakukan kejahatan. Kategori kedua yaitu langkah-langkah yang mempengaruhi biaya dan keuntungan dari dilakukannya kejahtan. Biaya dan keuntungan dari suatu pelanggaran hukum dapat dipengaruhi baik oleh pengurangan dari stimulan untuk melakukan kejahatan atau peningkatan dari ancaman penangkapan dan penghukuman secara serius.

Secara sempit lembaga yang bertanggung jawab atas usaha pencegahan kejahatan adalah Polisi. Namun karena terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Polisi telah mengakibatkan tidak efektifnya tugas mereka. Oleh karena itu, peran serta masyarakat dalam kegiatan pencegahan kejahatan menjadi hal yang sangat diharapkan.

Dokumen terkait